13.03.2013 Views

Jurnal Namira Edisi 5 (Vol. II No.4 - Nov-Des 2012)

Jurnal Pendidikan yang diterbitkan Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik

Jurnal Pendidikan yang diterbitkan Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Vol</strong>.2 <strong>No.4</strong>/ Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong> ISSN: 2089-1024<br />

NAMIRA<br />

<strong>Jurnal</strong> Pendidikan<br />

Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik<br />

Penerapan Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa<br />

untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Geografi<br />

Imron<br />

Uji Coba Terbatas Chemistry Student Worksheet Berbasis SETS<br />

(Science Environment Technology and Society) pada Materi Koloid<br />

untuk Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional<br />

Dewi Rahmawati & Kusumawati Dwiningsih<br />

Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam<br />

melalui Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Berbasis Masalah<br />

A. Madlan<br />

Implementasi Metode Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Partisipasi Siswa<br />

pada Pembelajaran IPS Ekonomi di SMP Negeri 2 Benjeng Gresik<br />

Supriyono<br />

Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui OGKATS<br />

dengan Teknik “AIR RAKSA” Siswa Kelas V<strong>II</strong>C SMP NU 1 Gresik<br />

Mahmudiono<br />

Peningkatan Keterampilan Menulis <strong>Des</strong>kriptif<br />

dengan Menggunakan Metode Words Wall<br />

M. Ali Erfan<br />

Penerapan Pembelajaran Direct Instruction dengan Modelling Hardvard and Step<br />

untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran<br />

Suswanto<br />

Penerapan Metode Inkuiri Termodifikasi untuk Meningkatkan Kecakapan Akademik<br />

dan Hasil Belajar Kimia Kelas XI TITL.3 SMKN 1 Cerme<br />

Mujayanah


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan<br />

NAMIRA<br />

<strong>Vol</strong>.2 <strong>No.4</strong>/Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

Diterbitkan oleh:<br />

Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik<br />

ISSN:2089-1024<br />

Dewan Pelindung:<br />

Dr. Ir. H. Sambari Halim Radianto, S.T., M.Si.<br />

Drs. H. Moh. Qosim, M.Si.<br />

Ir. Moh. Nadjib, M.M.<br />

Pembina:<br />

Drs. Nadlif, M.Si.<br />

Penanggungjawab:<br />

Drs. Sumardi, M.M.<br />

Pimpinan Redaksi:<br />

Dra. Lilik Suharti, M.Si.<br />

Wakil Pimpinan Redaksi:<br />

Menthik, S.Pd.<br />

Dewan Redaksi:<br />

Mustakim, S.S, M.Si.<br />

Mahfud Aly, S.Pd.<br />

Ahmad Faizin Karimi, S.Th.I., M.Si.<br />

Nurul Wahyu Purwaningtyas, S.Pd.<br />

Redaktur Tamu:<br />

Dr. Dwi Ilham Raharjo, M.Pd.<br />

Drs. Syaiful Khafid, M.Pd.<br />

Bendahara:<br />

Anis Lailaturrohmah, S.Pd.<br />

Distribusi:<br />

Musholi Akbar, S.H.<br />

Drs. Mat Salim<br />

Suwarno, S.Pd.<br />

Dra. Choiroh<br />

KATA PENGANTAR<br />

KEPALA DINAS PENDIDIKAN<br />

KABUPATEN GRESIK<br />

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat<br />

karunia, serta hidayah-Nya sehingga Dinas Pendidikan<br />

Kabupaten Gresik dapat kembali menerbitkan <strong>Jurnal</strong><br />

Pendidikan NAMIRA edisi kelima ini. Shalawat dan<br />

salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi<br />

Muhammad SAW penutup para nabi.<br />

Alhamdulillah, berbagai perbaikan yang dilakukan<br />

menjadikan <strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA semakin<br />

diterima oleh masyarakat. Kesadaran akan pentingnya<br />

keberadaan jurnal ilmiah untuk mendorong inovasiinovasi<br />

dalam pendidikan semakin terbentuk, ikut<br />

meningkatkan kesadaran pelaku dan pemerhati<br />

pendidikan untuk bersama-sama mengembangkan<br />

pendidikan demi kemajuan bangsa. Penerimaan yang<br />

makin luas ini ditandai oleh tingkat persebaran pembaca<br />

dan jumlah penulis yang lebih besar dari edisi-edisi<br />

selanjutnya.<br />

Dalam konteks komunikasi ilmiah, <strong>Jurnal</strong> NAMIRA<br />

berusaha memainkan tiga peran: pertama, Peran Sosial<br />

yakni untuk mengembangkan dan menjaga kekayaan<br />

intelektual sehingga karya ilmiah dari seorang peneliti<br />

bisa diketahui sekaligus mendapatkan pengakuan.<br />

Kedua, Peran Arsip yaitu memberikan penilaian bahwa<br />

sebuah karya ilmiah telah dievaluasi dan terdokumentasi<br />

dengan baik, dan Ketiga peran Diseminasi Informasi<br />

yakni agar publikasi ilmiah bisa diinformasikan<br />

sehingga pengetahuan menjadi terakumulasi.<br />

Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik mengajak para<br />

pelaku dan pemerhati pendidikan untuk ikut dalam<br />

usaha perbaikan pendidikan melalui publikasi penelitian<br />

ilmiah.<br />

Semoga niat mulia ini bisa tercapai.<br />

Gresik, 1 Oktober <strong>2012</strong><br />

Plt. Kepala Dinas Pendidikan<br />

Kabupaten Gresik<br />

Drs. Nadlif, M.Si.<br />

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN GRESIK<br />

Jl. Arif Rahman Hakim Gresik- Jatim<br />

Telp/Fax: 031-3981315 / 031-3978404<br />

E-Mail: dispendik@gresik.go.id | Website: http://dispendik.gresik.go.id


<strong>Vol</strong>. 2 No. 4/Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong> ISSN: 2089-1024<br />

DAFTAR ISI<br />

Penerapan Strategi Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa untuk Meningkatkan<br />

Prestasi Belajar Geografi<br />

Imron…1<br />

Uji Coba Terbatas Chemistry Student Worksheet Berbasis SETS (Science Environment<br />

Technology and Society) pada Materi Koloid untuk Rintisan Sekolah Menengah Atas<br />

Bertaraf Internasional<br />

Dewi Rahmawati & Kusumawati Dwiningsih …11<br />

Peningkatan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam melalui Penerapan Model<br />

Pembelajaran Kontekstual Berbasis Masalah<br />

A. Madlan…19<br />

Implementasi Metode Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Partisipasi Siswa pada<br />

Pembelajaran IPS Ekonomi di SMP Negeri 2 Benjeng Gresik<br />

Supriyono…27<br />

Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui OGKATS dengan Teknik “AIR<br />

RAKSA” Siswa Kelas V<strong>II</strong>C SMP NU 1 Gresik<br />

Mahmudiono…41<br />

Peningkatan Keterampilan Menulis <strong>Des</strong>kriptif dengan Menggunakan Metode Words<br />

Wall<br />

M. Ali Erfan…49<br />

Penerapan Pembelajaran Direct Instruction dengan Modelling Hardvard and Step<br />

untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran<br />

Suswanto…57<br />

Penerapan Metode Inkuiri Termodifikasi untuk Meningkatkan Kecakapan Akademik<br />

dan Hasil Belajar Kimia Kelas XI TITL.3 SMKN 1 Cerme<br />

Mujayanah…69


PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA<br />

UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI<br />

Imron<br />

Pengawas Dikmen Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik<br />

Abstrak: Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui implementasi<br />

penerapan strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat meningkatkan:<br />

(1) minat belajar geografi, (2) prestasi belajar geografi. Prosedur PTK ini meliputi<br />

tiga siklus, dan setiap siklus terdiri atas perencanaan tindakan, pelaksanaan<br />

tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian tindakan ini dilaksanakan di SMP<br />

Negeri 1 Duduksampeyan, dengan subjek siswa kelas V<strong>II</strong>I-B berjumlah 32 yang<br />

terdiri atas 16 laki-laki dan 16 perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa<br />

penerapan strategi pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat meningkatkan:<br />

(1) minat mengikuti palajaran geografi, dan (2) penerapan strategi pembelajaran<br />

berorientasi aktivitas siswa dapat meningkatkan prestasi belajar geografi.<br />

Kata kunci : pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, minat belajar, prestasi<br />

belajar geografi.<br />

D<br />

alam menghadapi era globalisasi,<br />

yang disertai dengan perkembangan<br />

ilmu pengetahuan, teknologi,<br />

dan seni yang sangat pesat, maka<br />

seseorang dituntut untuk mampu memanfaatkan<br />

informasi dengan baik dan cepat.<br />

Untuk itu, dibutuhkan sumber daya<br />

manusia yang bermutu dan bernalar tinggi<br />

serta memiliki kemampuan untuk memproses<br />

informasi sehingga dapat digunakan<br />

mengembangkan iptek. Oleh sebab itu,<br />

Unesco (1998) menetapkan empat pilar<br />

utama pembelajaran untuk menghadapi<br />

abad XXI, yaitu: (1) learning to know, (2)<br />

learning to do, (3) learning to be, dan (4)<br />

learning to live together in peace, and<br />

harmony.<br />

Dalam proses belajar mengajar,<br />

menurut Slameto (2003:36) bahwa guru<br />

perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam<br />

berpikir maupun berbuat. Penerimaan<br />

pelajaran jika dengan aktivitas siswa<br />

sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu<br />

saja, tetapi dipikirkan, diolah kemudian<br />

dikeluarkan lagi dalam bentuk yang<br />

berbeda. Atau siswa akan bertanya,<br />

mengajukan pendapat menimbulkan diskusi<br />

dengan guru.<br />

Kegiatan belajar mengajar di kelas,<br />

menurut Degeng (2001: 34) bahwa guru<br />

sangat mengharapkan semuanya siswanya<br />

memiliki minat yang tinggi terhadap mata<br />

pelajaran yang dibinanya, dan yang paling<br />

diharapkan guru ialah semua memiliki<br />

prestasi belajar yang tinggi. Dalam konteks<br />

ini, Djaali (2004: 121) berpendapat bahwa<br />

minat yang telah disadari terhadap bidang<br />

pelajaran, mungkin sekali akan menjaga<br />

pikiran siswa sehingga mereka mampu<br />

menguasai pelajarannya. Pada gilirannya,<br />

prestasi yang berhasil akan menambah<br />

minatnya, yang bisa berlanjut sepanjang<br />

hayat, terutama dalam mempelajari<br />

geografi. Namun dalam kenyataan, di<br />

lapangan terdapat cukup banyak siswa yang<br />

tidak menyukai geografi, bahkan membenci<br />

geografi. Dalam benak mereka, geografi itu<br />

meruapakan momok dan mata pelajaran<br />

yangt sangat sulit dimengerti. Hal ini<br />

menjadi dilema bagi guru geografi, karena<br />

di satu pihak geografi itu sangat dibutuhkan<br />

untuk meningkatkan nalar siswa dan dapat<br />

melatih siswa agar mampu berpikir logis,


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

kritis, sistematis, dan kreatif. Sedangkan di<br />

pihak lain, banyak siswa tidak menyenangi<br />

pembelajaran geografi. Akibat nyata yang<br />

ditemui adalah nilai rapor dan hasil tes<br />

formatif yang rendah. Hal ini ditemui juga<br />

di kelas V<strong>II</strong>I SMP Negeri 1 Duduksampeyan<br />

nilai ulangan harian dan hasil<br />

tes formatif sebagian besar siswa belum<br />

memenuhi kriteria ketuntasan minaml<br />

(KKM 75).<br />

Prestasi belajar merupakan hasil yang<br />

diperoleh dari serangkaian usaha siswa<br />

untuk memperoleh perubahan tingkah laku<br />

secara keseluruhan sebagai hasil interaksi<br />

dengan lingkungannya (Heriyanto, 1989:<br />

31). Banyak faktor yang menjadi penyebab<br />

rendahnya minat, dan prestasi belajar siswa.<br />

Akan tetapi, faktor strategi penyajian materi<br />

pelajaran kurang menarik patut dicatat<br />

sebagai faktor penyebab rendahnya minat<br />

mengikuti pelajaran dan prestasi belajar<br />

geografi. Strategi penyajian pelajaran<br />

cenderung bersifat eksplanatori misalnya<br />

metode ceramah, sangat kuat ditengarai<br />

sebagai faktor penyebabnya. Karena itu<br />

agar minat siswa dalam mengikuti pelajaran<br />

dan prestasi belajar geografi meningkat,<br />

guru geografi perlu mengadakan perubahan<br />

strategi penyajian pelajaran. (Enoh, 1995:<br />

2). Strategi penyajian pelajaran inquiri yang<br />

lebih menekankan aktivitas siswa, salah<br />

satunya ialah metode penugasan dengan<br />

worksheet, cukup beralasan jika dipilih<br />

sebagai salah satu cara untuk mengatasi<br />

masalah tersebut sehingga dengan menerapkan<br />

metode penugasan siswa dapat<br />

dengan leluasa mengekspresikan semua<br />

kemampuan yang dimilikinya untuk<br />

melaksanakan dan menyelesaikan tugas<br />

yang dibebankan kepadanya berupa worksheet.<br />

Tindakan tersebut dipilih berdasarkan<br />

beberapa argumentasi teoretik bahwa<br />

perubahan strategi penyampaian bahan<br />

pembelajaran akan bisa meningkatkan<br />

prestasi dan minat belajar siswa dalam<br />

mengikuti pelajaran geografi. Hal ini<br />

sebagaimana pendapat Walgito (1998: 24)<br />

minat adalah “suatu keadaan di mana<br />

2<br />

seseorang mempunyai perhatian terhadap<br />

sesuatu dan disertai keinginan untuk<br />

mengetahui dan mempelajari lebih lanjut”.<br />

Berdasarkan pengertian tersebut dapat<br />

diketahui bahwa seseorang yang memiliki<br />

minat terhadap sesuatu termasuk terhadap<br />

mata pelajaran geografi, selalu ditandai<br />

dengan adanya perhatian dari yang<br />

bersangkutan. Adanya perhatian tersebut<br />

membuat siswa akan terdorong rasa ingin<br />

tahunya dan mempelajarinya lebih lanjut.<br />

Minat terhadap suatu mata pelajaran<br />

sangat dipengaruhi oleh seberapa besar<br />

siswa dilibatkan dalam proses belajar<br />

mengajar. Jika siswa kurang dilibatkan,<br />

maka siswa akan cenderung pasif, tidak<br />

bergairah, dan kurang perhatian. Gie (1985)<br />

mengemukakan bahwa suatu mata pelajaran<br />

dapat dipelajari dengan baik apabila siswa<br />

dapat memusatkan perha-tiannya terhadap<br />

pelajaran itu. Dari sini kita dapat<br />

mengetahui bahwa pemusatan perhatian<br />

siswa dapat menyebabkan pelajaran tersebut<br />

bisa dipelajari dengan baik. Karena itu,<br />

maka pelajaran yang disajikan tanpa<br />

melibatkan siswa secara aktif akan mempengaruhi<br />

kurang terpusatnya perhatian<br />

siswa sehingga mempengaruhi minat siswa<br />

untuk mempelajarinya lebih lanjut. Sebab<br />

menurut Walgito (1998: 38) minat adalah<br />

“suatu keadaan seorang siswa mempunyai<br />

perhatian terhadap sesuatu dan disertai<br />

keinginan untuk mengetahui dan mempelajari<br />

lebih lanjut”. Unsur minat meliputi<br />

perhatian, kekuatan dorong, dan perasaan<br />

senang sehingga membuat individu<br />

cenderung terlibat aktif dalam mempelajari<br />

bahan ajar, khususnya geografi.<br />

Strategi pembelajaran berorientasi<br />

aktivitas siswa merupakan metode belajar<br />

mengajar yang mengutamakan peran siswa<br />

secara aktif baik fisik, mental, maupun<br />

sosialnya. Peran aktif siswa terutama secara<br />

mental dan sosial akan memenentukan<br />

fokus strategi penyampaian bahan pembelajaran.<br />

Aktif secara mental berarti fokusnya<br />

pada aktivitas pikiran (kognitif) siswa<br />

secara perseorangan, sedangkan aktif secara<br />

sosial berarti lebih menekankan aktivitas


kerja siswa secara berkelompok. Dengan<br />

menerapkan metode penugasan yang<br />

memanfaatkan worksheet dapat juga<br />

dirancang untuk memenuhi kedua fokus<br />

peran aktif siswa tersebut yaitu meminta<br />

siswa (dalam rincian kegiatan) untuk<br />

menyelesaikan worksheet tersebut dengan<br />

cara individu atau dengan cara melakukan<br />

diskusi untuk menyelesaikannya. Oleh<br />

karena, siswa diminta untuk menyelesaikan<br />

tugas, berarti intensitas kegiatan dan<br />

keterlibatan siswa tinggi, siswa akan lebih<br />

per-hatian, bergairah, dan lebih berminat<br />

mengikuti pelajaran. Kondisi minat yang<br />

mi- nat yang demikian itu mendorong siswa<br />

belajar lebih baik lagi sehingga hasilnya<br />

Imron<br />

akan lebih baik pula, sebagaimana yang<br />

dikemukakan Koetoer (1994) “minat yang<br />

kurang mengakibatkan kurangnya intensitas<br />

kegiatan, kurangnya intensitas kegiatan ini<br />

akan menimbulkan hasil yang kurang pula”.<br />

Pendapat tersebut diperkuat Effendi<br />

(1995:122) bahwa belajar dengan minat<br />

akan lebih baik hasilnya daripada tanpa<br />

minat.<br />

Hubungan penerapan strategi pembelajaran<br />

yang menekankan aktivitas siswa<br />

dengan peningkatan minat dan prestasi<br />

belajar siswa pada mata pelajaran geografi<br />

dapat dirangkum berupa kerangka berpikir<br />

sebagai berikut.<br />

Gambar 1. Hubungan strategi pembelajaran dengan minat dan prestasi belajar Geografi<br />

dalam kerangka rekayasa pedagogis guru dan emansipasi kemandirian siswa sepanjang hayat.<br />

