NUR IKRIMAH.pdf - Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu ...

LAPORAN MAGANG
GAMBARAN SARANA PROTEKSI KEBAKARAN
DI PT. SANYO JAYA COMPONENTS INDONESIA
TAHUN 2009
OLEH :
NUR IKRIMAH
NIM : 105101003242
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Magang, 30 Mei 2009
Nur Ikrimah, NIM : 105101003242
Gambaran Sarana Proteksi Kebakaran di PT Sanyo Jaya Components Indonesia
Tahun 2009
x + 63 halaman, 6 tabel, 2 bagan, 6 gambar, 10 lampiran
ABSTRAK
PT Sanyo Jaya Components Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
assembly (perakitan kamera digital) yaitu memproduksi Digital Still Camera dan Table Top
Type Video Cassete Recorder dalam kegiatan produksinya menggunakan bahan yang mudah
terbakar dan listrik yang bertegangan tinggi. Hal-hal tersebut berpotensi menimbulkan bahaya
kebakaran.
Kegiatan magang ini dilakukan di PT Sanyo Jaya Components Indonesia dan dilakukan
selama 20 hari kerja terhitung sejak tangga 19 Februari 2009 sampai 19 Maret 2009. Penulis
melakukan pengamatan dengan cara pengumpulan data sekunder, wawancara, dan observasi
lapangan.
Potensi bahaya kebakaran yang terdapat di PT Sanyo Jaya Components Indonesia yaitu
kebakaran kelas A (kebakaran yang disebabkan benda padat) dan kebakaran kelas C (kebakaran
yang disebabkan oleh listrik). Sedangkan sarana proteksi kebakaran yang terdapat di PT Sanyo
Jaya Components Indonesia terdiri dari sarana proteksi aktif (APAR dry chemical dan APAR
CO2, hidrant, detektor, alarm kebakaran) dan sarana proteksi pasif (sarana jalan keluar, tangga
dan pintu darurat, petunjuk arah jalan keluar). Pengecekan sarana proteksi kebakaran dilakukan
setiap satu tahun sekali. Pelatihan kebakaran yang dilakukan di PT Sanyo Jaya Components
Indonesia berupa teori dan praktek penggunaan APAR dan hidrant.
Adapun saran yang diberikan yaitu maintenance peralatan kerja, terutama yang
menggunakan listrik secara rutin untuk mencegah terjadinya korsleting listrik yang dapat
berujung pada kejadian kebakaran, melakukan tindakan fire drill untuk lebih meningkatkan
kesiapan para pekerja dalam menghadapi kejadian kebakaran yang bisa terjadi kapan saja,
memasang sprinkler, memasang sistem pengendali asap, serta menggantung APAR sehingga
tidak mengganggu mobilitas para pekerja.
Daftar bacaan : 15 (1981 - 2004)

PERNYATAAN PERSETUJUAN
GAMBARAN SARANA PROTEKSI KEBAKARAN
DI PT. SANYO JAYA COMPONENTS INDONESIA
TAHUN 2009
Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Magang
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Yuli Amran, SKM, MKM
Pembimbing Fakultas
Jakarta, 22 Juni 2009
Mengetahui,
A. Sony Handriana ST. MM
Pembimbing Lapangan

PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 10 Juni 2009
Penguji I
Yuli Amran, SKM, MKM
Penguji II
dr. Yuli Prapanca Satar, MARS

Nama : Nur Ikrimah
TTL : Jakarta, 27 Januari 1986
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 23 Tahun
No.Hp : 02198355704
RIWAYAT HIDUP
Alamat : Jl. KPBD RT 009/01 No.13 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11560
E-mail : iik_maik@yahoo.com
Riwayat Pendidikan:
1. MI AL – FALAH : tahun 1993 s/d 1999
2. SLTP Negeri 271 Jakarta Barat : tahun 1999 s/d 2002
3. SMU Negeri 85 Jakarta Barat : tahun 2002 s/d 2005
4. S1 Kesehatan Masyarakat : tahun 2005 s/d sekarang

Bismillahirrahmanirrahim
Assalammualaikum Wr. Wb
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Peyayang, puji
dan syukur terucap hanya kepada Illahi Rabbi yang selalu memberikan kenikmatan yang
tak terhingga kepada kita semua. Dengan memanjat rasa syukur atas segala nikmat dan
rahmat – Nya hingga laporan magang yang berjudul ” Gambaran Sarana Proteksi
Kebakaran di PT Sanyo Jaya Components Indonesia tahun 2009” ini dapat tersusun
dengan baik. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada baginda besar Nabi Muhammad
S.A.W yang telah menuntun umatnya ke jalan yang benar.
Penyusun laporan magang ini semata – mata bukanlah hasil usaha penulis
melainkan banyak pihak yang memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan petunjuk
yang akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini. Dan Penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kepada keluarga tercinta, orang tua yang selalu membantu saya baik moril maupun
materiil, mencurahkan segenap perhatian dan kasih sayang serta doa yang luar biasa
kepada saya.
2. Yuli Amran sebagai dosen pembimbing yang telah membantu dan membimbing saya
dalam pembuatan laporan magang ini.
3. Terima kasih kepada seluruh dosen yang telah memberikan ilmu, baik ilmu yang
terkait dengan materi kuliah maupun ilmu agama kepada saya.

4. Terima kasih kepada Pak Soni sebagai pembimbing lapangan yang telah membantu,
meluangkan waktunya dan membimbing saya dalam pembuatan laporan magang ini.
5. Terima kasih kepada Pak Jaya Rahkmat selaku manager HRD yang telah
mengizinkan saya magang di PT Sanyo Jaya Components Indonesia.
6. Terima kasih kepada seluruh staff HRD atas segala bantuannya.
7. Untuk semua personil Umi N The gank, makasih atas semua bantuan dan
dukungannya,,I Love U aLL..
8. Untuk “abang” yang selalu ngasih semangat kepada penulis, makasih juga udah mau
nganter ke Sanyo.
Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap
semoga laporan magang ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca
lain.
Wassalammualaikum Wr. Wb

DAFTAR ISI
Abstrak……………………………………………………………………………...... i
Lembar Persetujuan………………………………………………………………… ii
Lembar Pengujian…………………………………………………………………… iii
Daftar Riwayat Hidup………………………………………………………………. iv
Kata Pengantar……………………………………………………………………… v
Daftar Isi……………………………………………………………………………... vii
Daftar Tabel…………………………………………………………………………. ix
Daftar Bagan………………………………………………………………………… x
Daftar Gambar………………………………………………………………………. xi
Bab I Pendahuluan ………………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang…………………………………………………………….. 1
B. Ruang Lingkup…………………………………………………………….. 4
C. Tujuan……………………………………………………………………… 4
1. Tujuan Umum……………………………………………………………. 4
2. Tujuan Khusus…………………………………………………………… 4
D. Manfaat…………………………………………………………………… 5
Bab II Tinjauan Pustaka……………………………………………………………… 6
A. Definisi Kebakaran………………………………………………………… 6
B. Klasifikasi Kebakaran……………………………………………………... 6
C. Teori Pemadaman…………………………………………………………. 8
D. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran…………………………….. 10
E. Sarana Proteksi Kebakaran Aktif………………………………………….. 11
F. Standar Sarana Proteksi Pasif……………………………………………… 31
Bab III Alur dan Jadwal Kegiatan…………………………………………………….. 31
A. Alur Kegiatan Magang.................................................................................. 32
B. Jadwal Kegiatan Magang.............................................................................. 35
Bab IV Hasil dan Pembahasan……………………………………………………….. 35

A. Gambaran PT. Sanyo di Indonesia……………………………………….... 36
B. Sanyo Jaya Components Indonesia – Divisi Disi………………………...... 41
C. Training Section PT. Sanyo Jaya Components Indonesia ………………… 43
D. Klasifikasi Bahaya Kebakaran…………………………………………….. 43
E. Pencegahan, Pengendalian dan Penanggulangan Kejadian Kebakaran…… 45
F. Pelatihan Pemadaman Kebakaran…………………………………………. 45
G. Peletakan Alat Pemadam Kebakaran……………………………………… 46
H. Gambaran Sarana Proteksi Aktif………………………………………….. 55
I. Sarana Proteksi Pasif……………………………………………………….. 62
Bab V Kesimpulan dan Saran ……………………………………………………….. 62
A. Kesimpulan………………………………………………………………... 63
B. Saran……………………………………………………………………….. 64
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………
Lampiran

Nomor Tabel
DAFTAR TABEL
2.1 Klasifikasikasi Kebakaran Berdasarkan Bahan Yang Terbakar Dan Jenis
APAR................................................................................................................
.
3.1 Jadwal Kegiatan Magang di PT Sanyo Jaya Components Indonesia, Periode
Februari – Maret 2009......................................................................................
4.1 Hasil Pengamatan Sarana Proteksi Aktif di PT Sanyo Jaya Components
Indonesia...........................................................................................................
.
4.2 Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Dengan Standar.......................................... 53
4.3 Hasil Pengamatan Sarana Proteksi Pasif di PT Sanyo Jaya Components
Indonesia...........................................................................................................
4.4 Kesesuaian Sarana Proteksi Pasif Dengan Standar........................................... 60
Hal
12
32
52
59

Nomor Bagan
DAFTAR BAGAN
3.1 Alur Kegiatan Magang…………………………………………………………
4.1 Struktur Organisasi P2K3 PT. Sanyo Jaya Component Indonesia....…………..
Hal
31
42

Nomor Gambar
DAFTAR GAMBAR
4.1 Alat Pemadam Api Ringan..............................................................................
4.2 Hidrant.............................................................................................................
4.3 Detektor...........................................................................................................
4.4 Alarm Kebakaran............................................................................................. 51
4.5 Tangga dan Pintu Darurat................................................................................
4.6 Petunjuk Arah Jalan Keluar..............................................................................
Hal
48
49
50
57
58

A. Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan
diberbagai sektor kehidupan. Hal ini memicu manusia untuk bersifat lebih kreatif
dan inovatif dalam menciptakan penemuan-penemuan baru yang lebih bermanfaat
dimana hal ini nantinya akan berdampak pada perkembangan ekonomi suatu bangsa
salah satunya di bidang industri.
Peningkatan efisiensi dan peningkatan produktivitas dengan diimbangi
penurunan/mempertahankan kuantitas produksi tanpa mengurangi kualitas produksi
yang dihasilkan menjadi salah satu usaha untuk bertahan terhadap adanya gejolak
ekonomi, tetapi tidak berarti dalam keadaan krisis seperti ini industri-industri di
Indonesia mengabaikan keselamatan dan kesehatan kerja.
Salah satu permasalahan kecelakaan terbesar di dunia industri adalah masalah
kebakaran, karena apabila terjadi kebakaran akan banyak pihak yang dirugikan,
antara lain pihak investor, para pekerja, pemerintah maupun masyarakat luas.
Terjadinya kebakaran di industri tidak hanya dapat menghilangkan harta benda
maupun nyawa, akan tetapi mengganggu keberlangsungan kegiatan operasional
sehingga mengganggu stabilitas dan kontinuitas kegiatan industri yang pada

akhirnya menyebabkan semakin besarnya kerugian finansial yang ditanggung oleh
perusahaan (Gempur, 2004).
Berdasarkan data tahun 2001 kerugian akibat kebakaran di Jakarta mencapai 102
milyar rupiah dan selama tahun 2007 kebakaran yang terjadi telah menyebabkan
kerugian material diperkirakan Rp. 161.139.760.000,00. Oleh karena itu upaya
pencegahan dan penanggulangan kebakaran harus dijadikan program dalam suatu
kebijakan manajemen perusahaan dengan dukungan dari pihak pekerja (Dinas
Pemadam Kebakaran DKI Jakarta, 2007).
Kebakaran sebagai suatu peristiwa yang tidak dikehendaki senantiasa
menimbulkan kerugian baik materi, jiwa manusia maupun lingkungan. Menurut
ILO, (1998) kebakaran diistilahkan sebagai berikut “Fire is a manifestation of
uncontrolled combustion”, selain itu, kebakaran juga adalah suatu reaksi oksidasi
eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai
dengan timbulnya api atau penyalaan (Depnaker, 1987).
Kebakaran terjadi apabila memenuhi persyaratan segitiga api, yaitu adanya
bahan bakar, panas, dan udara. Akan tetapi, studi lanjut mengenai fisika dan kimia
menyatakan bahwa peristiwa kebakaran mempunyai tambahan unsur, yaitu rantai
reaksi kimia (chain reaction). Konsep ini dikenal dengan bidang empat api
(tetrahedron of fire). Secara teori apabila memotong salah satu unsur tersebut maka
dapat mencegah terjadinya kebakaran (Gempur, 2004).
Untuk mengurangi keawaman tentang pencegahan kebakaran, pengetahuan
tentang dasar-dasarnya yang sangat prinsip akan sangat membantu dalam usaha
pencegahan kebakaran. Hampir semua kebakaran besar terjadi karena diabaikannya

dasar-dasar yang sederhana. Upaya penanggulangan kebakaran harus menjadi
komitmen dari pihak yang terlibat seperti pihak perusahaan, pemerintah, dan
masyarakat. Hal ini dikarenakan kebakaran merupakan suatu musibah yang dapat
menimbulkan berbagai macam kerugian. Salah satu upaya penanggulangan
kebakaran terutama mencegah dan mengurangi akibat buruk dari kebakaran adalah
dengan tersedianya sarana proteksi kebakaran yang memenuhi standar (Achmid,
1990)
PT Sanyo Jaya Components Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang assembly (perakitan kamera digital) yaitu memproduksi Digital Still Camera
dan Table Top Type Video Cassete Recorder. Dalam kegiatan produksinya PT Sanyo
Jaya Components Indonesia banyak menggunakan bahan-bahan yang mudah
terbakar seperti kertas dan berbagai macam peralatan listrik. Hal-hal tersebut
berpotensi menimbulkan bahaya kebakaran, terutama kebakaran kelas A dan kelas
C.. Walaupun belum pernah terjadi kasus kebakaran di PT Sanyo Jaya Components
Indonesia, bukan berarti tidak terdapat potensi bahaya kebakaran.
Sebagai perusahaan yang besar, PT Sanyo Jaya Components Indonesia akan
berusaha untuk mencegah timbulnya bahaya kebakaran, karena kebakaran
merupakan bahaya yang harus dapat dicegah oleh para pekerja mengingat kejadian
kebakaran dapat menimbulkan kerugian di dalam jumlah yang besar. Oleh karena
itu, penulis tertarik untuk melihat gambaran sarana proteksi kebakaran di PT Sanyo
Jaya Components Indonesia, dalam upaya mencegah kebakaran dan meminimalisasi
kerugian yang ditimbulkan.

B. Ruang Lingkup
Kegiatan ini membahas tentang gambaran sarana proteksi kebakaran di PT
Sanyo Jaya Components Indonesia, Cimanggis-Depok. Kegiatan ini dilaksanakan
selama satu bulan, dimulai sejak tanggal 19 Februari s/d 19 Maret 2009. Adapun
lokasi magang di PT Sanyo Jaya Components Indonesia, Jalan Raya Bogor km 35,
Cimanggis, Bogor, Jawa Barat.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran sarana proteksi kebakaran di PT Sanyo Jaya Components
Indonesia.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran PT Sanyo Jaya Components Indonesia.
b. Diketahuinya langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan
kebakaran di PT Sanyo Jaya Components Indonesia.
c. Diketahuinya ketersediaan sarana proteksi aktif dan pasif kebakaran yang
ada di PT Sanyo Jaya Components Indonesia.
d. Diketahuinya kesesuaian sarana proteksi aktif dan pasif kebakaran yang
ada di PT Sanyo Jaya Components Indonesia dengan standar yang
ditetapkan.

D. Manfaat
1. Bagi Perusahaan
a. Sebagai masukan pada perusahaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3), terutama tentang bahaya
kebakaran dan upaya pengendalian
b. Menciptakan atau menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dan
bermanfaat antara institusi dengan Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
a. Sebagai wujud peran akademik dalam penerapan keilmuan K3 pada
perusahaan.
b. Sebagai sarana untuk membina kerja sama dengan institusi lain dibidang
K3.
c. Sebagai informasi dan dokumentasi data serta dapat menjadi referensi
3. Bagi Mahasiswa
tambahan bagi mahasiswa.
a. Dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di tempat
kuliah.

. Mengenal secara dekat dan langsung karakteristik serta kondisi kerja
yang sesungguhnya.

A. Definisi Kebakaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kebakaran adalah reaksi kimia yang berlangsung cepat serta memancarkan panas
dan sinar. Reaksi kimia yang timbul termasuk jenis reaksi oksidasi (Zaini,1998).
Menurut NFPA (1991) kebakaran sebagai peristiwa oksidasi dimana bertemunya
3 buah unsur yaitu bahan yang dapat terbakar, oksigen yang terdapat di udara, dan
panas yang dapat menimbulkan kerugian harta benda atau cidera bahkan
menimbulkan kematian pada manusia. Kebakaran terjadi karena adanya tiga unsur,
yaitu:
1. Bahan bakar
2. Oksigen
3. Panas
Ketiga unsur di atas apabila bertemu akan terjadi api. Oleh karena itu disebut
segitiga api. Apabila salah satu dari unsur di atas diambil, maka api padam dan inilah
prinsip dari pemadaman api. Prinsip segitiga api ini dipakai dasar untuk mencegah
kebakaran dan penanggulangan api.
B. Klasifikasi Kebakaran

Klasifikasi Kebakaran ialah penggolongan atau pembagian kebakaran
berdasarkan jenis bahan bakarnya. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja
N0.Per.04/Men/1980 kebakaran di klasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu:
1. Kelas A
Bahan padat selain logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar dengan
sendirinya. Kebakaran kelas A ini adalah panas yang datang dari luar, molekul-
molekul benda padat terurai dan membentuk gas dan gas ini adalah yang
terbakar.
Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan selanjutnya mengurai lebih banyak
molekul-molekul dan menimbulkan gas yang akan terbakar. Sifat utama dari
kebakaran benda padat adalah bahan bakarnya tidak mengalir dan sanggup
menyimpan panas yang banyak sekali dalam bentuk bara.
2. Kelas B
Seperti bahan cairan dan gas tidak dapat dengan sendirinya, di atas cairan
pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar. Pada bahan bakar
cair ini suatu bunga api kecil sanggup mencetuskan api yang akan menimbulkan
kebakaran. Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan api ketempat
lain.
3. Kelas C
Kebakaran pada aparat listrik yang bertegangan, yang mana sebenarnya kelas
C ini tidak lain kebakaran kelas A dan B atau kombinasi dimana ada aliran
listrik. Kalau aliran listrik diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran
kelas A atau B. kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media pemadam

yaitu yang tidak menghantarkan listrik untuk melindungi orang yang
memadamkan kebakaran dari aliran listrik.
4. Kelas D
Yaitu kebakaran logam seperti magnesium, titanium, uranium, sodium,
lithium, dan potassium. Pada kebakaran logam ini perlu dengan alat atau media
khusus untuk memadamkannya.
C. Teori Pemadaman
Teknik pemadaman adalah dengan merusak keseimbangan pencampuran ketiga
unsur penyebab kebakaran. Menurut NFPA (1991) tenik-teknik pemadaman antara
lain:
1. Cooling (Pendinginan)
Suatu kebakaran dapat dipadamkan dengan mendinginkan permukaan dan
bahan yang terbakar dengan menggunakan semprotan air sampai mencapai suhu
dibawah titiknya. Pendinginan permukaan dan minyak yang terbakar akan
menghentikan proses terbentuknya uap. Bila penguapan dapat dihentikan,
kebakaran akan berakhir. Prinsip-prinsip pemadamannya antara lain:
a. Kecepatan pemindahan panas sebanding dengan luas permukaan cairan yang
terpapar oleh api.
b. Kecepatan pemindahan panas tergantung perbedaan suhu antara air dengan
udara sekitar atau benda terbakar.