Sumber: (Dimyati dan Mudjiono, 1999: 95 dengan penambahan)<br />

Permasalahan penelitian tindakan kelas<br />

ini dirumuskan sebagai berikut; (1) apakah<br />

penerapan strategi pembelajaran yang<br />

berorientasi aktivitas siswa dapat meningkatkan<br />

minat siswa kelas V<strong>II</strong>I-B SMP<br />

Negeri 1 Duduksampeyan dalam mengikut<br />

pelajaran geografi?; (2) apakah penerapan<br />

strategi pembelajaran yang berorientasi<br />

aktivitas siswa dapat meningkatkan prestasi<br />

belajar geografi pada siswa kelas V<strong>II</strong>I-B<br />

SMP Negeri 1 Duduksampeyan?<br />

METODE<br />

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan<br />

di kelas V<strong>II</strong>I-B SMP Negeri 1 Duduksampeyan<br />

dengan subjek penelitian<br />

berjumlah 32 siswa. Waktu penelitian<br />

3


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

dilaksanakan mulai Januari sampai dengan<br />

April 2010 pada semester genap tahun<br />

pelajaran 2009/2010 dengan materi pokok<br />

(1) pengertian, proses pertumbuhan pranata<br />

social, pengendalian sosial, (2) ciri-ciri<br />

umum pranata sosial.<br />

Alasan mengapa kelas V<strong>II</strong>I-B dipilih<br />

sebagai subjek penelitian antara lain karena<br />

kelas ini merupakan kelas yang paling<br />

tidak bersemangat atau kurang bergairah<br />

dalam mengikuti pelajaran geografi dan<br />

terkesan kurang berminat untuk bersaing<br />

dalam prestasi belajarnya. Selain alasan<br />

tersebut, pelaksanaan pelajaran kelas ini<br />

kurang kondusif untuk mengikuti pelajaran<br />

karena jadwal pelajaran kelas ini jatuh pada<br />

hari Sabtu jam keenam dan ketujuh lokasi<br />

kelasnya paling pojok dekat jalan raya yang<br />

bising lalu lalang kendaraan.<br />

Status guru dalam penelitian tindakan<br />

kelas ini adalah sebagai pengamat atau<br />

peneliti sekaligus sebagai pelaksana<br />

tindakan. Secara umum pelaksanaan akan<br />

dilakukan selama tiga siklus, setiap<br />

siklusnya diterapkan tindakan tertentu.<br />

Dalam setiap siklusnya aktivitas penelitian<br />

dilakukan melalui prosedur penelitian yang<br />

berupa: (1) perencanaan tindakan, (2)<br />

pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, dan<br />

(4) refleksi.<br />

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan<br />

penelitian tindakan kelas. Menurut<br />

Khafid (2004: 2) penelitian tindakan kelas<br />

adalah penelitian yang dilakukan oleh guru<br />

di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi<br />

diri, dengan tujuan untuk memperbaiki<br />

kinerjanya sebagai pendidik sehingga hasil<br />

belajar siswa menjadi meningkat.<br />

Proses pelaksanaan penelitian pada<br />

siklus pertama, subjek penelitian diberikan<br />

tindakan berupa penerapan strategi<br />

pembelajaran yang mengaktifkan siswa<br />

secara perseorangan, yaitu menggunakan<br />

metode penugasan yang diberikan kepada<br />

setiap individu. Sebaliknya, pada siklus<br />

kedua, tindakan penelitian dilancarkan<br />

berupa penerapan strategi pembelajaran<br />

yang mengaktifkan siswa secara kelompok.<br />

Dalam hal ini, guru memberikan tugas yang<br />

4<br />

telah tertuang dalam LKS yang seacara<br />

lengkap memuat rincian kegiatan atau<br />

langkah-langkah kerja yang harus diikuti<br />

oleh siswa.<br />

Pada tahap perencanaan tindakan, guru<br />

sebagai peneliti menyusun RPP yang<br />

memuat skenario proses belajar mengajar<br />

berikut kelengkapannya. Sebagai kelengkapan<br />

PBM tersebut adalah lembar kegiatan<br />

siswa (LKS) yang telah dikembangkan oleh<br />

guru sesuai strategi pembelajaran dan<br />

pokok bahasan sebagai materi saat itu.<br />

Untuk keperluan observasi, guru sebagai<br />

peneliti menyiapkan daftar pengamatan<br />

yang berbentuk check list sebagai instrumen<br />

untuk mengumpulkan data minat siswa<br />

dalam mengikuti pelajaran dan juga<br />

menyiapkan instrumen tes prestasi belajar.<br />

Sebelum melaksanakan rencana tindakan<br />

tersebut terlebih dahulu siswa diberi tes<br />

untuk mengetahui kemampuan awal siswa<br />

sebelum mendapat tindakan penelitian.<br />

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan<br />

teknik-teknik pengumpulan data<br />

sebagai berikut; (1) metode observasi, yaitu<br />

kemampuan peneliti menggunakan<br />

pengamatannya melalui hasil kerja<br />

pancaindra mata dan dibantu dengan<br />

pancaindra lainnya. (2) metode angket,<br />

yaitu serangkaian atau daftar pertanyaan<br />

yang disusun secara sistematis untuk diisi<br />

oleh responden, kemudian dikembalikan ke<br />

peneliti untuk diolah menjadi data yang<br />

bermakna; dan (3) metode tes hasil belajar,<br />

yaitu ulangan atau ujian untuk mengukur<br />

perubahan perilaku pada diri orang yang<br />

belajar.<br />

Data yang telah dikumpulkan selama<br />

proses pelaksanaan tindakan pada masingmasing<br />

siklus, diolah dan dianalisis untuk<br />

mengetahui seberapa tingkat perubahan<br />

minat siswa dalam mengikuti pelajaran<br />

serta seberapa besar meningkatkan prestasi<br />

belajar siswa. Untuk itu data minat maupun<br />

prestasi belajar akan dibandingkan antara<br />

data sebelum pelaksanaan tindakan dan data<br />

setelah pelaksanaan tindakan. Oleh karena<br />

itu, berdasarkan hasil analisis data pada


kedua siklus ini dapat diketahui jawaban<br />

terhadap permasalahan penelitian.<br />

Hasil analisis terhadap pengamatan<br />

untuk masing-masing siklus pelaksanaan<br />

tindakan kelas ini dijadikan pertimbangan<br />

atau bahan refleksi terhadap penyusunan<br />

rencana tindakan untuk siklus berikutnya.<br />

Pelaksana yang terlibat dalam analisis<br />

pengamatan dan refleksi ini adalah guru<br />

sebagai peneliti dan pelaksana berdasarkan<br />

kriteria yang telah ditetapkan pada bagian<br />

terdahulu, kemudian sebagai peneliti dan<br />

pelaksana menyusun rencana untuk<br />

tindakan daur ulang atau siklus selanjutnya.<br />

HASIL<br />

Siklus I<br />

Hasil pengamatan guru pada pertemuan<br />

pertama terhadap keaktifan siswa dalam<br />

menyelesaikan tugas LKSnya diketahui<br />

hampir semua siswa aktif mengerjakan<br />

dengan serius, walaupun yang sudah<br />

mencoba mengerjakan seluruh kegiatan<br />

sekitar 20 siswa (62,5%) dan hanya 12<br />

siswa (37,5%) yang belum menyelesaikan<br />

semua rincian kegiatan, sedangkan prosedur<br />

pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh<br />

siswa diketahui bahwa belum bekerja sesuai<br />

dengan petunjuk yang tertera dalam rincian<br />

kegiatan pada LKS, tetapi mengerjakan<br />

bagian yang dianggap mudah terlebih<br />

dahulu. Padahal LKS ini dirancang sebagai<br />

lembar kegiatan yang sistematis, runtut, dan<br />

prosedural sehingga siswa akan mengalami<br />

kesulitan kalau tidak mengerjakan langkah<br />

demi langkah.<br />

Berdasarkan hasil pengamatan pada<br />

pertemuan pertama, pada pertemuan kedua<br />

dan ketiga ini guru tidak lagi membiarkan<br />

siswa mengerjakan sesuai dengan pemahamannya<br />

terhadap rincian kegiatan di dalam<br />

LKS, tetapi guru memberikan pengarahan<br />

dan bimbingan seperlunya terhadap<br />

kesulitan siswa. Dari rekaman hasil yang<br />

telah dilakukan guru, diketahui bahwa<br />

seluruh siswa lebih antusias dan konsentrasi<br />

membaca buku sumber acuan sesuai rincian<br />

tugas yang diberikan kepada mereka<br />

Imron<br />

sebagaimana tertuang dalam LKS nomor 2.<br />

Walaupun demikian masih dijumpai siswa<br />

yang belum mengerti apa yang harus<br />

dilakukan dengan LKSnya, tetapi berkat<br />

bimbingan guru akhirnya siswa tersebut<br />

dapat mengerti akan tugasnya.<br />

Kegiatan diskusi kelas pada pertemuan<br />

kedua dan ketiga dalam siklus I belum<br />

berjalan sebagaimana harapan, karena<br />

sebagian siswa pasif dan didominasi<br />

sebagian kecil siswa. Hal ini disebabkan<br />

masih rendahnyan minat belajar siswa<br />

dalam mengikuti diskusi materi geografi<br />

yang tertuang dalam LKS.<br />

Siklus <strong>II</strong><br />

Pelaksanaan tindakan siklus <strong>II</strong><br />

pertemuan pertama ini dihadiri oleh 32<br />

orang siswa. Kelas dibagi menjadi 8<br />

kelompok yang masing-masing beranggotakan<br />

4 orang siswa, sebab LKS yang<br />

diberikan harus atau perlu didiskusikan<br />

untuk menyelesaikannya. Karakteristik<br />

LKS nomor 3 ini adalah sebelum siswa<br />

berdiskusi secara kelompok, siswa terlebih<br />

dahulu menuliskan pendapat pribadinya<br />

untuk kemudian didiskusikan sampai<br />

dihasilkan pendapat atau kesepakatan<br />

kelompok. Dari dua pendapat yaitu<br />

pendapat pribadi dan pendapat kelompok<br />

yang dihasilkan kemudian dibandingkan<br />

antara keduanya sehingga diketahui siswa<br />

mana yang dominan dapat mempengaruhi<br />

pendapat atau kesepakatan kelompok.<br />

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa<br />

suasana kelas menjadi ramai karena<br />

terdapat 8 kelompok yang secara bersamaan<br />

melakukan diskusi dikelompoknya masingmasing.<br />

Dinamika kelompok sangat tampak<br />

terutama berkaitan dengan bagaimana<br />

seorang siswa dapat mempengaruhi anggota<br />

kelompok lainnya sehingga sampai menit<br />

ke-60 hanya 4 kelompok yang berhasil<br />

menyelesaikan tugasnya secara tuntas<br />

termasuk menjawab pertanyan (sebagai<br />

komponen terakhir dari LKS). Sedangkan 3<br />

kelompok lainnya sudah berusaha dengan<br />

keras namun masih belum tuntas menye-<br />

5


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

lesaikan seluruh topik masalah yang<br />

berjumlah 6 topik. Dari kerasnya perbedaan<br />

pendapat yang terjadi diantara siswa,<br />

sehingga terdapat satu kelompok yang<br />

hanya berhasil menyelesaikan satu topik<br />

masalah saja dari 6 topik yang harus<br />

diselesaikan. Diskusi kelas yang direncanakan<br />

dalam belum dapat dilaksanakan<br />

berhubung waktu yang tersisa kurang untuk<br />

melaksanakannya, walaupun pengambilan<br />

kesimpulan akhir masih sempat dilakukan<br />

guru.<br />

Pelaksanaan tindakan pada pertemuan<br />

kedua dan ketiga dihadiri oleh 32 siswa.<br />

Dari jumlah siswa yang hadir tersebut<br />

dibentuk 8 kelompok sehingga setiap<br />

kelompok beranggotakan 4 siswa. Dengan<br />

berbekal pengalaman dari pertemuan yang<br />

lalu, maka LKS nomor 4 ini tidak lagi<br />

memerlukan pendapat pribadi siswa terlebih<br />

dahulu ditulis pada lembar kerja (dalam<br />

LKS) melainkan siswa dapat langsung<br />

melakukan diskusi kelompok terlebih<br />

dahulu membaca bahan yang terdapat di<br />

buku paket.<br />

Hasil pengamatan yang dilakukan oleh<br />

guru diketahui bahwa hampir semua<br />

kelompok sangat aktif melakukan diskusi<br />

kelompok agar dapat menyelesaikan semua<br />

topik bahasan yang harus diselesaikan.Hanya<br />

saja terdapat satu kelompok<br />

siswa yang tampak kurang bergairah dan<br />

pasif dalam berdiskusi untuk menyelesaikan<br />

topik bahasannya. Sesuai waktu<br />

yang direncanakan khusus untuk menyelesaikan<br />

LKS ternyata hampir semua<br />

kelompok dapat menyelesaikan tugasnya<br />

secara tuntas, maka sesi diskusi kelas yang<br />

direncanakan untuk menyampaikan (mempresentasikan)<br />

hasil diskusi kelompok dapat<br />

diselenggarakan. Dalam diskusi kelas<br />

tersebut 4 kelompok telah mempresentasikan<br />

hasil diskusi kelom-poknya<br />

karena waktu tersedia tidak banyak. Dari<br />

hasil pengamatan guru terhadap diskusi<br />

kelas yang telah berlangsung diketahui<br />

bahwa sebagian besar siswa masih belum<br />

berani mengemukakan pendapatnya baik<br />

6<br />

berupa tanggapan atau kritik terhadap<br />

kelompok lain.<br />

Penyajian Hasil Pengukuran<br />

Pengukuran terhadap subjek penelitian,<br />

peneliti telah melaksanakan dua kali tes<br />

yaitu; (1) tes kemampuan awal (pretes).<br />

Pelaksanaan tes pada bulan Januari 2010.<br />

Hasil yang diperoleh berkisar dari nilai<br />

terendah 42 sampai yang tertinggi 75,<br />

dengan rata-rata skor sebesar 54,56. Hasil<br />

pengukuran kemampuan ini dapat diketahui<br />

bahwa rata-rata siswa memang masih<br />

belum menguasai materi yang akan<br />

diajarkan yaitu pengertian dan proses<br />

pertumbuhan pranata sosial. (2) tes<br />

kemampuan akhir (post-tes). Adapun<br />

pelaksanaan tes ini dilaksanakan pada bulan<br />

Pebruari 2010. Hasil tes prestasi belajar<br />

yang dicapai oleh siswa tersebut diketahui<br />

berkisar antara 58,5 yang terendah sampai<br />

82,5 yang tertinggi, dengan skor rata-rata<br />

yang diperoleh seluruh siswa adalah 68,6.<br />

Data tersebut dapat diketahui bahwa<br />

secara umum siswa telah menunjukkan<br />

prestasi belajarnya dengan cukup baik<br />

setelah mengikuti proses pembelajaran yang<br />

menerapkan metode penugasan dengan<br />

LKS.<br />

Hasil tes kemampuan yang diperoleh<br />

siswa dibandingkan dengan tes prestasi<br />

belajarnya, maka sebagian besar siswa<br />

menunjukkan prestasi belajar yang lebih<br />

baik. Dengan demikian dapat dikatakan<br />

bahwa perubahan atau penerapan strategi<br />

penyampaian yang berorientasikan aktivitas<br />

siswa dapat meningkatkan prestasi belajar<br />

siswa, (3) angket balikan siswa yang<br />

memuat tentang penilaian dan persepsi<br />

siswa serta ditambah dengan tanggapan dan<br />

saran-sarannya terhadap perubahan strategi<br />

penyampaian bahan yang mengaktifkan<br />

siswa.<br />

Pertanyaan nomor 1 meminta siswa<br />

untuk menjawab tentang seberapa menyenangkan<br />

atau membosankan proses<br />

pembelajaran dengan LKS yang harus<br />

dikerjakan secara individu. Jika menjawab


sangat menyenangkan diberi skor 4, agak<br />

menyenangkan 3, agak membosankan 2,<br />

dan sangat membosankan 1. Hasil angket<br />

telah dikumpulkan diketahui bahwa ratarata<br />

skor jawaban siswa adalah 2,67.Ini<br />

menandakan bahwa sebagian besar siswa<br />

cenderung merasa agak menyenangkan<br />

apabila pelajaran disajikan menggunakan<br />

LKS yang harus dikerjakan secara individu.<br />

Pertanyaan nomor 2 siswa diharapkan<br />

menjawab pertanyaan tentang sulit atau<br />

mudahnya materi pelajaran jika dipelajari<br />

menggunakan LKS yang harus dikerjakan<br />

siswa secara perseorangan. Jika siswa<br />

menjawab sangat sulit maka diberi skor 4,<br />

agak sulit skornya 3, agak mudah skornya<br />

2, dan sangat membosankan skornya 1.<br />

Berdasarkan data hasil angket yang telah<br />

dikumpulkan, dapat diketahui bahwa ratarata<br />

skornya adalah 2,58. Dari data tersebut<br />

dapat dikemukakan bahwa sebagian besar<br />

siswa menganggap materi pelajaran<br />

cenderung terasa agak sulit apabila<br />

dikerjakan secara individu.<br />

Pertanyaan nomor 3 meminta siswa<br />

untuk menjawab tentang seberapa menyenangkan<br />

atau membosanan proses pembelajaran<br />

degan LKS yang harus dikerjakan<br />

secara kelompok (berdiskusi). Jika menjawab<br />

sangat menyenangkan diberi skor 4,<br />

agak menyenangkan 3, agak membosankan<br />

2, dan sangat membosankan skornya 1.<br />

Hasil angket yang telah dikumpulkan<br />

diketahui bahwa rata-rata skor adalah 3,65.<br />

Ini menandakan bahwa sebagian siswa<br />

cenderung merasa sangat menyenangkan<br />

jika proses pembelajaran dilakukan melalui<br />

diskusi kelompok.<br />

Pertanyaan nomor 4 siswa diharapkan<br />

menjawab pertanyaan tentang sulit atau<br />

mudahnya materi pelajaran kalau dipelajari<br />

menggunakan LKS yang harus dikerjakan<br />

oleh siswa secara berkelompok atau dengan<br />

berdiskusi. Jika siswa menjawab sangat<br />

sulit maka diberi skor 4, agak sulit skornya<br />

3, agak mudah skornya 2, dan sangat<br />

membosankan skornya 1. Berdasarkan data<br />

hasil angket yang telah dikum-pulkan,<br />

dapat diketahui bahwa rata-rata skornya<br />

Imron<br />

adalah 1,54 Dari data tersebut dapat<br />

dikemukakan bahwa sebagian besar siswa<br />

menganggap materi pelajaran cenderung<br />

terasa sangat mudah apabila dikerjakan<br />

secara berkelompok dengan jalan<br />

berdiskusi.<br />

Penyajian Temuan Hasil Tindakan<br />

Sesuai dengan masalah yang diteliti,<br />

ada dua temuan utama dari PTK ini, yaitu<br />

sebagai berikut: (1) Siswa menjadi lebih<br />

serius dan konsentrasi atau dengan kata<br />

lain minatnya menjadi meningkat terhadap<br />

jalannya proses pembelajaran yangdisajikan<br />

dengan metode penugasan khususnya yang<br />

memanfaatkan LKS buatan guru sendiri. (2)<br />

Walaupun nilainya tidak begitu besar, siswa<br />

berhasil mengalami peningkatan prestasi<br />

belajarnya atau paling tidak telah<br />

menunjukkan prestasi belajar yang baik<br />

setelah mengikuti proses pembelajaran yang<br />

menerapkan metode penugasan dengan<br />

menggunakan LKS<br />

Setelah melakukan pengamatan dan<br />

pengukuran terhadap implementasi tindakan<br />

ditemui adanya bebrapa temuan<br />

sampingan sebagai berikut: (1) Siswa<br />

belum bisa mengerjakan tugas LKS tanpa<br />

campur tangan dan bimbingan dari guru.<br />

Hal ini dimungkinkan karena terdapat<br />

perbedaan antara LKS yang disusun sendiri<br />

oleh guru seperti sekarang ini dengan LKS<br />

yang biasa mereka kerjakan yaitu LKS<br />

yang berisi latihan mengerjakan soal-soal<br />

terbitan dari salah satu perusahaan<br />

penerbitan komersial. Sedangkan LKS yang<br />

diberikan saat ini merupakan lembar<br />

kegiatan yang berisi pedoman kerja atau<br />

langkah-langkah yang sistematis sehingga<br />

untuk menyelesaikan LKS ini diperlukan<br />

perhatian yang khusus dan runtut mulai dari<br />

awal sampai akhir; (2) Siswa belum bisa<br />

mengambil intisari dari teks bacaan untuk<br />

dipergunakan sebagai bahan menjawab<br />

suatu persoalan atau untuk mengambil<br />

suatu keputusan. Temuan ini ditengarai<br />

disebabkan oleh siswa terlalu dibiasakan<br />

oleh guru untuk menerima apa adanya dari<br />

setiap informasi atau penjelasan guru,<br />

7


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

sehingga mereka kurang memperoleh<br />

kesempatan untuk memanfaatkan potensi<br />

kemampuan analisisnya. Oleh sebab itu<br />

siswa terbuai dengan hanya menerima dan<br />

merasa enggan atau canggung untuk<br />

berusaha mencari dan menemukan sendiri<br />

apa yang diperlukan untuk menjawab<br />

persoalan maupun mengambil suatu keputusan.<br />

(3) Siswa cenderung lebih menyukai<br />

mengerjakan sesuatu tugas pekerjaan secara<br />

berkelompok atau berdiskusi dibandingkan<br />

dengan cara perseorangan atau individual,<br />

Temuan ini dapat dipergunakan sebagai<br />

indikator masih kurang percaya dirinya<br />

siswa dalam menyelesaikan suatu persoalan.<br />

Hal ini mungkin dipengaruhi masih<br />

rendahnya kebutuhan berprestasi (need for<br />

achivemen) dari siswa secara individu, serta<br />

masih kurangnya para guru melatih dan<br />

memberikan motivasi berprestasi terhadap<br />

siswa; (4) Siswa masih kurang bisa<br />

memanfaatkan waktu yang tersedia secara<br />

efisien untuk melakukan sesuatu tugas<br />

pekarjaan. Kurangnya dalam hal pengelolaan<br />

waktu bagi siswa ini akan<br />

mempengaruhi pembentukan karakter dan<br />

budayakerja siswa. Padahal karakter dan<br />

budaya kerja ini sangat dibutuhkan oleh<br />

siswa setelah mereka dewasa. Hal ini<br />

mungkin dipengaruhi kebiasaan dan<br />

lingkungan mereka tinggal termasuk<br />

kurangnya guru selalu mengingat betapa<br />

pentingnya mengelola waktu secara efisien<br />

agar tidak selalu ketinggalan momentum<br />

terhadap meraih setiap peluang yang ada.<br />

PEMBAHASAN<br />

Temuan 1<br />

Temuan yang diperoleh yaitu<br />

penerapan strategi pembelajaran yang<br />

berorientasikan aktivitas siswa dapat<br />

meningkatkan minat siswa mengikuti<br />

pelajaran, sehingga dapat disimpulkan<br />

bahwa implementasi tindakan perubahan<br />

strategi pembelajaran yang menekankan<br />

aktivitas dapat berhasil mengatasi masalah<br />

rendahnya minat siswa dalam mengikuti<br />

pelajaran geografi khususnya materi pokok<br />

8<br />

pengertian, proses pertumbuhan pranata<br />

social, pengendalian social.<br />

Kaitan antara minat dan penerapan<br />

strategi pembelajaran dapat dijelaskan<br />

bahwa penerapan metode penugasan<br />

hususnya yang menggunakan LKS baik<br />

secara individual maupun kelompok dapat<br />

memungkinkan siswa perhatiannya terpusat<br />

pada rincian kegiatan/tugas dan selalu<br />

berinteraksi secara aktif dengan pedoman<br />

kerja /langkah-langkah aktivitas. Dengan<br />

kualitas dan intensitas interaksi tersebut<br />

maka minat siswa dalam mengikuti<br />

pelajaran menjadi meningkat pula. Minat<br />

terhadap suatu mata pelajaran sangat<br />

dipengaruhi oleh seberapa besar siswa dilibatkan<br />

dalam proses belajar mengajarnya,<br />

sebab jika siswa kurang dilibatkan maka<br />

siswa akan cenderung pasif, tidak<br />

bergairah,kurang perhatian,dan motivasi<br />

belajar rendah.<br />

Temuan <strong>II</strong><br />

Penerapan strategi pembelajaran yang<br />

berorientasikan aktivitas siswa dapat<br />

meningkatkan aktivitas belajar siswa.<br />

Dengan metode penugasan yang memanfaatkan<br />

LKS, maka siswa dapat<br />

meningkatkan prestasi belajar siswa.<br />

Dengan menerapkan metode penugasan<br />

yang memanfaatkan LKS, maka siswa<br />

dapat mempelajari materi pelajaran bukan<br />

melalui penjelasan guru, melainkan dari<br />

hasil membaca,menyimak, menganalisis,<br />

dan menyimpulkan sendiri setelah melakukan<br />

kegiatan seperti yang tercantum<br />

dalam rincian kegiatan. Pengalaman yang<br />

demikian akan dapat menyenangkan siswa<br />

karena mereka merasa berhasil menemukan<br />

sendiri pengetahuan yang dipelajarinya.<br />

Metode penugasan siswa diminta untuk<br />

menyelesaikan tugas LKS tersebut berarti<br />

intensitas kegiatan dan keterlibatan siswa<br />

menjadi tinggi maka akan menyebabkan<br />

siwa lebih perhatian, bergairah, dan lebih<br />

antusias dalam mengikuti pelajaran.<br />

Kondisi yang demikian itu mendorong<br />

siswa belajar lebih baik lagi sehingga minat


elajarnya pun akan lebih baik lagi<br />

sehingga hasil belajarnyapun akan lebih<br />

baik pula.<br />

Dari uraian di atas dapat disimpulkan<br />

bahwa penerapan metode penugasan<br />

dengan LKS sebagai wujud strategi pembelajaran<br />

berorientasikan aktivitas siswa dapat<br />

menyebabkan prestasi belajar lebih baik<br />

dan meningkat secara signifikan.<br />

KESIMPULAN DAN SARAN<br />

Berdasarkan hasil penelitian yang<br />

dilakukan mulai dari siklus I, siklus dan <strong>II</strong><br />

dapat ditarik suatu simpulan sebagai<br />

berikut: (1) penerapan strategi pembelajaran<br />

yang berorientasikan aktivitas siswa dapat<br />

meningkatkan minat mengikuti pelajaran<br />

geografi materi pokok pranata sosial pada<br />

siswa kelas V<strong>II</strong>I-B SMP Negeri 1 Duduk<br />

sampeyan; (2) penerapan strategi pembelajaran<br />

yang berorientasikan aktivitas siswa<br />

dapat meningkatkan prestasi belajar<br />

geografi materi pokok ciri-ciri umum<br />

pranata sosial pada siswa kelas V<strong>II</strong>I- B<br />

SMP Negeri 1 Duduksampeyan.<br />

Telah terbuktinya pembelajaran<br />

berorientasi aktivitas siswa dapat<br />

meningkatkan minat dan prestasi belajar<br />

geografi, maka disarankan hal-hal sebagai<br />

berikut: (1) saran untuk penerapan hasil<br />

penelitian; mengingat strategi pembelajaran<br />

yang berorientasikan aktivitas siswa dengan<br />

metode proyek dapat mendorong siswa<br />

lebih aktif, sekolah dengan karakteristik<br />

yang relatif sama dapat menerapkan strategi<br />

pembelajaran serupa untuk meningkatkan<br />

partisipasi siswa secara lebih aktif sehingga<br />

prestasi belajarnya meningkat, media LKS<br />

dengan diskusi partisipatif dapat mendorong<br />

siswa lebih berminat terhadap<br />

pelajaran geografi, sekolah yang memiliki<br />

masalah pembelajaran yang relatif sama<br />

dapat menerapkan media LKS dengan<br />

diskusi partitisipatif untuk meningkatkan<br />

minat belajar geografi Kondisi Wilayah<br />

Indonesia (2) saran untuk penelitian lanjut:<br />

Imron<br />

mengingat penelitian ini baru berjalan dua<br />

siklus, maka peneliti/guru lain diharapkan<br />

dapat melanjutkan untuk mendapatkan<br />

temuan yang lebih signifikan, Instrumen tes<br />

yang digunakan dalam penelitian masih<br />

merupakan instruman yang tingkat<br />

validasinya belum memuaskan, maka<br />

penelitian yang berikutnya dapat mencoba<br />

dengan instrumen yang lebih baku.<br />

DAFTAR RUJUKAN<br />

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan<br />

Kelas. Bandung: Irama Widya<br />

Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan,<br />

cetakan 7. Bandung: Citra Aditya<br />

Bakti.<br />

Isfanhari, Musafir.(t.t.). Pengetahuan<br />

Dasar Musik. Surabaya: Dinas P & K<br />

Propinsi Jawa Timur.<br />

Latuheru, John D. 1988. Media<br />

Pembelajaran dalam Proses Belajar<br />

Mengajar Masa Kini. Jakarta:<br />

Depdikbud.<br />

Muchlis, 1995. Lagu-lagu Rakyat. Jakarta:<br />

Penerbit Mustika.<br />

Nahary Ac. 2009. Kesenian Musik Praktis.<br />

Solo: Tiga Serngkai Pustaka Mandiri.<br />

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2009.<br />

Media Pembelajaran. Bandung: Sinar<br />

Baru Algesindo.<br />

Sadiman, et.al. 1996. Media Pendidikan;<br />

Pengertian, Pengembangan, dan<br />

Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali<br />

Press.<br />

Soewito M, Ds. 1998. Teknik Termudah<br />

Belajar Musik Vocal. Jakarta: Penerbit<br />

Titik Terang.<br />

Suharto, M. 1982. Membina Paduan Suara.<br />

Jakarta: PT Gramedia.<br />

Sylado, Remy. 1983. Menuju Apresiasi<br />

Musik. Bandung: Penerbit Angkasa.<br />

9


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

10


UJI COBA TERBATAS CHEMISTRY STUDENT WORKSHEET BERBASIS SETS<br />

(SCIENCE ENVIRONMENT TECHNOLOGY AND SOCIETY) PADA MATERI<br />

KOLOID UNTUK RINTISAN SEKOLAH MENENGAH ATAS BERTARAF<br />

INTERNASIONAL<br />

Dewi Rahmawati dan Kusumawati Dwiningsih<br />

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya<br />

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan Chemistry<br />

Student Worksheet berbasis SETS Pada Materi Pokok Koloid untuk RSMABI<br />

berdasarkan penilaian oleh dosen kimia, guru kimia, ahli bahasa, dan ahli media<br />

terhadap kriteria isi penyajian, kebahasaan, kegrafikaan dan kesesuain dengan<br />

komponen SETS. Rancangan penelitian ini menggunakan modifikasi yang<br />

mengacu pada model 4-D (four D models) oleh Thiagarajan, tetapi hanya terbatas<br />

pada tahap develop. Instrumen yang digunakan adalah lembar telaah dan lembar<br />

validasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Chemistry Student Worksheet<br />

Berbasis SETS yang dikembangkan telah layak digunakan dalam proses<br />

pembelajaran untuk RSMABI karena telah memenuhi kriteria isi, penyajian,<br />

kebahasaan, kegrafikaan, dan kesesuain dengan komponen SETS masing-masing<br />

dengan persentase berturut-turut sebesar 82,52%, 83,44%, 87,50%, 94,64 % and<br />

85,94%.<br />

Kata Kunci: chemistry student worksheet, SETS, koloid, uji coba terbatas<br />

E<br />

ra globalisasi ditandai dengan<br />

persaingan sangat kuat dalam bidang<br />

teknologi dan sumber daya manusia<br />

(SDM). Terkait hal tersebut, Pemerintah<br />

Indonesia memiliki tanggung jawab<br />

mengembangkan sistem pengelolaan serta<br />

menggunakan kewenangannya menyiapkan<br />

SDM unggul lewat pembenahan sistem<br />

pendidikan nasional. Undang-undang<br />

Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003<br />

tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan<br />

dasar hukum penyelenggaraan dan<br />

reformasi sistem pendidikan nasional. Pasal<br />

50 ayat 3 menyatakan bahwa ”Pemerintah<br />

dan/ atau Pemerintah daerah menyelenggarakan<br />

sekurang-kurangnya satu satuan<br />

pendidikan pada semua jenjang pendidikan<br />

untuk dikembangkan menjadi satuan<br />

pendidikan yang bertaraf internasional”.<br />

Implementasi dari Undang-undang tersebut<br />

adalah dimulainya program Rintisan<br />

Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)<br />

(Depdiknas, 2009:3).<br />

Dalam pelaksanaan Rintisan Sekolah<br />

Menengah Atas Bertaraf Internasional<br />

(RSMABI) ada 3 tahap, pada tahap pengembangan<br />

dan pemberdayaan sekolah<br />

mengembangkan KTSP dalam bahasa<br />

Indonesia dan bahasa Inggris. Pada tahap<br />

mandiri, sekolah diharapkan mampu mengembangkan<br />

pembelajaran bilingual menjadi<br />

pembelajaran berbahasa Inggris sepenuhnya.<br />

Pembelajaran dilakukan menggunakan<br />

bahasa Inggris untuk kelompok<br />

Sains (Kimia, Fisika, Biologi) dan<br />

Matematika di jurusan IPA. (Depdiknas,<br />

2009: 4).<br />

Berdasarkan Depdiknas yaitu dalam<br />

pelaksanaan program RSMABI terdapat<br />

komponen-komponen yang harus diperhatikan<br />

salah satunya adalah pengembangan<br />

kurikulum (KTSP) yang di dalamnya juga<br />

menyebutkan bahwa bahan ajar yang dapat<br />

digunakan salah satunya adalah lembar<br />

kegiatan siswa (student worksheet).<br />

Menurut Depdiknas terdapat sejumlah<br />

alasan mengapa perlu untuk mengem-


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

bangkan bahan ajar yakni: ketersedian<br />

bahan sesuai tuntutan kurikulum, karakteristik<br />

sasaran, dan tuntutan pemecahan<br />

masalah belajar Depdiknas, 2008: 5).<br />

Diketahui bahwa di sekolah dalam<br />

pembelajaran kimia telah menggunakan<br />

student worksheet, akan tetapi di beberapa<br />

sekolah RSMABI student worksheet yang<br />

digunakan pada pembelajaran kimia khususnya<br />

kelas XI masih berbahasa Indonesia,<br />

seperti di SMAN 1 Manyar Gresik, SMAN<br />

2 Kediri, SMAN 1 Cerme Gresik, SMAN 1<br />

Situbondo, SMAN 1 Probolinggo, SMA<br />

Muhammadiyah 2, SMAN 1 Sidoarjo. Hal<br />

ini juga ditunjukkan dari hasil wawancara<br />

dengan guru kimia di SMA Negeri 1<br />

Pamekasan yang merupakan RSBI tanggal<br />

19 Maret 2011 diketahui bahwa dalam<br />

pembelajaran kimia salah satu sumber<br />

belajar yaitu student worksheet yang<br />

digunakan masih menggunakan bahasa<br />

Indonesia. Padahal tahun ini merupakan<br />

tahun ke-4 SMA Negeri 1 Pamekasan<br />

menjadi RSBI yang artinya kurang 1 tahun<br />

lagi sekolah ini menuju tahap mandiri.<br />

Kurikulum yang digunakan pada<br />

RSMABI adalah kurikulum KTSP yang<br />

diperkaya dengan standar internasional<br />

seperti kurikulum Cambridge. Terkait<br />

dengan pelaksaan kurikulum KTSP<br />

disebutkan bahwa dalam penyusunannya<br />

berdasarkan prinsip-prinsip: 1) berpusat<br />

pada potensi, perkembangan, kebutuhan,<br />

dan kepentingan, peserta didik dan<br />

lingkungannya (environment), 2) tanggap<br />

terhadap ilmu pengetahuan (science),<br />

teknologi (technology), dan 3) relevan<br />

dengan kebutuhan kehidupan (society)<br />

(BSNP, 2006:4).<br />

Menurut guru kimia SMA Negeri 1<br />

Pamekasan, belum sepenuhnya menghubungkan<br />

pelajaran kimia dengan science,<br />

evieonment, technology and society (SETS)<br />

yang tersirat dalam prinsip-prinsip KTSP<br />

tersebut. Berdasarkan dari hasil angket yang<br />

disebarkan tanggal 19 Maret 2011 kepada<br />

25 siswa hasil angket 94% siswa<br />

menyatakan perlunya mengaitkan pembelajaran<br />

kimia dengan lingkungan, teknologi,<br />

dan masyarakat.<br />

12<br />

Berdasarkan hasil angket tersebut 60%<br />

siswa menyatakan agar materi pokok koloid<br />

dapat dikaitkan dengan lingkungan, teknologi,<br />

dan masyarakat. Hal ini juga<br />

ditegaskan oleh guru kimia kelas XI SMA<br />

Negeri 1 Pamekasan yang menyatakan<br />

bahwa materi pokok koloid merupakan<br />

materi yang berupa bacaan dan konsep.<br />

Penyampaian materi ini di akhir semester 2<br />

mendekati ujian semester sehingga biasanya<br />

siswa disuruh membaca sendiri dan<br />

mengerjakan soal-soal di dalam student<br />

worksheet. Guru kimia tersebut mengharapkan<br />

agar soal-soal di dalam student<br />

worksheet dapat dikaitkan dengan kehidupan<br />

masyarakat secara nyata, serta dapat<br />

dikaitkan dengan lingkungannya sehingga<br />

pembelajaran koloid dapat bermakna bagi<br />

siswa. Menurut Standar isi BSNP Standar<br />

Kompetensi pada materi Koloid adalah<br />

menjelaskan sistem dan sifat koloid serta<br />

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.<br />

Kompetensi dasar pada materi pokok<br />

Koloid yaitu membuat berbagai sistem<br />

koloid dengan bahan-bahan yang ada di<br />

sekitarnya dan mengelompokkan sifat-sifat<br />

koloid dan penerapannya dalam kehidupan<br />

sehari-hari BSNP, 2006: 4). Kompetensi<br />

Dasar tersebut disesuai dengan kurikulum<br />

Cambridge yaitu IGCSE A-Level.<br />

Pendekatan SETS merupakan bentuk<br />

kegiatan pembelajaran yang mengaitkan<br />

secara timbal balik unsur-unsur sains,<br />

lingkungan, teknologi dan masyarakat.<br />

Pendekatan SETS tidak hanya menekankan<br />

pada pengetahuan tentang konsep sains saja<br />

tetapi juga menghubungkan suatu konsep<br />

sains dengan lingkungan sekitar siswa,<br />

teknologi yang sedang berkembang dan<br />

keadaan masyarakat di sekitar siswa (Febri,<br />

2010:15).<br />

Materi koloid jika dikaitkan dengan<br />

lingkungan, teknologi dan masyarakat<br />

sangat cocok karena dilihat dari standar<br />

kompetensi dan kompetensi dasarnya<br />

materi koloid ini banyak melibatkan konsep<br />

sains dalam kehidupan sehari-hari yang<br />

dapat dikaji baik hubungannya dengan<br />

lingkungan, secara teknologi maupun dalam<br />

kehidupan masyarakat. Dengan pendekatan


SETS diharapkan siswa dapat memahami<br />

pentingnya belajar koloid karena koloid<br />

memang ada di sekitar mereka.<br />

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti<br />

mengambil judul “Chemistry Student<br />

Worksheet Berbasis SETS (Science<br />

Environment Technology and Society) pada<br />

Materi Pokok Koloid untuk RSMABI”.<br />

Berdasarkan latar belakang di atas,<br />

dapat diajukan permasalahan ”Bagaimana<br />

kelayakan Chemistry Student Worksheet<br />

berbasis SETS pada materi pokok koloid<br />

untuk RSMABI ditinjau dari kriteria isi,<br />

penyajian, bahasa, kegrafikaan dan<br />

kesesuaian dengan komponen SETS?”<br />

Adapun tujuan penelitian ini adalah<br />

mengetahui kelayakan dari Chemistry<br />

Student Worksheet berbasis SETS pada<br />

materi pokok koloid untuk RSMABI<br />

dikembangkan ditinjau dari kriteria isi,<br />

Dosen Kimia<br />

Analisis Siswa<br />

Analisis Konsep Analisis Tugas<br />

Perumusan Tujuan<br />

Pembelajaran<br />

<strong>Des</strong>ain Awal Chemisry Student Worksheet (Draf I)<br />

Guru Kimia<br />

Analisis Ujung Depan<br />

Telaah<br />

Dosen Kimia Guru Kimia<br />

Dosen B. Inggris Dosen Media<br />

Revisi (Draf <strong>II</strong>)<br />

Validasi<br />

Analisis Data<br />

Dosen Bahasa<br />

Inggris<br />

Laporan<br />

Dewi Rahmawati & Kusumawati Dwiningsih<br />

penyajian, bahasa, kegrafikaan, dan<br />

kesesuaian dengan komponen SETS.<br />

METODE<br />

Rancangan penelitian pengembangan<br />

Chemistry Student Worksheet pada materi<br />

pokok koloid ini mengacu pada model<br />

pengembangan perangkat pembelajaran 4-D<br />

(four-D model) yang dikemukakan oleh<br />

Thiagarajan yang terdiri dari empat tahap<br />

yaitu tahap pendefinisian (Define), tahap<br />

perancangan (<strong>Des</strong>ign), tahap pengembangan<br />

(Develop), dan tahap penyebaran<br />

(Disseminate).<br />

Penelitian hanya terbatas sampai pada<br />

tahap pengembangan (Develop), karena<br />

penelitian hanya untuk mengetahui<br />

kelayakan. Rancangan dalam penelitian ini<br />

dapat disajikan seperti diagram alur berikut:<br />

Dosen<br />

Media<br />

Gambar 1 Model 4-D menurut Thiagarajan, Semmel dan Semmel yang<br />

dikutip oleh Muslimin Ibrahim (2002).<br />

pendefinisi<br />

an<br />

perancan<br />

gan<br />

pengemban<br />

gan<br />

13


instrument lembar validasi kegrafikaan.<br />

Lembar validasi digunakan untuk mengumpulkan<br />

data penilaian terhadap kriteria<br />

kelayakan isi, penyajian, kebahasaan,<br />

kegrafikaan, dan kesesuaian dengan komponen<br />

SETS terhadap Chemistry Student<br />

Worksheet yang dikembangkan. Validasi<br />

yang dilakukan oleh para ahli (validator)<br />

dengan memberi nilai pada tiap aspek<br />

dalam kriteria isi, penyajain, kebahasaan,<br />

kegrafikaan dan kekesuaian dengan<br />

komponen SETS berdasarkan modifikasi<br />

dari Skala Likert yaitu:<br />

Dewi Rahmawati & Kusumawati Dwiningsih<br />

a) sangat kurang diberi skor 1.<br />

b) kurang diberi skor 2.<br />

c) Baik diberi skor 3.<br />

d) Sangat baik diberi skor.<br />

Menurut Riduwan (2010), apabila<br />

kriteria-kriteria tersebut mendapatkan<br />

penilaian dengan persentase sebesar ≥ 51%<br />

sesuai modifikasi skala Likert pada Tabel 1,<br />

maka Chemistry Student Worksheet yang<br />

dikembangkan dikatakan layak. Hasil<br />

Validasi terhadap Chemistry Student<br />

Worksheet berbasis SETS sebagai berikut:<br />

Tabel 2 Hasil Validasi Chemistry Student Worksheet berbasis SETS<br />

Kriteria<br />

Aspek<br />

Presentasi Penilaian (%)<br />

CSW 1 CSW 2 CSW 3 CSW 4<br />

Ratarata<br />

(%)<br />

Kriteria<br />

Isi 82,14 84,38 81,25 82,29 82,52 Sangat Kuat<br />

Penyajian 82,50 83,75 83,75 83,75 83,44 Sangat Kuat<br />

Kebahasaan 87,50 87,50 85,00 90,00 87,50 Sangat Kuat<br />

Kegrafikaan 92,85 92,85 92,85 100 94,64 Sangat Baik<br />

Kesuaian<br />

komponen<br />

SETS<br />

81,25 87,50 85,42 89,58 85,94 Sangat Kuat<br />

Keterangan : CSW = Chemistry Student Worksheet<br />

Berdasarkan Tabel 2 dijabarkan<br />

penilaian Chemistry Student Worksheet<br />

berbasis SETS sebagai berikut:<br />

Kriteria Isi<br />

Isi merupakan salah satu komponen<br />

penting yang harus diperhatikan dalam<br />

penyusunan Chemistry Student Worksheet.<br />

Menurut BSNP bahwa salah satu kriteria<br />

kelayakan Student Worksheet adalah<br />

ditinjau dari kriteria isi. Kriteria isi<br />

Chemistry Student Worksheet ini terdiri dari<br />

beberapa aspek yaitu kesesuaian materi<br />

dengan kurikulum KTSP dan Cambridge,<br />

kesesuaian materi dengan Standar Kompetensi<br />

(SK) dan Kompetensi Dasar (KD)<br />

yang akan dicapai, materi relevan dengan<br />

indikator hasil belajar, materi relevan<br />

dengan tujuan hasil belajar, rangkuman<br />

materi berisi fakta, hukum, konsep dan<br />

prinsip-prinsip penting, pertanyaan evaluasi<br />

dalam Chemistry Student Worksheet mudah<br />

dipahami dan sesuai dengan indikator hasil<br />

belajar, dan kegiatan eksperimen atau<br />

percobaan dalam Chemistry Student Worksheet<br />

sesuai dengan materi dan Kompetensi<br />

Dasar (KD) yang dikembangkan.<br />

Berdasarkan hasil validasi yang<br />

disajikan pada Tabel 2 Chemistry Student<br />

Worksheet berbasis SETS telah memenuhi<br />

kelayakan isi dengan persentase worksheet<br />

1, 2, 3, dan 4 masing-masing berturut-turut<br />

sebesar 82,14%, 84,38%, 81,25%, dan<br />

82,29%. Berdasarkan interpretasi skor<br />

modifikasi skala Likert pada Tabel 1 maka<br />

15


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

dapat dikatakan bahwa kriteria kelayakan<br />

isi untuk Chemistry Student Worksheet<br />

berbasis SETS berada pada interval 76%-<br />

100% yang berarti sangat kuat atau<br />

dikatakan sangat layak.<br />

Kriteria Penyajian<br />

Menurut BSNP kriteria yang berhubungan<br />

dengan kelayakan penyajian terdiri<br />

dari beberapa aspek yaitu cover mempresentasikan<br />

isi naskah Chemistry Student<br />

Worksheet, kesesuaian daftar isi dengan<br />

judul bab, sub bab, nomor halaman,<br />

kejelasan SK, KD, indikator dan tujuan<br />

pembelajaran, kesesuaian peta konsep yang<br />

berisi konsep-konsep inti yang akan<br />

disajikan, kesesuain pertanyaan/soal latihan<br />

pada setiap bab (BSNP, 2006:18).<br />

Berdasarkan hasil validasi yang<br />

disajikan pada Tabel 2 Chemistry Student<br />

Worksheet berbasis SETS telah memenuhi<br />

kelayakan penyajian dengan persentase<br />

Chemistry Student Worksheet 1, 2, 3, dan 4<br />

masing-masing berturut-turut sebesar<br />

82,50%, 83,75%, 83,75%, dan 83,75%.<br />

Berdasarkan interpretasi skor modifikasi<br />

skala Likert pada Tabel 1, maka dapat<br />

dikatakan bahwa kriteria kelayakan<br />

penyajian untuk Chemistry Student<br />

Worksheet berbasis SETS berada di interval<br />

76%-100% yang berarti sangat kuat atau<br />

dikatakan sangat layak.<br />

Kriteria Kebahasaan<br />

Berdasarkan hasil validitas kebahasaan<br />

yang terdapat pada Tabel 2 menunjukkan<br />

bahwa Chemistry Student Worksheet 1, 2,<br />

3, dan 4 memperoleh persentase masingmasing,<br />

yaitu sebesar 87,50%, 87,50%,<br />

85,00% dan 90,00%. Chemistry Student<br />

Worksheet berbasis SETS telah memenuhi<br />

kelayakan kebahasaan dengan presentase<br />

rata-rata sebesar 87,50% sehingga dapat<br />

dikatakan termasuk kategori sangat kuat<br />

karena berada pada interval 76%-100%<br />

dalam interpretasi skor modifikasi skala<br />

Likert pada Tabel 1. Pemenuhan kriteria<br />

kebahasaan Chemistry Student Worksheet<br />

ini telah sesuai dengan kriteria kebahasaan<br />

16<br />

menurut BSNP yaitu Penulisan Chemistry<br />

Student Worksheet menggunakan bahasa<br />

yang sesuai dengan tingkat perkembangan<br />

siswa, Penulisan Chemistry Student Worksheet<br />

menggunakan bahasa Inggris yang<br />

baik dan benar, Keruntutan bahasa atau<br />

ketertautan antar bab, sub-bab, paragraf,<br />

dan kalimat. Penulisan Chemistry Student<br />

Worksheet menggunakan istilah yang tepat<br />

dan mudah dipahami dan Penulisan<br />

Chemistry Student Worksheet menggunakan<br />

istilah atau simbol atau lambang secara ajeg<br />

(BSNP, 2006: 17).<br />

Kriteria Kegrafikaan<br />

Menurut BSNP kriteria yang berhubungan<br />

dengan kelayakan kegrafikaan<br />

terdiri dari beberapa aspek yaitu kesesuaian<br />

kulit Chemistry Student Worksheet bagian<br />

kulit depan, belakang serta ditampilkan<br />

secara kontras, jelas, menarik dan sesuai<br />

dengan besar dan jenis huruf serta warna<br />

dan tata letak yang sesuai, kesesuaian isi<br />

Chemistry Student Worksheet yang<br />

disajikan dalam bentuk teks dan ilustrasi<br />

(gambar) ditampilkan secara komunikatif<br />

dan serasi, proporsional dan konsisten,<br />

kesesuaian dalam pemilihan huruf yaitu<br />

jenis dan besar huruf, Ilustrasi atau gambar<br />

dapat membantu pemahaman konsep,<br />

kejelasan cetakan isi sangat membantu<br />

peserta didik dalam mempelajari, memahami,<br />

dan menyerap informasi yang disampaikan,<br />

kertas dipilih A4 100 gram dengan<br />

fungsi sebagai media penyampaian<br />

informasi tercetak dan bertahan untuk<br />

minimal 5 tahun, sistem penjilidan<br />

softcover yang memiliki kekuatan minimal<br />

5 tahun (BSNP, 2006:18).<br />

Berdasarkan hasil validasi yang<br />

disajikan pada Tabel 2, Chemistry Student<br />

Worksheet berbasis SETS telah memenuhi<br />

kelayakan kegrafikaan dengan persentase<br />

Chemistry Student Worksheet 1, 2, 3, dan 4<br />

masing-masing berturut-turut sebesar<br />

92,85%, 92,85%, 92,85%, dan 100%.<br />

Berdasarkan interpretasi skor modifikasi<br />

skala Likert pada Tabel 1 maka dapat<br />

dikatakan bahwa kriteria kelayakan<br />

penyajian untuk Chemistry Student


Worksheet berbasis SETS berada di interval<br />

76%-100% yang berarti sangat kuat atau<br />

dikatakan sangat layak.<br />

Kriteria Kesesuaian Komponen SETS<br />

Menurut Binadja kriteria yang<br />

berhubungan dengan kelayakan Kesesuaian<br />

Komponen SETS terdiri dari beberapa<br />

aspek yaitu menghubungkan sains dengan<br />

keadaan lingkungan sekitar (science and<br />

environment), menghubungkan sains<br />

dengan teknologi (science and technology),<br />

menghubungkan sains dengan keadaan<br />

masyarakat sekitar (science and<br />

society)(Binadja, 2007: 31).<br />

Berdasarkan hasil validasi yang<br />

disajikan pada Tabel 2, Chemistry Student<br />

Worksheet berbasis SETS telah memenuhi<br />

kelayakan kesesuaian komponen SETS<br />

dengan persentase Chemistry Student<br />

Worksheet 1, 2, 3, dan 4 masing-masing<br />

berturut-turut sebesar 81,2 %, 87,50%,<br />

85,42%, dan 89,58%. Berdasarkan interpretasi<br />

skor modifikasi skala Likert pada<br />

Tabel 1 maka dapat dikatakan bahwa<br />

kriteria kesesuaian komponen SETS untuk<br />

Chemistry Student Worksheet berbasis<br />

SETS berada di interval 76%-100% yang<br />

berarti sangat kuat atau dikatakan sangat<br />

layak.<br />

Secara keseluruhan berdasarkan Tabel<br />

2 hasil validasi Chemistry Student<br />

Worksheet berbasis SETS yang dikembangkan<br />

telah memenuhi kriteria isi,<br />

penyajian, kebahasaan, kegrafikaan dan<br />

kesesuaian komponen SETS masingmasing<br />

sebesar 82,52%, 83,44%, 87,50%,<br />

94,64%, dan 85,94%. Berdasarkan interpretasi<br />

skor modifikasi skala Likert pada<br />

Tabel 1 maka dapat dikatakan bahwa<br />

Chemistry Student Worksheet berbasis<br />

SETS sangat layak digunakan di sekolah<br />

khususnya Rintisan SMA Bertaraf<br />

Internasional.<br />

SIMPULAN<br />

Berdasarkan hasil analisis data<br />

penelitian dapat disimpulkan bahwa<br />

Chemistry Student Worksheet Berbasis<br />

Dewi Rahmawati & Kusumawati Dwiningsih<br />

SETS (Science, Environment, Technology<br />

and Society) pada Materi Pokok Koloid<br />

Kelas XI RSMABI yang dikembangkan<br />

telah layak digunakan sebagai perangkat<br />

pembelajaran karena telah mencapai<br />

persentase ≥ 51 % pada interpretasi skor<br />

kriteria modifikasi skala Likert. Chemistry<br />

Student Worksheet Berbasis SETS telah<br />

memenuhi kriteria kelayakan isi, penyajian,<br />

kebahasaan, dan kegrafikaan, dan<br />

kesesuaian komponen SETS (Science,<br />

Environment, Technology and Society)<br />

berturut-turut sebesar 82,52%, 83,44%,<br />

87,50%, 94,64 %, 85,94% dengan katagori<br />

sangat kuat.<br />

SARAN<br />

Penelitian hanya meneliti kelayakan<br />

Chemistry Student Worksheet Berbasis<br />

SETS (Science, Environment, Technology<br />

and Society) sehingga dari hasil penelitian<br />

tidak diketahui pengaruh Chemistry Student<br />

Worksheet terhadap hasil belajar siswa.<br />

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian<br />

lebih lanjut tentang pengaruh Chemistry<br />

Student Worksheet terhadap hasil belajar<br />

siswa.<br />

DAFTAR RUJUKAN<br />

Binadja, Achmad. 2007. Pedoman<br />

Pengembangan Bahan Pembelajaran<br />

Bervisi Dan Berpendekatan SETS<br />

(Science, Environment, Technology,<br />

and Society). Semarang: Laboratorium<br />

SETS UNNES.<br />

BSNP. 2006. Instrument Penilaian Tahap <strong>II</strong><br />

Buku Teks Pelajaran Kimia SMA/MA.<br />

Jakarta: Badan Standar Nasional<br />

Pendidikan.<br />

BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan<br />

Pendidikan Dasar Dan Menengah<br />

Standar Kompetensi Dan Kompetensi<br />

Dasar SMA/MA. Jakarta: Badan<br />

Standar Nasional Pendidikan.<br />

BSNP. 2006. Panduan Penyusunan<br />

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan<br />

Jenjang Pendidikan Dasar Dan<br />

Menengah. Jakarta: Badan Standar<br />

Nasional Pendidikan.<br />

17


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan<br />

Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas<br />

Direktorat Pembinaan Sekolah<br />

Menengah Atas.<br />

Depdiknas. 2009. Panduan Penyelenggaraan<br />

Program Rintisan SMA<br />

Bertaraf Internasional (R-SMABI).<br />

Jakarta: Depdiknas Direktorat<br />

PembinaanSekolah Menengah Atas.<br />

Febri, Ika N. A. 2010. Pengembangan Buku<br />

Siswa Berbasis Sets Pada Materi<br />

Pokok Perubahan Materi Dan Reaksi<br />

Kimia Kelas Vii Untuk Sekolah<br />

Bertaraf Internasional. Skripsi. Tidak<br />

18<br />

Dipublikasikan. Surabaya: Universitas<br />

Negeri Surabaya.<br />

Ibrahim, Muslimin. 2002. Pelatihan<br />

Terintegrasi Berbasis Kompetensi<br />

Guru Mata Pelajaran Biologi<br />

Pengembangan Perangkat Pembelajaran.<br />

Surabaya: Depdiknas Direktorat<br />

Jendral Pendidikan Dasar dan<br />

Menengah.<br />

Riduwan. 2010. Skala Pengukuran<br />

Variabel- variabel Penelitian.<br />

Bandung: Alfabeta.<br />

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian<br />

Kuantitatif Kualitatif dan R&D.<br />

Bandung: Alfabeta.


PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MELALUI<br />

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS MASALAH<br />

A. Madlan<br />

SDN Sukorejo Sidayu<br />

Abstrak: Penelitian ini merupakan upaya meningkatkan prestasi belajar<br />

Pendidikan Agama Islam melalui Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual<br />

Berbasis Masalah, karena ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini<br />

untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan<br />

diciptakan secara alamiah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk; (a) mengetahui<br />

peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkan model<br />

pembelajaran kontekstual berbasis masalah; (b) mengetahui pengaruh motivasi<br />

siswa dalam belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkan medel<br />

pembelajaran kontekstual berbasis masalah. Penelitian ini menggunakan<br />

penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri<br />

dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil<br />

analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari<br />

siklus I sampai siklus <strong>II</strong>I yaitu, siklus I (66,67%), siklus <strong>II</strong> (77,78%), siklus <strong>II</strong>I<br />

(88,89%) setelah diterapkan model pembelajaran kontektual berbasis masalah.<br />

Kata kunci : peningkatan prestasi belajar, kontekstual, berbasis masalah.<br />

K<br />

egiatan belajar mengajar tidak<br />

semua anak didik mampu berkonsentrasi<br />

dalam waktu yang relatif<br />

lama. Daya serap anak didik terhadap bahan<br />

yang diberikan juga bermacam-macam.<br />

Terdapat anak yang daya serapnya cepat,<br />

sedang, dan lambat. Faktor intelegensi<br />

mempengaruhi daya serap anak didik<br />

terhadap bahan pelajaran yang diberikan<br />

oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan<br />

anak didik terhadap bahan pelajaran yang<br />

diberikan menghendaki pemberian waktu<br />

yang bervariasi, sehingga penguasaan<br />

penuh dapat tercapai.<br />

Terhadap perbedaan daya serap anak<br />

didik sebagaimana tersebut di atas,<br />

memerlukan strategi pengajaran yang tepat.<br />

Metode yang digunakan merupakan salah<br />

satu jawabannya. Untuk sekelompok anak<br />

didik boleh jadi mereka mudah menyerap<br />

bahan pelajaran bila guru menggunakan<br />

metode tanya jawab, tetapi untuk<br />

sekelompok anak didik yang lain mereka<br />

lebih mudah menyerap bahan pelajaran bila<br />

guru menggunakan metode demonstrasi<br />

atau eksperimen.<br />

Ada kecenderungan dalam dunia<br />

pendidikan dewasa ini untuk kembali pada<br />

pemikiran bahwa anak akan belajar lebih<br />

baik jika lingkungan belajar diciptakan<br />

secara alamiah. Belajar akan lebih<br />

bermakna jika anak “mengalami” sendiri<br />

apa yang dipelajarinya, bukan „mengetahui‟-nya.<br />

Pembelajaran yang berorientasi<br />

target penguasaan materi terbukti berhasil<br />

dalam kompetisi „mengingat‟ jangka<br />

pendek, tetapi gagal dalam membekali anak<br />

memecahkan persoalan dalam kehidupan<br />

jangka panjang.<br />

Mengajar bukan semata persoalan<br />

menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi<br />

otomatis dari perenungan informasi<br />

ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan<br />

keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.<br />

Kegiatan pembelajaran yang bisa membuahkan<br />

hasil belajar yang langgeng hanyalah<br />

kegiatan belajar aktif.


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

Agar belajar menjadi aktif siswa harus<br />

mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka<br />

harus menggunakan otak, mengkaji gagasan,<br />

memecahkan masalah, dan menerapkan<br />

apa yang mereka pelajari. Belajar aktif<br />

harus gesit, menyenangkan, bersemangat<br />

dan penuh gairah.<br />

Khususnya dalam pembelajaran Pendidikan<br />

Agama Islam, agar siswa dapat<br />

memahami materi yang disampaikan guru<br />

dengan baik, maka proses pembelajaran<br />

kontektual guru akan memulai membuka<br />

pelajaran dengan menyampaikan kata<br />

kunci, “ tujuan yang ingin dicapai”, baru<br />

memaparkan isi dan diakhiri dengan<br />

memberikan soal-soal kepada siswa.<br />

Menyadari gejala-gejala atau kenyataan<br />

tersebut diatas, sangat memprihatinkan dan<br />

segera dipecahkan. Maka dalam penelitian<br />

ini penulis mengambil judul “Upaya<br />

Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan<br />

agama Islam Melalui Penerapan Model<br />

Pembelajaran Kontekstual Berbasis<br />

Masalah.” Penelitian ini dilaksanakan pada<br />

siswa Kelas V SDN Sukorejo Sidayu.<br />

Bertitik tolak dari latar belakang diatas,<br />

maka dapat dirumuskan permasalahnnya,<br />

yaitu “Apakah dengan menerapkan pembelajaran<br />

kontekstual berbasis masalah dapat<br />

meningkatkan prestasi belajar siswa dalam<br />

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam?”<br />

Tujuan penelitian ini adalah untuk<br />

mengetahui peningkatan prestasi belajar<br />

Pendidikan Agama Islam setelah diterapkan<br />

metode kontekstual berbasis masalah, yang<br />

dikembangkan juga untuk mengetahui<br />

pengaruh motivasi siswa dalam belajar<br />

Pendidikan Agama Islam setelah diterapkan<br />

dengan menggunakan metode kontektual<br />

berbasis masalah.<br />

Pembelajaran kontektual adalah<br />

konsepsi pembelajaran yang menghubungkan<br />

mata pelajaran dengan situasi<br />

dunia nyata. Pembelajaran kontektual juga<br />

merupakan pembelajaran yang memotivasi<br />

siswa agar menghubungkan pengetahuan<br />

dan terapannya dengan kehidupan seharihari<br />

sebagai anggota keluarga dan<br />

masyarakat (Ardiana, 2001). Strategi ini<br />

20<br />

ada tujuh elemen penting, yaitu penemuan<br />

(inquiri), pertanyaan (questioning), konstruktivistik<br />

(contruktivism), pemodelan<br />

(modeling), masyarakat belajar (learning<br />

community), penilaian autentik (authentic<br />

assessment), dan refleksi (reflection).<br />

Konsep kontruktivistik juga termasuk<br />

metode belajar aktif sesuai dengan<br />

pernyataan sederhana dalam Konfusius<br />

yaitu;” yang saya dengar, saya lupa, yang<br />

saya lihat, saya sedikit ingat. Yang saya<br />

dengar, lihat, dan pertanyaklan atau<br />

diskusikan dengan orang lain saya mulai<br />

pahami. Dari yang saya dengar, lihat,<br />

bahas, dan terapkan, saya dapatkan<br />

pengetahuan dan ketrampilan. Yang saya<br />

ajarkan kepada orang lain, saya kuasai “.<br />

(Melvin L, Siberman, 2004: 15).<br />

METODE<br />

Rancangan penelitian ini mencakup<br />

empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan,<br />

observasi, dan refleksi. Adapun<br />

kegiatan pada tahap perencanaan adalah;<br />

(1) melakukan analisiss kurikulum dengan<br />

menentukan KD yang akan diajarkan; (2)<br />

menyusun silabus dan RPP; (3) membuat<br />

pedoman pengamatan kegiatan belajar<br />

siswa; dan (4) merancang intumen tes tulis<br />

untuk melihat perkembangan prestasi siswa.<br />

Kegiatan tahap pelaksanaan tindakan<br />

adalah melaksanakan skenario pembelajaran<br />

dengan teknik model pembelajaran<br />

kontektual berbasis masalah pada pelajaran<br />

Pendidikan Agama Islam dengan KD<br />

menceritakan kisah sahabat nabi dan<br />

meneladani perilaku terpuji.<br />

Tahap observasi dilaksanakan bersamaan<br />

dengan kegiatan KBM berlangsung<br />

dengan menggunakan dua lembar observasi<br />

pengamatan yang pertama lembar observasi<br />

untuk kegiatan guru dalam mengajar<br />

dengan menggunakan model pembelajaran<br />

kontektual dan yang ke dua lembar<br />

observasi untuk pengamatan kegiatan<br />

belajar siswa. Kegiatan observasi tersebut<br />

dilakukan oleh kolaborator teman sejawat<br />

(guru kelas V).


Hasil pengamatan yang dilakukan<br />

selama kegiatan KBM berlangsung<br />

dikumpulkan dan dianalisis. Memperhatikan<br />

hasil observasi, guru dapat melakukan<br />

otokritik pada dirinya atas kekurangankekurangan<br />

selama melakukan kegiatan<br />

belajar mengajar berlangsung untuk<br />

perbaikan berikutnya apakah indikator<br />

keberhasilan sudah tercapai atau belum.<br />

Jika dalam siklus I belum memenuhi<br />

indikator yang ditentukan maka di perbaiki<br />

pada siklus berikutnya untuk meningkatkan<br />

indikator keberhasilan.<br />

Sumber data dalam penelitian ini<br />

adalah terdiri dari : 1) siswa, dalam hal ini<br />

adalah siswa kelas V sebagai subjek<br />

penelitian untuk mendapatkan data tentang<br />

aktivitas dan hasil belajar berupa dokumen<br />

nilai ulangan harian, dan fortofolio, 2) guru,<br />

untuk melihat tingkat keberhasilan dalam<br />

mengimplementasikan model pembelajaran<br />

kontektual berbasis masalah, 3) teman<br />

sejawat dan kolabotator untuk melihat<br />

implementasi PTK secara menyeluruh dari<br />

sisi siswa maupun guru.<br />

Teknik pengumpulan data dalam<br />

penelitian ini adalah; 1) Tes, dipergunakan<br />

untuk mendapatkan data tentang hasil<br />

belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran<br />

yang dilakukan oleh guru dan<br />

sebagai pengukur berhasil atau tidak nya<br />

siswa selama mengikuti proses pembelajaran;<br />

2) Observasi, dipergunakan sebagai<br />

teknik mengumpulkan data tentang<br />

aktivitas siswa selama proses pembelajaran;<br />

3) Wawancara, dipergunakan untuk<br />

mendapatkan data tentang tingkat<br />

keberhasilan implementasi pembelajaran<br />

kontektual berbasis masdalah; dan 4)<br />

Diskusi antara teman sejawat, sebagai<br />

kolaborator di sekolah tempat penelitian<br />

berlangsung untuk refleksi hasil kegitan<br />

setiap siklus.<br />

Data yang dikumpulkan pada setiap<br />

kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus<br />

PTK dianalisis secara deskriptif dengan<br />

menggunakan teknik persentase untuk<br />

melihat kecenderungan yang terjadi dalam<br />

kegiatan pembelajaran, diantaranya; 1) hasil<br />

A. Madlan<br />

belajar; dengan menganalisis nilai rata-rata<br />

ulangan harian. Kemudian dikatagorikan<br />

dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan<br />

rendah; 2) aktivitas siswa dalam proses<br />

pembelajaran: dengan menganalisis tingkat<br />

keaktifan siswa dalam PBM. Kemudian<br />

dikatagorikan dalam klasfikasi tinggi,<br />

sedang dan rendah; dan 3) implementasi<br />

tindakan dalam pembelajaran kontektual<br />

berbasis masalah: dengan menganalisis<br />

tingkat keberhasilannya, kemudian<br />

dikatagorikan dalam klasfikasi berhasil,<br />

kurang berhasil dan tidak berhasil.<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Suatu Kompetensi dianggap tuntas<br />

secara klasikal jika siswa yang mendapat<br />

nilai 65 lebih dari atau sama dengan 85%,<br />

sedangkan seorang siswa dinyatakan tuntas<br />

belajar pada pokok bahasan tertentu jika<br />

mendapat nilai minimal 65.<br />

Siklus I<br />

Tahap Perencanaan<br />

Tahap ini peneliti mempersiapkan<br />

perangkat pembelajaran yang terdiri dari<br />

rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1, dan<br />

alat-alat pengajaran yang mendukung.<br />

Selain itu juga dipersiapkan lembar<br />

observasi pengelolaan model pembelajaran<br />

Kontekstual Berbasis Masalah, dan lembar<br />

observasi aktivitas guru dan siswa.<br />

Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan<br />

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar<br />

untuk siklus I. Dalam hal ini peneliti<br />

bertindak sebagai pengajar. Adapun proses<br />

belajar mengajar mengacu pada rencana<br />

pelajaran yang telah dipersiapkan dilaksanakan<br />

pada tanggal 4 Maret 20012 di Kelas<br />

V jumlah siswa 22 siswa. Pengamatan<br />

(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan<br />

pelaksanaan belajar mengajar.<br />

Pada akhir proses belajar mengajar<br />

siswa diberi tes formatif dengan tujuan<br />

21


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

untuk mengetahui tingkat keberhasilan<br />

siswa dalam proses belajar mengajar yang<br />

22<br />

telah dilakukan. Data hasil penelitian pada<br />

siklus I dapat dilihat pada tabel 1.<br />

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I<br />

No Uraian Hasil Siklus I<br />

1<br />

2<br />

3<br />

4<br />

Nilai rata-rata tes formatif<br />

Jumlah siswa yang sudah tuntas belajar<br />

Jumlah siswa yang belum tuntas belajar<br />

Persentase ketuntasan belajar<br />

Tabel di atas dapat dijelaskan bahwa<br />

dengan menerapkan pembelajaran model<br />

Kontekstual berbasis masalah diperoleh<br />

nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah<br />

70,00 dan ketuntasan belajar mencapai<br />

68,18% atau ada 15 siswa dari 22 siswa<br />

sudah tuntas belajar dan 7 anak yang masih<br />

belum tuntas belajar. Hasil tersebut<br />

menunjukkan bahwa pada siklus pertama<br />

secara klasikal siswa belum tuntas belajar,<br />

karena siswa yang memperoleh nilai 65<br />

hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari<br />

persentase ketuntasan yang dikehendaki<br />

yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan<br />

karena siswa masih merasa baru dan belum<br />

mengerti apa yang dimaksudkan dan<br />

digunakan guru dengan menerapkan<br />

pembelajaran model Kontekstual berbasis<br />

masalah .<br />

Refleksi<br />

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar<br />

diperoleh informasi dari hasil pengamatan<br />

sebagai berikut; 1) guru kurang maksimal<br />

dalam memotivasi siswa dan dalam<br />

menyampaikan tujuan pembelajaran; 2)<br />

guru kurang maksimal dalam pengelolaan<br />

waktu; dan 3) siswa kurang aktif selama<br />

pembelajaran berlangsung.<br />

Revisi<br />

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar<br />

pada siklus I ini masih terdapat kekurangan,<br />

sehingga perlu adanya revisi untuk<br />

dilakukan pada siklus berikutnya; 1) guru<br />

perlu lebih terampil dalam memotivasi<br />

70,00<br />

15<br />

7<br />

68,18<br />

siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan<br />

tujuan pembelajaran. Siswa diajak untuk<br />

terlibat langsung dalam setiap kegiatan<br />

yang akan dilakukan; 2) guru perlu<br />

mendistribusikan waktu secara baik dengan<br />

menambahkan informasi-informasi yang<br />

dirasa perlu dan memberi catatan; dan 3)<br />

guru harus lebih terampil dan bersemangat<br />

dalam memotivasi siswa sehingga siswa<br />

bisa lebih antusias.<br />

Siklus <strong>II</strong><br />

Tahap Perencanaan<br />

Tahap ini peneliti mempersiapkan<br />

perangkat pembelajaran yang terdiri dari<br />

rencana pelajaran 2, soal tes formatif 2 dan<br />

alat-alat pengajaran yang mendukung.<br />

Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan<br />

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar<br />

untuk siklus <strong>II</strong> dilaksanakan pada tanggal<br />

11 Maret 2011 di Kelas V dengan jumlah<br />

siswa 22 siswa. Dalam hal ini peneliti<br />

bertindak sebagai pengajar. Proses belajar<br />

mengajar mengacu pada rencana pelajaran<br />

dengan memperhatikan revisi pada siklus I,<br />

sehingga kesalahan atau kekurangan pada<br />

siklus I tidak terulang lagi pada siklus <strong>II</strong>.<br />

Pengamatan (observasi) dilaksanakan<br />

bersamaan dengan pelaksanaan belajar<br />

mengajar.<br />

Pada akhir proses belajar mengajar<br />

siswa diberi tes formatif <strong>II</strong> dengan tujuan<br />

untuk mengetahui tingkat keberhasilan<br />

siswa dalam proses belajar mengajar yang


telah dilakukan. Instrumen yang digunakan<br />

adalah tes formatif <strong>II</strong>. Data hasil penelitian<br />

pada siklus <strong>II</strong> dapat dilihat pada table 2.<br />

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus <strong>II</strong><br />

No Uraian Hasil Siklus <strong>II</strong><br />

1<br />

2<br />

3<br />

4<br />

Nilai rata-rata tes formatif<br />

Jumlah siswa yang sudah tuntas belajar<br />

Jumlah siswa yang belum tuntas belajar<br />

Persentase ketuntasan belajar<br />

Tabel di atas diperoleh nilai rata-rata<br />

prestasi belajar siswa adalah 77,73 dan<br />

ketuntasan belajar mencapai 79,01% atau<br />

ada 17 siswa dari 22 siswa sudah tuntas<br />

belajardan ada 5 anak yang belum tuntas<br />

belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada<br />

siklus <strong>II</strong> ini ketuntasan belajar secara<br />

klasikal telah mengalami peningkatan<br />

sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya<br />

peningkatan hasil belajar siswa ini karena<br />

setelah guru menginformasikan bahwa<br />

setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan<br />

tes sehingga pada pertemuan berikutnya<br />

siswa lebih termotivasi untuk belajar.<br />

Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti<br />

apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru<br />

dengan menerapkan pembelajaran model<br />

Kontekstual berbasis masalah .<br />

Refleksi<br />

Pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh<br />

informasi dari hasil pengamatan sebagai<br />

berikut; 1) memotivasi siswa; 2) membimbing<br />

siswa merumuskan kesimpulan/<br />

menemukan konsep; dan 3) pengelolaan<br />

waktu<br />

Revisi Rancangan<br />

Pelaksanaan kegiatan belajar pada<br />

siklus <strong>II</strong> ini masih terdapat kekurangankekurangan.<br />

Maka perlu adanya revisi<br />

untuk dilaksanakan pada siklus <strong>II</strong> antara<br />

lain; 1) guru dalam memotivasi siswa<br />

hendaknya dapat membuat siswa lebih<br />

termotivasi selama proses belajar mengajar<br />

77,73<br />

17<br />

5<br />

79,01<br />

A. Madlan<br />

berlangsung; 2) guru harus lebih dekat<br />

dengan siswa sehingga tidak ada perasaan<br />

takut dalam diri siswa baik untuk<br />

mengemukakan pendapat atau bertanya; 3)<br />

guru harus lebih sabar dalam membimbing<br />

siswa merumuskan kesimpulan/menemukan<br />

konsep; 4) guru harus mendistribusikan<br />

waktu secara baik sehingga kegiatan<br />

pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan<br />

yang diharapkan; dan 5) guru sebaiknya<br />

menambah lebih banyak contoh soal dan<br />

memberi soal-soal latihan pada siswa untuk<br />

dikerjakan pada setiap kegiatan belajar<br />

mengajar.<br />

Siklus <strong>II</strong>I<br />

Tahap Perencanaan<br />

Tahap ini peneliti mempersiapkan<br />

perangkat pembelajaran yang terdiri dari<br />

rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan<br />

alat-alat pengajaran yang mendukung.<br />

Tahap Kegiatan dan Pengamatan<br />

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar<br />

untuk siklus <strong>II</strong>I dksanakan pada tanggal 18<br />

Maret 2011 di Kelas V dengan jumlah<br />

siswa 22 siswa. Peneliti bertindak sebagai<br />

pengajar dalam kegiatan ini. Proses belajar<br />

mengajar mengacu pada rencana pelajaran<br />

dengan memperhatikan revisi pada siklus<br />

<strong>II</strong>, sehingga kesalahan atau kekurangan<br />

pada siklus <strong>II</strong> tidak terulang lagi pada siklus<br />

<strong>II</strong>I. Pengamatan (observasi) dilaksanakan<br />

bersamaan dengan pelaksanaan belajar<br />

mengajar.<br />

23


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

Pada akhir proses belajar mengajar<br />

siswa diberi tes formatif <strong>II</strong>I dengan tujuan<br />

untuk mengetahui tingkat keberhasilan<br />

siswa dalam proses belajar mengajar yang<br />

24<br />

Tabel 3. Hasil Formatif Siswa Pada Siklus <strong>II</strong>I<br />

telah dilakukan. Instrumen yang digunakan<br />

adalah tes formatif <strong>II</strong>I. Data hasil penelitian<br />

pada siklus <strong>II</strong>I dapat dilihat pada table 3.<br />

No Uraian Hasil Siklus <strong>II</strong>I<br />

1<br />

2<br />

3<br />

4<br />

Nilai rata-rata tes formatif<br />

Jumlah siswa yang sudah tuntas belajar<br />

Jumlah siswa yang belum tuntas belajar<br />

Persentase ketuntasan belajar<br />

Tabel di atas diperoleh nilai rata-rata<br />

tes formatif sebesar 82,73 dan dari 22 siswa<br />

telah tuntas sebanyak 19 siswa dan 3 siswa<br />

belum mencapai ketuntasan belajar. Secara<br />

klasikal ketuntasan belajar yang telah<br />

tercapai sebesar 86,36% (termasuk kategori<br />

tuntas). Hasil pada siklus <strong>II</strong>I ini mengalami<br />

peningkatan lebih baik dari siklus <strong>II</strong>.<br />

Adanya peningkatan hasil belajar pada<br />

siklus <strong>II</strong>I ini dipengaruhi oleh adanya<br />

peningkatan kemampuan guru dalam<br />

menerapkan pembelajaran model<br />

Kontekstual berbasis masalah sehingga<br />

siswa menjadi lebih terbiasa dengan<br />

pembelajaran seperti ini sehingga siswa<br />

lebih mudah dalam memahami materi yang<br />

telah diberikan.<br />

Refleksi<br />

Pada tahap ini akan dikaji apa yang<br />

telah terlaksana dengan baik maupun yang<br />

masih kurang baik dalam proses belajar<br />

mengajar dengan penerapan pembelajaran<br />

model Kontekstual berbasis masalah . Dari<br />

data-data yang telah diperoleh dapat<br />

diuraikan sebagai berikut; 1) selama proses<br />

belajar mengajar guru telah melaksanakan<br />

semua pembelajaran dengan baik. Meskipun<br />

ada beberapa aspek yang belum<br />

sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya<br />

untuk masing-masing aspek cukup besar; 2)<br />

berdasarkan data hasil pengamatan diketahui<br />

bahwa siswa aktif selama proses belajar<br />

berlangsung; 3) kekurangan pada siklussiklus<br />

sebelumnya sudah mengalami<br />

82,73<br />

19<br />

3<br />

86,36<br />

perbaikan dan peningkatan sehingga<br />

menjadi lebih baik; 4) hasil belajar siswa<br />

pada siklus <strong>II</strong>I mencapai ketuntasan.<br />

Revisi Pelaksanaan<br />

Pada siklus <strong>II</strong>I guru telah menerapkan<br />

pembelajaran model Kontekstual berbasis<br />

masalah dengan baik dan dilihat dari<br />

aktivitas siswa serta hasil belajar siswa<br />

pelaksanaan proses belajar mengajar sudah<br />

berjalan dengan baik. Oleh karena itu, tidak<br />

diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang<br />

perlu diperhatikan untuk tindakan<br />

selanjutnya adalah memaksimalkan dan<br />

mempertahankan apa yang telah ada dengan<br />

tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar<br />

mengajar selanjutnya penerapan model<br />

pengajaran kontekstual berbasis masalah<br />

dapat meningkatkan proses belajar<br />

mengajar sehingga tujuan pembelajaran<br />

dapat tercapai.<br />

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan<br />

bahwa pembelajaran model Kontekstual<br />

berbasis masalah memiliki dampak<br />

positif dalam meningkatkan prestasi belajar<br />

siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin<br />

mantapnya pemahaman siswa terhadap<br />

materi yang disampaikan guru (ketuntasan<br />

belajar meningkat dari siklus I, <strong>II</strong>, dan <strong>II</strong>I)<br />

yaitu masing-masing 68,18%, 79,01%, dan<br />

86,36%. Pada siklus <strong>II</strong>I ketuntasan belajar<br />

siswa secara klasikal telah tercapai.<br />

Berdasarkan analisis data, diperoleh<br />

aktivitas siswa dalam proses belajar


mengajar dengan menerapkan model<br />

pengajaran kontekstual berbasis masalah<br />

dalam setiap siklus mengalami peningkatan.<br />

Hal ini berdampak positif terhadap prestasi<br />

belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan<br />

dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa<br />

pad setiap siklus yang terus mengalami<br />

peningkatan.<br />

Analisis data, diperoleh aktivitas siswa<br />

dalam proses pembelajaran Pendidikan<br />

Agama Islam pada pokok bahasan kisah<br />

sahabat nabi dan meneladani prilakunya<br />

dengan model pengajaran kontekstual<br />

berbasis masalah yang paling dominan<br />

adalah, mendengarkan/ memperhatikan<br />

penjelasan guru, dan diskusi antar<br />

siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat<br />

dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat<br />

dikategorikan aktif.<br />

Aktivitas guru selama pembelajaran<br />

telah melaksanakan langkah-langkah kegiatan<br />

dengan menerapkan pembelajaran<br />

konstekstual berbasis masalah dengan baik.<br />

Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang<br />

muncul di antaranya aktivitas membimbing<br />

dan mengamati siswa dalam menemukan<br />

konsep, menjelaskan materi yang sulit,<br />

memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab<br />

dimana prosentase untuk aktivitas di atas<br />

cukup besar.<br />

SIMPULAN<br />

Hasil analisis dan pembahasan dalam<br />

Penelitian Tindakan Kelas ini dapat<br />

disimpulkan; 1) model pembelajaran<br />

kontekstual berbasis masalah dapat meningkatkan<br />

kualitas pembelajaran Pendidikan<br />

Agama Islam dan memiliki dampak positif<br />

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa<br />

yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan<br />

belajar dalam setiap siklus,yaitu<br />

siklus I 68,18%, siklus <strong>II</strong> 79,01%, dan<br />

siklus <strong>II</strong>I 86,36%; 2) pembelajaran<br />

kontekstual berbasis masalah dapat menjadikan<br />

siswa dirinya mendapat perhatian dan<br />

kesempatan untuk menyampaikan pendapat,<br />

gagasan, ide, dan pertanyaan serta dapat<br />

bekerja secara mandiri maupun kelompok<br />

A. Madlan<br />

dan mampu mempertanggungkan segala<br />

tugas individu maupun kelompok.<br />

SARAN<br />

Sehubungan dengan simpulan diatas,<br />

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,<br />

yaitu: (1) untuk melaksanakan pembelajaran<br />

kontekstual berbasis masalah perlu<br />

persiapan yang matang agar dalam proses<br />

pembelajaran menghasilkan yang optimal;<br />

(2) dalam rangka meningkatkan prestasi<br />

belajar siswa, guru hendaknya lebih sering<br />

melatih siswa dengan berbagai metode<br />

pengajaran walaupun dalam taraf sederhana;<br />

(3) untuk penelitian serupa sebagai<br />

kelanjutan masih perlu berbaikan-perbaikan<br />

agar diperoleh hasil yang lebih baik.<br />

DAFTAR RUJUKAN<br />

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses<br />

Belajar Mengajar. Bandung: Sinar<br />

Baru Algesindon.<br />

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar<br />

Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi<br />

Aksara.<br />

---------------------------. 2002. Prosedur<br />

Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.<br />

Jakarta: Rineksa Cipta.<br />

Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses<br />

Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta:<br />

Usaha Nasional.<br />

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi<br />

Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa<br />

Cipt<br />

Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research,<br />

Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi<br />

UGM.<br />

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar<br />

dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru<br />

Algesindo.<br />

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar<br />

Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.<br />

25


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian<br />

Tindakan Kelas. Surabaya: Insan<br />

Cendekia.<br />

26<br />

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru<br />

Profesional. Bandung: Remaja<br />

Rosdakarya.


IMPLEMENTASI METODE TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN<br />

PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS-EKONOMI<br />

DI SMP NEGERI 2 BENJENG-GRESIK<br />

Supriyono<br />

SMP Negeri 2 Menganti Gresik<br />

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan partisipasi siswa<br />

pada pembelajaran IPS-Ekonomi melalui implementasi metode tutor sebaya.<br />

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam tiga siklus terhadap 34 orang siswa.<br />

Teknik pengumpulan data melalui observasi oleh guru dan kolaborator, dan<br />

analisis data dilakukan secara deskriptif dengan teknik persentase. Tingkat<br />

partisipasi siswa dinyatakan dengan kategori tinggi, sedang, atau rendah,<br />

sedangkan keberhasilan tutor sebaya dinyatakan dengan berhasil, kurang berhasil,<br />

atau tidak berhasil. Hasil penelitian, antara lain; 1) keterlibatan siswa secara aktif<br />

dalam proses pembelajaran berkategori tinggi, karena telah mencapai kriteria yang<br />

ditetapkan, yakni 100% siswa terlibat aktif; 2) frekuensi siswa yang bertanya<br />

berkategori tinggi, karena kriteria yang ditetapkan, yakni 76%, sedangkan kriteria<br />

75%; 3) siswa yang mampu mengajukan pendapat berkategori sedang, karena<br />

belum mencapai kriteria yang ditetapkan meskipun belum memenuhi kriteria yang<br />

ditetapkan, tetapi dari segi kuantitas mengalami peningkatan; 4) siswa yang<br />

mampu menjawab pertanyaan berkategori tinggi, karena melampaui kriteria yang<br />

ditetapkan yakni 83%, sedangkan kriterianya 80%; dan 5) kinerja kelompok<br />

berkategori tinggi, karena sangat kompak dan dapat menyelesaikan tugas tepat<br />

waktu. Dengan demikian implementasi metode tutor sebaya berhasil<br />

meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran IPS-Ekonomi kompetensi<br />

dasar berbagai bentuk pasar dalam kegiatan ekonomi masyarakat di kelas V<strong>II</strong>I-D<br />

semester 1 SMP Negeri 2 Benjeng Gresik Tahun Pelajaran 2010-2011.<br />

Kata kunci : prestasi belajar, partisipasi siswa, metode tutor sebaya.<br />

S<br />

alah satu regulasi peningkatan mutu<br />

pendidikan di Indonesia adalah<br />

diberlakukannya kurikulum nasional<br />

yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan<br />

yang disingkat dengan istilah KTSP.<br />

Implementasi di sekolah menuntut para<br />

guru dan siswa untuk lebih kreatif dan<br />

memiliki inovasi dalam pelaksanaan pembelajaran<br />

di kelas. KTSP lebih menekankan<br />

pada pencapaian kompetensi siswa, hal ini<br />

berarti dalam pembelajaran IPS-Ekonomi<br />

berpusat kepada siswa (student oriented)<br />

dan bukan lagi bersumber atau berpusat<br />

pada guru saja (teacher oriented).<br />

Karakteristik pembelajaran IPS-Ekonomi<br />

lebih menekankan pada membangun<br />

atau mengkontruksi pengetahuan tentang<br />

konsep yang dibahas. Proses mengkontruksi<br />

pengetahuan ini memerlukan kreatifitas<br />

guru untuk menciptakan ”PAIKEM-<br />

GEMBROT” (pembelajaran aktif, inovatif,<br />

kreatif, menyenangkan, gembira dan<br />

berbobot) sehingga siswa dapat berpartisipasi<br />

aktif yang pada akhirnya mereka<br />

memiliki pengalaman belajar belajar yang<br />

bermakna dan menyenangkan, sedangkan<br />

guru berperan sebagai fasilitator dan<br />

motivator.<br />

Fakta empirik yang ditemukan oleh<br />

penulis melalui kegiatan penelitian tindakan<br />

kelas (observasi), pembelajaran yang terjadi<br />

monoton sehingga siswa terlihat jenuh


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

karena kurang diberdayakan. Siswa<br />

diperlakukan sebagai objek yang harus<br />

duduk manis memperhatikan guru yang<br />

sedang menerangkan. Selain itu pembelajaran<br />

yang berlangsung seolah-olah hanya<br />

28<br />

untuk sekelompok tertentu. Berikut ini data<br />

proses pembelajaran IPS-Ekonomi di kelas<br />

V<strong>II</strong>I-D SMP Negeri 2 Benjeng-Gresik.<br />

Tabel 1. Kondisi Pembelajaran Siswa Kelas V<strong>II</strong>I SMP Negeri 2 Benjeng-Gresik<br />

Proses<br />

Pembelajaran<br />

Pemberdayaan<br />

siswa pandai<br />

Kelas<br />

V<strong>II</strong>I-A V<strong>II</strong>I-B V<strong>II</strong>I-C V<strong>II</strong>I-D V<strong>II</strong>I-E<br />