c. Kecepatan pemindahan panas yang tergantung pada kandungan uap dalam
udara khususnya dalam penjalaran api.
d. Kapasitas penyerapan dari air tergantung pada jarak yang ditempuh oleh air
dan kecepatannya dalam daerah pembakaran.
2. Smothering (penyelimutan)
Suatu kebakaran dibatasi dengan memutuskan hubungannya dengan
oksigen atau udara yang diperlukan dalam terjadinya proses kebakaran.
Menyelimuti bagian yang terbakar dengan CO2 atau busa akan menghentikan
suplai air.
a. Memisahkan bahan yang terbakar
Suatu kebakaran bahan yang terbakar dapat dipisahkan dengan jalan
menutup aliran yang menuju ketempat kebakaran atau menghentikan suplai
bahan bakar yang dapat terbakar.
b. Memutuskan rantai reaksi
Pemutusan rantai reaksi pembakaran ini dapat dilakukan secara fisik,
kimia, atau kombinasi fisika-kimia. Fisik nyala api dapat dipadamkan dengan
peledakan bahan peledak ditengah-tengah kebakaran. Secara kimia
pemadaman nyala api dapat dilakukan dengan pemakaian bahan-bahan yang
dapat menyerap hidroksit (OH) dari rangkaian rantai reaksi pembakaran
(Triasbudi, 1998). Bahan-bahan tersebut dapat dibedakan ke dalam 3
kelompok, yaitu:
ii) Logam alkali berupa tepung kimia kering (dry chemicals)
iii) Ammonia berupa tepung kimia kering

iv) Halogen yang berupa gas dan cairan
D. Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran
Pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah semua tindakan yang
berhubungan dengan pencegahan, pengamatan dan pemadaman kebakaran dan
meliputi perlindungan jiwa dan keselamatan manusia serta perlindungan harta
kekayaan. Dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan yang mudah terbakar,
pengintensifan pencegahan dan penanggulangan terhadap kebakaran perlu
ditingkatkan, agar kerugian-kerugian menjadi sekecil mungkin. Pencegahan
kebakaran lebih ditekankan kepada usaha-usaha untuk memindahkan atau
mengurangi terjadinya kebakaran. Penanggulangan lebih ditekankan kepada
tindakan-tindakan terhadap kejadian kebakaran, agar korban menjadi sesedikit
mungkin (Suma’mur, 1981).
Pencegahan kebakaran dan pengurangan korban kebakaran tergantung dari lima
prinsip pokok sebagai berikut :
1. Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atau keadaan panik.
2. Pembuatan bangunan yang tahan api.
3. Pengawasan yang teratur dan berkala.
4. Penemuan kebakaran pada tingkat awal dan pemadamannya.
5. Pengendalian kerusakan untuk membatasi kerusakan sebagai akibat kebakaran
dan tindakan pemadamannya (Suma’mur, 1981).

E. Sarana Proteksi Kebakaran
Sarana proteksi aktif terbagi dua, yaitu:
1 Sarana proteksi aktif
Sistem proteksi aktif yaitu proteksi yang dilakukan pada bangunan terhadap
bahaya kebakaran dengan menggunakan sistem perlindungan secara langsung atau
sarana aktif peralatan pemadaman api seperti halnya APAR, hidran, sprinkler, alarm,
alat deteksi, dan peralatan pemadaman lainnya (Rahman, 2003).
Macam-Macam Sarana Proteksi Aktif :
a. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
Menurut NFPA (National Fire Protection Association) definisi dari APAR
adalah peralatan portabel yang dapat dibawa dengan tangan atau beroda dan
dioperasikan dengan tangan, berisi bahan pemadam yang dapat disemprotkan
oleh tekanan dengan tujuan memadamkan api kebakaran.
APAR direferensikan oleh pemerintah melalui Permenaker No.
04/Men/1980. Dengan ciri-ciri dapat dioperasikan oleh satu orang, untuk
pemadaman pada saat kebakaran dan hanya pada sebatas volume api kecil dan
tidak lebih dari 3 menit untuk bahan cair dan gas, dan tidak lebih dari 10 menit
untuk bahan padat (Muhaimin, 2004) atau APAR digunakan untuk pemadaman
kebakaran pada tahap dini bukan pada saat api sudah membesar.

Untuk penempatan APAR seperti yang sudah diatur dalam Permenaker No.
04/Men/1980 mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :
1) Diletakkan setiap jarak 15 meter
2) Harus siap dipakai pada waktunya
3) Pada jalur keluar
4) Ditempat yang mudah dilihat dan dijangkau
5) Tidak terkunci
6) Memperhatikan jenis dan sifat bahan yang dapat terbakar
7) Memperhatikan suhu sekitarnya
Klasifikasi
Kebakaran
Tabel 2.1 Klasifikasi Kebakaran Berdasarkan Bahan Yang Terbakar
Dan Jenis APAR
Bahan Yang Terbakar Jenis APAR
A Bahan padat berkarbon,
seperti kayu, kertas, sisi
bangunan, dan lain-lain
B Cairan, gas, dan bahan padat
yang dapat larut dan
menyala, seperti pelarut,
minyak, cat, dan lain-lain
1. Air
2. Bubuk kering / Dry Powder
3. Karbondioksida
4. Halon
5. Busa
1. Air
2. Bubuk kering / Dry Powder
3. Karbondioksida
4. Halon

Klasifikasi
Kebakaran
Bahan Yang Terbakar Jenis APAR
5. Busa
C Peralatan Listrik 1. Bubuk kering / Dry Powder
2. Karbondioksida
3. Halon
D Logam Pemilihan jenis APAR harus
Sumber : Colling, 1990; Bird & Germain, 1990
hati-hsti karena harus diketahui
secara Spesifik jenis logam
yang terbakar
Di bawah ini merupakan jenis-jenis APAR berdasarkan isi yang terkandung
di dalamnya :
1) Air
Digunakan untuk pemadaman kebakaran bahan padat (kelas A) karena dapat
menembus sampai bagian dalam. Ada tiga macam APAR air, yaitu air
dengan pompa tangan, air bertekanan, dan asam soda. Air tidak digunakan
untuk kebakaran pada aparat atau instalasi listrik yang bertegangan.
2) Busa
Ada dua macam busa, yaitu busa kimia dan busa mekanik. Busa kimia dapat
dibuat dari gelembung yang berisi antara lain zat arang dan karbondioksida,
sedangkan busa mekanik dibuat dari campuran zat arang dengan udara. Busa

memadamkan api melalui tiga kombinasi aksi pemadaman yaitu menutupi
(membuat selimut di atas bahan yang terbakar sehingga kontak dengan udara
(oksigen) terputus), melemahkan (mencegah penguapan cairan yang mudah
terbakar), mendinginkan (menyerap kalori cairan yang mudah terbakar
sehingga suhunya turun).
3) Serbuk Kimia Kering
Sebuk kimia kering dapat digunakan untuk memadamkan kebakaran
golongan A, B, dan C. Cara kerja serbuk kimia kering secara fisik dan kimia.
Daya pemadaman serbuk kimia kering bergantung pada jumlah serbuk yang
dapat menutupi permukaan yang terbakar. Makin halus butir-butir serbuk
kimia, makin luas permukaan yang dapat ditutupi.
4) Karbondioksida
Media pemadaman api CO2 dalam tabung harus dalam keadaan fase cair
bertekanan tinggi. Prinsip kerja CO2 dalam memadamkan api ialah bereaksi
dengan oksigen sehingga konsentrasi oksigen di dalam udara berkurang 20%
menjadi sama dengan atau lebih kecil dari 14% sehingga api akan padam.
Media pemadaman api CO2 tidak beracun tetapi dapat membuat orang
pingsan atau meninggal karena kekurangan oksigen. Salah satu kelemahan
CO2 adalah pemadam tersebut tidak dapat mencegah terjadinya kebakaran
kembali setelah api padam (reignitasi). Hal ini disebabkan CO2 tidak dapat
mengikat oksigen sebanding dengan jumlah CO2 yang tersedia sedangkan
suplai oksigen disekitar tempat kebakaran terus berlangsung.
5) Halon

Digunakan untuk pemadaman kebakaran kelas A, B, dan C. Halon biasanya
digunakan sebagai media pemadaman jenis listrik, misalnya di ruang
komputer, karena halon sangat efektif dan bersih serta tidak meninggalkan
residu setelah pemakaian selesai, tidak merusak peralatan dan mesin. Bersifat
nonkonduktif sehingga aman digunakan untuk pemadaman listrik. Namun
APAR jenis halon mendapat perhatian serius sebab mulai tahun 1996
produksi baru atau import Halon dihentikan. Hal ini sesuai dengan jadwal
penghapusan bahan-bahan CFC dan halon yang disusun oleh Indonesia
dalam program pemerintah hingga tahun 2010. Karena halon merupakan
salah satu bahan kimia yang diperkirakan ikut andil dalam proses pemanasan
global dan penipisan lapisan ozon bumi. Itulah yang menyebabkan
penggunaan halon harus dikurangi dan akhirnya ditiadakan.
Dalam memilih APAR harus mempertimbangkan kebutuhannya. Dasar untuk
memilihnya menurut Zaini (1998), kesuksesan penggunaan APAR tergantung
pada empat faktor, yaitu :
a) Pemilihan jenis APAR yang tepat sesuai dengan klasifikasi kebakaran
b) Pengetahuan yang benar mengenai teknik penggunaan APAR
c) Kecukupan jumlah isi bahan pemadam yang terkandung di dalam APAR
d) Berfungsinya APAR secara baik berkaitan dengan pemeliharaannya
b. Pemeriksaan dan Pengujian APAR
Berdasarkan Permennakertrans No. Per. 04/MEN/1980, Penyediaan APAR
di dalam suatu perusahaan adalah dengan maksud agar kebakaran di tempat kerja
tersebut dapat dihindari atau setidak-tidaknya dikurangi/diperkecil. Agar maksud

tersebut dapat tercapai, maka APAR yang disediakan harus selalu dalam keadaan
siap untuk digunakan atau siap dipakai.
Menurut Permenakertrans No. Per. 04/MEN/1980 pasal 11, cara pemeriksaan
APAR yaitu:
1) Setiap APAR harus diperiksa 2 (dua) kali dalam setahun yaitu:
a) Pemeriksaan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan.
b) Pemeriksaan dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan.
2) Semua APAR yang menggunakan tabung gas, selain dilakukan
pemeriksaan sesuai pemeriksaan dalam jangka waktu 6 bulan,
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut menurut Permenakertrans No. Per.
04/MEN/1980 pasal 13, dengan mengikuti ketentuan-ketentuan
seperti berikut :
a) Isi alat pemadam harus sampai pada batas permukaan yang telah
ditentukan
b) Pipa pelepas isi yang terdapat dalam tabung dan saringan tidak
boleh tersumbat atau buntu;
c) Ulir tutup kepala tidak boleh cacat atau rusak, dan saluran
penyemprotan tidak boleh tersumbat;
d) Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak dengan
bebas, mempunyai rusuk atau sisi yang tajam dan bak gasket atau
paking harus masih dalam keadaan baik;
e) Gelang tutup kepala harus masih dalam keadaan baik;

f) Bagian dalam dari alat pemadam api tidak boleh berlubang atau
cacat karena karat;
g) Untuk jenis cairan busa yang dicampur sebelum dimasukkan,
larutannya harus masih dalam keadaan baik;
h) Untuk jenis cairan busa dalam tabung yang dilak, tabung harus
masih dilak dengan baik;
i) Lapisan pelindung dari tabung gas bertekanan, harus dalam
keadaan baik.
3) Untuk APAR jenis tepung kering (drychemical) dilakukan
pemeriksaan dengan membuka tutup kepala secara hati-hati dan
dijaga supaya tabung dalam posisi tegak dan kemudian diteliti
menurut ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a) Isi tabung harus sesuai dengan berat yang telah ditentukan dan
tepung keringnya dalam keadaan tercurah bebas dan tidak berbutir;
b) Ulir tutup kepala tidak boleh rusak, dan saluran keluar tidak boleh
buntu atau tersumbat;
c) Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, harus dapat bergerak
dalam keadaan bebas, mempunyai rusuk atau sisi yang tajam;
d) Gelang tutup kepala harus masih dalam keadaan baik;
e) Bagian dalam dari tabung tidak boleh berlobang-lobang atau cacat
karena karat;
f) Lapisan pelindung dari tabung gas harus dalam keadaan baik;

g) Tabung gas bertekanan harus terisi penuh sesuai dengan
kapasitasnya yang diperiksa dengan cara menimbang.
4) Penandaan dan Pengenalan
a) Penandaan APAR
1) Penandaan yang disyaratkan
Kalimat yang bermakna umum tidak menjurus seperti
“mutu”, “umum”, atau “universal” tidak boleh dituliskan pada
pelat nama yang dipasang pada badan APAR.
Setiap APAR harus harus ditandai dengan keterangan sebagai
berikut:
b) Cara Penandaan
i) Kata ”JENIS TEPUNG KIMIA KERING” yang disusul
tipe APAR.
ii) Cara pemakaian.
iii) Nama dan alamat pabrik pembuat atau penjualnya yang
bertanggung jawab.
Penandaan APAR harus dilakukan dengan cara:
i) Huruf timbul atau etsa pada plat logam yang disolder atau diikat
pada tabung APAR, atau
ii) Dicat langsung pada tabung APAR, atau
iii) Dengan label yang tahan lama.
iv) Tahun harus ditandakan secara permanent pada badan APAR.

c) Warna pengenal
c. Detektor Kebakaran
Badan APAR harus berwarna merah.
Detektor adalah alat yang fungsinya mendeteksi secara dini adanya suatu
kebakaran awal yang terdiri antara lain:
1) Detektor asap (Smoke Detektor) adalah detektor yang bekerjanya
berdasarkan terjadinya akumulasi asap dalam jumlah tertentu.
2) Detektor panas (Heat Detektor) adalah detektor yang bekerjanya berdasarkan
pengaruh panas (temperatur) tertentu.
3) Detektor nyala api (Flame Detektor) adalah detektor yang bekerjanya
berdasarkan radiasi nyala api. Ada dua tipe detektor nyala api yaitu:
i. Detektor nyala api ultra violet
ii. Detektor nyala api infra merah
4) Detektor gas (Gas Detektor) adalah detektor yang bekerjanya berdasarkan
kenaikan konsentrasi gas yang timbul akibat kebakaran ataupun gas-gas lain
yang mudah terbakar.
d. Alarm Kebakaran
Alarm kebakaran adalah komponen dari sistim yang memberikan isyarat
atau tanda adanya suatu kebakaran. Menurut peraturan KepMen PU No.
11/KPTS/2000, tujuan pemasangan alarm kebakaran adalah untuk memberikan
peringatan kepada penghuni akan adanya bahaya kebakaran, sehingga dapat
melakukan tindakan proteksi dan penyelamatan dalam kondisi darurat dan juga

untuk memudahkan petugas pemadam kebakaran untuk mengidentifikasi titik
awal terjadinya kebakaran. Menurut Perda DKI Jakarta/03/1992 harus terdapat
instalasi alarm kebakaran di bangunan pabrik dan harus selalu dalam kondisi baik
dan siap pakai.
Menurut Permenaker No.02/Men/1983, alarm kebakaran adalah komponen
dari sistem yang memberikan isyarat atau tanda adanya suatu kebakaran yang
dapat berupa:
1) Alarm kebakaran yang memberikan tanda/isyarat berupa bunyi khusus
(Audible alarm). Alarm audio harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Mempunyai bunyi serta irama yang khas hingga mudah dikenal
sebagai alarm kebakaran.
b) Bunyi alarm tersebut mempunyai frekuensi kerja antara 500-1000 Hz
dengan tingkat kekerasan suara minimal 65 dB (A).
Untuk ruangan dengan tingkat kebisingan normal yang tinggi, tingkat
kekerasan alarm audio minimal 5 dB (A) lebih tinggi dari kebisingan
normal.
c) Untuk ruangan dengan kemungkinan dipergunakan untuk ruang tidur,
tingkat kekerasan alarm audio minimal 75 dB (A).
d) Irama alarm audio mempunyai sifat yang tidak menimbulkan
kepanikan.
2) Alarm kebakaran yang memberikan tanda/isyarat yang tertangkap oleh
pandangan mata secara jelas (Visible alarm).

a) Alarm visual harus dipasang pada ruangan khusus, seperti tempat
perawatan orang tuli dan sejenisnya.
b) Pada semua lokasi panel kontrol dan panel bantu harus terpasang
alarm kebakaran.
c) Semua bagian dalam ruangan bangunan harus dapat dijangkau oleh
isyarat alarm kebakaran dengan tingkat kekerasan bunyi alarm yang
khusus untuk ruangan tersebut.
d) Alarm kebakaran harus dipasang untuk ruangan khusus dimana suara-
suara dari luar tidak dapat terdengar.
e) Sarana alarm luar harus dipasang sedemikian rupa sehingga dapat
digunakan pula sebagai penuntun arah masuk bagi anggota pemadam
kebakaran dari luar.
e. Pemeriksaan Alarm Kebakaran :
1. Pemeriksaan berkala
a) Dalam rangka pemeliharaan sistem deteksi dan alarm kebakaran, harus
dilakukan pemeriksaan berkala secara mingguan, bulanan, dan tahunan
dengan tujuan untuk dapat mendeteksi secara dini adanya perubahan
kondisi, karateristik atau kerusakan yang dapat menggagalkan fungsi
sistem.
b) Hasil pemeriksaan harus dimuat dalam berita acara pemeriksaan yang
merupakan kelengkapan pekerjaan pemeliharaan berkala dan harus dicatat
dalam buku catatan.

c) Pemeriksaan tahunan harus dilaksanakan oleh konsultan kebakaran yang
telah mendapatkan izin kerja atau badan lain yang ditunjuk oleh instansi
yang berwenang.
d) Pemeriksaan mingguan antara lain meliputi : membunyikan alarm secara
simulasi, memeriksa tegangan dan keadaan baterai, memeriksa seluruh
sistem alarm dan mencatat hasil pemeriksaan dalam berita acara
pemeriksaan berkala dan buku catatan.
e) Pemeriksaan bulanan antara lain meliputi : menciptakan kebakaran
simulasi dan mengecek kebenaran logika kerja sistem keseluruhan,
memeriksa lampu-lampu indikator di panel kontrol, komunikasi kebakaran,
mencoba dengan kondisi gangguan terhadap sistem, memeriksa kondisi
dan kebersihan panel kontrol dan mencatat hasil pemeriksaan dalam berita
acara pemeriksaan berkala dan buku catatan.
f) Pemeriksaan tahunan antara lain meliputi : memeriksa tegangan kerja
secara keseluruhan bagian sistem dan arus kerja zona-zona detektor alarm,
memeriksa kondisi dan kebersihan seluruh detektor serta menguji
sekurang-kurangnya 20% detektor dari setiap zona detektor dan
pemeriksaan lain bagi yang mencakup materi pemeriksaan bulanan. Hasil
pemeriksaan tahunan harus dimuat dalam berita acara pemeriksaan berkala
dan buku catatan.
2. Pemeriksaan sistem deteksi dan alarm
a. pemeriksaan sistem harus dilakukan sekali dalam 5 tahun yang harus
dilakukan sesuai dengan cara pengujian sistem pada pemeriksaan awal.