Belum Belum Belum Belum Belum<br />

Metode Bervariasi Ya Ya Ya Ya Ya<br />

Partisipasi Siswa Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah<br />

Uraian di atas tersebut sangat menarik<br />

perhatian penulis untuk melakukan suatu<br />

penelitian tindakan kelas, dengan menerapkan<br />

pembelajaran tutor sebaya dalam<br />

rangka meningkatkan partisipasi siswa<br />

selama proses pembelajaran untuk<br />

kompetensi dasar berbagai bentuk pasar<br />

dalam kegiatan ekonomi masyarakat pada<br />

mata pelajaran IPS-Ekonomi di kelas V<strong>II</strong>I-<br />

D SMP Negeri 2 Benjeng-Gresik.<br />

Berdasarkan latar belakang masalah di<br />

atas, maka dapat diidentifikasi masalah<br />

sebagai berikut; 1) rendahnya partisipasi<br />

siswa dalam proses pembelajaran; 2) siswa<br />

masih dianggap objek belajar yang tidak<br />

memiliki potensi atau pengetahuan; 3)<br />

rendahnya kepedulian siswa kelompok<br />

pandai (tinggi) terhadap siswa kelompok<br />

rendah; 4) siswa kelompok rendah merasa<br />

kurang mendapat perhatian baik dari guru<br />

maupun dari teman sebayanya.<br />

Batasan masalah dalam penelitian ini<br />

adalah sebagai berikut; 1) proses pembelajaran<br />

IPS-Ekonomi dengan metode tutor<br />

sebaya untuk meningkatkan partisipasi pada<br />

pembelajaran IPS-Ekonomi dilaksanakan di<br />

kelas V<strong>II</strong>I-D SMP Negeri 2 Benjeng-Gresik<br />

semester 1 (ganjil) tahun pelajaran 2010-<br />

2011; 2) Kompetensi Dasar yang diajarkan<br />

adalah berbagai bentuk pasar dalam<br />

kegiatan ekonomi masyarakat.<br />

Berdasarkan latar belakang dan<br />

identifikasi masalah tersebut di atas, maka<br />

rumusan masalah dalam penelitian tindakan<br />

kelas ini adalah; apakah dengan metode<br />

tutor sebaya dapat meningkatkan partisipasi<br />

siswa dalam pembelajaran IPS-Ekonomi di<br />

kelas V<strong>II</strong>I-D SMP Negeri 2 Benjeng-<br />

Gresik? ”<br />

METODE<br />

Penelitian ini merupakan penelitian<br />

tindakan (action research), karena penelitian<br />

dilakukan untuk memecahkan masalah<br />

pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga<br />

termasuk penelitian deskriptif, sebab<br />

menggambarkan bagaimana suatu teknik<br />

pembelajaran diterapkan dan bagaimana<br />

hasil yang diinginkan dapat dicapai.<br />

Sesuai dengan jenis penelitian yang<br />

dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka<br />

penelitian ini menggunakan model penelitian<br />

tindakan dari Kemmis dan Taggart<br />

(dalam Arikunto, Suharismi, 2002: 83),<br />

yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu<br />

ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus<br />

meliputi planning (rencana), action<br />

(tindakan), observation (pengamatan), dan<br />

reflection (refleksi). Langkah pada siklus<br />

berikutnya adalah perencanaan yang sudah<br />

direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi.<br />

Sebelum masuk pada siklus I dilakukan


tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi<br />

permasalahan. Siklus spiral dari<br />

Siklus 1<br />

Siklus 2<br />

Siklus 3<br />

Mengacu dari uraian yang disampaikan<br />

oleh Suharsimi Arikunto (2006 : 24) yang<br />

menjadi obyek tindakan dalam penelitian<br />

ini terdiri dari beberapa unsur, antara lain;<br />

(1) unsur siswa; yang diamati adalah respon<br />

dan partisipasi terhadap penerapan pembelajaran<br />

dengan metode tutor sebaya; (2)<br />

unsur guru; yang diamati adalah keterampilan<br />

guru dalam menggunakan model<br />

pembelajaran dengan metode tutor sebaya;<br />

dan (3) unsur materi; yang diamati<br />

kesesuaian penyusunan bahan ajar dengan<br />

kurikulum.<br />

Metode yang dilakukan dalam penelitian<br />

ini adalah metode penelitian tindakan<br />

kelas model Kurt Lewin dan terdiri dari tiga<br />

siklus yang setiap siklusnya terdiri dari<br />

empat tahap (Suharsimi arikunto, 2006: 16),<br />

yaitu: Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan,<br />

dan Refleksi.<br />

Gambar 3.1 Alur PTK<br />

Refleksi<br />

Tindakan/Ob<br />

servasi<br />

Refleksi<br />

Tindakan/<br />

Observasi<br />

Refleksi<br />

Tindakan/<br />

Observasi<br />

Supriyono<br />

tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat<br />

dilihat pada gambar berikut:<br />

Rencana awal/rancangan<br />

Rencana awal/rancangan<br />

Rencana awal/rancangan<br />

Observasi dibagi dalam tiga putaran,<br />

yaitu putaran 1, 2, dan 3, dimana masing<br />

putaran dikenai perlakuan yang sama (alur<br />

kegiatan yang sama) dan membahas satu<br />

sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes<br />

formatif di akhir masing putaran. Dibuat<br />

dalam tiga putaran dimaksudkan untuk<br />

memperbaiki sistem pengajaran yang telah<br />

dilaksanakan.<br />

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan<br />

di SMP Negeri 2 Benjeng, Jl. Raya<br />

<strong>Des</strong>a Balongmojo No.01 Kecamatan<br />

Benjeng Kabupaten Gresik untuk mata<br />

pelajaran IPS-Ekonomi. Penelitian ini<br />

dilakukan selama 4 (empat) bulan, yaitu<br />

mulai bulan September sampai bulan <strong>Des</strong>ember<br />

2010. Penentuan waktu penelitian<br />

mengacu pada kalender akademik sekolah<br />

atau kalender pendidikan, karena PTK<br />

memerlukan beberapa siklus yang<br />

29


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

membutuhkan proses belajar mengajar yang<br />

efektif di kelas.<br />

Metode dan Alat Pengumpulan Data<br />

Teknik pengumpulan data dalam<br />

penelitian tindakan kelas ini adalah<br />

observasi; hasilnya dipergunakan untuk<br />

memperoleh data tentang aktivitas belajar<br />

siswa. Sedangkan alat pengumpulan data<br />

berupa instrumen yaitu : lembar observasi<br />

untuk mengukur tingkat aktivitas atau<br />

partisipasi siswa dalam pembelajaran IPS-<br />

Ekonomi.<br />

Metode Analisis Data<br />

Data yang diperoleh pada setiap<br />

kegiatan observasi dari setiap siklus,<br />

dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan<br />

teknik persentase untuk melihat<br />

kecenderungan yang terjadi dalam proses<br />

pembelajaran. Kegiatan analisis meliputi;<br />

(1) tingkat partisipasi atau keaktifan siswa<br />

dalam proses pembelajaran, dengan<br />

kategori tinggi, sedang, dan rendah; (2)<br />

hasil belajar siswa berupa nilai ulangan<br />

harian untuk kompetensi dasar : berbagai<br />

bentuk pasar dalam kegiatan ekonomi<br />

masyarakat; dan (3) tingkat keberhasilan<br />

metode tutor sebaya, dengan kategori<br />

berhasil, kurang berhasil, dan tidak<br />

berhasil.<br />

Cara Mengambil Kesimpulan<br />

Cara pengambilan kesimpulan pada<br />

penelitian tindakan kelas ini yaitu dengan<br />

merangkum hasil tes, hasil penyebaran<br />

angket, dan hasil observasi siklus I, siklus<br />

<strong>II</strong>, dan siklus <strong>II</strong>I. Selanjutnya menyusun,<br />

mengolah, dan menyajikannya sesuai<br />

dengan kaidah-kaidah ilmiah sehingga<br />

menjadi data yang bermakna. Berdasarkan<br />

data yang sudah bermakna dan mudah<br />

untuk dibaca selanjutnya dapat disimpulkan<br />

pelaksanaan penelitian tindakan kelas<br />

berhasil atau tidak berhasil dengan<br />

30<br />

mengacu kepada indikator keberhasilan<br />

yang telah ditentukan.<br />

HASIL<br />

Setting Penelitian<br />

SMP Negeri 2 Benjeng adalah salah<br />

satu sekolah negeri yang berada dibawah<br />

Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik yang<br />

beralamatkan di Jalan Arif Rahman Hakim<br />

No.2 Gresik sedangkan SMP Negeri 2<br />

Benjeng sendiri beralamatkan di Jalan Raya<br />

<strong>Des</strong>a Balongmojo No.01 Telp. (031)<br />

7823290 kecamatan Benjeng kabupaten<br />

Gresik berdiri pada tanggal 21 April 1997,<br />

yang mempunyai lahan seluas ± 7000 meter<br />

persegi dengan bagunan berlntai satu dan<br />

berlantai dua yang terdiri 18 kelas dengan<br />

jumlah siswa 540 orang yang diasuh oleh<br />

40 guru termasuk peneliti. Sebagai obyek<br />

penelitian ini adalah siswa kelas V<strong>II</strong>I-D<br />

yang berjumlah 34 orang. Sekolah tersebut<br />

dipilih sebagai tempat penelitian karena<br />

SMP Negeri 2 Benjeng merupakan tempat<br />

bertugas peneliti sehingga diyakini peneliti<br />

mengetahui dengan baik kondisi siswa<br />

tersebut.<br />

Uraian Penelitian Secara Umum<br />

/Keseluruhan<br />

<strong>Des</strong>ain penelitian terdiri dari 3 siklus<br />

secara berulang yang meliputi siklus I,<br />

siklus <strong>II</strong>, dan siklus <strong>II</strong>I. Setiap siklus dalam<br />

penelitian ini meliputi empat tahap<br />

sebagaimana yang dikemukakan Suharsimi<br />

Arikunto, Suhargjono, dan Supardi (2006:<br />

16), sebagai berikut: (1) perencanaan<br />

(planning), (2) pelaksanaan (acting), (3)<br />

pengamatan (observing), dan (4) refleksi<br />

(reflecting). Hasil refleksi dijadikan dasar<br />

untuk menentukan keputusan perbaikan<br />

pada siklus berikutnya.<br />

Adapun langkah-langkah tindakan<br />

yang ditempuh dalam penelitian ini<br />

sebagaimana yang diutarakan oleh<br />

Suharsimi Arikunto (2006 :16) yaitu :<br />

Siklus I


Tahap Perencanaan:<br />

(1) Peneliti menganalisis standar kompetensi<br />

(SK) 4, dan kompetensi dasar (KD)<br />

4.3; (2) membuat recana pelaksanaan pembelajaran<br />

(RPP) yang akan dilaksanakan<br />

dengan metode tutor sebaya; (3) membuat<br />

Lembar Kerja Siswa; (4) membuat alat<br />

evaluasi; dan (5) membuat instrumen<br />

penelitian.<br />

Tahap Pelaksanaan:<br />

(1) Siswa dibagi menjadi 8 kelompok;<br />

(2) memberi penjelasan teknis dan alur<br />

pembelajaran; (3) setiap kelompok diberikan<br />

materi yang harus dibahas; (4) selama<br />

kerja atau diskusi kelompok, guru<br />

berkeliling melakukan penilaian dan<br />

bimbingan seperlunya; (5) perwakilan<br />

siswa dari kelompok yang sudah siap,<br />

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya,<br />

dan siswa lain memberi tanggapan;<br />

(6) penguatan dan menyimpulkan materi<br />

yang dibahas secara bersama-sama; dan (7)<br />

guru dan kolaborator melakukan observasi.<br />

Tahap Pengamatan:<br />

Hal-hal yang akan diamati adalah; (1)<br />

aktivitas atau partisipasi siswa selama<br />

pembelajaran baik dalam kerja kelompok<br />

maupun pada saat presentase (pleno); (2)<br />

kemampuan siswa mengutarakan pendapat,<br />

idea, atau gagasan; (3) kemampuan<br />

bertanya baik di kelompok maupun pada<br />

saat pleno; (4) kemampuan siswa dalam<br />

menjawab pertanyaan atau kuis; dan (5)<br />

ketepatan waktu dalam kerja kelompok.<br />

Tahap Refleksi:<br />

Keberhasilan dalam penelitian ini<br />

diperlihatkan antara lain; (1) 100% dari<br />

jumlah siswa terlibat aktif dalam membahas<br />

materi pelajaran; (2) 75% siswa mampu<br />

menyampaikan pendapat tentang materi<br />

yang sedang dibahas; (3) 75% siswa berani<br />

bertanya atau memberikan tanggapan<br />

terhadap presentase yang disampaikan; (4)<br />

Supriyono<br />

80% siswa dapat menjawab pertanyaan dari<br />

guru atau teman sebayanya; (5)<br />

Menyelesaikan tugas kelompok tepat waktu<br />

yang ditentukan 100%; dan (6) Rata-rata<br />

tingkat partisipasi siswa dalam proses<br />

pembelajaran di kelas mencapai 80%.<br />

Siklus <strong>II</strong><br />

Tahap Perencanaan:<br />

Peneliti membuat perencanaan<br />

tindakan berdasarkan hasil refleksi pada<br />

siklus pertama<br />

Tahap Pelaksanaan:<br />

Pelaksanaan pembelajaran`tetap menggunakan<br />

metode tutor sebaya dan<br />

berdasarkan hasil refleksi pada siklus<br />

pertama.<br />

Tahap Pengamatan:<br />

Peneliti melakukan pengamatan lebih<br />

tajam terhadap partisipasi siswa dalam<br />

pembelajaran dengan memperhatikan hasil<br />

refleksi pada siklus pertama.<br />

Tahap Refleksi :<br />

Melaksanakan refleksi terhadap pelaksanaan<br />

pembelajaran dan hasil pengamatan<br />

pada siklus pertama.<br />

Siklus <strong>II</strong>I<br />

Tahap Perencanaan:<br />

Peneliti membuat perencanaan<br />

tindakan berdasarkan hasil refleksi pada<br />

siklus kedua.<br />

Tahap Pelaksanaan:<br />

Pelaksanaan pembelajaran`tetap menggunakan<br />

metode tutor sebaya dan<br />

berdasarkan hasil refleksi pada siklus<br />

kedua.<br />

31


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

Tahap Pengamatan:<br />

Peneliti melakukan pengamatan lebih<br />

tajam terhadap partisipasi siswa dalam<br />

pembe-lajaran dengan memperhatikan hasil<br />

refleksi pada siklus kedua.<br />

Tahap Refleksi:<br />

Melaksanakan refleksi terhadap pelaksanaan<br />

pembelajaran dan hasil pengamatan<br />

pada siklus kedua.<br />

Penjelasan Per Siklus<br />

Penelitian Siklus I<br />

Tahap Perencanaan<br />

Siklus I dilaksanakan selama dua kali<br />

pertemuan yaitu tanggal 7 September dan<br />

14 September 2010, kompetensi dasar (KD)<br />

yang dipelajari adalah KD.4.3 dengan<br />

materi pokok yang dibahas pada pertemuan<br />

ke-1 adalah mendeskripsikan berbagai<br />

bentuk pasar dalam kegiatan ekonomi<br />

masyarakat, dan pada pertemuan ke-2<br />

KD.4.3 mendeskripsikan berbagai bentuk<br />

pasar dalam kegiatan ekonomi masyarakat.<br />

Untuk efektivitas pembelajaran telah dibuat<br />

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).<br />

Siklus pertama yang dilaksanakan dua<br />

kali pertemuan ini, dihadiri oleh 32 orang<br />

siswa, dan satu observer sebagai<br />

kolaborator. Dengan kreteria keberhasilan<br />

siswa yang ditetapkan bila 100% dari<br />

jumlah siswa terlibat aktif dalam membahas<br />

materi pelajaran, 75% siswa mampu<br />

menyampaikan pendapat tentang materi<br />

yang sedang dibahas, 75% siswa berani<br />

bertanya 80% siswa mampu menjawab<br />

pertanyaan, dan 100% penyelesaian tugas<br />

kelompok tepat waktu, sehingga rata-rata<br />

partisipasi siswa dalam pembelajaran<br />

diharapkan mencapai 86%.<br />

Tahap Pelaksanaan<br />

Siklus pertama dilaksanakan sesuai dengan<br />

rencana, yaitu dua kali pertemuan; yaitu<br />

tanggal 7 September dan 14 September<br />

32<br />

2010. Pada pertemuan ke-1 jumlah siswa<br />

yang hadir 32 orang dari 34 orang siswa<br />

yang terdaftar pada kelas V<strong>II</strong>I-D, 2 orang<br />

siswa tidak hadir dikarenakan sakit dan<br />

alasan lain (pergi), sedangkan pada<br />

pertemuan kedua seluruh siswa 34 hadir,<br />

dan observer sebagai kolaborator yang<br />

hadir satu orang.<br />

Pada siklus ini proses pembelajaran<br />

berlangsung berdasarkan rencana<br />

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah<br />

ditetapkan. Pertemuan ke-1 membahas<br />

berbagai bentuk pasar dalam kegiatan<br />

ekonomi masyarakat.<br />

Pada proses pembahasan diawali dengan<br />

penjelasan teknis oleh guru sekitar 5 menit,<br />

dipadu oleh masing-masing tutor sebaya<br />

pada tiap-tiap kelompok selama 20 menit,<br />

presentase kelompok selama 40 menit, dan<br />

15 menit terakhir digunakan untuk<br />

menyimpulkan hasil temuan dan refleksi<br />

terhadap proses pembelajaran yang telah<br />

dilaksanakan.<br />

Sedangkan pertemuan ke-2 pada siklus<br />

pertama ini, proses pembelajaran<br />

mendeskripsikan atau menganalisis<br />

berbagai bentuk pasar dalam kegiatan<br />

ekonomi masyarakat. Pada proses<br />

selanjutnya guru memberikan penjelasan<br />

teknis pada tutor sebaya untuk disampaikan<br />

pada kelompok masing-masing dengan<br />

waktu yang tersedia. Kegiatan terakhir<br />

refleksi terhadap proses pembelajaran yang<br />

telah dilaksanakan.<br />

Tahap Pengamatan<br />

Selama proses pembelajaran berlangsung<br />

guru dan kolaborator melakukan penilaian<br />

proses dan pengamatan terhadap kinerja<br />

kelompok, maupun pada saat pleno dengan<br />

menggunakan lembar observasi yang telah<br />

disediakan.<br />

Aspek partisipasi siswa yang diamati<br />

selama proses pembelajaran berlangsung<br />

meliputi; (1) kinerja kelompok; terlibat<br />

aktif, dan ketepatan waktu; (2) kegiatan


pleno : mengajukan pendapat, bertanya, dan<br />

menjawab pertanyaan.<br />

Supriyono<br />

Data hasil pengamatan terhadap proses<br />

pembelajaran pada siklus ini adalah sebagai<br />

berikut :<br />

Tabel 2. Hasil Pengamatan Pada Siklus I Pertemuan ke-1<br />

Banyak Siswa dan Aspek Yang Diamati<br />

No. Kelompok Terlibat Mengajukan<br />

Bertanya<br />

Aktif Pendapat<br />

Menjawab<br />

Pertanyaan<br />

Tepat<br />

Waktu<br />

1 Pasar Tradisional 2 2 1 2 YA<br />

2 Pasar Kongkrit 2 2 1 1 -<br />

3 Pasar Abstrak 2 2 1 1 -<br />

4 Pasar Nasional<br />

Pasar<br />

3 2 2 1 -<br />

5 Internasional 2 2 2 1 -<br />

6 Pasar Monopoli 2 2 1 1 -<br />

7 Pasar Oligopoli 3 1 2 2 YA<br />

8 Pasar Mingguan 2 2 1 2 -<br />

Jumlah 18 15 11 11 2<br />

Presentase 53% 44% 32% 32% 25%<br />

Tabel 3. Hasil Pengamatan Pada Siklus I Pertemuan ke-2<br />

Banyak Siswa dan Aspek Yang Diamati<br />

No. Kelompok Terlibat Mengajukan<br />

Bertanya<br />

Aktif Pendapat<br />

Menjawab<br />

Pertanyaan<br />

Tepat<br />

Waktu<br />

1 Pasar Tradisional 3 3 2 2 Ya<br />

2 Pasar Kongkrit 3 3 2 2 Ya<br />

3 Pasar Abstrak 4 3 2 3 Ya<br />

4 Pasar Nasional<br />

Pasar<br />

4 3 2 2 -<br />

5 Internasional 2 3 2 2 -<br />

6 Pasar Monopoli 2 2 2 2 -<br />

7 Pasar Oligopoli 3 2 2 3 Ya<br />

8 Pasar Mingguan 3 2 2 2 Ya<br />

Jumlah 24 21 16 18 5<br />

Presentase 65% 57% 43% 49% 62%<br />

Data tersebut di atas menunjukkan bahwa<br />

pada pertemuan ke-1 tingkat partisipasi<br />

siswa rata-rata dalam proses pembelajaran<br />

adalah 37,2%, dan pada pertemuan ke-2<br />

tingkat partisipasi siswa mengalami<br />

kemajuan yakni 55,2%.<br />

Data ini menunjukkan bahwa tingkat<br />

partisipasi siswa pada siklus pertama<br />

pertemuan ke-1 dan ke-2 diperoleh rata-rata<br />

46,2%, dengan konsentrasi siswa yang<br />

terlibat aktif 59%, yang bertanya 50,5%,<br />

yang mengajukan pendapat 37,5%, yang<br />

menjawab pertanyaan 40,5%, dan kinerja<br />

kelompok yang tepat waktu rata-rata<br />

43,5%.<br />

33


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

Tahap Refleksi<br />

Berdasarkan data hasil pengamatan<br />

terhadap pelaksanaan proses pembelajaran<br />

pada siklus ini, terdapat temuan-temuan<br />

sebagai berikut; (1)Tingkat partisipasi<br />

siswa masih rendah, karena siswa belum<br />

terbiasa belajar dengan tutor sebayanya, dan<br />

siswa menjadi tutor masih belum percaya<br />

diri; (2) Pekerjaan kelompok masih belum<br />

dapat menyesuaikan dengan waktu yang<br />

tersedia, karena waktu ditentukan oleh guru<br />

dan beban tugas terlalu berat.<br />

Penelitian Siklus <strong>II</strong><br />

Tahap Perencanaan<br />

Siklus kedua dilaksanakan tanggal 12<br />

Oktober 2010, dengan banyak siswa 34<br />

orang dan kolaborator satu orang. Rencana<br />

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang<br />

digunakan adalah untuk pertemuan ke-3<br />

dan kreteria keberhasilan seperti yang<br />

ditetapkan pada siklus pertama.<br />

Tindakan yang dilakukan pada siklus<br />

kedua ini ditetapkan berdasarkan hasil<br />

refleksi pada siklus pertama yaitu; (1)<br />

metode tutor sebaya tetap dilaksanakan<br />

dengan fokus: siswa yang belum aktif<br />

diberi stimulus (misalnya diberi tugas oleh<br />

tutor untuk menjawab pertanyaan atau<br />

menyampaikan pendapatnya), dan tutor<br />

diberi pemantapan penguasaan materi di<br />

luar jam pelajaran agar mereka lebih<br />

percaya diri; (2) beban tugas kelompok dan<br />

waktu untuk menyelesaikan tugas<br />

ditetapkan berdasarkan musyawarah<br />

(koordinasi dengan siswa).<br />

34<br />

Tahap Pelaksanaan<br />

Pada siklus ini proses pembelajaran<br />

berlangsung berdasarkan rencana pelaksanaan<br />

pembelajaran (RPP) yang telah<br />

ditetapkan, yakni mendeskripsikan berbagai<br />

bentuk pasar dalam kegiatan ekonomi<br />

masyarakat pada soal-soal pemahaman<br />

konsep, soal-soal penalaran, dan soal<br />

komunikasi.<br />

Proses pembelajaran diawali dengan<br />

penjelasan teknis oleh guru sekitar 5 menit,<br />

membahas soal-soal yang dipandu oleh<br />

masing-masing tutor pada setiap kelompok<br />

selama 30 menit, presentase kelompok<br />

selama 35 menit, dan 10 menit terakhir<br />

digunakan untuk membuat rangkuman dan<br />

refleksi terhadap proses pembelajaran yang<br />

baru saja dilakukan.<br />

Tahap Pengamatan<br />

Tabel 4. Hasil Pengamatan pada Siklus <strong>II</strong><br />

Pengamatan terhadap proses<br />

pembelajaran yang berlangsung dilakukan<br />

oleh guru dan kolaborator. Instrumen yang<br />

digunakan berupa lembar observasi yang<br />

telah disediakan seperti pada siklus<br />

pertama. Aspek partisipasi siswa yang<br />

diamati selama proses pembelajaran<br />

berlangsung sama dengan pada siklus<br />

pertama yaitu kinerja kelompok (terlibat<br />

aktif, dan ketepatan waktu) dan kegiatan<br />

pleno (selama proses berlangsung guru dan<br />

kolaborator melakukan penilaian proses dan<br />

mengajukan pendapat, bertanya, dan<br />

menjawab pertanyaan).<br />

Data hasil pengamatan terhadap proses<br />

pembelajaran pada siklus ini adalah sebagai<br />

berikut.<br />

Banyak Siswa dan Aspek Yang Diamati<br />

No. Kelompok Terlibat<br />

Aktif<br />

Mengajukan<br />

Bertanya<br />

Pendapat<br />

Menjawab Tepat<br />

Pertanyaan Waktu<br />

1 Pasar Tradisional 4 3 3 3 Ya<br />

2 Pasar Kongkrit 3 3 3 2 Ya<br />

3 Pasar Abstrak 3 2 3 3 Ya<br />

4 Pasar Nasional 3 2 2 3 Ya<br />

5 Pasar 3 3 2 2 Ya


Banyak Siswa dan Aspek Yang Diamati<br />

No. Kelompok<br />

Internasional<br />

Terlibat<br />

Aktif<br />

Mengajukan<br />

Bertanya<br />

Pendapat<br />

Menjawab Tepat<br />

Pertanyaan Waktu<br />

6 Pasar Monopoli 3 2 2 2 Ya<br />

7 Pasar Oligopoli 3 3 3 3 Ya<br />

8 Pasar Mingguan 4 2 2 3 Ya<br />

Jumlah 26 20 20 21 8<br />

Presentase 70.30% 54% 54% 56.80% 100%<br />

Data tersebut di atas menunjukkan<br />

bahwa tingkat partisipasi siswa pada siklus<br />

kedua rata-rata 67%, dengan konsentrasi<br />

siswa yang terlibat aktif 70.3%, yang<br />

bertanya 54%, yang mengajukan pendapat<br />

54%, yang menjawab pertanyaan 56.8%,<br />

dan kinerja kelompok yang tepat waktu<br />

mencapai 100%.<br />

Tahap Refleksi<br />

Berdasarkan data hasil pengamatan<br />

terhadap pelaksanaan proses pembelajaran<br />

pada siklus ini, terdapat temuan-temuan<br />

sebagai berikut: (1) Terdapat peningkatkan<br />

partisipasi siswa dalam proses pembelajaran<br />

. (2) Tutor dan siswa mulai percaya<br />

diri, namun masih harus selalu diberi<br />

motivasi karena siswa yang terlibat aktif<br />

baru mencapai 26 orang, siswa yang mau<br />

bertanya baru 20 orang, dan siswa yang<br />

menjawab pertanyaan baru 21 orang. (3)<br />

Kierja kelompok sangat bagus / baik.<br />

Penelitian Siklus <strong>II</strong>I<br />

Tahap Perencanaan<br />

Siklus kedua dilaksanakan tanggal 16<br />

Nopember 2010, dengan banyak siswa 34<br />

orang dan kolaborator satu orang. Rencana<br />

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang<br />

digunakan adalah untuk pertemuan ke-4<br />

dan kreteria keberhasilan seperti yang<br />

ditetapkan pada siklus pertama dan siklus<br />

kedua.<br />

Tindakan yang dilakukan pada siklus<br />

ketiga ini ditetapkan berdasarkan hasil<br />

Supriyono<br />

refleksi pada siklus kedua yaitu; (1) proses<br />

pembelajaran masih tetap menggunakan<br />

Metode tutor sebaya, para tutor wajib<br />

memberi tugas kepada teman di<br />

kelompoknya untuk berani bertanya,<br />

menyampaikan pendapat, dan menjawab<br />

pertanyaan dengan benar; (2) dilakukan<br />

pertemuan tutor untuk pemantapan<br />

penguasaan materi dengan cara membahas<br />

lebih dahulu tugas-tugas yang diberikan;<br />

dan (3) waktu untuk menyelesaikan tugas<br />

ditetapkan bersama-sama dengan siswa.<br />

Tahap Pelaksanaan<br />

Siklus ketiga dilaksanakan sesuai<br />

dengan rencana, yaitu pada tanggal 16<br />

Nopember 2010 yang merupakan pertemuan<br />

ke-4. Pada pertemuan ke-4 ini banyak<br />

siswa yang hadir 34 orang, dan observer<br />

sebagai kolaborator satu orang. Pada siklus<br />

ini proses pembelajaran berlangsung<br />

berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran<br />

(RPP) yang telah ditetapkan, yakni<br />

mendeskripsikan berbagai bentuk pasar<br />

dalam kegiatan ekonomi masyarakat pada<br />

soal-soal pemahaman konsep, soal-soal<br />

penalaran, dan soal komunikasi.<br />

Proses pembelajaran diawali dengan<br />

penjelasan teknis oleh guru sekitar 5 menit,<br />

membahas soal-soal yang dipandu oleh<br />

masing-masing tutor pada setiap kelompok<br />

selama 30 menit, presentase kelompok<br />

selama 35 menit, dan 10 menit terakhir<br />

digunakan untuk membuat rangkuman dan<br />

refleksi terhadap proses pembelajaran yang<br />

baru saja dilakukan.<br />

35


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

Tahap Pengamatan<br />

Pengamatan terhadap proses pembelajaran<br />

yang berlangsung dilakukan oleh<br />

guru dan kolaborator. Instrumen yang<br />

digunakan berupa lembar observasi yang<br />

telah disediakan seperti pada siklus pertama<br />

dan siklus kedua. Aspek partisipasi siswa<br />

yang diamati selama proses pembelajaran<br />

berlangsung sama dengan pada siklus<br />

pertama dan siklus kedua yaitu kinerja<br />

36<br />

Tabel 5. Hasil Pengamatan Pada Siklus <strong>II</strong>I<br />

kelompok (terlibat aktif, dan ketepatan<br />

waktu) dan kegiatan pleno (selama proses<br />

berlangsung guru dan kolaborator<br />

melakukan penilaian proses dan<br />

mengajukan pendapat, bertanya, dan<br />

menjawab pertanyaan).<br />

Data hasil pengamatan terhadap proses<br />

pembelajaran pada siklus ini adalah sebagai<br />

berikut.<br />

Banyak Siswa dan Aspek Yang Diamati<br />

No. Kelompok Terlibat<br />

Aktif<br />

Mengajukan<br />

Bertanya<br />

Pendapat<br />

Menjawab Tepat<br />

Pertanyaan Waktu<br />

1 Pasar Tradisional 5 4 4 5 Ya<br />

2 Pasar Kongkrit 5 3 3 4 Ya<br />

3 Pasar Abstrak 5 3 4 4 Ya<br />

4 Pasar Nasional<br />

Pasar<br />

5 4 4 4 Ya<br />

5 Internasional 4 3 3 3 Ya<br />

6 Pasar Monopoli 4 3 2 3 Ya<br />

7 Pasar Oligopoli 5 4 3 4 Ya<br />

8 Pasar Mingguan 4 3 3 4 Ya<br />

Jumlah 37 28 27 31 8<br />

Presentase 100% 76% 73% 83%% 100%<br />

Data tersebut di atas menunjukkan<br />

bahwa tingkat partisipasi siswa pada siklus<br />

kedua rata-rata 86,4%, dengan konsentrasi<br />

siswa yang terlibat aktif 100%, yang<br />

bertanya 76%, yang mengajukan pendapat<br />

83%, yang menjawab pertanyaan 56.8%,<br />

dan kinerja kelompok yang tepat waktu<br />

mencapai 100%.<br />

Tahap Refleksi<br />

Berdasarkan data hasil pengamatan<br />

terhadap pelaksanaan proses pembelajaran<br />

pada siklus ini, terdapat temuan-temuan<br />

sebagai berikut: (1) Tingkat partisipasi<br />

siswa terihat mengalami kemajuan atau<br />

peningkatan, keinginan siswa untuk terlibat<br />

aktif mencapai 37 orang, bertanya 28 orang,<br />

mengajukan pertanya 27 orang, dan<br />

menjawab pertanyaan dengan benar 31<br />

orang. (2) Kinerja kelompok sangat efektif,<br />

hal ini terlihat bahwa semua siswa dalam<br />

kelompok terlibat aktif dan memiliki<br />

tanggungjawab dalam menyelesaikan tugastugas<br />

kelompok tepat waktu.<br />

Proses Menganalisis Data<br />

Partisipasi Siswa Sebelum Metode Tutor<br />

Sebaya<br />

Sebagaimana diuraikan pada latar<br />

belakang penelitian ini, bahwa aktivitas<br />

siswa atau partisipasi siswa dalam proses<br />

pembelajaran sangat rendah sehingga<br />

pembelajaran dirasakan kurang bermakna,<br />

dan kurang membangun potensi atau<br />

pengetahuan siswa yang telah dimilikinya.<br />

Rendahnya tingkat partisipasi siswa<br />

dalam proses pembelajaran ini terlihat dari


kondisi-kondisi sebagai berikut: (1)<br />

Keterlibatan siswa dalam membahas materi<br />

pelajaran rendah, karena siswa kurang<br />

diberi tanggung jawab. (2) Kemampuan<br />

siswa untuk menyampaikan pendapat<br />

rendah, karena siswa sering diperlakukan<br />

sebagai objek belajar. (3) Kemampuan<br />

siswa untuk bertanya rendah, karena siswa<br />

tidak memahami konsep yang sedang<br />

dibahas sehingga ia tidak tahu apa yang<br />

harus ditanyakan. (4) Kemampuan siswa<br />

menjawab pertanyaan hanya terdapat pada<br />

siswa-siswa yang termasuk kategori pandai.<br />

Kurangnya berbagi pengalaman (sharing)<br />

antara siswa pandai dan kurang pandai<br />

menjadi pemicu semakin terpuruknya<br />

siswa-siswa yang kurang pandai tersebut,<br />

dan kerja kelompok kurang terkesan tidak<br />

kompak.<br />

Supriyono<br />

Partisipasi Siswa Sesudah Tutor Sebaya<br />

Penerapan metode tutor sebaya<br />

merupakan salah satu solusi dalam<br />

mengatasi rendahnya tingkat partisipasi<br />

siswa sebagaimana diuraikan di atas.<br />

Tindakan ini diterapkan selama tiga siklus<br />

terhadap siswa kelas V<strong>II</strong>I-D SMP Negeri 2<br />

Benjeng pada semester 1 (ganjil), dan<br />

ternyata hasil penelitian tentang partisipasi<br />

siswa dalam proses pembelajaran<br />

menunjukkan peningkatan yang signifikan.<br />

Pembahasan dan Pengambilan<br />

Kesimpulan<br />

Berdasarkan hasil penelitian yang telah<br />

dilaksanakan, hasil belajar siswa dari siklus<br />

I, siklsu <strong>II</strong>, dan siklus <strong>II</strong>I dapat<br />

dipresentasikan melalui tabel berikut ini :<br />

Tabel 6. Data Hasil Pengamatan Pada Siklus I, Siklus <strong>II</strong>, dan Siklus <strong>II</strong>I<br />

No. SIKLUS<br />

Banyak Siswa dan Aspek Yang Diamati<br />

Terlibat<br />

Mengajukan Menjawab Tepat Rata<br />

Bertanya<br />

Aktif Pendapat Pertanyaan Waktu rata<br />

1 Pertama ( I ) 59% 50,5% 37,5% 40,5% 43,5% 46,1%<br />

2 Kedua ( <strong>II</strong> ) 70,3% 54% 54% 56,8% 100% 67%<br />

3 Ketiga ( <strong>II</strong>I ) 100% 76% 73% 83% 100% 86,4%<br />

Data tersebut di atas menunjukkan<br />

bahwa terjadi peningkatan 20,9% dari<br />

siklus pertama ke siklus kedua, dan 19,4%<br />

dari siklus kedua ke siklus yang ketiga.<br />

Dengan demikian terjadi rata-rata<br />

peningkatan siswa dalam pembelajaran<br />

sebesar 20,15%.<br />

Peningkatan tingkat partisipasi siswa<br />

dalam proses pembelajaran di kelas V<strong>II</strong>I-D<br />

SMP Negeri 2 Benjeng selama tiga siklus<br />

penelitian tindakan kelas, dapat lebih jelas<br />

terlihat pada grafik berikut ini.<br />

37


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

38<br />

Grafik 1. Tingkat Partisipasi Siswa dalam Proses Pembelajaran<br />

100<br />

90<br />

80<br />

70<br />

60<br />

50<br />

40<br />

30<br />

20<br />

10<br />

0<br />

1 2 3 4 5<br />

Keterangan :<br />

Warna Merah : Siklus I<br />

Warna Kuning : Siklus <strong>II</strong><br />

Warna Biru : Siklus <strong>II</strong>I<br />

No. 1 Terlibat Aktif 2. Bertanya 3. Mengajukan Pendapat 4. Menjawab Pertanyaan<br />

5. Tepat Waktu<br />

Perbandingan tingkat ketercapaian<br />

partisipasi siswa dengan kriteria ideal yang<br />

Siklus I<br />

Siklus <strong>II</strong><br />

Siklus <strong>II</strong>I<br />

ditetapkan terlihat pada tabel dan grafik<br />

sebagai berikut :<br />

Tabel 7. Perbandingan Kriteria Yang Ditetapkan Dengan Hasil Pada Siklus <strong>II</strong>I<br />

Banyak Siswa dan Aspek Yang Diamati<br />

No. Kondisi<br />

Kriteria<br />

Terlibat<br />

Aktif<br />

Bertanya<br />

Mengajukan<br />

Pendapat<br />

Menjawab<br />

Pertanyaan<br />

Tepat<br />

Waktu<br />

Rata<br />

rata<br />

1 Ketercapaian 100% 75% 75% 80% 100% 86%<br />

2 Siklus <strong>II</strong>I 100% 76% 73% 83% 100% 86%<br />

Keterangan tercapai terlampaui Mendekati Terlampaui Tercapai Tercapai


Supriyono<br />

Grafik 2. Perbandingan Kriteria yang ditetapkan dengan Hasil pada Siklus Ketiga<br />

Data tersebut di atas, menunjukkan<br />

bahwa kondisi siswa yang terlibat aktif<br />

dalam proses pembelajaran, yang bertanya,<br />

menjawab pertanyaan, dan tepat waktu<br />

dalam kerja kelompok telah memenuhi<br />

kriteria yang ditetapkan.<br />

Dengan demikian dapat disimpulkan<br />

bahwa penerapan metode tutor sebaya<br />

dalam upaya meningkatkan partisipasi<br />

siswa pada pembelajaran IPS-Ekonomi di<br />

kelas V<strong>II</strong>I-D Semester 1 (ganjil) SMP<br />

Negeri 2 Benjeng dapat dikatkan berhasil<br />

dengan sangat baik.<br />

SIMPULAN<br />

100%<br />

80%<br />

60%<br />

40%<br />

20%<br />

0%<br />

1 2 3 4 5<br />

Berdasarkan analisis terhadap data<br />

hasil penelitian tindakan kelas ini, dapat<br />

disimpulkan bahwa penerapan metode tutor<br />

sebaya dapat meningkatkan partisipasi<br />

siswa dalam proses pembelajaran IPS-<br />

Ekonomi di kelas V<strong>II</strong>I-D) SMP Negeri 2<br />

Benjeng Tahun Pelajaran 2010-2011<br />

Semester 1 (ganjil)<br />

Peningkatkan partisipasi siswa dalam<br />

proses pembelajaran IPS-Ekonomi ini<br />

terlihat dari hal-hal sebagai berikut; (1)<br />

keterlibatan siswa secara aktif dalam proses<br />

pembelajaran tinggi, karena telah mencapai<br />

kriteria yang ditetapkan, yakni 100% siswa<br />

terlibat aktif; (2) frekuensi siswa yang<br />

bertanya tinggi, karena melampaui kriteria<br />

yang ditetapkan, yakni 76%, sedangkan<br />

kriterianya 75%; (3) siswa yang mampu<br />

mengajukan pendapat sedang yaitu 72%,<br />

meskipun belum memenuhi kriteria 75%,<br />

tetapi dari segi kuantitas mengalami<br />

peningkatan; (3) siswa yang mampu<br />

menjawab pertanyaan tinggi, karena telah<br />

melampaui kriteria yang ditetapkan yakni<br />

83%, sedangkan kriterianya 80%; dan (4)<br />

kinerja kelompok tinggi, karena sangat<br />

kompak dan dapat menyelesaikan tugas<br />

tepat waktu 100% sudah sesuai dengan<br />

kriterianya 100%.<br />

Berdasarkan uraian tersebut di atas,<br />

dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi<br />

siswa dalam pembelajaran tergolong tinggi,<br />

dan penerapan metode tutor sebaya berhasil<br />

meningkatkan partisipasi siswa dalam<br />

proses pembelajaran IPS-Ekonomi di Kelas<br />

V<strong>II</strong>I-D SMP Negeri 2 Benjeng. Hal ini<br />

sangat relevan dengan hasil penelitian yang<br />

dilakukan oleh Nurita Putri (2007) bahwa<br />

dengan tutor sebaya pembelajaran menjadi<br />

lebih efektif karena komunikasi antar siswa<br />

menjadi lebih terbuka tanpa dihantui rasa<br />

takut dan rasa malu.<br />

SARAN<br />

Kriteria<br />

Ketercapaian<br />

Siklus <strong>II</strong>I<br />

Berdasarkan hasil penelitian tindakan<br />

kelas yang peneliti laksanakan dapat<br />

39


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

dikemukakan saran-saran yang bermanfaat<br />

bagi peneliti selanjutnya, guru dan sekolah<br />

sebagai berikut; (1) pembelajaran IPS-<br />

Ekonomi hendaknya bervariasi dan tidak<br />

monoton sehingga hasil pembelajaran dapat<br />

lebih baik; (2) agar kegiatan pembelajaran<br />

dapat berhasil dengan baik, maka seorang<br />

guru hendaknya selalu aktif dalam<br />

melibatkan siswa selama kegiatan<br />

pembelajaran berlangsung; dan (3)<br />

mengingat pelaksanaan Penelitian Tindakan<br />

Kelas (PTK) ini hanya tiga siklus, dan<br />

validitas instrumen peneitiannya belum<br />

standar, maka kepada guru yang meneliti<br />

penerapan metode tutor sebaya dalam<br />

proses pembelajaran diharapkan dapat lebih<br />

ditingkatkan kualitasnya, baik frekuensi<br />

maupun instrument penelitiannya.<br />

DAFTAR RUJUKAN<br />

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen<br />

Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta:<br />

Rieksa Cipta.<br />

--------------------------. 1989. Penilaian<br />

Program Pendidikan. Proyek<br />

Pengembangan LPTK Depdikbud.<br />

Dirjen Dikti.<br />

-------------------------. 1998. Prosedur<br />

Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.<br />

Jakarta: Bina Aksara.<br />

-------------------------. 2002. Prosedur<br />

Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.<br />

Jakarta : PT. Rineka Cipta.<br />

40<br />

Arikunto Suharsimi & Suhardjono. 2006.<br />

Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta:<br />

Bumi Aksara.<br />

Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Guru dan<br />

Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.<br />

Banjarmasin: Fakultas Tarbiyah IAIN<br />

Antasasi.<br />

Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual<br />

(Contextual Teaching and Learning)<br />

CTL. Jakarta: Biro Hukum dan<br />

Organisasi Sekjen Depdiknas.<br />

Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar<br />

Mengajar. Bandung: Sinar Baru.<br />

Ibrahim Muslimin, dkk. 2000.<br />

Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:<br />

UNESA University Press.<br />

Muslich Masnur. 2007. KTSP (Kurikulum<br />

Tingkat Satuan Pendidikan)<br />

Pembelajaran Berbasis Kompetensi<br />

dan Kontekstual. Jakarta: PT. Bumi<br />

Aksara.<br />

Nur Muhammad. 2000. Pengajaran<br />

Berpusat Kepada Siswa dan<br />

Pendekatan Konstruktivis dalam<br />

Pengajaran. Surabaya: UNESA<br />

University Press.<br />

Sutikno, Sobary. M. 2001. Menggagas<br />

Pembelajaran efektif dan bermakna,<br />

Mataram: NTP Press.


PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI OGKATS<br />

DENGAN TEKNIK “AIR RAKSA” SISWA KELAS V<strong>II</strong> C SMP NU 1 GRESIK<br />

Mahmudiono<br />

SMP NU 1 Gresik<br />

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan<br />

menulis puisi pada siswa kelas V<strong>II</strong> semester <strong>II</strong> tahun pelajaran 2011-<strong>2012</strong>di SMP<br />

NU 1 Gresik melalui teknik AIR RAKSA mengamati (OGKATS) objek gambar<br />

keindahan alam tembok sekolah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini<br />

adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode penelitian tindakan<br />

kelas. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan dalam pembelajaran<br />

menulis puisi melalui teknik AIR RAKSA dengan media (OGKATS) objek<br />

gambar keindahan alam tembok sekolah. Pada Siklus I rata-rata nilai siswa 69,<br />

terdapat 15 siswa yang belum mencapai ketuntasan, berarti 43% siswa yang tuntas<br />

secara klasikal. Sedangkan motivasi dan respon siswa dalam pemberlajaran<br />

menulis puisi masih rendah yakni 57,2% . Pada Siklus <strong>II</strong> rata-rata nilai siswa 78<br />

dengan ketuntasan 100%. Sedangkan motivasi dan respon dalam pemberlajaran<br />

menulis puisi meningkat mejadi 80%.<br />

Kata kunci : keterampilan, menulis, puisi, OGKATS, AIR RAKSA.<br />

K<br />

eterampilan berbahasa mempunyai<br />

empat komponen, yaitu: (1) keterampilan<br />

menyimak (lintening<br />

skills), (2) keterampilan berbicara (speaking<br />

skills), (3) keterampilan membaca (reading<br />

skills), (4) keterampilan menulis (writing<br />

skills). Selanjutnya setiap keterampilan itu<br />

erat pula hubungannya dengan prosesproses<br />

yang mendasari bahasa. Bahasa<br />

seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin<br />

terampil berbahasa, biasanya, semakin<br />

cerah dan jelas pula jalan pikirannya,<br />

Keterampilan hanya dapat diperoleh dan<br />

dikuasai dengan jalan praktik dan banyak<br />

latihan. Melatih kerampilan bebahasa<br />

berarti pula melatih keterampilan berpikir,<br />

Tarigan (1993: 1). Menulis merupakan<br />

suatu proses Oleh karena itu, menulis harus<br />

mengalami tahap prakarsa, tahap pelanjutan,<br />

tahap revisi, dan tahap pengakhiran.Hakikat<br />

menulis puisi merupakan<br />

hasil rekaman dari peristiwa atau gambaran<br />

objek menarik yang dituangkan melalui<br />

pikirannya ke dalam bahasa tulis. Teknik<br />

pengamatan objek gambar di sini dapat<br />

menggugah siswa dalam berekspresi yang<br />

dituangkan dalam puisi, dengan cara siswa<br />

mengamati suatu objek, misalnya saja objek<br />

pemandangan alam yang berupa gunung<br />

dengan pepohonan yang indah dan rindang,<br />

sungai yang mengalir dengan bebatuan.<br />

Burung-burung bergembira terbang dan<br />

hinggap di ranting-ranting pohon. Puisi<br />

adalah karangan atau tulisan yang indah<br />

yang mempunyai makna tertentu dan<br />

mempunyai nilai estetis. Karangan atau<br />

tulisan yang indah itu dapat berasal dari<br />

pengalaman penyair ataupun dari<br />

penggambaran sesuatu. Berdasarkan hal<br />

tersebut, peneliti berasumsi bahwa dengan<br />

metode pengamatan objek yaitu siswa<br />

diajak guru untuk mengamati sebuah objek,<br />

kemudian diekspresikan dengan menggunakan<br />

kata-kata, maka siswa akan menjadi<br />

lebih mudah melakukannya.<br />

Di lingkungan sekolah dapat dijumpai<br />

objek-objek atau gambar-gambar, yang oleh<br />

siswa dapat dituangkan melalui puisi,<br />

dengan menggunakan bahasa yang puitis.<br />

Lingkungan SMP NU 1 Gresik yang<br />

berdekatan dengan pasar, pantai, pelelangan


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

ikan, pelabuhan dapat menjadi sumber<br />

inspirasi menulis puisi. Menurut Suharianto<br />

(1982: 11), karya seni umumnya atau puisi<br />

khususnya tidak lain adalah hasil<br />

pengungkapan segala peristiwa atau<br />

kejadian yang terdapat dalam kehidupan<br />

sehari-hari. Sesuai dengan hal tersebut<br />

dapat dikatakan bahwa dengan objek yang<br />

sederhana dapat diciptakan puisi, misalnya<br />

yang menggunakan tema binatang, atau<br />

alam yang berasal dari pengamatan dan<br />

pengalaman siswa.<br />

Pengajaran apresiasi puisi baik dari<br />

aspek mendengar, berbicara, membaca, dan<br />

menulis dijumpai banyak kesulitan. Tidak<br />

jarang para guru merasa tidak berdaya<br />

apabila sampai pada Kompetensi Dasar<br />

(KD) yang berkaitan dengan sastra terutama<br />

bab menulis puisi. Memang dalam<br />

kenyataan dilapangan atau di kelas,<br />

keadaanya sangat membosankan. Guru<br />

entah mengapa sepertinya mati kutu dan<br />

tidak ada kreativitas dan daya inovasi untuk<br />

menghadapi materi yang berkenaan dengan<br />

sastra. Proses pembelajaran selama ini<br />

terkesan tidak tidak aplikatif dan terkesan<br />

tidak percaya diri. Guru cenderung<br />

melewati paling tidak memberi catatan<br />

materi tentang sastra karena keterbatasan<br />

dalam penguasaan dan penerapanya.<br />

Berdasarkan observasi awal peneliti bahwa<br />

di kelas V<strong>II</strong> C siswa terlihat bingung, malu<br />

dan tidak tahu dari mana harus menulis.<br />

Banyak siswa yang terdiam sambil melihatlihat<br />

karya teman-temannya. Siswa<br />

kesulitan mencari imajinasi, sulit<br />

mengidentifikasi kata-kata, sulit merangkai<br />

kata, kurang bisa mencari kata-kata yang<br />

berima indah dan sulit mencari kata-kata<br />

imajinatif, sehingga hasil belajar meraka<br />

jauh dari KKM yang ditetapkan oleh guru<br />

yakni 74. Keberhasilan kegiatan pembelajaran<br />

menulis puisi dilihat dari dua aspek,<br />

yakni aspek proses dan aspek hasil. Aspek<br />

proses dikatakan berhasil dilihat dari: (1).<br />

tingkat keaktifan siswa ketika mengikuti<br />

pembelajaran sastra menulis puisi, (2)<br />

respon siswa dalam menerima materi<br />

pembelajaran sastra khususnya pada<br />

menulis kreatif siswa yang bertema<br />

42<br />

pemandangan alam, (3) respon siswa<br />

terhadap pembelajaran dengan menggunakan<br />

teknik pengamatan objek gambar<br />

pemandangan di lingkungan sekolah.<br />

Penilaian keberhasilan pembelajaran<br />

kedua, dilihat dari aspek hasil. Aspek hasil<br />

ini dengan kriteria atau ketentuan, (1)<br />

adanya kesesuaian judul dengan isi, (2)<br />

pilihan kata atau diksi tepat, (3) pilihan kata<br />

(diksi) dengan tepat, (4) penggunaan majas<br />

yang tepat, (5) pemanfaatan versifikasi<br />

(rima dan rima).<br />

Melihat latar belakang dan permasalahan<br />

yang jelas harus dicarikan solusinya<br />

maka peneliti menggunakan teknik “AIR<br />

RAKSA” melalui pengamatan objek<br />

gambar pemandangan alam secara langsung.<br />

Pada dasarnya siswa senang dengan<br />

kenyataan atau realita yang, langsung<br />

dilihat oleh siswa. Oleh sebab itu siswa<br />

akan lebih peka atau lebih terangsang untuk<br />

mengekspresikan sesuatu yang dirasakannya.<br />

Proses belajar mengajar tidak<br />

hanya dilakukan di dalam kelas namun<br />

dapat dilakukan di luar kelas, seperti yang<br />

telah disebutkan tadi yaitu mengamati objek<br />

gambar pada lingkungan sekolah. Tekik<br />

“AIR RAKSA“ merupakan rangkaian atau<br />

urutan langkah-langkah dalam pembelajaran<br />

menulis puisi yaitu, Amati,<br />

Identifikasi, Rangkaikan, Revisi, Amati<br />

lagi, Konfirmasikan, Satukan, Apresiasikan.<br />

Langkah-langkah teknik “AIR<br />

RAKSA” adalah siswa diajak keluar kelas<br />

mengamati objek pemandangan alam yang<br />

ada di tembok sekolah, kemudian siswa<br />

mengidentifikasikan kata-kata apa saja yang<br />

ada dalam pemandangan dikelompokkan<br />

dengan kata yang sepadan. Kata-kata yang<br />

teridentifikasi dirangkaikan dengan katakata<br />

yang ada atau dengan kata-kata lain<br />

yang seirama. Setelah itu puisi karya siswa<br />

itu didiskusikan kepada teman sebangku<br />

dan direvisi kesalahan dan kekurangannya<br />

serta diperbaiki. Untuk lebih memahami<br />

objek, siswa mengamati lagi objek<br />

pemandangan alam di tembok sekolah dan<br />

Konfirmasikan atau sampaikan temuan atau


ide baru untuk memperbaiki. Kemudian<br />

temuan atau ide baru dan dirasa lebih baik<br />

itu satukan menjadi rangkaian bait puisi<br />

yang lebih baik. Langkah akhir apresiasikan<br />

hasil tulisan itu dengan mebacanya di depan<br />

teman-teman.<br />

Permasalahan tersebut dalam penelitian<br />

ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah<br />

teknik “AIR RAKSA“ dapat menigkatkan<br />

keterampilan menulis puisi pada siswa<br />

kelas V<strong>II</strong> C SMP NU 1 Gresik?”<br />

METODE<br />

Penelitian ini termasuk jenis penelitian<br />

deskriptif kualitatif sebagai prosedur<br />

penelitian yang menghasilkan data deskriptif<br />

berupa kata-kata tertulis atau lesan dari<br />

orang-orang atau perilaku yang diamati.<br />

Penelitian kualitatif sering menggunakan<br />

data kuantitatif. Jadi dapat dikatakan kedua<br />

pendekatan tersebut digunakan apabila<br />

sediannya memanfaatkan satu pendekatan<br />

sedangkan yang lainnya hanya sebagai<br />

pelengkap saja (Maleong, 2002: 22).<br />

Rancangan penelitian ini mencakup<br />

empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan<br />

tindakan, observasi, dan refleksi.<br />

Kegiatan pada tahap perencanaan berupa,<br />

(1) Peneliti bersama kolabulator melakukan<br />

analis standar isi untuk mengetahui Standar<br />

Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SK-<br />

KD) yang akan diajarkan kepada peserta<br />

didik. (2) Mengembangkan Rencana Pelaksanaan<br />

Pembelajaran (RPP), dengan<br />

memerhatikan indikator-indikator hasil<br />

belajar. (3) Mengembangkan alat peraga,<br />

alat bantu, atau media pembelajaran yang<br />

menunjang pembentukkan SKKD dalam<br />

rangka implementasi PTK. (4) Menganalisis<br />

berbagai alternatif pemecahan masalah<br />

yang sesuai dengan kondisi pembelajaran.<br />

(5) Mengembangkan Lembar Kerja Siswa<br />

(LKS). (6) Mengembangkan pedoman atau<br />

instrumen yang akan digunakan dalam<br />

siklus PTK. (7) Menyusun alat evaluasi<br />

pembelajaran sesuai dengan indicator hasil<br />

belajar. Selanjutnya, kegiatan yang dilaksanakan<br />

dalam tahap pelaksanaan tidakan<br />

Mahmudiono<br />

adalah dilaksanakan dua kali pertemuan,<br />

yakni pertemuan pertama pada hari Rabu,<br />

26 Januari <strong>2012</strong> jam ke 5-6 dan pertemuan<br />

kedua pada hari Sabtu, 29 Januari <strong>2012</strong><br />

jam ke 1-2 dengan materi menulis kreatif<br />

puisi berkenaan dengan keindahan alam<br />

kelas V<strong>II</strong> semester <strong>II</strong> SMP NU 1 Gresik.<br />

Masing-masing pertemuan dilaksanakan<br />

selama 2 x 40 menit. Sesuai dengan<br />

skenario pembelajaran dan RPP pada siklus<br />

I ini pembelajaran dilakukan peneliti<br />

sedangkan kolaborator Bapak Sumarto,<br />

S.Pd. melakukan observasi terhadap proses<br />

pembelajaran oleh siswa dan guru serta<br />

melakukan wawancara kepada beberapa<br />

siswa seletah pembelajaran berakhir.<br />

Kegiatan pelaksanaan tindakan adalah<br />

melaksanakan skenario pembelajaran<br />

menulis puisi dengan teknik “AIR<br />

RAKSA” yang telah direncanakan.<br />

Setelah melaksanakan pelaksanaan<br />

pembelajaran dan observasi hasilnya<br />

dianalisis. Dari hasil observasi, peneliti<br />

melaukan refleksi melalui data observasi,<br />

domumen hasil belajar dan proses belajar<br />

dan mengadakan evaluasi apakah<br />

pembelajaran menulis puisi melalui<br />

OGKATS dengan teknik “AIR RAKSA“<br />

dapat meningkatkan keterampilan menulis<br />

puisi. Data hasil pengamatan dapat juga<br />

dipergunakan sebagai acuan bagi guru<br />

peneliti untuk dapat mengevaluasi diri atas<br />

pembelajaran yang dilakukan. Berdasarkan<br />

refleksi yang dilakukan dapat ditentukan<br />

apakah indikator keberhasilan sudah<br />

tercapai atau belum. Jika pada siklus I<br />

gagal, siklus <strong>II</strong> dilakukan untuk<br />

memperbaiki kegagalan pada siklus I.<br />

Tetapi juka pada siklus I berhasil, siklus <strong>II</strong><br />

dilakukan untuk menigkatkan indikator<br />

keberhasilan.<br />

Teknik pengumpulan data yang<br />

digunakan peneliti adalah adalah berupa<br />

hail tes dan nontes pada saat pembelajaran<br />

menulis puisi. Data nontes diperoleh dari<br />

observasi dan wawancara kepada siswa paa<br />

waktu dan setelah pembelajaran menulis<br />

puisi dengan teknik “AIR RAKSA“, juga<br />

dari dokumen foto pada waktu<br />

43


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

pembelajaran. Guru menjelaskan tentang<br />

teknik ini. Amati, objek yang akan<br />

dijadikan puisi. Identifikasi, kata-kata yang<br />

ada sesuai kesepadanan makna.<br />

Rangkaikan, kata-kata menjadi bait puisi.<br />

Revisi, puisi yang sudah ditulis. Amati lagi,<br />

ke objek pemandangan untuk menambah<br />

daya imajinasi. Konfirmasikan, atau<br />

diskusikan kepada teman sebangku atau<br />

kelompok barang kali ada yang kurang<br />

tepat dengan cara mencoret dan<br />

menggantinya. Satukan, lagi menjadi bait<br />

yang lebih baik. Apresiasikan, dengan cara<br />

membaca di depan kelas sebagai rasa<br />

pertanggungjawaban. Kemudian anak-anak<br />

diajak ke luar kelas menuju bagian tembok<br />

sekolah yang dilukis dengan pemandangan<br />

alam. Sehingga objek ini dinamakan<br />

OGKATS yakni, Objek Gambar Keindahan<br />

Alam Tembok Sekolah.<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Siklus I<br />

Tahap Perencanaan<br />

Tahap perencanaan ini peneliti<br />

melaksanakan kegiatan sebagai berikut:<br />

Peneliti bersama kolabulator Bapak<br />

Sumarto, S.Pd. pada hari Sabtu, 22 Januari<br />

<strong>2012</strong> di ruang kerja peneliti SMP NU 1<br />

Gresik untuk melakukan analisis standar isi<br />

untuk mengetahui Standar Kompetensi dan<br />

Kompetensi Dasar (SKKD) yang akan<br />

diajarkan kepada peserta didik. Peneliti<br />

melakukan analisis Kompetensi dasar dan<br />

indikator yang harus dicapai oleh perserta<br />

didik setelah pelaksanaan kegiatan<br />

pembelajaran yang dimasukkan dalam<br />

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).<br />

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar<br />

(SKKD) yang disampaikan adalah<br />

mengungkapkan keindahan alam dan<br />

pengalaman melalui kegiatan menulis<br />

kreatif puisi berkenaan dengan keindahan<br />

alam. Bersama kolaborator, peneliti<br />

menyusun langkah-langkah pembelajaran<br />

yang akan dapat menyembuhkan penyakit<br />

yang berupa permasalahan yang ditemukan.<br />

44<br />

Hasil diskusi dengan kolaburator<br />

menghasilkan solusi atau obat untuk<br />

menyembuhkan penyakit atau permasalahan<br />

siswa di antaranya dengan mengembangkan<br />

alat peraga, alat bantu, atau media<br />

pembelajaran yang menunjang pebentukkan<br />

SKKD dalam rangka implementasi PTK.<br />

Perencanaan dilanjutkan dengan menyusun<br />

Lembar Kerja Siswa (LKS), mengembangkan<br />

pedoman atau instrumen yang<br />

akan digunakan dalam siklus PTK berupa<br />

instrument penelitian berupa tes dan nontes,<br />

pedoman pengamatan berupa angket,<br />

wawancara dan observasi dan menyusun<br />

alat evaluasi pembelajaran sesuai dengan<br />

indikator hasil belajar.<br />

Tahap Pelaksanaan Tindakan<br />

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan<br />

dua kali pertemuan, yakni pertemuan<br />

pertama pada hari Rabu, 26 Januari <strong>2012</strong><br />

jam ke 5-6 dan pertemuan kedua pada hari<br />

Sabtu, 29 Januari <strong>2012</strong> jam ke 1-2 dengan<br />

materi menulis kreatif puisi berkenaan<br />

dengan keindahan alam kelas V<strong>II</strong> semester<br />

<strong>II</strong> SMP NU 1 Gresik. Masing-masing<br />

pertemuan dilaksanakan selama 2 x 40<br />

menit. Sesuai dengan skenario pembelajaran<br />

dan RPP pada siklus I ini pembelajaran<br />

dilakukan peneliti sedangkan kolaborator<br />

Bapak Sumarto, S.Pd. melakukan<br />

observasi terhadap proses pembelajaran.<br />

Guru mengucapkan salam setelah melihat<br />

ke semua siswa setelah do’a yang<br />

dibacakan salah satu temannya dari kantor<br />

melalui pengeras. Siswa menjawab salam<br />

sambil berdiri kompak. Guru melontarkan<br />

salam dengan kata-kata, halo, hai..dan<br />

dijawab siswa dengan, “hai, halo” dan<br />

dilankutkan dengan menanyakan kabar,<br />

bagaimana kabarnya anak-anak, siswa<br />

menjawab, “Alhamdulillah, Allahuakbar.”<br />

Dilanjutkan dengan yel-yel kelas untuk<br />

menumbuhkan semangat kebersamaan<br />

kelas. Guru menjelaskan materi pembelajaran<br />

dan KD yang dipelajari dan indikator<br />

yang harus dicapai siswa. Guru melakukan<br />

improvisasi secara sepontan melihat pemandangan<br />

alam yang ada diding di kelas


diciptakan menjadi sebuah puisi. Guru<br />

menanyakan kepada siswa, “Pelajaran<br />

apakah yang akan kita bahas?” Siswa<br />

dengan kompak menjawab, “Puisi…”.,<br />

“membaca puisi”, dan ada yang menjawab<br />

membuat puisi.” Guru member penguatan,<br />

“Bagus, pintar’ memang benar hari ini kita<br />

akan menulis puisi tentang keindahan alam.<br />

Kemudian guru mengajaka anak untuk<br />

mengingat kembali pengalaman diajak<br />

pergi ke tempat-tempat yang indah seperti<br />

pegunungan, pantai atau persawahan.<br />

Kemudian guru sebagai peneliti melajutkan<br />

dengan memberi cara menulis puisi dengan<br />

teknik “AIR RAKSA” Banyak anak yang<br />

bertanya apakah “AIR RAKSA” “Apakah<br />

cairan keras, atau apa Buk!” Guru<br />

menjelasakan dengan sabar dan penuh<br />

perhatian. Bahwa teknik “AIR RAKSA”<br />

adalah Amati, objek yang akan dijadikan<br />

puisi. Identifikasi, kata-kata yang ada<br />

sesuai kesepadanan makna. Rangkaikan,<br />

kata-kata menjadi bait puisi. Revisi, puisi<br />

yang sudah ditulis. Amati lagi, ke objek<br />

pemandangan untuk menambah daya<br />

imajinasi. Konfirmasikan, atau diskusikan<br />

kepada teman sebangku atau kelompok<br />

barang kali ada yang kurang tepat dengan<br />

cara mencoret dan menggantinya. Satukan,<br />

lagi menjadi bait yang lebih baik.<br />

Apresiasikan, dengan cara membaca di<br />

depan kelas sebagai rasa<br />

pertanggungjawaban. Kemudian anak-anak<br />

diajak ke luar kelas menuju bagian tembok<br />

sekolah yang dilukis dengan pemandangan<br />

alam. Sehingga objek ini dinamakan<br />

OGKATS yakni, Objek Gambar Keindahan<br />

Alam Tembok Sekolah. Pada siswa terlihat<br />

antusias. Tak terasa para siswa asik<br />

mengamati dan mengidentifikasi objek<br />

yang aa di gambar pemandangan bel<br />

berbunyi. Para siswa masuk ruangan dan<br />

dilakukan efleksi tentang sampai di mana<br />

pekerjaan mereka dan apa kesulitan yang<br />

dialami.<br />

Observasi<br />

Pengamatan terhadap pembelajaran<br />

membaca puisi ini dilaksanakan pada<br />

Mahmudiono<br />

Pertemuan pertama Rabu, 26 Januari <strong>2012</strong><br />

dan pertemuan kedua pada hari Sabtu, 29<br />

Januari <strong>2012</strong> dengan materi menulis kreatif<br />

puisi berkenaan dengan keindahan alam<br />

kelas V<strong>II</strong> semester <strong>II</strong> SMP NU 1 Gresik.<br />

Masing-masing pertemuan dilaksanakan<br />

selama 2 x 40 menit. Sesuai dengan<br />

skenario pembelajaran dan RPP pada siklus<br />

I ini pembelajaran dilakukan peneliti<br />

sedangkan kolaborator melakukan observisi<br />

terhadap proses pembelajaran dan melakukan<br />

wawancara kepada beberapa siswa<br />

dengan menggunakan instrument pengamatan<br />

untuk mengamati siswa dan guru<br />

dengan menggunakan format wawan-cara,<br />

dan lembar observasi.<br />

Pengamatan dilakukan oleh observer<br />

untuk mengetahui keaktifan siswa dalam<br />

proses pembelajaran menulis puisi. Hasil<br />

observasi siklus I siswa yang tidak tuntas<br />

hasil belajar siswa mencapai nilai 69. Ada<br />

15 siswa yang belum mencapai ketuntasan<br />

yang berarti 57% siswa yang tuntas secara<br />

klasikal. Nilai ini masih jauh dari patokan<br />

acuan nilai yang tentukan sebesar 75<br />

berdasarkan KKM yang dirumuskan oleh<br />

kelompok guru mata pelajaran Bahasa<br />

Indonesia di SMP NU Gresik. Serta 85%<br />

secara ketuntasan secara klasikal. Masih<br />

ada 15 siswa yang belum tuntas. puisi<br />

masih terlihat beberapa siswa yaitu 11,5%<br />

dan 7,7% yang kurang berminat karena<br />

tidak memperhatikan penjelasan guru. Ini<br />

berarti pembelajaran pada siklus pertama<br />

masih belum dapat mencapai hasil yang<br />

diinginkan melalui pembelajaran menulis<br />

puisi melalui media objek gambar<br />

keindahan alam.<br />

Refleksi<br />

Kegiatan belajar siswa pada siklus I<br />

masih memerlukan perbaikan karena<br />

ketuntasan siswa belum memenuhi. Refleksi<br />

ini digunakan untuk merencanakan<br />

siklus berikutnya agar dapat mengobati<br />

permasalahan yang ditemukan di pertemuan<br />

sebelumnya. Berdasarkan hasil observasi<br />

tersebut, peneliti melakukan analisis dan<br />

refleksi sebagai berikut: (1) beberapa siswa<br />

45


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

masih terlihat kurang konsentrasi pada awal<br />

pembelajaran, (2) siswa masih masih belum<br />

terlibat aktif dalam kegaiatan pembelajaran,<br />

(3) siswa masih terlihat asal-asalan dalam<br />

menulsi puisi, (4) siswa merasa kurang<br />

waktu dalam mengaamati objek gambar, (5)<br />

siswa masih merasa malu-malu dalam<br />

bertanya, (6) siswa masih terasa canggung<br />

dan takut dalam memberi tanggapan atau<br />

masukkan terhadap hasil tulisan puisi<br />

teman, (7) siswa banyak yang belum serius<br />

ketika disuru mengoreksi tulisan puisi<br />

teman, (8) siswa terlihat belum memahami<br />

unsur-unsur puisi yang di tulis, (9) tulisan<br />

puisi siswa nilai rata-ratanya masih 69, dan<br />

(10) melakukan pertemuan dengan<br />

kolabortor untuk mengevaluasi pelaksanaan<br />

pembelajaran pada pertemuan yang telah<br />

dilak-sanakan.<br />

Siklus <strong>II</strong><br />

Perencanaan<br />

Dalam tahap perencanaan ini, pertama,<br />

guru menyusun Rencana Pelaksanaan<br />

Pembelajaran (RPP) untuk materi menulis<br />

puisi. Kedua, guru menyusun instrumen<br />

penelitian yakni berupa tes dan nontes.<br />

Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan<br />

siswa dalam menulis puisi dari aspek<br />

tema, diksi, amanat, imanjinasi, dan majas.<br />

Sedangkan instrument nontes dinilai<br />

berdasarkan pedoman observasi yang<br />

dilakukan oleh peneliti dengan mengamati<br />

kaaktifan dan keseriusan dan inisiatif siswa<br />

selama kegiatan pembelajaran berlansung.<br />

Peneliti bersama kolaburator<br />

merancang skenario pembelajaran menulis<br />

puisi dengan langkah-langkah pembelajaran<br />

pada siklus ke dua sebagai berikut: (1) guru<br />

menjelaskan ulang langkah-langkah penulisan<br />

puisi secara lebih detail dengan teknik<br />

“AIR RAKSA”, (2) siswa mengamati<br />

lingkungan atau gambar-gambar keindahan<br />

alam di sekitar sekolah lebih lama, (3)<br />

siswa mengidentifikasi keindahan alam<br />

dalam larik-larik puisi, (4) siswa mengamati<br />

model larik-larik puisi tentang<br />

keindahan alam, (5) siswa mendiskusikan<br />

46<br />

pilihan kata dan rima dengan jelompok, (6)<br />

siswa menulis larik-larik puisi dengan<br />

mempertimbangkan pilihan kata dan rima<br />

yang sesuai, (7) siswa menampilkan hasil<br />

pekerjaannya untuk dikomentari kelompok<br />

lain, dan (8) siswa memperbaiki hasil<br />

pekerjaannya berdasarkan hasil tanggapan<br />

kelompok lain.<br />

Pelaksanaan Tindakan<br />

Siklus <strong>II</strong> dilaksanakan pada Rabu, 02<br />

Februari <strong>2012</strong> jam ke-5 dan 6 pertemuan<br />

pertama dan pertemuan kedua pada hari<br />

Sabtu, 05 Februari <strong>2012</strong> jam ke-1 dan 2.<br />

Pertemuan pada siklus <strong>II</strong> ini rupanya lebih<br />

menyenangkan. Pertemuan pertama dengan<br />

siswa kelas V<strong>II</strong> C ada semacam kemudahan.<br />

Siswa terlihat antusias menyambut<br />

kedatangan kami. Siswa terlihat berdo’a<br />

dengan khusuk walau ada dua siswa yang<br />

masih asyik bercerita. Siswa menjawab<br />

salam dengan kompak sambil berdiri<br />

setelah mendengar salam guru. Kegiatan<br />

lebih cair dan bersemangat ketika guru<br />

mengajak untuk menjawab kata-kata,<br />

“Halo, Hai” yang harus dijawab<br />

kebailkannya ditirukan persis dengan irama<br />

dan intonasinya. Guru mencoba memancing<br />

tentang pelajaran pada pertemua<br />

sebelumnya, “Masih ingat dengan AIR<br />

RAKSA, ada yang bisa menjelaskan!”<br />

beberapa siswa rebutan menjawab dengan<br />

mengacungkan tanganya. Kemudian siswa<br />

diajak ke luar mengamati objek gambar<br />

pemandangan alam untuk diidentifikasi<br />

dengan lebih baik. Setelah sampai di depan<br />

objek guru menjelaskan lagi langkahlangkah<br />

penulisan puisi dengan teknik AIR<br />

RAKSA.<br />

Siswa bekumpul membentuk kelompok<br />

kecil. Sambil mengamati para siswa<br />

berdiskusi untuk mengidentifikasi kata-kata<br />

yang mungkin belum ditulis. Setelah durasa<br />

cukup, siswa masuk kembali ke kelas untuk<br />

merangkai kata-kata menjadi puisi yang<br />

indah. Guru terus memberikan bimbingan<br />

sementara kolaburator mengamati proses<br />

pembelajaran. Setelah terlihat bait-bait<br />

puisi, siswa lain dalam kelompok saling


mengoreksi atau mengadakan revisi dari<br />

segi diksi, rima dan imajinasi. Koreksi<br />

teman dilakukan dengan melingkari dan<br />

menuliskan kata yang kurang tepat dengan<br />

pengganti kata yang lebih baik. Sambil<br />

memberi bimbingan kepada siswa, guru<br />

melakukan pengamatan terhadap proses dan<br />

kesulitan siswa dan memberikan penjelasan.<br />

Tugas dikumpulkan dan dilanjutkan<br />

pada pertemuan ke dua.<br />

Pertemuan kedua pada hari Sabtu, 05<br />

Februari <strong>2012</strong> jam ke-1 dan 2 seperti biasa<br />

guru mengawali dengan salam dan<br />

beberapa kegiatan awal. Guru membacakan<br />

puisi karya salah satu siswa. Siswa<br />

mendengarkan sambil melakukan koreksi<br />

secara spontan. Guru mengajak siswa<br />

kembali melakukan pengamatan sebentar<br />

dan tugas yang sudah dibuat itu dikonfirmasi<br />

lagi ke teman-teman kelompok<br />

diskusikan kepada teman sebangku atau<br />

kelompok barang kali ada yang kurang<br />

tepat dengan cara mencoret dan menggantinya.<br />

Kemudian disatukan lagi dengan<br />

membentuk bait puisi yang lebih baik. Puisi<br />

yang dibuat siswa diapresiasikan dengan<br />

cara membaca di depan kelas sebagai rasa<br />

pertanggungjawaban.<br />

Observasi<br />

Pada Siklus kedua hasil belajar siswa<br />

mencapai nilai 78. Nilai ini sudah di atas<br />

dari patokan acauan nilai yang tentukan<br />

sebesar 74 berdasarkan KKM yang<br />

dirumuskan oleh kelompok guru mata<br />

pelajaran Bahasa Indonesia di SMP NU<br />

Gresik. Ini berarti pembelajaran pada<br />

siklus kedua mencapai peningkatan dari<br />

rata-rata 69 pada siklus pertama menjadi<br />

78 pada siklus kedua. Ini berarti yang<br />

diinginkan dalam dalam pembelajaran<br />

menulis puisi melalui objek gambar<br />

keidahan alam yang di lukis di tembok<br />

sekolah berhasil. Terlihat pada siklus kedua<br />

siswa sudah meningkat dalam menulis puisi<br />

semua aspek mengalami peningkatan yakni<br />

aspek,tema diksi, rima dan imajinasi<br />

berurutan mendapat nilai 95, 90, 94. 92 dan<br />

95 pada siklus pertama. Sedangkan pada<br />

Mahmudiono<br />

siklus kedua aspek tema diksi, rima dan<br />

imajinasi berurutan mendapat nilai 105,<br />

103, 106, 104 dan 104. Ini berarti setiap<br />

aspek mengalami peningkatan<br />

Begitu pula pada motivasi siswa dalam<br />

proses belajar. Respon siswa terhadap<br />

proses belajar mengajar siklus kedua<br />

semakin besar hal ini terlihat pada<br />

komponen pertanyaan angket nomor 4<br />

dengan skor jawaban 80% pada siklus<br />

pertama menjadi 100% pada siklus kedua<br />

peningkatan sebesar ada 20% yang berarti<br />

semua siswa aktif dalam pembelajaran<br />

menulis puisi melalui objek gambar<br />

pemandangan alam. Begitu juga dengan<br />

keberanian siswa dalam bertanya mengalami<br />

peningkatan sebesar 43% dari 34%<br />

pada siklus pertama menjadi 77% pada<br />

siklus kedua sedangkan sisanya sudah<br />

terlihat mau bertanya tetapi dibatasi oleh<br />

guru. Siswa tidak mengalami kesulitan<br />

dalam menulis puisi dengan mengamati<br />

objek gambar yang ada di lingkungan<br />

sekolah hal ini terlihat ada peningkatan<br />

19% atau 73% atau 19 siswa menjadi 92%<br />

atau 24 siswa. Secara umum indikator<br />

respon siswa terhadap proses pembelajaran<br />

menulis puisi melalui objek gambar<br />

mengalami peningkatan sehingga dapat<br />

dikatakan berhasil.<br />

Refleksi<br />

Berdasarkan penjelasan di atas dapat<br />

disimpulkan bahwa kegiatan siklus <strong>II</strong> ini<br />

lebih baik dibanding siklus I. Hal ini<br />

tampak pada hasil observasi yang<br />

menunjukkan adanya peningkatan nilai<br />

hasil belajar dari siklus I ke siklus <strong>II</strong> yakni<br />

69% mencapai 78%. Berikut data-data<br />

hasil pelaksanaan pembelajaran siklus I dan<br />

<strong>II</strong>.<br />

SIMPULAN DAN SARAN<br />

Hasil belajar siswa mengalami<br />

peningkatan yakni pada siklus I mencapai<br />

dengan ketuntasan belajar secara klasikal<br />

57%, sedangkan pada siklus <strong>II</strong> hasil belajar<br />

47


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

siswa dengan ketuntasan secara klasikal<br />

mencapai 100%<br />

Begitu juga pada respon atau motivasi<br />

siswa terhadap proses pembelajaran<br />

semakin meningkat yakni 57,2% menjadi<br />

80% .<br />

Berdasarkan simpulan tersebut maka<br />

disarankan: (1) guru hendaknya mempunyai<br />

ide-ide baru untuk membuat teknik-teknik<br />

atau metode baru agar membuat proses<br />

pembelajaran menjadi lebih baik dan<br />

menarik, (2) teknik AIR RAKSA<br />

hendaknya diterapkan dalam pembelajaran<br />

di sekolah dan tidak hanya terfokus pada<br />

pembelajaran Bahasa Indonesia saja, dan<br />

(3) peneliti lain yang ingin menerapkan<br />

teknik AIR RAKSA hendaknya mengembangkan<br />

lebih baik, lebih menarik dan<br />

efektif.<br />

DAFTAR RUJUKAN<br />

Badrun, Ahmad. 1989. Teori Puisi. Jakarta:<br />

FKIP Universitas Mataram.<br />

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2004.<br />

Jakarta: Departemen Pendididikan<br />

Nasional.<br />

48<br />

Kurikulum Bahasa Indonesia 2004 SLTP.<br />

Jakarta: Departemen Pendidikan<br />

Nasional.<br />

Maleong, Lexy. 2002. Metodologi<br />

Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.<br />

Remaja Posdakarya.<br />

Mulyasa, H.E. 2009. Praktik Penelitian<br />

Tindakan Kelas. Bandng: PT. Remaja<br />

Rosdakarya.<br />

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2009. Pelitian<br />

dan Penilaian Pendidikan. Bandung:<br />

Sinar Baru Algensindo.<br />

Suharianto, S. 2005. Dasar-dasar Teori<br />

Sastra. Semarang: Pustaka Setia.<br />

Sunarti dan Subana, M. 2009. Strategi<br />

Belajar Mengajar Bahasa Indonesia.<br />

Bandung: Alumni.<br />

Soetomo. 1993. Dasar-Dasar Interaksi<br />

Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha<br />

Nasional.<br />

Tarigan, Henry Guntur. 1993. Menulis<br />

sebagai Keterampilan Berbahasa.<br />

Bandung: PT Remaja Rosda Karya.


PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPTIF<br />

DENGAN MENGGUNAKAN METODE WORDS WALL<br />

M. Ali Erfan<br />

SMP Negeri 1 Gresik<br />

Abstrak: Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan<br />

keterampilan menulis dengan menggunakan metode Words Wall. Menulis adalah<br />

kemampuan berbahasa yang sulit bagi siswa. Kesulitan tersebut tidak hanya<br />

mencari dan mengorganisir ide, tetapi juga menerjemahkan ide menjadi teks yang<br />

dibaca dan dipahami. Dalam pembelajaran menulis deskriptif penguasaan<br />

kosakata dianggap penting. Metode word wall adalah metode yang didesain untuk<br />

membuat tantangan dan memotivasi siswa mengembangkan kosakata bahasa<br />

Inggris sehingga siswa mudah menulis deskriptif. Penelitian ini termasuk jenis<br />

penelitian tindakan kelas terdiri dari tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari<br />

perencanaan, implementasi, pengamatan, dan refleksi. Hasil Penelitian<br />

menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode Words Wall<br />

dapat meningkatkan keterampilan menulis deskriptif pada saiswa kelas V<strong>II</strong> G<br />

SMP Negeri 1 Gresik tahun pelajaran 2010-2011.<br />

Kata kunci : keterampilan menulis , teks deskriptif, metode words wall.<br />

B<br />

anyak pakar yang mengatakan<br />

bahwa menulis adalah kemampuan<br />

berbahasa yang paling sulit bagi<br />

siswa untuk menguasainya. Kesulitan<br />

tersebut tidak hanya mencari dan<br />

mengorganisasi sebuah ide, tetapi juga<br />

menerjemahkan ide-ide itu menjadi sebuah<br />

teks yang dapat dibaca dan dipahami oleh<br />

pembaca. Menurut Richard (2008:303)<br />

kemampuan yang ada pada Menulis adalah<br />

sangat kompleks diantaranya adalah<br />

penguasaan ejaan, tanda baca, pilihan kata,<br />

dan lain-lain<br />

Dalam pembelajaran menulis deskriptif<br />

di kelas V<strong>II</strong> seperti yang terlihat dalam<br />

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sering<br />

kali siswa diminta manulis tanpa diberikan<br />

model dari guru sehingga banyak siswa<br />

yang merasa kurang dalam hal penguasaan<br />

kosakata semakin jauh dari kemampuan<br />

yang diharapkan oleh kurikulum. Penguasaan<br />

kosakata dianggap paling penting<br />

ketika siswa menulis teks diskriptif.<br />

Menurut Richard (2008:255) bahwa<br />

Kosakata adalah komponen penting dalam<br />

kecakapan berbahasa dan menyediakan<br />

banyak hal tentang bagaimana seorang<br />

pelajar berbicara, membaca, mendengarkan<br />

dan menulis.<br />

Guru sering mengabaikan pembelajaran<br />

menulis di kelas karena dia harus<br />

mengoreksi pekerjaan siswa baik dalam<br />

proses maupun dalam tahap akhir menulis.<br />

Biasanya guru langsung memerintahkan<br />

siswa menulis setelah mereka belajar<br />

membaca teks teks yang ada di buku.<br />

Mereka dianggap sudah bisa menulis<br />

diskriptif meskipun dengan membaca teks<br />

namun tidak demikian seorang guru harus<br />

memberikan satu atau dua model<br />

pembelajaran menulis bersma sama dengan<br />

siswanya di kelas. Dengan demikian siswa<br />

akan mengetahui strategi dan metode yang<br />

dikembangkan oleh guru dalam mengembangkan<br />

paragraph dalam sebuah teks<br />

diskriptif. Menurut Harmer (2007:6)<br />

bahwa proses pembelajaran menulis ada<br />

empat langkah yaitu planning, drafting,<br />

editing, final version. Oleh sebab itu,<br />

seorang guru seharusnya melayani


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

siswanya dengan sabar pada saat mereka<br />

belajar menulis teks deskriptif.<br />

Kesulitan yang paling banyak ditemui<br />

pada siswa pada saat menulis teks deskriptif<br />

adalah kurang nya kosakata yang dihafal.<br />

Sebenarnya mereka sudah banyak yang<br />

mengetahui kosakata tersebut, artinya sudah<br />

tersimpan dalam memori mereka, tetapi<br />

karena jarang digunakan pada sering terjadi<br />

lupa. Mengapa demikian terjadi menurut<br />

Harmer (2007: 329) karena para siswa tidak<br />

pernah menulis sesuatu dengan menggunakan<br />

bahasa pertamanya sehingga<br />

mereka merasa tidak mempunyai sesuatu<br />

untuk dikatakan atau tidak ada ide.<br />

Siswa RSBI kelas V<strong>II</strong> G SMP Negeri 1<br />

Gresik juga mengalami hal yang serupa<br />

dengan penjelasan diatas meskipun kemampuan<br />

mereka rata rata baik mereka masih<br />

perlu cara yang inovatif untuk mengembangkan<br />

ide-ide mereka dengan bebas.<br />

Mereka perlu diberikan tugas semacam<br />

creative writing karena creative writing<br />

menyarankan tugas secara imaginatif<br />

seperti menulis deskriptif, cerita dan plays.<br />

Untuk mengatasi kesulitan tersebut<br />

maka peneliti membaca beberapa metode<br />

pembelajaran dan membuat rencana pembelajaran<br />

yang dapat mempermudah siswa<br />

menulis teks deskriptif. Salah satu<br />

pembelajaran yang dapat mempermudah<br />

siswa menulis teks deskriptif adalah dengan<br />

menggunakan metode word wall. Metode<br />

word wall adalah metode yang didesain<br />

untuk membuat tantangan dan memotivasi<br />

siswa mengembangkan kosakata bahasa<br />

Inggris sehingga siswa akan merasa mudah<br />

menulis teks deskriptif<br />

Menulis bukanlah semata mata masalah<br />

mentranformasikan “bahasa” ke dalam<br />

symbol symbol tertentu, namun lebih<br />

merupakan proses berpikir (sitorus dan<br />

50<br />

Said: 1997: 1) selanjutnya Dagher (1976:1)<br />

mendefinisikan bahwa menulis merupakan<br />

proses berpikir yang dituangkan di atas<br />

kertas dalam bentuk tulisan.<br />

Ada sejumlah pendekatan yang berbeda<br />

pada latihan keterampilan menulis baik di<br />

dalam atau di luar kelas. Guru perlu<br />

memilih diantaranya dengan menentukan<br />

apakah guru menginginkan siswa lebih<br />

fokus pada proses menulis daripada hasil<br />

tulisan, apakah guru menginginkan siswa<br />

menulis genres, dan apakah guru tersebut<br />

ingin mendorong siswa menulis kreatif<br />

sehingga terjadi kebiasaan menulis bagi<br />

siswa (Harmer, 2007: 325). Peranan guru<br />

dalam kegiatan menulis adalah sebagai<br />

motivator, sumber, dan sebagai penyedia<br />

umpak balik (feedback provider). Sebagai<br />

motivator guru selalu mendorong siswa,<br />

menciptakan kondisi yang baik untuk<br />

memberikan kreatifitas ide, menjelaskan<br />

kegunaan kegiatan menulis, dan mendorong<br />

siswa berusaha sebaik mungkin untuk<br />

menulis. Sebagai sumber guru harus selalu<br />

siap menyediakan informasi dan bahasa jika<br />

diperlukan, menasihati yang konstruktif<br />

bagi kebaikan tulisan siswa, dan selalu<br />

memberikan waktu jika ada siswa atau<br />

meminta siswa membaca hasil tulisan<br />

siswa. Sebagai peyedia umpan balik guru<br />

seharusnya merespon secara positif dan<br />

dengan dorongan semangat yang positif<br />

pada apa yang sudah ditulis oleh siswa.<br />

Guru selalu menawarkan koreksi pada<br />

siswa, dan memilihkan apa dan seberapa<br />

banyak untuk difokuskan tulisan siswa.<br />

Ada empat proses menulis menurut<br />

Harmer (2007: 326) yaitu planning,<br />

drafting, editing, dan final version<br />

sebagaimana yang digambarkan di bawah<br />

ini.


<strong>Des</strong>kripsi adalah pemaparan atau<br />

penggambaran dengan kata-kata suatu<br />

benda, tempat, suasana atau keadaan.<br />

Seorang penulis deskripsi mengharapkan<br />

pembacanya, melalui tulisannya, dapat<br />

„melihat‟ apa yang dilihatnya, dapat<br />

„mendengar‟ apa yang didengarnya,<br />

„merasakan‟ apa yang dirasakanya, serta<br />

sampai kepada „kesimpulan‟ yang sama<br />

dengannnya. Dari sini dapat disimpulkan<br />

bahwa deskripsi merupakan hasil dari<br />

obesrvasi melalui panca indera, yang<br />

disampaikan dengan kata-kata (Marahimin.<br />

1993: 46). Pada penelitian ini siswa menulis<br />

deskriptif tentang benda, orang, dan<br />

tempat. Topik topik yang disajikan sesuai<br />

dengan pendekatan Communicative Language<br />

Teaching yaitu apa yang selalu<br />

dilakukan oleh siswa dalam kegiatan sehari<br />

hari.<br />

Metode word wall adalah kumpulan<br />

kosakata yang secara sistematik dipamerkan<br />

di dinding atau di ruang kelas dengan<br />

ukuran besar. Menurut Green‟s (1993)<br />

word wall dapat menberikan guru<br />

mekanisme serbaguna untuk meningkatkan<br />

kosakata di dalam kelas. Word wall dapat<br />

digunakan dengan beberapa cara seperti<br />

word clustering, multiple meaning<br />

awareness activities, Vocabulary<br />

expansion, word part exercise, finding<br />

synonym or antonym, and crosswords<br />

Gambar 1. Empat Proses Menulis<br />

M. Ali Erfan<br />

puzzles. Menurut Cunningham dan<br />

Allington (1994) Word Wall adalah<br />

kumpulan kata yang didisplay untuk<br />

mendukung proses pembelajaran yang<br />

sedang berlangsung di dalam kelas.<br />

Menurut Allen janet (2007: 133) Bahwa<br />

metode word wall dapat digunakan untuk<br />

mendukung pembelajaran reading, writing<br />

dan speaking di kelas. Sebagaimana dalam<br />

kutipan di bawah ini :<br />

“Word Walls can work in a variety of<br />

ways to support reading, writing, and talk<br />

in your classroom. If you are creating and<br />

using a high-utility Word Wall, you will<br />

want to add words to the Word Wall as they<br />

are encountered in the course of students’<br />

learning. These words should be added as<br />

encountered in shared reading and study of<br />

individual words. The words should be ones<br />

you would want students to use in their<br />

writing and conversation”.<br />

Dari kutipan diatas menyebutkan cara<br />

bagaiman metode ini digunakan di kelas.<br />

Guru harus selalu memberikan kosakata<br />

baru atau ditulis pada papan untuk dispay<br />

sesuai dengan topik atau tema yang<br />

sedangn berlangsung .metode ini bisa<br />

digunakan pada reading, speaking dan juga<br />

writing.<br />

Bagaimana cara meningkatkan keterampilan<br />

menulis deskriptif bahasa Inggris<br />

51


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

dengan menggunakan metode “words wall”<br />

pada siswa kelas V<strong>II</strong> G RSBI semester 2<br />

SMP Negeri 1 Gresik? Tujuan Penelitian<br />

yang dicapai adalah untuk mengetahui<br />

peningkatan keterampilan menulis<br />

deskriptif bahasa Inggris dengan menggunakan<br />

metode words wall pada siswa<br />

kelas V<strong>II</strong> G RSBI SMP Negeri 1 Gresik.<br />

METODE<br />

Penelitian ini termasuk jenis penelitian<br />

deskriptif kualitatif dengan menggunakan<br />

model siklus yaitu perencanaan, implementasi,<br />

pengamatan, dan refleksi. Penelitian<br />

ini bertujuan memperbaiki dan meningkatkan<br />

pembelajaran keterampilan menulis<br />

siswa di kelas V<strong>II</strong> G SMP Negeri 1 Gresik<br />

dengan menggunakan metode word wall.<br />

Pada tahap perencanaan awal peneliti<br />

bertindak sendiri mempersiapkan penyusunan<br />

RPP dan mengkajinya untuk menemukan<br />

penyebab masalah. Kemudian<br />

melakukan pengamatan awal. Pada tahap<br />

implementasi disiapkan lembar pengamatan<br />

dan catatan catatan penting yang terjadi<br />

secara deskriptif.<br />

Rombongan belajar atau kelas yang<br />

digunakan penelitian kelas V<strong>II</strong> G di mana<br />

situasi dan kondisi kelas tersebut adalah<br />

rata rata hanya ada tiga siswa yang<br />

dianggap lambat belajar bila dibanding<br />

teman temannya sekelas. Jumlah siswa<br />

sebanyak 29 anak. Penelitian ini dilakukan<br />

hanya pada saat pembelajaran writing<br />

descriptive yaitu Kompetensi, alasan<br />

memilih kelas ini dilakukan penelitisn<br />

tindakan kelas karena kelas ini mengalami<br />

kesulitan menulis deskriptif, sedangkan<br />

waktu pelaksanaan penelitian ini adalah<br />

pertengahan bulan April 2011 sampai awal<br />

Mei 2011 dengan materi mendeskripsikan<br />

barang, tempat dan orang.<br />

Penelitian ini dilakukan dalam tiga<br />

siklus yang masing masing siklus<br />

mempunyai empat tahapan kegiatan yaitu<br />

perencanaan, implementasi, pengamatan,<br />

dan refleksi. Pada siklus I, pada tahap<br />

perencanaan dilakukan penyusunan RPP,<br />

52<br />

penyiapan media dalam bentuk power<br />

points dan kertas manila satu lembar, dan<br />

penyiapan kosakata sebanyak 50 kata yang<br />

berhubungan dengan benda yang akan<br />

diberikan siswa pada saat pembelajaran<br />

sebagai panduan peneliti menyiapkan<br />

lembar pengamatan untuk membuat catatan<br />

dekriptif.<br />

Pada tahap implementasi peneliti<br />

malakukan proses pembelajaran writing to<br />

describe things dengan menggunakan<br />

metode word wall pada hari Senin pada jam<br />

3-4, 18 April 2011, hari Rabu, 20 April<br />

2011 pada jam ke 4-5 , dan hari Kamis, 21<br />

April 2011 pada jam ke 3-4. Pada<br />

pertemuan pertama peneliti memberi contoh<br />

kosakata untuk ditampilkan di slide<br />

kemudian meminta siswa untuk menyebutkan<br />

bebrapa kosakata sampai sejumlah<br />

50 kata yang berhubungan dengan benda<br />

kemudian secara bersama dengan siswa<br />

mencari ide untuk menulis teks derkriptif<br />

tentang benda . siswa membuat draft tulisan<br />

desktiptif tentang benda dengan menggunakan<br />

kosakta yang ditayangkan di depan<br />

siswa. Pada pertemuan berikutnya kegiatan<br />

editing dimana peneliti juga sebagai guru<br />

memberikan kesempatan mengoreksi hasil<br />

draft siswa berikutnya peneliti satu persatu<br />

siswa maju ke depan meja guru.<br />

Selanjutnya dilakukan final version yang<br />

siap dipamerkan.<br />

Setelah implementasi selesai dilakukan<br />

refleksi dan kerjaan siswa dikumpulan<br />

selanjutnya dilakukan penilaian menulis<br />

dengan menggunakan rubric penilaian<br />

writing. Peneliti menyimpulkan proses<br />

pembelajaran dan mengkaji RPP yang telah<br />

dibuat untuk perbaikan. Kegiatan refleksi<br />

ini digunakan sebagai perencanaan siklus<br />

berikutnya.<br />

Pada siklus kedua peneliti melakukan<br />

penyusunan RPP perbaikan, penyiapan<br />

media dalam bentuk Power Points dan<br />

kertas manila 1 lembar, dan penyiapan<br />

kosakata sebanyak 100 kata yang berhubungan<br />

dengan orang yang akan diberikan<br />

siswa pada saat pembelajaran sebagai<br />

panduan peneliti Menyiapkan lembar


pengamatan untuk membuat catatan<br />

dekriptif.<br />

Pada tahap implementasi ini dilakukan<br />

proses pembelajaran writing to describe<br />

people dengan menggunakan metode word<br />

wall pada hari Senin pada jam 3-4, 25 April<br />

2011, hari Rabu, 27 April 2011 pada jam ke<br />

4-5 , dan hari Kamis, 28 April 2011 pada<br />

jam ke 3-4. Pada pertemuan pertama<br />

peneliti memberi contoh kosakata untuk<br />

ditampilkan di slide kemudian meminta<br />

siswa untuk menyebutkan bebrapa kosakata<br />

sampai sejumlah 100 kata yang berhubungan<br />

dengan orang kemudian secara<br />

bersama dengan siswa mencari ide untuk<br />

menulis teks derkriptif tentang orang.<br />

Siswa membuat draft tulisan desktiptif<br />

tentang benda dengan menggunakan<br />

kosakata yang ditayangkan di depan siswa.<br />

Pada pertemuan berikutnya kegiatan editing<br />

dimana peneliti juga sebagai guru<br />

memberikan kesempatan mengoreksi hasil<br />

draft siswa berikutnya peneliti satu persatu<br />

siswa maju ke depan meja guru.<br />

Selanjutnya dilakukan final version yang<br />

siap dipamerkan.<br />

Setelah implementasi selesai dilakukan<br />

dan pekerjaan siswa dikumpulan selanjutnya<br />

dilakukan penilaian menulis dengan<br />

menggunakan rubrik penilaian writing.<br />

proses pembelajaran disimpulkan dan RPP<br />

dikaji unttuk keperluan perbaikan. Kegiatan<br />

refleksi ini digunakan sebagai perencanaan<br />

siklus berikutnya.<br />

Pada siklus ketiga peneliti melaksanakan<br />

kegiatan perencanaan perbaikan<br />

yaitu; menyusun RPP Perbaikan, Menyiapkan<br />

media dalam bentuk Power Points dan<br />

kertas manila satu lembar, dan menyiapkan<br />

kosakata sebanyak 125 kata yang berhubungan<br />

dengan tempat yang akan diberikan<br />

siswa pada saat pembelajaran sebagai<br />

panduan Menyiapkan lembar pengamatan<br />

untuk membuat catatan dekriptif.<br />

Pada tahap implementasi dilakukan<br />

proses pembelajaran writing to describe<br />

place dengan menggunakan metode word<br />

wall pada hari Senin pada jam 3-4, 2 Mei<br />

M. Ali Erfan<br />

2011, hari Rabu, 4 Mei 2011 pada jam ke 4-<br />

5, dan hari Kamis, 5 Mei 2011 pada jam ke<br />

3-4. Pada pertemuan pertama peneliti<br />

member contoh kosakata untuk itampilkan<br />

di slide kemudian meminta siswa untuk<br />

menyebutkan bebrapa kosakata sampai<br />

ejumlah 125 kata yang berhubungan dengan<br />

benda kemudian secara bersama dengan<br />

siswa mencari ide untuk menulis teks<br />

derkriptif tentang tempat. Siswa membuat<br />

draft tulisan desktiptif tentang tempat<br />

dengan menggunakan kosakta yang<br />

ditayangkan di depan siswa.<br />

Pada pertemuan berikutnya kegiatan<br />

editing guru mengoreksi hasil draft siswa<br />

berikutnya peneliti satu persatu siswa maju<br />

ke depan meja guru. Selanjutnya dilakukan<br />

final version yang siap dipamerkan.<br />

Pengamatan dilakukan saat pembelajaran<br />

berlangsung oleh peneliti yang juga sebagai<br />

guru. Mencatat segala sesuatu yang terjadi<br />

pada saat pembelajaran berlangsung.<br />

Setelah implementasi selesai dilakukan dan<br />

kerjaan siswa dikumpulan selanjutnya<br />

dilakukan penilaian menulis dengan menggunakan<br />

rubrik penilaian writing, dan<br />

disimpulkan. RPP juga dikaji yang telah<br />

dibuat untuk perbaikan. Kegiatan refleksi<br />

ini digunakan sebagai langkah perbandingan<br />

terhadap siklus sebelumnya karena<br />

pada refleksi ini siswa sudah mengalami<br />

peningkatan.<br />

Data penelitian tindakan kelas ini<br />

adalah kumpulan kosakata yang didisplay<br />

di kelas dan hasil karya tulisan siswa<br />

tentang deskripsi benda, orang , dan tempat.<br />

Selain itu data berupa hasil pengamatan dan<br />

wawancara dengan seluruh siswa di kelas<br />

pada saat setelah menyelesaikan sebuah<br />

karya tulisan. Sumber data dalam penelitian<br />

tindakan kelas ini adalah semua siswa kelas<br />

V<strong>II</strong> G SMP Negeri 1 Gresik Semester 2<br />

tahun pelajaran 2010/2011.<br />

Data dalam penelitian ini diperoleh dari<br />

penugasan proyek yaitu siswa diberi waktu<br />

yang cukup untuk menulis teks deskriptif<br />

tentang benda, orang, dan tempat melalui<br />

proses planning, draft, editing, dan final<br />

version. Sedangkan data non proyek<br />

53


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

diambil dari hasil pedoman pengamatan dan<br />

wawancara seluruh siswa di kelas setelah<br />

menyelesaikan sebuah proyek.<br />

Data yang diperoleh dianalisis secara<br />

urutan yaitu; Pertama adalah mereduksi,<br />

kedua adalah mengorganisir data dan<br />

ketiga adalah menarik kesimpulan (Susanto,<br />

2010: 71). Mereduksi data adalah kegiatan<br />

membuang data yang tidak relevan dan<br />

mencatat data yang dapat digunakan untuk<br />

membuktikan hipotesis. Mengorganisir data<br />

adalah mendeskripsikan data secara naratif<br />

sesuai dengan urutan kegiatan pembelajaran.<br />

Menarik kesimpulan adalah kegiatan<br />

54<br />

mengolah data secara kualitatif. Analisa<br />

data dilakukan pada saat refleksi sesudah<br />

pengamatan.<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Pada siklus I siswa menulis teks<br />

deskriptif benda. Siklus kedua siswa<br />

menulis teks deskriptif orang, dan siklus<br />

ketiga siswa menulis teks deskriptif tempat.<br />

Di bawah ini adalah hasil rata rata penilaian<br />

menulis dengan menggunakan penialian<br />

rubrik.<br />

Tabel 1. Tabel penilaian menulis deskriptif dengan penilaian rubrik<br />

Rata rata<br />

Contents Coherence Spelling Grammar Vocabulary Total<br />

0 - 50 0 -20 0 -10 0 -10 0 -10 100<br />

Siklus 1 30 10 5 5 4 54<br />

Siklus 2 35 15 6 5 6 67<br />

Siklus 3 48 18 8 8 8 90<br />

<strong>Des</strong>kripsi Refleksi Siklus I<br />

Komponen yang perlu diperbaiki<br />

Refleksi dilakukan dengan tujuan<br />

menemukan kegiatan kegiatan yang perlu<br />

diperbaiki serta menetapkan solusinya.<br />

Hasil refleksi terhadap kegiatan pembelajaran<br />

pada siklus pertama diperoleh temuan<br />

yang tidak sesuai dengan metode word wall<br />

dan perlu diperbaiki yaitu pembelajaran<br />

menulis teks deskriptif tidak diawali dengan<br />

pameran kosakata di depan siswa sehingga<br />

siswa merasa kesulitan menulis meskipun<br />

ide siswa baik. Siswa masih kurang<br />

memhami konsep teks deskriptif menurut<br />

kurikulum RSBI.<br />

Solusi yang digunakann adalah<br />

masalah kurang memahaminya konsep teks<br />

deskriptif diberikan penjelasan dan pemberian<br />

contoh contoh secara riil pada siswa<br />

secara lisan dalam diskusi kelas dan diikuti<br />

menulis kalimat yang menggambarkan<br />

benda. Kemudian untuk supaya ide siswa<br />

berjalan lancar peneliti mengajak siswa<br />

untuk mengungkapkan kosa kata sebanyak<br />

mungkin sampai sejumlah 75 kata tentang<br />

benda atau yang berhubungan dengan<br />

benda dengan dikatagorikan menjadi kata<br />

kerja, kata sifat, kata depan, kata benda, dan<br />

kata keterangan kemudian dipamerkan di<br />

depan siswa untuk dibuat acuan ketika<br />

mereka menulis teks deskriptif. Siswa<br />

mulai proses menulis diawali dengan<br />

planning, membuat draft awal, editing, dan<br />

final revision.<br />

Berdasarkan uraian diatas, dapat<br />

disimpulkan bahwa proses pembelajaran<br />

menulis teks deskriptif dengan menggunakan<br />

metode word wall pada siklus kedua<br />

dilakukan sebagai berikut: pertama diterangkan<br />

kembali tentang konsep deskriptif<br />

menurut kurikulum RSBI dengan tujuan


agar siswa memahami lebih baik lagi tidak<br />

lagi bercampur dengan teks yang lain<br />

seperti teks report.<br />

<strong>Des</strong>kripsi Refleksi Siklus <strong>II</strong><br />

Pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran<br />

menulis teks deskriptif dengan<br />

menggunakan metode word wall pada siswa<br />

kelas V<strong>II</strong> G SMP Negeri 1 Gresik semester<br />

2 tahun pelajaran 2010/2011 pada siklus<br />

kedua dilaksnakan sebagai berikut: hari<br />

Senin, tanggal 25 April 2011 pada jam 3-4<br />

materi describing people, hari Rabu,<br />

tanggal 27 April 2011 pada jam ke 4-5<br />

materi describing people, dan hari Kamis,<br />

Tanggal 28 April 2011 pada jam ke 3-4<br />

materi describing people. Pelaksanaan<br />

pembelajaran pada siklus kedua ini<br />

berpedoman pada RPP siklus kedua (lihat<br />

lampiran) yang telah disusun dalam tahap<br />

perencanaan pada siklus pertama hasil<br />

tulisan siswa belum memuaskan karena<br />

masih banyak siswa yang belum memahami<br />

konsep teks deskriptif dan kosakata yang<br />

dituangkan pada siklus pertama 75 kosakata<br />

dan belum maksimal digunakan oleh siswa.<br />

Peneliti perlu memberikan penjelasan<br />

bagaiman mengembangkan ide.<br />

<strong>Des</strong>kripsi Refleksi Siklus <strong>II</strong>I<br />

Pelaksanaan siklus ketiga adalah<br />

perbaikan tindakan dari siklus ke dua<br />

dimana pada saat out siswa sudah menunjukkan<br />

peningkatan baik dari kosakata<br />

maupun dari faktor pengembangan ide<br />

menulis maish perlu diberikan yang lebih<br />

bevariasi. Siklus ini adalah tahap akhir dari<br />

tiga siklus yang direncanakan. Pada tahap<br />

akhir ini siswa diharapkan sudah menulis<br />

teks deskriptif tentang gambaran tempat<br />

umum yang siswa kunjungi. Pada tahap ini<br />

siswa diminta melakukan ekplorasi<br />

kosakata sendiri kemudian dipamerkan di<br />

papan tulis sebanayak 125 kata dari topik<br />

yang diberikan.<br />

Pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran<br />

menulis teks deskriptif dengan<br />

M. Ali Erfan<br />

menggunakan metode word wall pada<br />

siklus kedua dilaksnakan sebagai berikut:<br />

hari Senin, tanggal 2 Mei 2011 pada jam 3-<br />

4 materi describing place, hari Rabu,<br />

tanggal 4 mei 2011 pada jam ke 4-5 materi<br />

describing place, dan hari Kamis, Tanggal 5<br />

Mei 2011 pada jam ke 3-4 materi<br />

describing place. Pelaksanaan pembelajaran<br />

ini berpedoman pada RPP siklus ketiga<br />

yang disusun pada tahap perencanaan.<br />

Pada setiap pelaksanaan pembelajaran<br />

setiap siklus guru menyampiakan apakah<br />

ada kesulitan atau tidak. Pada siklus<br />

pertama sekitar 35% siswa mengalami<br />

kesulitan menulis karena lemahnya<br />

kosakata yang dimilikinya. Pada siklus<br />

kedua keadaan ini menurun ada<br />

peningkatan kemampuan menulis yaitu<br />

20% mengalami kesultan menulis deskriptif<br />

pada pengembangan ide. dan pada siklus<br />

ketiga 1% siswa yang mengalami masih<br />

tetap mengalami kesulitan menulis. pada<br />

siklus ini peneliti menyimpulkan bahwa<br />

siswa secara klasikal sudah dapat menulis<br />

teks deskriptif dan bahkan ada beberapa<br />

siswa sudah mencapai menulis kreatif.<br />

SIMPULAN DAN SARAN<br />

Berdasarkan hasil analisa data<br />

penelitian tindakan kelas bahwa pembelajaran<br />

menulis dengan menggunakan<br />

metode word wall di kelas V<strong>II</strong> G SMP<br />

Negeri I Gresik pada semester 2 tahun<br />

pelajaran 2010/2011 berhasil dengan baik.<br />

Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran<br />

menulis deskriptif mengalami peningkatan<br />

karena siswa sebelumnya dipamerkan<br />

kosakata agar tidak menganggu mengekspresikan<br />

ide-idenya. Kosakata yang<br />

dipamerkan dari siklus satu ke yang lain<br />

meningkat yaitu dari 75 hingga 125 kata<br />

sehingga semakin banyak kata yang dihafal<br />

oleh siswa semakin mereka muda menulis<br />

teks deskriptif. Siswa harus diberikan suatu<br />

model teks yang dikerjakan secara bersama<br />

dengan guru di awal pembelajaran untuk<br />

memberikan pengalaman belajar.<br />

55


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

Guru hendaknya memberikan kosakata<br />

yang dipamerkan di depan kelas sebelum<br />

siswa diajak menulis dan siswa diajak aktif<br />

mengeskplorasi kosakata tersebut yang<br />

berhubungan dengan topik yang diberikan.<br />

Guru membantu mengeskplorasi kosakata<br />

dengan suasana menyenangkan. Guru<br />

hendaknya dengan sabar membuat model<br />

tukisan deskriptif bersama siswa, mengoreksi<br />

dan memberikan masukan selama<br />

proses menulis dari langkah planning,<br />

membuat draft, proses editing dan final<br />

revisionseihingga siswa merasa senantiasa<br />

diperhatikan dan siswa merasa puas karena<br />

hasil karyanya dipamerkan dan dipublikasikan<br />

di sekolah.<br />

DAFTAR RUJUKAN<br />

Arikunto, S; Suhardjono; Supardi.. 2006.<br />

Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:<br />

Bumi Aksara<br />

Allen, J. 2007. Inside words : tools for<br />

teaching academic vocabulary, grades<br />

4–12. Poland: Stanehouse Publisher.<br />

Brown, H. 2000. Principle of Language<br />

Learning and Teaching. USA: San<br />

Francisco State University.<br />

………. 2000. Language assessment<br />

Principle and Classroom Practice .<br />

USA: San Francisco State University.<br />

56<br />

………….. 2001. Teaching by Principle an<br />

interactive Approach to Language<br />

Pedogogy. USA: San Francisco State<br />

University.<br />

BSNP. 2007. Standar Kompetensi Lulusan<br />

Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMP-<br />

SBI. Jakarta: Depdiknas.<br />

Harmer, J. 2007 The Practice Of English<br />

Language Teaching. Fourth Edition.<br />

China: Pearson Longman. China<br />

..………..,2007. How to teach English.<br />

Pearson Longman. England<br />

Higgins James M. 1994. 101 Creative<br />

problem solving Techniques. USA:<br />

New Management Publishing<br />

Company. Inc.<br />

Richard, C. J. and Willy A. R. . 2008.<br />

Methodology in Language Teaching an<br />

anthology of current Practice. New<br />

York: Cambridge.<br />

Stoller. 2009. The materials on workshop<br />

on “teaching reading and<br />

Vocabulary.” Surabaya.<br />

Susanto. 2010. Konsep Penelitian Tindakan<br />

Kelas dan Penerapnnya. Surabaya:<br />

Lembaga Penerbit FBS UNESA.


PENERAPAN PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION<br />

DENGAN MODELING HARDVARD AND STEP<br />

UNTUK MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN PENJASKES<br />

Suswanto<br />

SMA Negeri 1 Gresik<br />

Abstrak: Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan<br />

hasil pembelajaran Penjaskes melalui model Direct Instruction dengan Modeling<br />

Hardvard and Step pada siswa Kelas XI di SMK Negeri 1 Sidayu. Kegiatan<br />

dilakukan dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam dua<br />

siklus, setiap siklus meliputi; perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.<br />

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan, antara lain;<br />

aktivitas senang latihan 60% menjadi 98%, penguasaan konsep materi dari 57%<br />

menjadi 100%, aktivitas berlatih 62% menjadi 97%, kemampuan berfikir dari<br />

62% menjadi 98%, keberanian menyampaikan pendapat dari 52% menjadi 99%.<br />

Dengan demikian disarankan untuk menerapkan model pembelajaran Direct<br />

Instruction dengan Modeling Hardvard and Step untuk meningkatkan hasil<br />

pembelajaran Penjaskes pada pokok bahasan mempraktikkan berbagai bentuk<br />

latihan kelincahan, power, dan daya tahan.<br />

Kata kunci : direct instruction, modeling hardvard and step, dan kesegaran<br />

jasmani.<br />

P<br />

enerapan model pembelajaran<br />

dengan metode yang bervariasi<br />

yang mengarah kepada student<br />

oriented sebagai dasar melakukan penelitian,<br />

namun berdasarkan refleksi dari<br />

tahun pelajaran sebelumnya bahwa hasil<br />

belajar siswa masih rendah. Hasil pembelajaran<br />

ini dipengaruhi oleh kebugaran<br />

jasmani siswa, motivasi, aktivitas bertanya<br />

dan menjawab. Perolehan yang<br />

demikian diduga karena belajar siswa<br />

kurang bermakna, supaya terjadi belajar<br />

yang bermakna salah satu solusi yang<br />

dapat di tetapkan adalah menggunakan<br />

model pembelajaran Direct Instruction<br />

yang dilengkapi Model Harvard and Step<br />

dan dilengkapi alat untuk pelatihan siswa,<br />

maka guru mempunyai kesempatan untuk<br />

memperbaiki kualitas pembelajaran serta<br />

berusaha terus-menerus memperbaiki teknik<br />

mengajarnya. Permasalahan mendasar<br />

dalam penelitian ini adalah bagaimana<br />

meningkatkan kesegaran jasmani siswa<br />

dalam pembelajaran pendidikan jasmani<br />

dan kesehatan yang mampu meningkatkan<br />

kualitas belajar.<br />

Manfaat penelitian ini dapat diuraikan<br />

sebagai berikut; (1) bagi siswa untuk<br />

meningkatkan kesegaran jasmani siswa<br />

sehingga memiliki kemampuan belajar<br />

yang handal; (2) siswa memperoleh<br />

pengetahuan baru dengan membentuk<br />

pengetahuan itu untuk dirinya sendiri; (3)<br />

pengetahuan baru yang dibangun siswa<br />

berasal dari seperangkat ragam pelatihan<br />

setiap siswa tanpa memandang ras, budaya<br />

dan jenis kelamin mampu memahami dan<br />

mengerjakan; (4) bagi peneliti untuk<br />

meningkatkan kinerja sebagai seorang<br />

guru; (5) bagi sekolah merupakan realita<br />

peningkatan kompetensi siswa yang<br />

identik dengan mutu pendidikan sekolah.<br />

Ruang lingkup penelitian; (1) siswa<br />

kelas XI dibatasi sebanyak 30 pada siswa<br />

kelas XI SMK Negeri 1 Sidayu, Gresik<br />

Tahun Pelajaran 2010-2011; (2) kualitas<br />

belajar dibatasi pada perolehan proses


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

dan hasil belajar, meliputi kefahaman/<br />

afektif, kemampuan/kognitif, dan ketrampilan/psikomotorik;<br />

(3) materi pelatihan<br />

dibatasi pada konsep mempraktikkan<br />

berbagai bentuk latihan kelincahan,<br />

power dan daya tahan dengan model<br />

Harvard and Step (siklus I) dan (siklus<br />

<strong>II</strong>); dan (4) Kurikulum yang digunakan<br />

dalam PTK ini adalah Kurikulum Tingkat<br />

Satuan Pendidikan (KTSP).<br />

Direct Instruction (DI) adalah konsep<br />

pembelajaran yang membantu guru<br />

mengaitkan antara materi yang diajarkannya<br />

dengan situasi dunia nyata siswa dan<br />

didorong siswa membuat hubungan antara<br />

pengetahuan yang dimilikinya dengan<br />

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari<br />

(Dir.PLP, 2003). Strategi Pembelajaran<br />

Direct Instruction ditekankan pada<br />

pentingnya pemecahan masalah sehingga<br />

siswa menyadari perlunya kegiatan belajar<br />

mengajar dan dilakukan dalam berbagai<br />

konteks, rumah, masyarakat, dan tempat<br />

kerja. Siswa dipantau dan diarahkan dalam<br />

pembelajaran agar menjadi siswa yang<br />

dapat belajar sendiri, mampu pada konteks<br />

kehidupan siswa yang berbeda, mendorong<br />

siswa belajar dari sesama teman dan belajar<br />

bersama serta hasil belajar siswa<br />

menggunakan penilaian autentik<br />

Dewasa ini kalangan remaja maupun<br />

orang dewasa ingin memiliki bentuk tubuh<br />

yang ideal serta stamina yang baik, namun<br />

tidak mengerti bagaimana latihan yang<br />

baik dan benar sehingga tidak memperoleh<br />

manfaat dari latihan yang dilakukannya<br />

bahkan mengalami cidera atau overtrain.<br />

Komite medis dari Federasi Internasional<br />

Binaraga (IFBB) menyatakan; jika anda<br />

tidak berotot maka anda tidak dapat<br />

melakukan sesuatu, dengan banyak otot<br />

anda dapat melakukan sesuatu yang jauh<br />

lebih baik. Lebih dari itu dengan komposisi<br />

tubuh yang sempurna memudahkan<br />

seseorang mendapatkan sukses dalam<br />

olahraga.<br />

Tubuh kuat dan perkembangan otot<br />

agar menjadi lebih baik, The American<br />

Collage of Sport Medicine (Indonesia:<br />

58<br />

Perhimpunan Pembina Kesehatan Olahraga)<br />

menganjurkan kita berlatih 3 sampai<br />

5 kali setiap minggunya. Setiap berlatih<br />

lama memerlukan waktu 15 sampai dengan<br />

60 menit (tergantung dari intensitas<br />

latihan), dan intensitas latihan antara 50% -<br />

80% KAM (Kapasitas Aerobic Maximal =<br />

Vo Max) atau latihan yang terus menerus<br />

(Kontinyu) dan berlangsung antara 15<br />

sampai dengan 60 menit pasti<br />

membutuhkan oksigen untuk membentuk<br />

kembali ATP sebagai sumber energi gerak.<br />

Menurut COOPER latihan semacam ini<br />

yang membutuhkan energi disebut latihan<br />

“AEROBIC WITH AIR” (dengan udaranya<br />

yang mengandung oksigen). Ciri latihan<br />

Aerobic adalah menempuh jarak yang<br />

cukup jauh dalam waktu yang lama, atau<br />

gerakannya bukan sprint yang cepat jadi<br />

berupa “LONG SLOW DISTANCE”,<br />

latihan yang sesuai untuk pembentukan<br />

tubuh dan stamina seperti yang diuraikan di<br />

atas adalah: (1) HARVARD STEP UP yaitu<br />

alat bantu untuk latihan pembentukan otot<br />

berupa bangku digunakan untuk melatih<br />

CARDIO VASCULAIR juga dapat pula<br />

dipakai untuk melatih pembentukan otot<br />

kaki, otot dada, otot bahu dan otot triceps.<br />

(2) THE STEP yaitu alat yang dipakai<br />

latihan senam Aerobic yang bertujuan<br />

supaya gerakan-gerakan yang dilaksanakan<br />

pembebannya makin bertambah sehingga<br />

akan membentuk otot-otot yang makin kuat<br />

disertai dengan daya tahan jantung yang<br />

makin baik. Fungsi utama dari alat ini<br />

adalah menciptakan .<br />

METODE<br />

Subjek penelitian ini adalah siswa<br />

kelas XI SMKN 1 Sidayu, Gresik tahun<br />

pelajaran 2010-2011, dilaksanakan lebih<br />

kurang selama tiga bulan dengan rincian<br />

sebegai berikut; (1) Pra Penelitian<br />

dilakukan refleksi dari tahun pelajaran<br />

sebelumnya, diperoleh hal yang perlu<br />

adanya peningkatan mutu pembelajaran<br />

yang seiring dengan kebugaran jasmani<br />

siswa sangat diperlukan; (2) pelaksanaan<br />

penelitian pada tanggal 18 Oktober sampai


dengan 25 Oktober 2010 dan hasil refleksi<br />

siklus I sebagai acuan menentukan<br />

perbaikan tindakan pada siklus <strong>II</strong>.dan hasil<br />

refleksi siklus <strong>II</strong> digunakan sebagai acuan<br />

untuk rencana tindak lanjut pada<br />

pembelajaran berikutnya.<br />

Rincian prosedur penelitian tindakan<br />

kelas siklus I sebagai berikut; (1) tahap<br />

perencanaan tindakan, meliputi; (a)<br />

menyusun rencana pembelajaran untuk<br />

setiap pertemuan yang didalamnya memuat<br />

skenario pembelajaran sesuai dengan<br />

strategi yang dipilih yaitu pembelajaran<br />

Direct Instruction; (b) menyiapkan alat-alat<br />

yang diperlukan untuk latihan metode HAS<br />

sesuai dengan kegiatan pembelajaran pada<br />

setiap pertemuan dan dilengkapi format<br />

penilaian; (c) menyusun lembar penilaian<br />

kegiatan pelatihan selama pemberian<br />

tindakan berlangsung, disertai dengan<br />

pedoman penilaian yang berisi indicator<br />

keterampilan kognitif, psikomotorik, dan<br />

afektif; dan (d) menyusun lembaran<br />

observasi untuk akhir pertemuan digunakan<br />

sebagai pedoman penilaian oleh observer<br />

(Lembar Kuesioner Respon siswa), dan (e)<br />

membuat jurnal kegiatan pembelajaran<br />

berupa catatan tentang berbagai hal yang<br />

muncul saat tindakan pembelajaran<br />

berlangsung (Lembar <strong>Jurnal</strong> Harian siswa);<br />

(2) Tahap Pelaksanaan Tindakan direncanakan<br />

dengan membuat skenario tahap<br />

mengajar diawali menjelaskan tujuan ajar<br />

(Informasi fungsi HAS), memberi<br />

bimbingan dan pelatihan tentang Harvard<br />

step up, Flat Bench, Incline and Decline<br />

Flat Bench, Dipping, Inversion, V Flat<br />

Bench, Vertical Jump Bench, The step,<br />

Controlling personal, Penerapan hasil<br />

belajar, Evaluing personal, Clossing; (3)<br />

Tahap observasi dilaksanakan dengan<br />

pelaksanaan tindakan dari pertemuan<br />

pertama hingga kedua untuk merekam<br />

segala aktivitas siswa, kinerja guru selama<br />

tindakan pembelajaran/latihan berlangsung,<br />

pada pertemua kedua diadakan evalusi dan<br />

diskusi dengan para observer untuk<br />

mengetahui temuan-temuan selama tindakan<br />

pembelajaran sebagai bahan refleksi,<br />

untuk diperbaiki pada pertemuan<br />

Suswanto<br />

berikutnya; dan (4) Tahap refleksi<br />

dilaksanakan di setiap akhir siklus dengan<br />

mengamati secara rinci segala hal yang<br />

terjadi di tempat latihan baik berupa<br />

aktivitas siswa maupun kinerja guru, hasil<br />

refleksi dua pertemuan pada siklus I<br />

digunakan sebagai dasar rencana perbaikan<br />

tindakan pada siklus <strong>II</strong>. Setiap kelemahan<br />

yang ditemukan di perbaiki pada<br />

pertemuan kedua dan begitu selanjutnya.<br />

Rincian pada Siklus <strong>II</strong> sebagai berikut:<br />

(1) Tahap Perencanaan Tindakan pada<br />

prinsipnya langkah-langkahnya sama<br />

seperti pada siklus I, namun pelaksanaan<br />

pembelajarannya memperbaiki dari kelemahan<br />

yang ditemukan selama siklus I.<br />

Hal-hal yang peneliti laksanakan pada<br />

tahap ini adalah sebagai berikut; (a)<br />

menyusun rencana pembelajaran/latihan<br />

dengan strategi pembelajaran sebagai<br />

berikut, (b) menyusun rencana pembelajaran<br />

setiap pertemuan yang didalamnya<br />

memuat skenario pembelajaran sesuai<br />

dengan strategi yang dipilih yaitu<br />

pembelajaran Direct Instuction, (c)<br />

menyusun instrumen penilaian sesuai<br />

dengan kegiatan pembelajran pada setiap<br />

pertemuan pada siklus <strong>II</strong>, (d) menyusun<br />

lembaran observasi kegiatan pembelajaran<br />

selama tindakan dan kinerja guru, disertai<br />

dengan pedoman observasi, masing-masing<br />

indikator keberhasilan dilengkapi dengan<br />

deskripsi sekaligus dengan skornya, dan (e)<br />

mengisi jurnal kegiatan pembelajaran/<br />

latihan berupa catatan tentang berbagai hal<br />

yang muncul saat tindakan pembelajaran<br />

berlangsung baik aktivitas siswa maupun<br />

aktivitas guru selama pelaksanaan siklus <strong>II</strong>;<br />

(2) Tahap Pelaksanaan Tindakan sama<br />

seperti pada siklus I, langkah-langkah<br />

pembelajaran yang peneliti laksanakan<br />

tertuang dalam rencana pembelajaran dan<br />

dilengkapi pemodelan HAS; (3) Tahap<br />

observasi dilaksanakan bersamaan pelaksanaan<br />

tindakan pada siklus <strong>II</strong> untuk<br />

merekam segala aktivitas siswa dan kinerja<br />

guru selama tindakan pembelajaran berlangsung<br />

dengan menggunakan lembar<br />

observasi. Pada akhir pertemuan<br />

mengadakan diskusi dengan para observer<br />

59


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

untuk mengetahui temuan-temuan selama<br />

tindakan pembelajaran sebagai bahan<br />

refleksi; dan (4) Tahap Refleksi merupakan<br />

tahap mengamati secara rinci segala hal<br />

yang terjadi di kelas baik berupa aktivitas<br />

siswa maupun kinerja guru.Hasil refleksi<br />

selama tiga pertemuan pada siklus I dan <strong>II</strong><br />

di gunakan sebagai rencana tindak lanjut<br />

pembelajaran selanjutnya.<br />

Pengumpulan data dilakukan melalui<br />

obersvasi kegiatan latihan di lapangan dan<br />

tindakan pembelajaran/latihan selama dua<br />

siklus, dan instrumen yang digunakan<br />

adalah lembar observasi untuk aktivitas<br />

siswa dan kinerja guru selama pelaksanaan<br />

tindakan, pengukuran denyut nadi sebelum<br />

dan sesudah latihan, jurnal kegiatan<br />

pembelajarana dan angket.<br />

Analisis data dilakukan secara<br />

deskriptif berdasarkan hasil observasi<br />

terhadap proses dan hasil belajar siswa<br />

dengan langkah sebagai berikut; (1)<br />

melakukan reduksi, yaitu mengecek dan<br />

mencatat kembali data-data yang telah<br />

terkumpul; (2) melakukan interpretasi,<br />

yaitu menafsirkan selanjutnya mewujudkan<br />

dalam bentuk pernyataan; (3) melakukan<br />

inferensi, yaitu menyimpulkan apakah<br />

dalam tindakan pembelajaraan ini terjadi<br />

peningkatan atau tidak dalam proses dan<br />

hasil belajar/latihan siswa berdasar kan<br />

hasil observasi yang dilaksanakan bersama<br />

observer; (4) tahap tindak lanjut, yaitu<br />

merumuskan langkah-langkah perbaikan<br />

untuk siklus berikutnya; dan (5)<br />

pengambilan kesimpulan, di ambil<br />

berdasarkan analisis hasil observasi yang<br />

disesuaikan dengan tujuan penelitian,<br />

kemudian dituangkan dalam bentuk<br />

interpretasi berupa kalimat pernyataan.<br />

Setelah lima langkah tersebut di atas,<br />

selanjutnya menetapkan pedoman<br />

peningkatan kualitas belajar dengan<br />

indikator sebagai berikut; (1) hasil<br />

belajar/latihan meningkat jika pengukuran<br />

denyut nadi dari sebelum latihan dan<br />

pengukuran sesudah melakukan latihan<br />

mengalami penurunan; (2) aktivitas siswa<br />

selama proses pembelajaran/ latihan<br />

60<br />

berlangsung melalui diskusi meliputi<br />

keterampilan kognitif (kemampuan<br />

mengembangkan), psikomotorik (kemampuan<br />

menggunakan) dan afektif (kemampuan<br />

memahami suatu problema) dinyatakan<br />

meningkat jika mengalami<br />

peningkatan dari siklus ke siklus; (3)<br />

penilaian aktivitas siswa melalui pengamatan<br />

kolaborator dinyatakan meningkat<br />

jika mengalami peningkatan dari siklus ke<br />

siklus.; dan (4) berdasarkan angket, respon<br />

siswa menyatakan setuju dengan tindakan<br />

pembelajaran Direct Instruction sebesar ><br />

75%.<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Bagian ini peneliti paparkan mengenai<br />

kondisi lapangan pada saat tindakan<br />

pembelajaran berlangsung, yaitu merekam<br />

semua aspek yang terjadi pada waktu<br />

penelitian. Supaya situasi pembelajaran<br />

dapat diikuti secara utuh, maka peneliti<br />

paparkan semua proses yang terjadi selama<br />

berlangsungnya pembelajaran.<br />

Pembelajaran siklus I berlangsung<br />

selama dua kali pertemuan, dan setiap kali<br />

pertemuan dilakukan penilaian oleh<br />

observer, dilaksanakan pada hari Senin 11<br />

Oktober 2010 mulai pukul 07.10 sampai<br />

dengan 08.10. Kegiatan diawali dengan<br />

penjelasan tujuan latihan HAS dan<br />

mengabsen siswa yang tidak hadir. Pada<br />

pertemuan ini jumlah siswa yang hadir 30<br />

siswa.Tempat latihan di bangsal di atur<br />

sesuai dengan posisi berbaris yang telah<br />

peneliti rencanakan. Setelah peneliti<br />

membuka pelajaran, selanjutnya dilakukan<br />

pengukuran denyut nadi siswa sampai<br />

selesai, setelah itu melakukan gerak badan<br />

untuk pemanasan, membimbing siswa<br />

untuk melakukan gerakan Harvard step up<br />

dan diikuti masing-masing siswa, memberi<br />

contoh gerakan Flat Bench yang diikuti<br />

masing-masing siswa, dilanjutkan gerakan<br />

Incline and Decline Flat Bench, kemudian<br />

peneliti melanjutkan dengan memberi<br />

contoh gerakan Dipping yang diikuti<br />

masing-masing siswa dilanjutkan gerakan<br />

Inversion dan gerakan Vertical Jump


Bench. Waktu latihan tinggal 10 menit<br />

peneliti memberi contoh gerakan The Step<br />

yang diikuti masing-masing siswa,<br />

kemudian istirahat duduk ditempat sambil<br />

peneliti melakukan tanya jawab, memberi<br />

tugas kelompok (2 orang siswa) membuat<br />

rangkuman pelatihan HAS dan cara<br />

menyusunnya namun respon siwa cukup<br />

baik dengan memilih kelompok masingmasing<br />

untuk dikerjakan di rumah. Peneliti<br />

mengakhiri latihan dengan mengucap<br />

salam, kemudian barisan dibubarkan, siswa<br />

masuk kekelasnya masing-masing. Peneliti<br />

melanjutkan diskusi dengan kolaborator<br />

sebagai penilai terhadap latihan pertemuan<br />

pertama yaitu hasil penilaian Afektif,<br />

Kognitif, Psikomotorik yang berbentuk<br />

lembar penilaian.<br />

Pertemuan kedua hari Senin 18<br />

Oktober dimulai tepat pukul 07.00. Peneliti<br />

berangkat ke bangsal, langsung membuka<br />

pelajaran dengan diawali doa, absensi dan<br />

memberi motivasi siswa tentang fungsi<br />

kebugaran bagi tubuh manusia dan<br />

menanyakan kepada siswa “Apa yang<br />

kalian rasakan setelah latihan kemarin<br />

lusa?” Siswa menjawab “Badan saya terasa<br />

keras Pak,” ada yang mengatakan “Latihan<br />

ini seharusnya rutin Pak” ada pula yang<br />

mengatakan “Makan saya tambah banyak<br />

Pak.”<br />

Segala yang dialami siswa merupakan<br />

dampak dari latihan ini, namun melihat<br />

expresi wajah mereka pada umumnya<br />

sangat antusias untuk latihan, kemudian<br />

peneliti memberi penjelasan kolaborator<br />

supaya penilaian dimulai dari pemanasan<br />

sampai akhir latihan dan siswa disiapkan<br />

berbaris mengambil jarak dimulai gerakan<br />

pemanasan sambil peneliti menerangkan<br />

nasing-masing gerakan.<br />

Pencontohan gerakan Harvard Step Up<br />

sebagai gerakan awal diikuti siswa dengan<br />

antusias sekali dilanjutkan contoh gerakan<br />

kedua Flat Bench rata-rata siswa<br />

melakukan dengan sungguh-sungguh<br />

demikian pula untuk gerakan ketiga Incline<br />

and Decline Flat Bench. Kegiatan<br />

dilanjutkan dengan gerakan Dipping dan<br />

Suswanto<br />

diikuti masing-masing siswa nampak<br />

ekspresi siswa melakukan latihan dengan<br />

semangat dan percaya diri, pada latihan ke<br />

lima gerakan Inversion dan latihan kelima<br />

gerakan V Flat Bench peneliti memberi<br />

contoh gerakan dengan agak slow untuk<br />

meregulasi tenaga siswa, sebab apabila<br />

tenaga siswa terlalu terforsir hasilnya<br />

kurang baik. Siswa mengikuti gerakan ini<br />

dengan semangat tinggi.<br />

Peneliti memberi contoh gerakan<br />

Vertical Jump Bench diikuti siswa dengan<br />

baik. Gerakan terakhir The Step, siswa<br />

masih semangat melakukan, akhir latihan<br />

siswa berbaris lagi untuk melakukan<br />

gerakan pelemasan (menghirup udara),<br />

istirahat duduk ditempat latihan sambil<br />

peneliti mengadakan tanya jawab, ada<br />

siswa yang menanyakan buku referensi<br />

latihan HAS, ada yang menunjukkan sket<br />

tugas rangkuman. Latihan siswa diakhiri<br />

berkemas diri dengan pakaian rapi, peneliti<br />

mengucapkan salam dan siswa dengan<br />

tertib masuk kelasnya masing-masing<br />

untuk mengikuti pelajaran berikutnya.<br />

Kelebihan dan kelemahan yang<br />

ditemukan selama melaksanakan tindakan<br />

peneliti kembangkan dan diperbaiki pada<br />

pertemuan berikutnya, dapat dijabarkan<br />

sebagai berikut; (1) partisipasi siswa saat<br />

latihan pada siklus pertama sudah mulai<br />

nampak jika dibandingkan sebelum di<br />

adakan penelitian; (2) rata-rata siswa cukup<br />

disiplin melakukan latihan (berdasarkan<br />

pengakuan siswa dan di luar jam belajar<br />

untuk mengerjakan tugas kelompok); (3)<br />

siswa nampak bergembira selama<br />

mengikuti latihan. Kegembiraan ini<br />

berdampak kepada semangat belajar siswa<br />

(rata-rata penilaiannya meningkat); (4)<br />

upaya peneliti memfasilitasi berlangsungnya<br />

PTK cukup bagus, hal ini nampak<br />

dari alat-alat yang tersedia selama<br />

berlangsungnya tindakan; dan (5) peneliti<br />

sangat bersemangat dalam memberi contoh<br />

gerakan.<br />

Rencana perbaikan kelemahan pada<br />

waktu penelitian antara lain; (1) peneliti<br />

telah berusaha memperbaiki kinerjanya<br />

61


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

dari pertemuan ke pertemuan; (2) peneliti<br />

telah melaksanakan validasi instrumen<br />

peneltian dengan cara memperbaiki<br />

instrumen tersebut dari pertemuan satu ke<br />

pertemuan berikutnya; (3) materi yang<br />

dibahas bersifat nyata dan langsung; (4)<br />

peneliti telah memberi motivasi yang<br />

cukup bermakna bagi siswa; (5) peneliti<br />

selalu mengadakan diskusi dengan<br />

observer/kolaborator di akhir pelatihan<br />

pada stiap pertemuan.<br />

Kelemahan pada siklus I sebagai<br />

berikut; (1) latihan pada pertemuan<br />

pertama waktunya kurang sehingga<br />

frequensi gerakannya rendah; (2) interaksi<br />

siswa dalam proses latihan kurang nampak<br />

dan keaktifan siswa belum merata; (3)<br />

pertemuan 1 lembar penilaian siswa kurang<br />

dipahami oleh kolaborator; (4) keaktifan<br />

siswa belum merata; (5) siswa belum<br />

diberi kesempatan merefleksi hasil<br />

latihannya; (6) observer memberikan<br />

intervensi kepada satu siswa saja; (7)<br />

peneliti belum memberikan kesimpulan<br />

dari hasil latihan.<br />

Perbaikan pada Pertemuan <strong>II</strong>; (1) perlu<br />

pengaturan waktu untuk memenuhi<br />

frequency gerakan, sehingga latihan sesuai<br />

target yang diinginkan/dicapai; (2) siswa<br />

diingatkan bila belum paham, agar<br />

bertanya dan melakukan gerakan dengan<br />

sungguh-sungguh; (3) peneliti menjelaskan<br />

lembar penilaian kepada kolaborator, dan<br />

didiskusikan bila mengalami kesulitan; (4)<br />

peneliti terus memotivasi keaktifan<br />

siswa;(5) memberi kesempatan kepada<br />

siswa untuk menyampaikan hasil latihan<br />

yang dirasakan; (6) berdiskusi dengan<br />

observer untuk menyepakati mengenai<br />

tugas dan fungsinya sebagai observer; dan<br />

(7) setelah pelatihan berakhir, peneliti<br />

memberikan kesimpulan dari hasil latihan<br />

yang sudah dilakukan.<br />

Pemberian tindakan pada siklus <strong>II</strong><br />

sama seperti pada siklus I, namun tindakan<br />

62<br />

ini merupakan perbaikan dari kelemahankelemahan<br />

yang muncul pada siklus I dan<br />

dilengkapi dengan perlakuan pencontohan<br />

(modelling), siklus <strong>II</strong> ini merupakan<br />

petemuan terakhir yaitu petemuan ketiga<br />

pada hari Senin 25 Oktober 2010 dimulai<br />

tepat pukul 07.00, pada akhir pertemuan ini<br />

peneliti melaksanakan postes, yaitu<br />

pengukuran denyut nadi semua peserta<br />

latihan dilanjutkan kembali ke kelasnya<br />

masing-masing untuk mengikuti pelajaran<br />

berikutnya.<br />

Kelebihan yang ditemukan selama<br />

pelaksanaan tindakan pembelajaran di<br />

siklus <strong>II</strong> sebagai berikut; (1) siswa sangat<br />

antusias dengan kegiatan<br />

pembelajaran/latihan; (2) siswa lebih aktif<br />

selama proses belajar di kelas; (3) siswa<br />

lebih kreatif, hal ini dapat di lihat dari ciri<br />

mereka menjawab dan bertanya, maupun<br />

dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di<br />

sekolah; (4) siswa menjadi lebih<br />

komunikatif; (5) siswa berlomba untuk<br />

mendapatkan nilai terbaik; (6) konsentrasi<br />

siswa dalam belajar cukup tinggi, karena<br />

peneliti melakukan observasi dan diskusi<br />

dengan guru kelas; (7) siswa sudah<br />

terampil meyusun konsep materi dengan<br />

baik; (8) peneliti telah menerapkan dan<br />

mengembangkan kelebihan-kelebihan yang<br />

ditemukan di siklus I dikembangkan pada<br />

siklus <strong>II</strong>; (9) semua rencana perbaikan<br />

tindakan berdasarkan hasil refleksi siklus I<br />

telah dilaksanakan di siklus <strong>II</strong> dengan baik;<br />

dan (10) kontrol waktu sudah berjalan<br />

dengan baik, walaupun hanya 45 menit<br />

setiap jam, namun peneliti dapat mengatasi<br />

dengan baik.<br />

Keberhasilan aktivitas siswa dalam hal<br />

mengikuti pelatihan dapat diketahui dari<br />

hasil pengukuran denyut nadi sebelum dan<br />

sesudah melakukan pelatihan, hasil laporan<br />

pelatihan selama proses pelatihan, dan<br />

laporan hasil pembelajaran.


Tabel 1. Perkembangan Aktivitas Siswa dalam Pengukuran Denyut Nadi,<br />

dan Laporan Ilmiah.<br />

Aktivitas Nilai rata-rata kelas<br />

(dari 30 siswa )<br />

Hasil pengukuran<br />

Denyut Nadi<br />

Sebelum Sesudah<br />

% Ketuntasan rata-rata<br />

kelas(dari 30 siswa)<br />

115 104 86,9%<br />

Laporan pelatihan 75,30 80,33 100%<br />

Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa<br />

pembelajaran/pelatihan dikatakan berhasil<br />

jika pengukuran denyut nadi mengalami<br />

penurunan, serta penyusunan laporan<br />

pelatihan telah memperoleh skor > 70<br />

sebanyak > 100%. Gambaran di atas dapat<br />

disimpulkan bahwa tindakan ini berhasil.<br />

Keberhasilan ini dapat dilihat pada tabel 1,<br />

yaitu pengukuran denyut nadi, serta<br />

penyusunan laporan ilmiah, sampai akhir<br />

pelatihan mencapai skor di atas batas<br />

Suswanto<br />

minimal, yaitu secara berturut-turut sebesar<br />

104; 80.33 sedangkan presentase<br />

ketuntasannya telah mencapai 86,9% dan<br />

100%. Jika dicermati kembali dua<br />

aktivitas siswa seperti tercantum pada tabel<br />

di atas, kemauan siswa mengikuti pelatihan<br />

menunjukan perolehan yang cukup tinggi,<br />

hal ini disebabkan karena siswa telah<br />

memiliki prasyarat pengetahuan dan<br />

menggunakan penilaian nyata.<br />

Tabel 2. Perkembangan Kemampuan Kognitif, Psikomotorik, dan Afektif akibat<br />

pemberian tindakan pada siklus I dan <strong>II</strong>.<br />

No Aktivitas<br />

Siklus I Siklus <strong>II</strong> % Peningkatan<br />

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3<br />

Rata-rata<br />

%Ketuntasan<br />

Rata-rata<br />

1 Afektif 7.7 90 8.0 100 8.2 100 7.97 96.67<br />

2 Kognitif 7.8 90 8.1 100 8.3 100 8.07 96.67<br />

3 Psikomotorik 7.6 67.67 7.9 93.33 8.4 100 7.97 87.00<br />

No Aktivitas Siklus I Siklus <strong>II</strong> % Peningkatan<br />

Tabel 2 di atas dan grafik<br />

perkembangan aktivitas siswa nampak<br />

bahwa aktivitas siswa untuk kemampuan<br />

kognitif, psikomotorik, dan afektif mengalami<br />

peningkatan dari siklus ke siklus.<br />

Ketiga keterampilan tersebut dapat<br />

diketahui bahwa peningktan yang cukup<br />

tinggi adalah kemampuan kognitif, yaitu<br />

%Ketuntasan<br />

Rata-rata<br />

%Ketuntasan<br />

rata-rata meningkat sebesar 8.07% dan<br />

ketuntasannya meningkat sebesar 96.67%.<br />

Apabila dicermati perolehan mulai dari<br />

siklus I, keterampilan psikomotorik<br />

memperoleh skor yang paling rendah<br />

karena latihan baru dilakukan tiga kali saja,<br />

sedangkan idealnya latihan dilakukan tiga<br />

kali dalam satu minggu selama tiga bulan.<br />

Rata-rata<br />

%Ketuntasan<br />

63


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

Perolehan hasil pelatihan pengukuran<br />

denyut nadi pada latihan HAS selama dua<br />

siklus dapat dilihat pada tabel 3.<br />

64<br />

100<br />

80<br />

60<br />

40<br />

20<br />

GRAFIK PERKEMBANGAN AKTIVITAS SISWA<br />

0<br />

Tabel 3. Perbedaan Hasil Pengukuran Denyut Nadi<br />

No Pengukuran rata-rata 30 siswa<br />

Pengukuran Denyut Nadi<br />

1 2 3<br />

Rata-rata<br />

1. Rata-rata sebelum latihan 115 115 116 115<br />

2. Rata-rata sesudah latihan 104 104 104 104<br />

Rata-rata 109.5 109.5 110 109.5<br />

Tabel 3 di atas dan grafik pengukuran<br />

denyut nadi nampak bahwa hasil latihan<br />

HAS dapat meningkatkan kebugaran,<br />

sedangkan dari sebelum latihan<br />

pengukuran denyut nadi rata-rata 115 per<br />

menit, dan sesudah melakukan latihan<br />

pengukuran rata-rata menurun 104 per<br />

menit berarti denyut nadi lebih stabil.<br />

Afektif Kognitif Psikomotorik<br />

Menurunnya denyut nadi rata-rata 109.5<br />

permenit, yaitu nilai rata-rata perolehan<br />

latihan HAS. Perolehan demikian<br />

menandakan bahwa pembelajaran yang<br />

peneliti terapkan ini berhasil, pembelajaran<br />

dinyatakan berhasil.


120<br />

115<br />

110<br />

105<br />

100<br />

Respon Siswa Terhadap Tindakan<br />

Peneliti memberikan angket kepada<br />

siswa untuk mengetahui respon siswa<br />

95<br />

GRAFIK PENGUKURAN DN<br />

Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3 Rata-rata<br />

Suswanto<br />

terhadap pembelajaran yang peneliti<br />

terapkan pada akhir siklus <strong>II</strong>. Hasil respon<br />

siswa dapat dilihati pada tabel 4.<br />

Tabel 4. Rincian Respon Siswa Terhadap Tindakan.<br />

Kriteria Yang Diukur<br />

Jumlah Responden Senang latihan modeling<br />

HAS<br />

Pilihan Jawaban<br />

SS S TS STS<br />

Skor Total 36 23 1 0<br />

% Keberhasilan 60 38 2 0<br />

Jumlah Responden Mudah memahami materi<br />

pelatihan<br />

Skor Total 17 13 0 0<br />

% Keberhasilan 57 43 0 0<br />

Jumlah Responden Termotivasi untuk berlatih 60<br />

Skor Total 21 37 2 0<br />

% Keberhasilan 35 62 3 0<br />

Jum Responden Meningkatkan kemampuan<br />

berfikir tinggi<br />

Skor Total 32 56 2 0<br />

60<br />

30<br />

90<br />

65


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

66<br />

% Keberhasilan 36 62 2 0<br />

Jumlah Responden Berani menyampaikan<br />

pendapat<br />

Tabel 4 di atas terlihat bahwa sebagian<br />

besar siswa setuju tehadap pembelajaran<br />

Direct Instruction dengan Modeling<br />

Harvard and Step, dengan rincian bahwa<br />

siswa menyampaikan sangat setuju dengan<br />

alasan melalui pembelajaran ini mereka<br />

menjadi senang latihan sebesar 60%, setuju<br />

sebesar 38%, dan hanya 2% menyatakan<br />

tidak setuju. Sedangkan siswa yang<br />

menjawab sangat setuju sebesar 57%,<br />

setuju sebesar 43%, karena melaui<br />

pembelajaran ini siswa menjadi mudah<br />

memahami materi pembelajaran. Kemu-<br />

70<br />

60<br />

50<br />

40<br />

30<br />

20<br />

10<br />

0<br />

KESIMPULAN DAN SARAN<br />

Hasil catatan lapangan selama dua<br />

siklus dapat disimpulkan bahwa model<br />

pembelajaran Direct Instruction dengan<br />

Modeling Harvard and Step dapat<br />

meningkatkan hasil pembelajaran<br />

Skor Total 28 31 1 0<br />

% Keberhasilan 47 52 2 0<br />

GRAFIK RESPON SISWA<br />

60<br />

dian menyatakan sangat setuju sebesar<br />

35% dan setuju sebesar 62%, tidak setuju<br />

3% karena dengan pembelajaran ini siswa<br />

menjadi termotivasi dalam belajar. Hanya<br />

sebesar 36% menyatakan sangat setuju dan<br />

626% setuju, tidak setuju 2% setuju<br />

dengan pembelajaran ini karena dapat<br />

meningkatkan kemampuan berfikir tingkat<br />

tinggi. Selanjutnya sebesar 46% sangat<br />

setuju dan 52% setuju, tidak setuju 2%<br />

dengan pembelajaran ini karena memfasilitasi<br />

keberanian siswa menyampaikan<br />

pendapat.<br />

SS S TS STS<br />

Penjaskes pada siswa Kelas XI di SMK<br />

Negeri I Sidayu Gresik. Keberhasilan<br />

pembelajaran model ini juga mampu; 1)<br />

memberikan kontribusi positif dalam<br />

membekali kemampuan siswa terhadap<br />

masalah yang dihadapi dalam kehidupan<br />

nyata; 2) membentuk sikap siswa, antara


lain; perhatian terhadap pembelajaran,<br />

semangat untuk melakukan tugas-tugas<br />

belajarnya, tanggung jawab dalam<br />

mengerjakan tugas belajarnya, reaksi yang<br />

ditunjukan tugas yang diterimanya merasa<br />

senang dan puas dalam mengerjakan tugas<br />

yang diberikan, berusaha mencari berbagai<br />

informasi yang diperlukan dalam pemecahan<br />

masalah, serta menilai kemampuan<br />

dirinya dan orang lain tentang hasil-hasil<br />

yang diperolehnya.<br />

Mengacu kepada kesimpulan, peneliti<br />

menyampaikan saran sebagai berikut; 1)<br />

supaya pelajaran ini dapat digunakan<br />

sebagai alternaitf pembelajaran olah raga<br />

dan kesehatan di sekolah pada jenjang<br />

SMA dengan latihan secara teratur; 2)<br />

dalam penelitian ini, kesegaran jasmani<br />

siswa belum muncul optimal, maka aspek<br />

ini dapat terus dikembangkan sesuai<br />

kondisi masing-masing dengan melakukan<br />

latihan secara teratur; dan 3) penelitian ini<br />

juga memberikan rekomendasi kepada<br />

peneliti lain untuk mengembangkan<br />

pembelajaran olah raga dan kesehatan yang<br />

dipadukan dengan metode-metode pembelajaran<br />

lain.<br />

DAFTAR RUJUKAN<br />

Cooper KH. 1983. Aerobic, alih bahasa<br />

Antonius Adiwiyoto. Jakarta: PT<br />

Gramedia<br />

Suswanto<br />

Moeloek D.1984. Dasar Fisiologi<br />

Kesegaran Jasmani dan Latihan Fisik.<br />

Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran<br />

UI.<br />

Sastropanoeler S.1985. Latihan Aerobic.<br />

Surabaya: Tim Pengabdian pada<br />

Masyarakat FPOK IKIP Surabaya.<br />

Azwar, S. 1988. Sikap Manusia, edisi ke-2.<br />

Yogjakarta: Pustaka pelajar.<br />

Arikunto, S. dkk. 2006. Penelitian<br />

Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi<br />

Aksara.<br />

A.Hamidsyah Noer, dkk. 1996.<br />

Kepelatihan Dasar. Jakarta:<br />

Depdikbud<br />

Ibrahim,M. dkk. 2002. Pembelajaran<br />

Kooperatif. Surabaya: Penerbit<br />

Universitas Negeri Surabaya.<br />

Moeljono Wiryoseputro dan Slamet<br />

Suherman. 1994. Kesehatan Olahraga.<br />

Jakarta: Depdikbud.<br />

Pakasi, S. 1981. Anak dan<br />

Perkembangannya. Jakarta: Gramedia.<br />

Sudjana, N. 1989. Penilaian Hasil Proses<br />

Belajar Mengajar. Bandung: PT.<br />

Remaja Rosdakarya.<br />

Wiriaatmadja, R. 2005. Metode Penelitian<br />

Tindakan Kelas. Bandung: PT.<br />

Remaha Rosadakarya.<br />

67


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

68


PENERAPAN METODE INKUIRI TERMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN<br />

KECAKAPAN AKADEMIK DAN HASIL BELAJAR KIMIA KELAS XI TITL. 3<br />

SMKN 1 CERME<br />

Mujayanah<br />

SMKN 1 Cerme<br />

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kecakapan<br />

akademik dan hasil belajar Kimia melalui penerapan metode inkuiri termodifikasi<br />

bagi siswa kelas XI TITL.3 SMKN 1 Cerme Gresik tahun pelajaran 2011/<strong>2012</strong>.<br />

Penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua siklus,<br />

diterapkan pada kelas XI TITL.3 dengan jumlah siswa 32 orang. Selama<br />

pembelajaran diamati peningkatan kecakapan akademik, kinerja dan sikap<br />

tanggungjawab siswa selama proses pembelajaran dan pada akhir siklus dilakukan<br />

tes evaluasi. Indikator keberhasilan ditunjukkan dengan ≥85 % siswa memperoleh<br />

hasil belajar ≥75, dan kecakapan akademik dengan kriteria baik. Hasil penelitian<br />

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kecakapan akademik dan hasil belajar<br />

siswa kelas XI TITL.3 setelah menerapkan metode inkuiri termodifikasi pada<br />

kompetensi dasar elektrokimia. Kecakapan akademik siswa dari siklus I-<strong>II</strong> dari<br />

kriteria sedang (75%) menjadi baik (93,75%). Prosentase hasil belajar ≥75 dari<br />

siklus I-<strong>II</strong> pada aspek kognitif dari 87,50% menjadi 96,88%, psikomotorik dari<br />

90% menjadi 100% dan afektif dari 75% menjadi 90%. Respon siswa tentang<br />

minat menerapkan metode inkuiri termodifikasi pada mata pelajaran kimia pada<br />

siklus I-<strong>II</strong> mengalami peningkatan dari 81,25% menjadi 94%.<br />

Kata kunci : metode inkuiri termodifikasi, kecakapan akademik, hasil belajar.<br />