. Hasil pemeriksaan sistem harus dimuat dalam berita acara dan dicatat
dalam buku catatan.
3. Titik panggil manual
Titik panggil manual adalah suatu alat yang bekerjanya secara manual
untuk mengaktifkan isyarat adanya kebakaran yang dapat berupa :
a. Titik panggil manual secara tuas (full down)
b. Titik panggil manual secara tombol tekan (push buttom)
4. Panel indikator kebakaran
Panel alarm kebakaran adalah suatu komponen dari sistem deteksi dan
alarm kebakaran yang fungsinya untuk mengendalikan bekerjanya sistem dan
terletak di ruang operator. Panel indicator kebakaran dapat terdiri dari satu
panel kontrol utama, atau satu panel kontrol dengan satu atau beberapa panel
bantu.
Ketentuan panel kontrol :
a. Panel kontrol harus bisa menunjukkan asal lokasi kebakaran.
b. Panel kontrol harus mampu mengendalikan kerja detektor dan alarm
kebakaran serta komponennya secara keseluruhan.
c. Panel kontrol harus dilengkapi dengan peralatan-peralatan, sehingga
operator dapat mengetahui kondisi instalasi baik pada saat normal maupun
pada saat gangguan.
5. Zona deteksi
Zona deteksi adalah suatu kawasan yang diawasi oleh satu kelompok detektor.

f. Hidrant
Instalasi Hidrant adalah suatu sistim pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media air bertekanan yang disalurkan melalui pipa-pipa dan selang
kebakaran (Muhaimin, 2004). Menurut Perda DKI Jakarta/03/1992 disetiap
bangunan pabrik harus terdapat hydrant dan berada dalam kondisi siap pakai.
Hidrant biasanya dilengkapi dengan selang (Fire Hose) yang disambungkan
dengan kepala selang (Nozzle) yang tersimpan rapih di dalam suatu kotak baja
dengan cat warna merah mencolok. Untuk menghubungkan selang dengan kepala
selang, digunakan alat yang disebut dengan kopling yang dimiliki oleh dinas
pemadam kebakaran setempat sehingga dapat disambung ketempat-tempat yang
jauh. Peletakkan hidrant berdasarkan luas lantai klasifikasi bangunan dan jumlah
lantai bangunan.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia klasifikasi Hidrant kebakaran
berdasarkan jenis dan penempatannya, dibagi 2 jenis hidrant, yaitu :
1. Hidrant gedung (Indoor Hidrant)
Hidrant gedung adalah hidrant yang terletak di dalam suatu
bangunan/gedung dan instalasi serta peralatannya disediakan serta dipasang di
dalam gedung/bangunan tersebut. Hidrant gedung menggunakan pipa 4 inchi.
Panjang selang minimum 15 m, diameter 1.5 inchi serta mampu mengeluarkan
air 380 liter per menit.

2. Hidrant Halaman (Outdoor Hidrant)
Hidrant halaman adalah hidrant yang terletak di luar suatu
bangunan/gedung, sedangkan instalasi serta peralatannya disediakan serta
dipasang dilingkungan gedung/bangunan tersebut. Hidrant halaman biasanya
menggunakan pipa 4-6 inchi. Panjang selang 30 m dengan diameter 2.5 inchi
serta mampu mengeluarkan air 950 liter per menit.
Setiap bangunan industri harus dilindungi dengan instalasi hidrant
kebakaran dengan ketentuan sebagai berikut : (Kepmen PU No.
11/KPTS/2000)
a) Panjang selang dan pancaran air dapat menjangkau seluruh bangunan
yang dilindungi.
b) Setiap bangunan dengan bahaya kebakaran ringan yang mempunyai luas
lantai minimum 1000 m2 dan maksimum 2000 m2 harus dipasang
minimum 2 titik hidrant, setiap penambahan luas lantai maksimum 1000
m2 harus ditambah minimum satu titik hidrant.
c) Setiap bangunan industri dengan kebakaran sedang yang mempunyai luas
lantai minimum 800 m2 dan maksimum 1600 m2 harus dipasang
minimum dua titik hidrant, setiap penambahan luas lantai maksimum 800
m2 harus ditambah minimum satu titik hidrant.
d) Setiap bangunan industri dengan kebakaran tinggi yang mempunyai luas
lantai minimum 600 m2 dan maksimum 1200 m2 harus dipasang
minimum dua titik hidrant, setiap penambahan luas lantai maksimum 600
m2 harus ditambah minimum satu titik hidrant.

e) Pemasangan hidrant maksimal 50 feet (15m) dari unit yang dilindungi.
Sistem persedian air untuk hidrant dapat berasal dari PDAM, sumur
artesis, sumur galian dengan sistim penampungan, tangki gravitasi, tangki
bertekanan reservoir air dengan sistim pemompaan. Biasanya cadangan air
memiliki kapasitas yang memadai untuk mematikan api selama 30 menit.
Pompa kebakaran harus tersedia dua unit dengan kapasitas yang sama
ditambah dengan satu unit pompa pacu, dimana satu unit sebagai pompa
utama dan satu unit lainnya sebagai cadangan. Kalau bangunan mempunyai
sumber daya listrik dari diesel genset sebagai cadangan, maka pompa hidrant
dalam bangunan tersebut harus terdiri dari pompa hidrant listrik, satu unit
beroperasi dan yang lainnya sebagai cadangan.
Selang pemadam kebakaran dibuat secara khusus dari bahan kanvas,
polyester, dan karet sesuai dengan fungsi yang diperlukan dalam tugas
pemadaman yaitu ;
1) Harus kuat menahan tekanan air yang tinggi
2) Tahan gesekan
3) Tahan pengaruh zat kimia
4) Mempunyai sifat yang kuat
5) Ringan dan elastic
6) Panjang selang air 30 m dengan ukuran 1.5” s/d 2.5”
7) Nozzle memiliki dua tipe yaitu jet (fix nozzle) dan nozzle kombinasi.
Jenis jet digunakan untuk semprotan jarak jauh, sedangkan nozzle

kombinasi dapat diatur dengan bentuk jenis pancaran lurus dan pancaran
spray.
Bangunan kampus dan institusi pendidikan digolongkan bangunan kelas 9b
dan harus dilengkapi dengan ketentuan satu buah per 800 m2 untuk
kompartemen dengan partisi. Penempatan hidrant harus pada posisi berjauhan
(Kepmen PU No. 11/KPTS/2000).
2 Sarana proteksi pasif
Sistem proteksi pasif yaitu proteksi yang dilakukan berdasarkan desain bangunan
sehingga akses untuk petugas pemadam kebakaran, baik ke dalam site maupun ke
dalam bangunan dapat dilakukan dengan cepat, mudah dan aman (Rahman, 2003).
Jenis-jenis sarana proteksi pasif :
a. Rute Penyelamatan
Ada 3 tipe rute penyelamatan diri yang dapat digunakan untuk melarikan
diri dari bahaya kebakaran, yaitu:
1) Langsung menuju tempat terbuka
2) Melalui koridor atau gang
3) Melalui terowongan atau tangga kedap api/asap
Rute penyelamatan diri harus memenuhi syarat sehingga memungkinkan
seluruh penghuni dapat menyelamatkan diri dengan cepat dan aman.
b. Sarana Jalan Keluar
Ketentuan Perda DKI Jakarta/03/1992 mengenai sarana jalan keluar :

1) Setiap bangunan harus memenuhi ketentuan mengenai sarana jalan keluar
kecuali ditentukan lain oleh Gubernur Kepala Daerah sesuai dengan
klasifikasi peruntukkan bangunannya (pasal 46 ayat 1).
2) Ukuran sarana jalan keluar harus dihitung per unit eksit, dengan lebar per
unit eksit adalah 60 cm, kelebihan hitungan dibawah 1 eksit unit
ditentukan dengan pembulatan keatas menjadi bilangan tengahan atau
satuan penuh (pasal 49 ayat 2).
3) Penempatan setiap jalan keluar dan pencapaiannya harus diatur sehingga
dapat digunakan dan dilalui setiap saat (pasal 53 ayat 1).
4) Sarana jalan keluar harus bebas dari rintangan dan selalu siap untuk
digunakan (pasal 59 ayat 1).
c. Tangga Darurat
Tangga yaitu alat tersendiri/bagian dari suatu bangunan untuk turun atau naik
dari satu daratan ke daratan yang lain (Suma’mur,1996). Sedangkan yang
dimaksud dengan tangga darurat menurut SNI 03-1735 (2000) adalah tangga
yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran.
d. Penempatan pintu keluar
Penempatan pintu keluar darurat harus diatur sedemikian rupa sehingga
dimana saja penghuni dapat menjangkau pintu keluar dan tidak melebihi jarak
yang telah ditentukan. Menurut Perda DKI Jakarta/03/1992 bahwa pintu keluar
harus berhubungan langsung dengan jalan penghubung, tangga dan halaman luar,
atau jalan umum dan tidak merupakan pintu dorong atau pintu roda. Selain itu,
pintu keluar harus membuka kearah jalan keluar, mudah dibuka dari dalam tanpa

menggunakan anak kunci, serta dapat terbuka penuh tanpa mengurangi lebar
yang ditentukan.
e. Koridor dan jalan keluar
Koridor dan jalan keluar sangat perlu untuk memperlancar jalannya para
pengungsi keluar meninggalkan daerah kebakaran atau berbahaya menuju tempat
aman apabila terjadi kebakaran. Koridor dan jalan keluar harus tidak licin dan
bebas hambatan. Koridor dan jalan keluar harus berhubungan pintu dan tangga
darurat. Ketentuan Perda DKI Jakarta/03/1992 tentang pintu dan tangga darurat :
1) Setiap ruangan yang digunakan oleh lebih dari 60 orang harus dilengkapi
dengan minimum dua pintu keluar yang ditempatkan berjauhan satu dengan
yang lainnya (pasal 67 ayat 1 ).
2) Pintu keluar harus berhubungan langsung dengan jalan penghubung, tangga
dan halaman luar, atau jalan umum dan tidak merupakan pintu dorong atau
pintu roda (pasal 67 ayat 2).
3) Lebar pintu minimum 90 (Sembilan puluh) cm.
4) Daun pintu jalan keluar harus membuka ke arah jalan keluar; mudah dibuka
dari dalam tanpa menggunakan anak kunci; dapat terbuka penuh tanpa
mengurangi lebar yang ditentukan (pasal 68 ayat 1).
5) Ruang kosong dibawah tangga kebakaran tidak boleh digunakan untuk
kegiatan yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran (pasal 72 ayat 6).
6) Terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dengan konstruksi tahan api
minimum 2 jam (pasal 73 point a).

7) Berhubungan langsung dengan jalan, halaman, atau tempat terbuka yang
langsung berhubungan dengan jalan umum (pasal 73 point c).
8) Semua tangga luar yang permanen dapat digunakan sebagai sarana jalan
keluar bila memenuhi ketentuan yang sama seperti tangga dalam (pasal 75
ayat 1).
f. Petunjuk arah jalan keluar
Petunjuk arah jalan keluar dimaksudkan untuk memudahkan pekerja
menemukan jalan keluar jika terjadi keadaan darurat, termasuk kebakaran.
Menurut Perda DKI Jakarta/03/1992, sarana jalan keluar harus memenuhi hal
sebagai berikut :
a) Tanda jalan keluar dan tanda yang menunjukkan jalan keluar harus
mudah terlihat dan terbaca (pasal 84 ayat 1).
b) Tanda panah sebagai petunjuk arah jalan keluar harus ditempatkan di
setiap titik bila arah jalan menuju keluar terdekat tidak nampak dengan
jelas (pasal 84 ayat 2).
c) Tanda jalan keluar dan penunjuk arah harus berwarna dasar putih dengan
tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih (pasal 84 ayat
6)
g. Pengamanan Rute Penyelamatan/Evakuasi
1) Rute penyelamatan harus bebas dari barang-barang yang dapat
mengganggu kelancaran evakuasi dan mudah dicapai.

2) Koridor, terowongan, tangga darurat harus merupakan daerah aman
sementara dari bahaya api, asap, dan gas.
3) Rute penyelamatan harus diberi penerangan yang cukup dan tidak
tergantung dari sumber utama.

A. Alur Kegiatan Magang
Bagan 3.1 Alur Kegiatan Magang
Pembuatan
Proposal
Penyajian Laporan
(Presentasi/Sidang)
BAB III
ALUR DAN JADWAL KEGIATAN
Langkah pertama yang dilakukan sebelum kegiatan PKL dilaksanakan adalah
menyusun proposal yang kemudian akan disebarluaskan ke perusahaan yang telah dicari
dan direncanakan sebagai tempat PKL. Ketika proposal diterima (accepted), maka
mahasiswa dapat langsung melaksanakan magang sesuai kesepakatan dengan
perusahaan.
Pencarian
Perusahaan
Penyusunan
Laporan
Penyebaran
Proposal
Pelaksanaan Magang :
a. Perkenalan
b. Pengambilan Data
(Primer, Sekunder, dan
Tersier)
c. Observasi lapangan
Pelaksanaan magang mencakup perkenalan, pengambilan data (baik primer,
sekunder), dan observasi lapangan. Setelah kegiatan magang selesai dilaksanakan maka

mahasiswa harus menyusun laporan yang akan dipresentasikan di depan pembimbing
lapangan dan pembimbing akademik.
B. Jadwal Kegiatan PKL
Tabel 3.1.Jadwal Kegiatan PKL di PT. Sanyo Jaya Components Indonesia,
Periode Februari-Maret 2009
No.
Tanggal
(2008)
Kegiatan Tempat Kegiatan
1. 18 Februari Pengambilan seragam HRD
2. 19 Februari
3 20 Februari
4.
Pemberitahuan tentang tata
tertib perusahaan
Perkenalan dengan staff HRD
Observasi lapangan
Mempelajari dokumen SMK3
Trainning room
HRD
Area produksi
HRD
23 Februari Mempelajari dokumen SMK3 HRD
5. 24 Februari
Identifikasi di ruang security
monitoring
Ruang security monitoring
6 25 Februari Pencarian referensi Perpustakaan FKIK
7 26 Februari Identifikasi di bagian cradle
Ruang cradle
8 27 Februari Diskusi dengan pembimbing FKIK
9
4 Maret
Mempelajari sarana proteksi
aktif pada bangunan
HRD

10
11
12
13
5 Maret
6 Maret
10 Maret
11 Maret
14 12 Maret
15
13 Maret
16 16 Maret
17 17 Maret
Mempelajari dokumen
kelengkapan sarana proteksi
aktif pada bangunan
Mempelajari dokumen
kelengkapan sarana proteksi
aktif pada bangunan
Mempelajari dokumen
kelengkapan sarana proteksi
aktif pada bangunan
Mempelajari dokumen
kelengkapan sarana proteksi
aktif pada bangunan
Pengambilan gambar sarana
proteksi aktif pada bangunan
Mempelajari dokumen
kelengkapan sarana proteksi
aktif pada bangunan
Pengambilan gambar sarana
proteksi aktif pada bangunan
Diskusi dengan pembimbing
lapangan
Pengambilan gambar sarana
proteksi pasif pada bangunan
18 18 Maret Pelatihan penggunaan APAR
19 19 Maret Melengkapi data yang kurang
20 20 Maret
Melengkapi data yang kurang
Perpisahan dengan
HRD
HRD
HRD
HRD
New Building
HRD
New Building
HRD
PT Sanyo
Belakang gedung PT
Sanyo
HRD
HRD

pembimbing dan staff HRD

A. Gambaran PT. Sanyo di Indonesia
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
PT. Sanyo Jaya Components Indonesia di Indonesia di dirikan pada tahun 1969
berdasarkan Undang-Undang Penanaman Modal Asing Nomor 1 tahun 1967 dan
mulai beroprasi pada tahun 1970 dengan modal sebesar US$ 1.000,000,- .Sejak
awalnya pada pertengahan tahun 1950-an sampai dengan tahun 1969, produk
SANYO sudah mulai di kenal di Indonesia, salah satu produknya adalah dinamo
sepeda yang merupakan produk pertama pabrik sanyo di Jepang. Kemudian dalam
perkembangannya produk terkenal lainnya dari PT. Sanyo Jaya Components
Indonesia di Indonesia adalah mesin pompa air, sehingga “SANYO” sering di
identikan dengan pompa air.
Sejak berdirinya pabrik pertama di Indonesia pada tahun 1970, PT. Sanyo terus
berkembang pesat, baik dalam perkembangan pabrik, meningkatkan produksi
maupun penjualan. Kini PT. Sanyo Jaya Components di Indonesia telah memiliki 5
perusahaan dengan jumlah karyawan sebanyak 6000 orang dan pada tahun 1992 nilai
Investasi yang di tanamkan sebesar US$ 100 juta. Keseluruhan dari perusahaan PT.
Sanyo Jaya Components Indonesia adalah sebagai berikut:
1. PT. Sanyo Jaya Components Indonesia Inductries Indonesia, Jakarta
2. PT. Sanyo Jaya Components Indonesia, Bogor

a. Divisi DISI ( Disi Division )
b. Divisi Komponen ( Component Division )
3. PT.Sanyo Jaya Components Indonesia Compressor Indonesia, Jawa Barat
4. PT. Sanyo Jaya Components Indonesia Energy (Batam) Corporate, Batam
5. PT. Kumagaya Precision Motor, Batam
B. Sanyo Jaya Components Indonesia – Divisi Disi
PT. Sanyo Jaya Components Indonesia beralamat JL. Raya Bogor Km. 35
Cimanggis Depok West Java Tlp, (021) 8741567 dan di dirikan pada tanggal 14
Maret 1989. Perusahaan ini memproduksi bagian-bagian elektronik, seperti Tuner,
Flyback, Transformer pesawat televisi untuk di eksport.
Dalam perkembangannya pada tanggal 1 SePTember 1991 di dirikan Divisi
sebagai perluasan dari PT. Sanyo Jaya Components Indonesia dengan nilai investasi
yang di tanamkan sebesar US$ 23.000,000,-. PT. Sanyo Jaya Components Indonesia
dengan ini memproduksi Digital Still Camera dan Table Top Type Video Cassete
Recorder.
PT. Sanyo Jaya Components Indonesia telah berbagai macam kemajuan baik
dalam pengembangan perusahaan maupun peningkatan kuantitas produk Sanyo
merupakan bukti nyata komitmen PT. Sanyo Jaya Components Indonesia kepada
masyarakat.
Perkembangan perusahaan ini dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2001, adalah
sebagai berikut:
1. April 1991 :BKPM (Badan Koordinasi PenanamanModal)