P<br />

ada awal millenium ketiga, dunia<br />

pendidikan Indonesia, khususnya<br />

pendidikan kejuruan, dihadapkan<br />

pada tantangan global, internal, dan praktis<br />

pendidikan kejuruan. Salah satu upaya yang<br />

sangat penting dilakukan adalah mengadakan<br />

penataan dan pembenahan semaksimal<br />

mungkin dalam sektor pendidikan<br />

kejuruan, baik penataan dalam pola<br />

rekrutmen, pengembangan program pendidikan<br />

dan pelatihan atau kurikulum, inovasi<br />

proses pendidikan dan pelatihan, pengembangan<br />

evaluasi, serta sertifikasi (Tilaar,<br />

1999).<br />

Inkuiri merupakan salah satu<br />

komponen penting dalam pendekatan<br />

kontekstual dan konstruktivistik, yang telah<br />

berkembang pesat dalam proses pembaharuan<br />

pendi-dikan Indonesia dewasa ini.<br />

Pendekatan kontektual merupakan pende-<br />

katan pembelajaran yang menekankan pada<br />

upaya guru untuk membuat kaitan antara<br />

materi pelajaran dengan situasi dunia nyata<br />

siswa serta mendorong siswa untuk<br />

menghubungkan pengetahuan yang sudah<br />

dimilikinya dengan penerapannya dalam<br />

kehidupan sehari-hari. Menekankan kegiatan<br />

siswa pada proses belajar melalui kegiatan<br />

sehingga siswa tidak hanya belajar<br />

untuk sebanyak mungkin menghafal fakta<br />

dan konsep yang sudah ada dalam bukubuku<br />

teks, melainkan terlibat dalam<br />

kegiatan mempelajari proses pencarian dan<br />

penemuan fakta dan konsep berdasarkan<br />

masalah kontekstual yang ada disekitarnya<br />

(Nurhadi, 2004).<br />

Kenyataan pada materi konsep reaksi<br />

redoks dan elektrokimia di kelas XI TITL.3<br />

SMKN 1 Cerme Gresik diperoleh nilai<br />

rata-rata masih rendah. Dari 32 siswa hanya


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

22 siswa yang mendapat nilai ≥ 7,50 dan<br />

persentase ketuntasan klasikal 68%.<br />

Berdasarkan hasil observasi menunjukkan<br />

kecakapan akademik siswa aspek kecakapan<br />

akademik masih rendah. Data<br />

diperoleh melalui wawancara bahwa siswa<br />

kelas XI TITL.3 kurang termotivasi dengan<br />

pembelajaran kimia yang dianggap sulit dan<br />

penerapan kurang berkaitan langsung<br />

kehidupan sehari-hari.<br />

Berdasarkan kenyataan dan akar<br />

masalah pada materi konsep reaksi redoks<br />

maka dibutuhkan metode pembelajaran<br />

yang dapat membuat siswa menemukan<br />

konsep secara mandiri melalui metode<br />

ilmiah. Dalam metode inkuiri termodifikasi,<br />

siswa dirangsang untuk memecahkan<br />

masalah melalui pengamatan, eksplorasi<br />

dan atau melalui prosedur penelitian untuk<br />

memperoleh jawabannya. Pemecahan<br />

masalah dilakukan atas inisiatif atau<br />

caranya sendiri. Peran guru pada metode<br />

pembelajaran inkuiri termodifikasi ini<br />

sebagai pemberi motivasi, narasumber<br />

(resource person) dan memberikan bantuan<br />

yang diperlukan untuk kelancaran proses<br />

belajar mengajar. Bantuan yang dapat<br />

diberikan guru ialah dengan teknik<br />

pertanyaan, bukan berupa penjelasan. Ini<br />

dimaksudkan agar siswa tetap dirangsang<br />

berpikir untuk mencari dan menemukan<br />

cara–cara penelitian yang tepat. (Sudirman,<br />

1979).<br />

Metode inkuiri termodifikasi adalah<br />

metode yang menekankan pada eksplorasi,<br />

merancang dan melakukan proses belajar<br />

untuk mencari jawaban dari masalah yang<br />

diajukan guru. Bantuan yang dapat<br />

diberikan guru adalah mengarahkan kepada<br />

pemecahan masalah yang diperlukan oleh<br />

siswa.<br />

Tahapan inkuiri termodifikasi<br />

(modified inquiry) yang akan digunakan<br />

diadaptasi berdasarkan pendapat Joyce dan<br />

Weil (2009) meliputi lima tahap yaitu (1)<br />

pengajuan masalah, (2) pengumpulan dan<br />

verifikasi data, (3) melakukan eksperimen,<br />

(4) merumuskan penjelasan, (5) mengadakan<br />

analisis terhadap proses inkuiri.<br />

70<br />

Kecakapan akademik (academic scills)<br />

disebut juga kecakapan intelektual yang<br />

merupakan kecakapan berpikir ilmiah yang<br />

mengarah pada kegiatan yang bersifat<br />

akademik/ keilmuan (Anwar, 2006).<br />

Kecakapan akademik mencakup identifikasi<br />

variabel, merumuskan hipotesis, merancang<br />

dan melaksanakan penelitian untuk<br />

membuktikan gagasan atau keingintahuan.<br />

Hasil belajar adalah perubahan perilaku<br />

yang terjadi setelah mengikuti proses<br />

belajar mengajar sesuai dengan tujuan<br />

pendidikan. Aspek perubahan itu mengacu<br />

kepada taksonomi tujuan pembelajaran<br />

yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson<br />

dan Harrow mencakup aspek kognitif,<br />

afektif dan psikomotor (Winkel, 1999).<br />

Bertolak dari permasalahan, akar<br />

masalah dan usulan pemecahan masalah<br />

yang diuraikan di atas, maka permasalahan<br />

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai<br />

berikut: (1) Apakah penerapan metode<br />

inkuiri termodifikasi dapat meningkatkan<br />

kecakapan akademik siswa selama proses<br />

pembelajaran kimia? (2) Apakah penerapan<br />

metode inkuiri termodifikasi dapat<br />

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata<br />

pelajaran kimia? (3) Bagaimanakah respon<br />

siswa terhadap penerapan metode inkuiri<br />

termodifikasi dalam mata pelajaran kimia?.<br />

METODE<br />

Jenis penelitian ini adalah penelitian<br />

tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan<br />

di SMK Negeri 1 Cerme Gresik. Subjek<br />

penelitiannya adalah siswa kelas XI<br />

TITL.3. Penelitian ini dilakukan pada<br />

semester genap tahun pelajaran 2011/<strong>2012</strong><br />

dan berlangsung selama lima bulan yaitu<br />

mulai bulan <strong>Des</strong>ember 2011 sampai dengan<br />

bulan April <strong>2012</strong>. Pelaksanaan penelitian<br />

(mengajar) dilakukan oleh guru bidang<br />

studi, sedangkan seorang guru lainnya<br />

bertindak sebagai pengamat (observer).<br />

Data yang diperlukan dalam penelitian<br />

ini adalah kecakapan akademik dan hasil<br />

belajar siswa. Untuk memperoleh data<br />

penelitian tersebut adalah dengan teknik


observasi, tes dan angket. Lembar observasi<br />

untuk mengukur (1) aspek kecakapan<br />

akademik siswa yang meliputi aspek<br />

merumuskan hipotesis, menentukan<br />

variabel, merancang/melaksanakan eksperimen,<br />

analisis data dan merumuskan<br />

kesimpulan (2) hasil belajar dalam aspek<br />

psikomotor dan afektif, dan Lembar tes<br />

untuk mengukur hasil belajar kognitif. Dan<br />

Lembar Angket untuk mengukur respon<br />

siswa terhadap metode inkuiri termodifikasi<br />

dalam pembelajaran kimia. Indikator<br />

keberhasilan ditunjukkan dengan ≥85%<br />

siswa memperoleh hasil belajar ≥75, dan<br />

kecakapan akademik dengan kriteria baik.<br />

Tahapan penelitiannya adalah: (1)<br />

perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi<br />

dan (4) refleksi. Dalam penelitian ini,<br />

dilaksanakan 2 siklus dan setiap siklus<br />

Siklus I<br />

Mujayanah<br />

terdiri dari 3 pertemuan yaitu 2 pertemuan<br />

tatap muka dan 1 pertemuan untuk evaluasi.<br />

Analisis data mengacu pada ketercapaian<br />

indikator kecakapan akademik, dan hasil<br />

belajar siswa terhadap penerapan metode<br />

inkuiri termodifikasi pada pembelajaan<br />

kimia.<br />

HASIL<br />

Kondisi Awal<br />

Tabel 1. Hasil Tes Awal Kecakapan Akademik<br />

Tes awal kecakapan akademik<br />

dilaksanakan sebelum penerapan metode<br />

inkuiri termodifikasi pada pelajaran kimia<br />

pokok bahasan elektrolit dan disajikan<br />

dalam Tabel 1.<br />

Aspek Kecakapan<br />

Akademik<br />

IPK Ket<br />

1. Merumuskan Masalah 59,38 sedang<br />

2. Hipotesis 43,75 rendah<br />

3. Identifikasi Variabel 43,75 rendah<br />

4. Merancang Percobaan 40,63 rendah<br />

5. Menyimpulkan 68,75 sedang<br />

Kegiatan yang dilakukan pada siklus I<br />

meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi,<br />

dan refleksi dan dilakukan dalam tiga<br />

kali pertemuan dalam setiap siklus.<br />

Perencanaan<br />

Pada siklus I ini desain instruksional<br />

untuk pertemuan 1 dan 2 dengan materi<br />

menentukan selisih potensial listrik dan<br />

membuat baterai sederhana. Rancangan<br />

program yang dibuat digunakan untuk<br />

pembelajaran 2 x 45 menit dengan rincian<br />

(1) apersepsi 10 menit (2) Kegiatan inti<br />

berisi pengerjaan lembar kerja siswa<br />

melalui pratikum dengan model pembela-<br />

jaran inkuiri termodifikasi selama 60 menit<br />

(3) presentasi 15 menit (4) penutup 5 menit.<br />

Membuat lembar observasi yang digunakan<br />

untuk mengukur keaktifan siswa<br />

dalam menyelesaikan suatu masalah.<br />

Membuat alat evaluasi soal tes tulis<br />

yang digunakan untuk mendapatkan data<br />

kemampuan siswa setelah mendapatkan<br />

tindakan dengan menggunakan metode<br />

inkuiri termodifikasi.<br />

Membuat lembar respon untuk<br />

disampaikan pada siswa berkaitan<br />

kelemahan siswa dalam menyelesaikan<br />

masalah yang telah diujikan oleh peneliti.<br />

71


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

Pelaksanaan Tindakan<br />

Pelaksanaan tindakan pada siklus I<br />

dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22<br />

Pebruari sampai dengan 8 Maret 2011,<br />

peneliti melakukan kegiatan sesuai dengan<br />

apa yang telah direncanakan, dimulai<br />

dengan penjelasan pada siswa tentang<br />

kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa<br />

dalam mengikuti kegiatan.<br />

Berdasarkan informasi yang telah<br />

didapatkan pada saat observasi pembelajaran<br />

yang dilakukan oleh peneliti maka<br />

diidentifikasi kelemahan dan kekurangan<br />

yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan<br />

materi menentukan selisih potensial listrik<br />

dengan menggunakan metode inkuiri<br />

termodifikasi.<br />

Peneliti membagikan lembar kerja yang<br />

telah dirancang oleh peneliti untuk diselesaikan<br />

siswa secara keseluruhan dan<br />

peneliti berkeliling untuk mengamati cara<br />

kerja siswa serta membantu siswa yang<br />

mengalami masalah dalam menyelesaikan<br />

lembar kerja yang dibagikan dengan alat<br />

dan bahan yang sudah disiapkan peneliti.<br />

Pada saat pelaksanaan menyelesaikan<br />

lembar kerja siswa tampak beberapa siswa<br />

saling komunikasi dengan teman terdekatnya<br />

tentang cara penyelesaian dari<br />

lembar kerja yang dibagikan.<br />

Sambil berkeliling peneliti mencatat<br />

hambatan-hambatan yang terjadi pada saat<br />

siswa mengerjakan lembar kerja. Peneliti<br />

memerintahkan pada siswa yang telah<br />

mampu memecahkan masalah yang masih<br />

menjadi masalah pada sebagian besar siswa,<br />

untuk dijelaskan pada temannya cara<br />

memecahkan masalah tersebut.<br />

72<br />

Pada pertemuan ke tiga dari pembelajaran<br />

peneliti memberikan tes yang harus<br />

diselesaikan oleh seluruh siswa secara<br />

individual.<br />

Hasil Pengamatan<br />

Setelah lembar kerja yang mengarahkan<br />

siswa untuk memecahkan masalah<br />

menentukan selisih potensial listrik, dibagikan<br />

maka tampak siswa antusias dalam<br />

mengerjakan lembar kerja tersebut.<br />

Pada pengerjaan lembar kerja yang<br />

dibagikan semua siswa asyik dalam mengerjakan<br />

lembar kerja dan melaksanakan<br />

pratikum.<br />

Pada pelaksanaan pengerjaan lembar<br />

kerja tersebut tampak adanya siswa yang<br />

mengalami hambatan dalam menyelesaikan<br />

bertanya pada teman terdekatnya, namun<br />

langsung bertanya kepada peneliti.<br />

Pada pengerjaan lembar kerja<br />

ditemukan siswa yang belum memahami<br />

cara merencanakan dan melaksanakan<br />

percobaan membuat baterai dari buahbuahan.<br />

Tes Evaluasi diberikan pada pertemuan<br />

ketiga akhir dari siklus I dan setelah<br />

dikoreksi oleh peneliti didapatkan hasil dan<br />

pembahasan sebagai berikut.<br />

Kecakapan Akademik Siswa<br />

Hasil Kecakapan Akademik selama<br />

proses pembelajaran pada siklus pertama<br />

berlangsung ditunjukkan pada Tabel 2.<br />

Tabel 2. Hasil Kecakapan Akademik Pada Siklus I<br />

Nilai Jumlah Siswa Persentase Keterangan<br />

95-100<br />

90 – 94<br />

86 – 89<br />

80 – 85<br />

75 – 79<br />

70 – 74<br />

65 - 69<br />

0<br />

0<br />

0<br />

0<br />

8<br />

18<br />

9<br />

0<br />

0<br />

0<br />

25,00<br />

56,25<br />

28,12<br />

0<br />

-<br />

-<br />

-<br />

Tuntas<br />

Tuntas<br />

Belum<br />

Tuntas


Berdasarkan Tabel 2 disimpulkan 75%<br />

dari jumlah siswa telah memiliki kecakapan<br />

Mujayanah<br />

akademik sselama penerapan metode<br />

inkuiri termodifikasi.<br />

Tabel 3 Hasil Kecakapan Akademik per Aspek pada Siklus I<br />

Aspek Kecakapan<br />

Akademik<br />

IPK Ket<br />

1. Merumuskan Masalah 81,25 tinggi<br />

2. Hipotesis 71,88 sedang<br />

3. Identifikasi Variabel 69,53 sedang<br />

4. Merancang Percobaan 70,31 sedang<br />

5. Menyimpulkan 67,97 sedang<br />

rata-rata sedang<br />

Secara keseluruhan kecakapan<br />

akademik siswa pada siklus I adalah<br />

sedang. Namun masih perlu ditingkatkan<br />

pada siklus berikutnya karena belum<br />

sepenuhnya kecakapan akademik dikuasai<br />

siswa dengan penerapan metode inkuiri<br />

termodifikasi.<br />

Hasil Belajar<br />

Aspek kognitif siswa yang dilaksanakanya<br />

diakhir proses pembelajaran<br />

dengan rincian hasil pada Tabel 4.<br />

Tabel 4. Distribusi Hasil Belajar Kognitif Siklus 1<br />

Nilai Jumlah Siswa Persentase Keterangan<br />

90 – 94<br />

86 – 89<br />

80 – 85<br />

75 – 79<br />

70 – 74<br />

60 – 64<br />

0<br />

0<br />

6<br />

18<br />

9<br />

2<br />

Dari Tabel 4 diatas dapat dilihat<br />

bahwasanya siswa yang mendapat nilai ≥<br />

75 berjumlah 28 orang dengan presentase<br />

87,50%, pada siklus I penerapan metode<br />

inkuiri termodifikasi dapat menghantarkan<br />

siswa mencapai ketuntasan belajar.<br />

0<br />

0<br />

18,75<br />

56,25<br />

28,15<br />

6,25<br />

Aspek Psikomotorik<br />

Tabel 5. Hasil Belajar Psikomotorik Siklus I<br />

Tuntas<br />

Tuntas<br />

Tustas<br />

Tuntas<br />

Belum Tuntas<br />

Belum Tuntas<br />

Penilaian hasil belajar aspek<br />

psikomotor dilakukan untuk mengetahui<br />

tingkat keterampilan siswa dalam<br />

melakukan praktikum.<br />

Nilai Jumlah Siswa Persentase Keterangan<br />

95-100<br />

90 – 94<br />

86 – 89<br />

80 – 85<br />

75 – 79<br />

70 – 74<br />

0<br />

0<br />

0<br />

20<br />

9<br />

3<br />

0<br />

0<br />

0<br />

62,50<br />

28,00<br />

9,50<br />

-<br />

-<br />

-<br />

Tuntas<br />

Tuntas<br />

Belum<br />

Tuntas<br />

73


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

Berdasarkan data pada tabel 5<br />

disimpulkan bahwa 29 siswa telah<br />

mencapai nilai psikomotorik ≥ 75 dengan<br />

prosentase ketuntasan 90,50% sehingga<br />

pembelajaran dinyatakan tuntas dalam<br />

aspek hasil belajar psikomotorik dengan<br />

penerapan metode inkuiri termodifikasi.<br />

74<br />

Aspek Afektif<br />

Aspek kognitif siswa yang<br />

dilaksanakanya selama proses pembelajaran.<br />

Untuk mengetahui perubahan<br />

sikap/karakter bertanggung jawab selama<br />

pembelajaran berlangsung.<br />

Tabel 6. Distribusi Hasil Belajar Afektif Siklus 1<br />

Nilai Jumlah Siswa Persentase Keterangan<br />

95-100<br />

90 – 94<br />

86 – 89<br />

80 – 85<br />

75 – 79<br />

70 – 74<br />

65- 69<br />

0<br />

0<br />

0<br />

4<br />

20<br />

4<br />

4<br />

Berdasarkan Tabel 6 disimpulkan<br />

bahwa jumlah siswa yang mencapai<br />

ketuntasan hanya 24 siswa dari 32 siswa,<br />

sehingga prosentase ketuntasan 75%.<br />

0<br />

0<br />

0<br />

12,50<br />

62,50<br />

12,50<br />

12,50<br />

-<br />

-<br />

-<br />

Tuntas<br />

Tuntas<br />

Belum Tuntas<br />

Belum Tuntas<br />

Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I<br />

dan Hasil analisis data terhadap nilai ratarata<br />

amatan yang dicapai disajikan pada<br />

Tabel 7.<br />

Tabel 7. Hasil Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I<br />

No Aspek yang Dinilai<br />

Jumlah Siswa<br />

dgn n≥75<br />

Ketuntasan<br />

Klasikal<br />

Ket<br />

1 Kecakapan Akademik 24 75 Sedang<br />

2 Hasil belajar kognitif 28 87,50 Tercapai<br />

3 Hasl belajar psikomotor 29 90 Tercapai<br />

4 Hasil belajar afektif 24 75 Belum<br />

Tercapai<br />

Respon siswa tentang minat<br />

menerapkan metode inkuiri termodifikasi<br />

dalam pembelajaran kimia pada akhir siklus<br />

I disajikan dalam tabel 8.<br />

Tabel 8. Respon siswa tentang minat menggunakan metode inkuiri termodifikasi dalam<br />

mata pelajaran kimia pada siklus I<br />

Penilaian/pendapat Jumlah siswa Persentase (%)<br />

Sangat berminat 10 31,25<br />

Cukup berminat 16 50<br />

Kurang berminat 2 6,25<br />

Tidak berminat 4 1,25


Berdasarkan data pada tabel 8<br />

disimpulkan bahawa persentase respon<br />

siswa tentang minat menerapkan metode<br />

inkuiri pada pembelajaran kimia adalah<br />

81,25%.<br />

Siklus <strong>II</strong><br />

Perencanaan<br />

Pada perencanaan siklus <strong>II</strong> ini peneliti<br />

dan guru merencanakan tindakan sebagai<br />

berikut.<br />

Pertama, membuat kelompok kecil<br />

yang terdiri dari 3- 4 anak dan masing–<br />

masing kelompok dipimpin oleh anak yang<br />

dipilih dari anak yang punya kemampuan<br />

lebih dan mampu membimbing temannya<br />

dalam kelompok itu.<br />

Kedua, membuat rancangan pembelajaran<br />

materi elektrolisis untuk kelompok<br />

yang dipergunakan bagi pembelajaran<br />

selama 90 menit.<br />

Ketiga, membuat lembar kerja siswa<br />

yang dipergunakan untuk merencanakan<br />

proses elekrolisis.<br />

Keempat, merencanakan alat evaluasi<br />

yang berupa soal tes tulis dan lembar<br />

observasi yang digunakan untuk mengukur<br />

kemampuan siswa menggunakan model<br />

pembelajaran inkuiri termodifikasi.<br />

Pelaksanaan Tindakan<br />

Pelaksanaan tindakan siklus <strong>II</strong> pada<br />

hari Kamis, 15-29 Maret 2011 dengan<br />

materi proses elektrolisis dan korosi, pada<br />

tindakan di siklus <strong>II</strong> ini diawali:<br />

memberikan fenomena atau permasalahan,<br />

siswa dibagi setiap kelompok yang terdiri<br />

Mujayanah<br />

atas empat siswa dan menentukan ketua<br />

dari masing–masing kelompok tersebut,<br />

selanjutnya siswa berkumpul menurut<br />

kelompok masing–masing.<br />

Setelah siswa telah berkumpul dengan<br />

kelompoknya maka peneliti membagikan<br />

lembar kerja siswa tiga hari sebelum<br />

pelaksanaan untuk mengumpulkan<br />

informasi dari berbagai media tentang<br />

merencanakan dan melakukan elektrolisis<br />

larutan kalium iodida dan berkonsultasi<br />

dengan guru diluar jam pelajaran<br />

(mengeksplorasi). pada saat siswa mulai<br />

berdiskusi untuk merencanakan dan<br />

melaksanakan elektrolisis larutan kalium<br />

iodide, di hari pelaksanaan, peneliti<br />

berkeliling untuk mencatat kesalahan yang<br />

dilakukan kelompok untuk dibimbing serta<br />

mencatat siswa yang pasif agar bisa diajak<br />

aktif oleh kelompoknya.<br />

Berdasarkan waktu yang ditentukan<br />

pada lembar kerja habis maka peneliti<br />

meminta siswa membuat laporan dan siswa<br />

diberikan evaluasi selama 30 menit.<br />

Hasil Pengamatan<br />

Pada pelaksanaan siklus <strong>II</strong> ini tampak<br />

sekali bahwa siswa sangat antusias dalam<br />

mengerjakan LKS, semua siswa terlihat<br />

aktif bersama kelompoknya dalam menyelesaikan<br />

lembar kerja melalui merencanakan<br />

dan melakukan percobaan yang<br />

diberikan peneliti.<br />

Pada pertemuan ke tiga di siklus <strong>II</strong><br />

diberikan tes dan dikoreksi oleh teman<br />

sejawat dan hasilnya disajikan pada Tabel<br />

9.<br />

75


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

76<br />

Tabel 9. Hasil Kecakapan Akademik pada Siklus <strong>II</strong><br />

Nilai Jumlah Siswa dgn n≥75 Persentase Ket<br />

90 – 94<br />

86 – 89<br />

80 – 85<br />

75 – 79<br />

70 – 74<br />

13<br />

0<br />

12<br />

5<br />

2<br />

40,63<br />

0<br />

37,50<br />

15,63<br />

6,24<br />

Tuntas<br />

Tuntas<br />

Tustas<br />

Tuntas<br />

Belum<br />

Tuntas<br />

Tabel 10. Aspek Kecakapan Akademik pada Siklus <strong>II</strong><br />

Aspek Kecakapan Akademik Persentase Ket<br />

1. Merumuskan masalah 86% Amat Baik<br />

2. Hipotesis 99% Amat Baik<br />

3. Identifikasi Variabel 97% Amat Baik<br />

4. Merancang Percobaan 81% Baik<br />

5. Menyimpulkan 84% Baik<br />

Berdasarkan data pada tabel 9 dan 10<br />

disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan<br />

pada siklus <strong>II</strong> 93,75% dari jumlah siswa<br />

mencapai ketuntasan kecakapan akademik<br />

dengan kriteria baik.<br />

Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus <strong>II</strong><br />

dan Hasil analisis data terhadap nilai ratarata<br />

amatan yang dicapai disajikan pada<br />

Tabel 11.<br />

Tabel 11. Hasil Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus <strong>II</strong><br />

No Aspek Yang Dinilai Jumlah Siswa dgn n≥75 Ketuntasan Klasikal Ket<br />

1 Kecakapan Akademik 30 93,75 Baik<br />

2 Hasil belajar kognitif 31 96,88 Tercapai<br />

3 Hasl belajar psikomotorik 32 100 Tercapai<br />

4 Hasil belajar afektif 28 87,50 Tercapai<br />

Tabel 12. Respon Siswa terhadap Metode Inkuiri pada Siklus <strong>II</strong><br />

Penilaian/pendapat Jumlah siswa Persentase (%)<br />

Sangat berminat 12 37,50<br />

Cukup berminat 18 56,25<br />

Kurang berminat 2 6,25<br />

Tidak berminat 0 0<br />

Berdasarkan data pada tabel 8<br />

disimpulkan bahawa presentasi respon<br />

siswa tentang minat menerapkan metode<br />

inkuiri pada pembelajaran kimia adalah<br />

93,75%.<br />

PEMBAHASAN<br />

Hasil penelitian tindakan kelas ini<br />

menunjukkan bahwa pembelajaran metode<br />

inkuiri termodifikasi dapat meningkatkan<br />

kecakapan akademik dan hasil belajar kimia<br />

siswa kelas XI PTU.3 SMKN 1 Cerme<br />

Gresik. Hal ini dapat dilihat dari hasil


penelitian yang diuraikan di atas. Kualitas<br />

hasil belajar yang diidentifikasikan<br />

ketercapaian ketiga aspek kompetensi siswa<br />

dan kualitas proses pembelajaran untuk<br />

Mujayanah<br />

melatihkan kecakapan akademik dari siklus<br />

I sampai siklus <strong>II</strong> terjadi peningkatan<br />

seperti pada Tabel 13.<br />

Tabel 13. Rangkuman Hasil Penelitian Siklus I dan Siklus <strong>II</strong><br />

Siklus ke<br />

Jumlah Siswa dgn n≥75<br />

Kognitif Psikomotorik Afektif<br />

Kecakapan<br />

Akademik<br />

1 28 29 24 24<br />

2 31 32 28 30<br />

Berdasarkan rangkuman data pada<br />

tabel 13 pada tindakan siklus I dengan<br />

menerapan metode inkuiri dapat meningkatkan<br />

jumlah siswa yang memperoleh<br />

nilai≥75 baik pada penilaian hasil belajar<br />

maupun kecakapan akademik yang diamati<br />

pada saat proses pembelajaran berlangsung<br />

ketika dilakukan tindakan dengan<br />

menerapkan metode inkuiri termodifikasi.<br />

Ketuntasan klasikal pada pelaksanaan<br />

tindakan siklus I dan <strong>II</strong> terjadi peningkatan<br />

pencapaian seperti pada Tabel 13.<br />

Tabel 14. Rangkuman Hasil Pencapaian Ketuntasan Klasikal Siklus I dan <strong>II</strong><br />

Siklus Persentase Siswa dengan Hasil Belajar Kecakapan<br />

ke<br />

≥75<br />

Akademik/Kriteria<br />

Kognitif Psikomotorik Afektif<br />

1 87,50 90 75 Sedang (75)<br />

2 96,88 100 90 Baik (93,75)<br />

Pada siklus I ketuntasan klasikal aspek<br />

kognitif dan aspek psikomotorik tercapai,<br />

sedangkan aspek afektif belum tercapai<br />

karena persentase siswa dengan nilai≥ 75<br />

hanya 75%. Dan pada proses pembelajaran<br />

bertujuan menanamkan kecakapan akademik<br />

dengan kreteria sedang karena<br />

ketuntasan klasikal pencapaiannya 75%.<br />

Belum tercapainya ketuntasan klasikal<br />

pada siklus I disebabkan oleh beberapa<br />

faktor yaitu: (1) Siswa belum memahami<br />

tugasnya masing-masing sehinga belum<br />

mencapai hasil yang optimal pada<br />

pencapaian kecakapan akademik, (2)<br />

kelompok pratikum belum bekerja secara<br />

maksimal, (3) sebagian siswa dalam<br />

mengerjakan tugas/masalah, menunggu<br />

hasil pekerjaan temannya yang lebih pintar,<br />

dan (4) siswa dalam merencanakan dan<br />

melakukan percobaan kurang percaya diri<br />

dan sebagian besar siswa bersifat pasif.<br />

Pada siklus <strong>II</strong> pencapaian ketuntasan<br />

klasikal kompetensi dasar pada semua<br />

aspek telah tercapai dan juga intraksi siswa<br />

dalam bertanya, merencanakan percobaan<br />

dan berdiskusi berlangsung baik sehingga<br />

kecakapan akademik siswa lebih meningkat<br />

dibandingkan dengan pencapaian siklus I.<br />

Dari hasil observasi dan evaluasi pada<br />

siklus <strong>II</strong>, ternyata masih ada beberapa<br />

hambatan yaitu: (1) kinerja semua siswa<br />

belum optimalnya, karena masih ada siswa<br />

yang belum bertanggung-jawab untuk<br />

menyelesaiakan tugasnya tepat waktu, (2)<br />

waktu yang dibutuhkan dalam pembelajaran<br />

dengan metode inkuiri termodifikasi untuk<br />

setiap siswa bervariasi dalam menuntaskan<br />

pembelajaran karena memiliki kecepatan<br />

yang berbeda-beda, sehingga diperlukan<br />

77


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

tambahan waktu bimbingan diluar jam<br />

pembelajaran yang terjadwal sehingga<br />

waktu pembelajaran tepat sesuai yang<br />

direncanakan (Slavin, 1997).<br />

Penerapan metode inkuiri termodifikasi<br />

memberikan beberapa keuntungan bagi<br />

siswa, guru dan sekolah yaitu: (1)<br />

memusatkan perhatian kepada cara berpikir<br />

atau proses mental anak, tidak sekedar<br />

kepada hasilnya. Disamping kebenaran<br />

jawaban siswa, guru harus memahami<br />

proses yang digunakan sehingga sampai<br />

pada jawaban tersebut, (2) mengutamakan<br />

peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan<br />

keterlibatan aktif dalam dalam kegiatan<br />

pembelajaran. Anak didorong menemukan<br />

78<br />

sendiri pengetahuan melalui interaksi<br />

spontan dengan lingkungannya, peserta<br />

didik hendaknya diberi kesempatan untuk<br />

melakukan eksperimen dengan objek fisik,<br />

yang ditunjang dengan interaksi dengan<br />

teman sebaya dan guru hendaknya banyak<br />

memberi dorongan agar siswa secara aktif<br />

berinteraksi dengan lingkungan untuk<br />

mencari dan menemukan berbagai hal dari<br />

lingkungan, (3) memaklumi akan adanya<br />

perbedaan individual dalam kemajuan<br />

perkembangan. Seluruh siswa tumbuh<br />

melewati urutan perkembangan yang sama,<br />

namun pertumbuhan itu berlangsung pada<br />

kecepatan yang berbeda.<br />

Tabel 13. Rangkuman Respon Siswa terhadap Metode Inkuiri Termodifikasi<br />

Respon tentang minat siswa terhadap<br />

penerapan metode inkuiri termodifikasi<br />

dalam mata pelajaran kimia mengalami<br />

peningkatan dari 81,25% pada siklus I<br />

menjadi 93,75% pada siklus <strong>II</strong>. Minat siswa<br />

dalam proses pembelajaran tinggi karena<br />

metode inkuiri termodifikasi, siswa tidak<br />

hanya belajar untuk sebanyak mungkin<br />

menghafal fakta dan konsep yang sudah ada<br />

dalam buku-buku teks, melainkan terlibat<br />

dalam kegiatan mempelajari proses<br />

pencarian dan penemuan fakta-fakta dan<br />

konsep berdasarkan masalah-masalah<br />

kontekstual yang ada disekitarnya dan<br />

Bantuan yang dapat diberikan guru bukan<br />

berupa penjelasan. Namun siswa tetap<br />

dirangsang berpikir untuk mencari dan<br />

menemukan jawaban dengan cara–cara<br />

penelitian yang tepat.<br />

Teori Piaget, Lev Vigotsky dan Bruner,<br />

dengan penerapan metode inkuiri<br />

termodifikasi diharapkan siswa mendapatkan<br />

kesempatan berlatih mengembangkan<br />

berpikir, bersikap ilmiah melalui<br />

Siklus<br />

Persentase<br />

ke Siswa yang Berminat<br />

I 81,25<br />

<strong>II</strong> 93,75<br />

proses pencarian dan penemuan fakta dan<br />

konsep, bekerjasama dalam membangun<br />

pemahaman dan ketrampilan melalui<br />

interaksi dengan teman sejawat, guru dan<br />

sumber belajar lain melalui kegiatan tanya<br />

jawab atau diskusi. Seorang guru dalam<br />

proses pembelajaran inkuiri harus memiliki<br />

sikap keterbukaan terhadap ide-ide siswa,<br />

membuat mereka lebih aktif, dan antusias<br />

dalam belajar.<br />

Kelemahan metode inkuiri termodifikasi<br />

yang masih perlu diperbaiaki: (1)<br />

pengaturan waktu yang harus dirinci<br />

dengan jelas, (2) persiapan mental siswa,<br />

(3) sarana dan prasarana penunjang serta 4)<br />

kesiapan guru sebagai fasilitator.<br />

SIMPULAN DAN SARAN<br />

Hasil penelitian tindakan kelas ini<br />

dapat disimpulkan bahwa penerapan<br />

metode inkuiri termodifikasi dapat<br />

meningkatkan (1) kecakapan akademik<br />

siswa selama proses pembelajaran kimia,


(2) hasil belajar siswa pada mata pelajaran<br />

kimia, pada kompetensi dasar redoks dan<br />

elektrokimia. (3) siswa berminat menerapkan<br />

metode inkuiri termodifikasi dalam<br />

pembelajaran kimia.<br />

Berdasarkan hasil penelitian ini,<br />

diajukan saran-saran sebagai berikut: (1)<br />

hendaknya langkah-langkah metode ilmiah<br />

betul-betul dilatihkan dalam penerapan<br />

metode inkuiri termodifikasi. (2) guru<br />

memfasilitasi siswa dalam merencanakan<br />

dan melakukan percobaan untuk memecahkan<br />

masalah dalam kehidupan seharihari<br />

(3) menggunakan siswa lain/ teman<br />

sejawat untuk membantu siswa lain dalam<br />

mengumpulkan informasi untuk memecahkan<br />

permasalahan/tugas, (4) pemberian<br />

waktu yang bervariasi untuk setiap individu<br />

dalam mecapai ketuntasan belajar.<br />

DAFTAR RUJUKAN<br />

Anderson, I, JW. and Krathwohl, D.R.<br />

(eds). 2001. A Taxonomy for Learning,<br />

Teaching and Assessing. A Revission of<br />

Bloom’s Taxonomy of Eucational<br />

Objectives. New York: Addison<br />

Welsey Longman, Inc.<br />

Arends, R.I. 2001. Learning to Teach. Fifth<br />

edision. New York: McGrow Hill.<br />

Arikunto, S. 2005. Prosedur Penelitian.<br />

Jakarta: Rineka Cipta.<br />

Arikunto, S.; Suhardjono; Supardi. 2006.<br />

Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:<br />

Penerbit Bumi Aksara.<br />

Mujayanah<br />

Chang, R. 2008. General Chemistry. Fifth<br />

Edition. Higher Education. McGraw<br />

Hill<br />

Dahar, R. W. 1996. Teori-teori Belajar.<br />

Jakarta: Penerbit Erlangga.<br />

Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri<br />

Pendidikan Nasional Republik<br />

Indonesia Nomer 22 Tahun 2006<br />

tentang Standar Isi untuk Satuan<br />

Pendidikan Dasar dan Menengah.<br />

Jakarta: Depdiknas.<br />

Luhut, P. P. 2001. Individual Textbook Statistika<br />

Dasar . Bandung: FPMIPA UPI<br />

Nurhadi. 2004. Pembelajaran Kontekstual<br />

dan Penerapannya dalam KBK.<br />

Malang: Universitas Negeri Malang.<br />

Permana, A. 2011. Penerapan Model<br />

Pengajaran Modified Inquiry<br />

dalamMeningkatkan Prestasi Hasil<br />

Belajar Siswa pada Kompetensi<br />

Menganalisis Sistem Radio<br />

Komunikasi. Skrpsi tidak diterbitkan.<br />

Bandung: FPTK UPI.<br />

Slavin. R.E. 1997. Educational Psychologi<br />

Theory, Research, and Practice. Fifth<br />

Edition. Massachusetts: Allyn and<br />

Bacon Publishere.<br />

Sudirman. 1998. Teori Model<br />

Pembelajaran Modified Inquiry.<br />

Jakarta: Gema Ilmu<br />

Triono, 2007. Model-Model Pembelajaran<br />

Inovatif Berorentasi Konstruktivistik.<br />

Cetakan 1. Jakarta: Prestasi Pustaka.<br />

Wiriatmadja, R. 2005. Metode Penelitian<br />

Tindakan Kelas. Bandung: Remaja<br />

Rosdakarya<br />

79


<strong>Jurnal</strong> Pendidikan NAMIRA Dispendik Kab. Gresik. <strong>Vol</strong>.2.<strong>No.4</strong> – Oktober-<strong>Des</strong>ember <strong>2012</strong><br />

80


Petunjuk Penulisan<br />

JURNAL PENDIDIKAN NAMIRA


Dinas Pendidikan<br />

Kabupaten Gresik

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!