Approad PT. Sanyo Jaya Components
Indonesia of
Expend its bussines scope to manufacturing.
2. September 1991 :Complated Pleminary plan, started manufacturing
3. juni 1992 :Cylinder Assembly line ogean preparation
4. April 1993 :Parts Insertation machine and printed circuit
board Assembly began operation.
5. Januari 1994 :Start operation ass Free Zone Company
6. Januari 1997 :Obtain ISO 9002 certficate
7. Februari 1997 :Obtain ISO 1400 1 certicicate
Februari 1998 :Start design for PWB & APPEARREANCE
Desember 1998 :Complated suuplay PWB ASSY and Front
Panel for SID
8. Februari 1999 :Achived ten milliom cumulative production
quantity
Oktober 1999 :Completion of internal computer net work
Desember 1999 :Make local design more than 50 %
9. Maret 2000 :Estabilish library in DIVISI
10.October 2000 :Start production DSC
11.Januari 2001 :Additional Investment for produce DSC
Dalam rangka melaksanakan kegiatan produksi PT. Sanyo Jaya Components
Indonesia – DIVISI di dukung oleh 3.054 karyawan terdiri dari 588 tenaga kerja

wanita tetap, 716 tenaga kerja pria tetap, 1605 tenaga kerja wanita kontrak, 145
tenaga kerja pria kontrak (data sampai akhir bulan desember 2004).
PT. Sanyo Jaya Components Indonesia memiliki 14 departemen yang memiliki
tugas pokok dan fungsi yang berbeda. Tugas pokok dan fungsi dari masing-masing
departemen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Production Planning Department
Membuat dan mengatur rencana produksi untuk produksi jadi.
2. Production Engineering Department
a. Memelihara dan menyimpan peralatan produksi,
b. Memelihara peralatan,
c. Memelihara gedung pabrik
d. Memeriksa model baru yang akan diproduksi,
e. Membuat Assembly Manual,
f. Membuat JTG ( alat bantu ) untuk mendukung produksi,
g. Memelihara dan memperbaharui software untuk keperluan produksi,
h. Menyiapkan alat ukur dan memberikan tanda peralatan, pemeliharaan
alat,
i. Menerima, mendistribusikan, memelihara dan mengendalikan dokumen
j. Enginergi dari kantor pusat di Jepang,
k. Mengendalikan dan memelihara enginergi bill of material.
3. Purchasing Departement
a. Mengendalikan dan melaksanakan pemeliharaan terhadap penerimaan
material,

. Menerima dari supplier dan menyerahkan lokal material ke bagian
receiving
4. SMT Departement
a. Memasang komponen elektronik dengan mesin jumper axial dan radial
secara otomatis dan manual,
b. Merakit komponen,
c. Merakit meecanisme secara lengkap.
5. Material Control Departement
a. Menerima dan menyimpan material / part sementara yang di kirim oleh
supplier,
b. Menyerahkan material / part ke MPR dan buffer W / H,
c. Mengirim material / part ke bagian produksi sesuai rencana produksi.
6. Human Resources Departement
a. Menerima karyawan berdasarkan surat permohonan karyawan dari setiap
Departement
b. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan dasar mutu bagi karyawan baru
7. Export Import Departement
a. Mengatur dokumen material produksi import,
b. Melaksanakan prosedur export produk jadi,
c. Memeliharadan menyimpan produk jadi dan melaksanakan administrasi
Pengiriman.
8. Quality Assurance Departement
a. Melaksanakan inspeksi secara sampling alas produk jadi sebelum di

ekspor,
b. Melakuan ujian daya tahan ( realihiliti test ) sebelum di ekspor,
c. Melakukan pengecekan pada firmware yang akan di pakai untuk
produksi,
d. Melakukan pengecekan pada proses produksi untuk menemukan masalah
sedini mungkin,
e. Menjamin mutu produk jadi melalui insfeksi dalam proses dan insfeksi
akhir video tape,
f. Menyelasaikan tuntutan pelanggan dan kanlor pusat di Jepang,
g. Menyusun audit mutu internal,
h. Mengendalikan dokumen dan data
PT. Sanyo Jaya Components Indonesia mempunyai cara yang beda dengan
perusahaan lain untuk membedakan posisi / jabatan karyawan yaitu dengan warna
pada tanda pengenal ( papan nama ), sebagai berikut:
1. Biru tua : Departemen Manajer
2. Hijau : Manajer Section
3. Oranye : Supervisor
4. Merah Tua : Praktek ( PKL / PSG )
5. Kuning : Group Leader
6. Putih : Tekhnisi, Staff

C. Training Section PT. Sanyo Jaya Components Indonesia
Training section PT. Sanyo Jaya Components Indonesia – DIVISI di bentuk pada
tahun 1996 dan berdasarkan setruktur organisasi perusahaan berada di bawah
Departement Human Resources Development (HRD). Training section bertugas
menyelenggarakan dan mengelola kegiatan pelatihan, baik ekternal training maupun
internal training.

Gambar 4.1 Struktur Organisasi P2K3 PT. Sanyo Jaya Components Indonesia
Ketua P2K3
Vice President Director
Wakil Manajemen
General Manager
DISI Division
Sekretaris P2K3
Manager HRD

Anggota P2K3
Wakil Organisasi
Pekerja
D. Klasifikasi Bahaya Kebakaran
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, jenis bahaya kebakaran yang bisa
terjadi di PT Sanyo Jaya Components Indonesia adalah kebakaran jenis A, yaitu
kebakaran yang menyangkut benda-benda padat kecuali logam dan kebakaran kelas
C, yaitu kebakaran akibat korsleting listrik. Kebakaran kelas C merupakan
kebakaran yang potensi kejadiannya lebih besar. Hal ini karena mengingat PT SJCI
merupakan perusahaan assembly (perakitan kamera digital) yang dalam kegiatan
produksinya banyak menggunakan peralatan listrik.
Menurut Colling (1990), Bird dan Germain (1990) kebakaran jenis A dapat
diatasi dengan menggunakan APAR jenis air, dry powder, karbondioksida, dan busa.
Sedangkan untuk kebakaran jenis C dapat diatasi dengan menggunakan APAR jenis
dry powder, karbondioksida, dan halon. Oleh karena itu APAR yang digunakan di
PT SJCI yaitu APAR jenis dry powder dan karbondioksida.
Anggota P2K3
Penanggung jawab
Dept/Seksi

E. Pencegahan dan Penanggulangan Kejadian Kebakaran
Menurut Suma’mur (1981), pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah
semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan, pengamatan dan pemadaman
kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan keselamatan manusia serta
perlindungan harta kekayaan. Dengan meningkatnya penggunaan bahan-bahan yang
mudah terbakar, pengintensifan pencegahan dan penanggulangan terhadap
kebakaran perlu ditingkatkan, agar kerugian-kerugian menjadi sekecil mungkin.
Pencegahan kebakaran lebih ditekankan kepada usaha-usaha yang memindahkan
atau mengurangi terjadinya kebakaran. Penanggulangan lebih ditekankan kepada
tindakan-tindakan terhadap kejadian kebakaran, agar korban menjadi sesedikit
mungkin. Sarana proteksi kebakaran berguna sebagai pencegah dan penanggulangan
kebakaran. Peran sebagai pencegah yaitu dengan adanya detektor kebakaran yang
berfungsi memberi sinyal/tanda jika terdapat tanda-tanda munculnya api. Sedangkan
peran sebagai penanggulangan kebakaran yaitu dengan adanya APAR dan hidrant
yang berfungsi memadamkan api sebelum api menjadi besar dan menimbulkan
kerugian yang lebih banyak.
Pencegahan kebakaran yang dilakukan PT Sanyo Jaya Components Indonesia
dilakukan dengan cara penetapan standar dalam menyimpan material yang mudah
terbakar. Bahan yang mudah terbakar harus ditempatkan jauh dari sumber api (panel
listrik, kabel listrik, ruang merokok) serta diberi tanda, tinggi penyusunannya kurang
dari 1,5 dari atap bangunan serta harus ditempatkan APAR. Penempatan bahan yang

mudah terbakar ditempat yang khusus merupakan cara untuk mengurangi terjadinya
kebakaran.
Sedangkan penanggulangan kebakaran yang dilakukan yaitu dengan cara segera
melakukan pemadaman kebakaran dengan menggunakan APAR apabila ada
kejadian kebakaran. Mematikan aliran listrik dan peralatan listrik yang menuju
lokasi kebakaran. Kemudian memecahkan kaca fire alarm dan tekan tombol alarm di
dalamnya untuk memberitahukan kepada petugas keamanan tentang dimana lokasi
terjadinya kebakaran. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah kebakaran supaya
tidak menjadi lebih besar dan menimbulkan lebih banyak kerugian.
F. Pelatihan Pemadaman Kebakaran
Keberhasilan penanggulangan kebakaran/keadaan darurat sangat tergantung pada
sistim latihan (Sahab, 1997). Isi latihan tanggap darurat kebakaran diantaranya
adalah latihan pemakaian alat-alat pemadam kebakaran, cara pakai dan bagaimana
caranya mengatasi api kebakaran.
Pelatihan pemadaman di PT SJCI dilakukan dalam satu periode, minimal satu
tahun sekali. Pelatihan ini diberikan kepada aggota tim pencegahan dan
pengendalian kebakaran dari setiap departemen ataupun karyawan lain yang belum
mendapatkan pelatihan. Materi pelatihan yang diberikan berupa teori dan praktek
simulasi penggunaan APAR dan hidrant.
Dalam pelatihan kebakaran di PT.SJCI, para pekerja tidak hanya dituntut untuk
mengenal alat-alat pemadam saja tetapi juga harus mengerti cara menggunakannya

sehingga apabila terjadi kebakaran kecil, pekerja diharapkan bisa segera
mengatasinya. Sistem latihan teori dan praktek yang diberikan kepada karyawan,
diharapkan bisa menanggulangi kebakaran dan mencegah timbulnya bahaya yang
lebih besar.
G. Peletakan Alat Pemadam Kebakaran
Untuk penempatan APAR seperti yang sudah diatur dalam Permenaker No.
04/Men/1980 mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :
1. Diletakkan setiap jarak 15 meter
2. Harus siap dipakai pada waktunya
3. Pada jalur keluar
4. Ditempat yang mudah dilihat dan dijangkau
5. Tidak terkunci
6. Memperhatikan jenis dan sifat bahan yang dapat terbakar
7. Memperhatikan suhu sekitarnya
8. Setiap orang dapat mengoperasikan dengan benar serta tidak membahayakan
Penempatan APAR di PT.SJCI diutamakan didekat pintu keluar masuk
karyawan, panel listrik serta peralatan listrik yang bisa menimbulkan panas tinggi.
Setiap APAR diberi tanda segitiga tepat diatasnya supaya mudah dicari dan dilihat
dari tempat yang jauh. Jumlah APAR yang ada disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan tetapi jarak APAR yang satu dengan yang lain maksimal 15. Secara
umum peletakan APAR di PT.SJCI sudah sesuai dengan ketentuan yang ada.

H. GAMBARAN SARANA PROTEKSI AKTIF
Sistem proteksi aktif yaitu proteksi yang dilakukan pada bangunan terhadap
bahaya kebakaran dengan menggunakan sistem perlindungan secara langsung atau
sarana aktif peralatan pemadaman api seperti halnya APAR, hidran, sprinkler, alarm,
alat deteksi, dan peralatan pemadaman lainnya (Rahman, 2003). Sarana proteksi
aktif yang terdapat di PT Sanyo Jaya Components Indonesia, yaitu:
1. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
APAR yang digunakan di PT Sanyo Jaya Components Indonesia yaitu
APAR powder dan APAR CO2. Hal ini disesuaikan dengan jenis kebakaran yang
terdapat di PT Sanyo Jaya Components Indonesia yaitu kebakaran kelas A dan C.
Penempatan APAR powder dan APAR CO2 tergantung dari potensi bahaya
kebakaran yang terdapat di setiap area. Untuk daerah yang kebersihannya sangat
diutamakan seperti di ruang HRD atau GA, APAR yang digunakan adalah
APAR CO2 karena APAR CO2 lebih bersih daripada menggunakan APAR
powder. Pada bagian produksi, di lorong-lorong, jarak dalam penempatan APAR
yang satu dengan APAR yang lain kurang dari 15m.
Penempatan APAR di PT Sanyo Jaya Components Indonesia sudah hampir
sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.Per.04/MEN/1980. Akan tetapi peletakan APAR di PT Sanyo Jaya
Components Indonesia hanya ditaruh dilantai dan beralaskan papan berbentuk
persegi, hal ini tidak sesuai dengan peletakan APAR yang seharusnya digantung
dengan ketinggian 125 cm dari lantai.

APAR CO2 dan APAR powder memiliki ukuran yang berbeda. APAR
CO2 lebih besar daripada APAR powder. APAR CO2 berwarna hijau dan merah
sedangkan APAR powder berwarna merah. Pengecekan APAR dilakukan setiap
tahun dengan cara memeriksa segel, kondisi tabung, katup, tanda/stiker, dan
tanggal expire. Jika ditemukan APAR yang kondisinya tidak memungkinkan,
maka akan diperbaiki atau diganti dengan yang baru.
Pewarnaan tabung APAR yang berwarna merah sudah sesuai dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.04/MEN/1980 yaitu
berwarna merah. Tetapi mengenai pemeriksaan APAR masih ada yang tidak
sesuai yaitu menimbang. Pemeriksaan APAR di PT Sanyo Jaya Components
Indonesia tidak dilakukan dengan cara menimbang, yaitu hanya dengan
memeriksa segel, kondisi tabung, katup, tanda/stiker, dan tanggal expire.
2. Hidrant
Gambar 4.1 Alat Pemadam Api Ringan

Instalasi Hidrant adalah suatu sistim pemadam kebakaran tetap yang
menggunakan media air bertekanan yang disalurkan melalui pipa-pipa dan selang
kebakaran (Muhaimin, 2004). Hidrant biasanya dilengkapi dengan selang (Fire
Hose) yang disambungkan dengan kepala selang (Nozzle) yang tersimpan rapih
di dalam suatu kotak baja dengan cat warna merah mencolok.
Di PT SJCI hanya terdapat hidrant gedung (indoor), untuk hidrant
halaman saat ini belum ada. Seluruh box hidrant berwarna merah dengan tulisan
“hidrant” berwarna putih. Disetiap hidrant terdapat identitas yang menunjukkan
nomor dan letak hidrant tersebut. Misalnya HO5-NB-FL3, HO5 menunjukkan
nomor hidrant, NB (PT Sanyo Jaya Components Indonesia) menunjukkan letak
hidrant dan FL3 (Floor 3) menunjukkan hidrant tersebut berada di lantai 3. jadi
HO5-NB-FL3 menunjukkan hidrant tersebut nomor HO5, terletak di gedung
baru lantai 3. Di setiap hidrant juga dilengkapi dengan penanggung jawab
masing-masing dan nomor telepon ekstensi yang bisa dihubungi. Terdapat juga
instruksi tentang tata cara penggunaan hidrant.
Instalasi hidrant sudah sesuai dengan Perda DKI Jakarta No.3 tahun
1992, yaitu terdapat hidrant gedung yang di letakkan ditempat yang mudah
dicapai dan keadaannya selalu siap pakai.
Gambar 4.2 Hidrant

3. Detektor
Terdapat 2 jenis detektor di PT SJCI, yaitu detektor panas (heat detektor)
dan detektor asap (smoke detektor). Penempatan detektor panas dan detektor asap
tergantung dari kemungkinan bahaya yang ada. Detektor panas ditempatkan pada
bagian produksi sedangkan detektor asap ditempatkan di ruang yang terbuka
seperti gudang.
Apabila detektor mendeteksi kemungkinan bahaya kebakaran (asap yang
berlebihan atau panas yang tinggi), maka lampu detektor akan menyala. Setiap
detektor sudah dihubungkan dengan fire kontrol panel yang ada di ruang security
monitoring. Jika lampu detektor nyala, maka lampu fire kontrol panel akan
menyala diikuti dengan suara alarm. Petugas keamanan akan melihat lampu fire
kontrol panel yang menyala tersebut ada di warna apa dan zona berapa. Setiap
lampu di fire kontrol panel ditandai dengan warna yang berbeda-beda dan tertulis
angka yang menunjukkan berada di zona berapa (misalnya zona I, zona II, dst).
Dari zona dan warna pada fire kontrol panel, petugas keamanan akan melihat

peta zona alarm sistem dengan mencocokkan warna dan zona pada peta zona
alarm sistem. Sehingga dapat diketahui detektor yang menyala tersebut terdapat
di bagian apa.
4. Alarm Kebakaran
Gambar 4.3 Detektor
Alarm kebakaran adalah komponen dari sistim yang memberikan isyarat atau
tanda adanya suatu kebakaran. Menurut peraturan KepMen PU No.
11/KPTS/2000, tujuan pemasangan alarm kebakaran adalah untuk memberikan
peringatan kepada penghuni akan adanya bahaya kebakaran, sehingga dapat
melakukan tindakan proteksi dan penyelamatan dalam kondisi darurat dan juga
untuk memudahkan petugas pemadam kebakaran untuk mengidentifikasi titik
awal terjadinya kebakaran.
Alarm yang terdapat di PT Sanyo Jaya Components Indonesia adalah alarm
tombol tekan dan terletak menyatu dengan box hidrant. Alarm ini terhubung
dengan fire kontrol panel yang terdapat di ruang security monitoring. Apabila
terjadi kebakaran maka orang yang pertama menemukan kebakaran harus
menekan tombol tersebut. Jumlah alarm kebakaran di PT Sanyo Jaya
Components Indonesia sama dengan jumlah hidrant yaitu sebanyak 5 buah.

Apabila dibandingkan dengan Perda DKI Jakarta No.3 tahun 1992, alarm
yang terdapat di PT Sanyo Jaya Components Indonesia telah sesuai dengan
standar karena memenuhi pasal 88 (terdapat instalasi alarm kebakaran), pasal 24
(titik panggil terlihat dengan jelas dan mudah dijangkau), pasal 29 (berada dalam
kondisi baik dan siap dipakai) dan pasal 31 (merupakan alarm otomatis berupa
smoke detektor dan heat detektor dan terhubung dengan pos kebakaran).
Gambar 4.4 Alarm Kebakaran
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Sarana Proteksi Aktif
di PT Sanyo Jaya Components Indonesia 2009
No Sarana Pemadam
Kebakaran
Kuantitas Kualitas
1. APAR APAR jenis CO2 : 83 Berfungsi baik dan
buah tersebar di setiap penempatan mudah
lantai
dilihat (terdapat tanda
APAR jenis powder : berbentuk segitiga
97 buah dan tersebar berwarna merah
di setiap lantai diatas APAR)

2. Hidrant 24 buah hidrant
gedung, tidak terdapat
hidrant halaman
3. Detektor Kebakaran Terdapat dua jenis
detektor, yaitu
detektor panas dan
detektor asap
4. Alarm Kebakaran 24 buah alarm
kebakaran,
penempatannya
menyatu dengan
hidrant
5. Sprinkler Tidak terdapat
sprinkler di PT Sanyo
Jaya Components
Indonesia
Sarana
Protektif
Aktif
Berfungsi baik dan
penempatan mudah
dilihat (tidak
terhalang)
Berada dalam kondisi
baik, penempatan
terdapat di langitlangit
serta
tersambung dengan
fire control panel
yang terdapat di pos
keamanan
Berada dalam kondisi
baik, penempatannya
mudah dilihat
(menyatu dengan
hidrant) serta
terhubung dengan fire
control panel yang
terdapat di pos
keamanan
Tidak terdapat
sprinkler di PT Sanyo
Jaya Components
Indonesia
Tabel 4.2 Kesesuaian Sarana Proteksi Aktif Dengan Standar
Kenyataan di
Lapangan
Standar Perbandingan Kesesuaian Keterangan

APAR
Sarana
Protektif
Aktif
1. APAR
ditempatkan di
sisi dinding
dilengkapi
dengan tanda
“Alat
Pemadam
Api” diatasnya
berbentuk
segitiga.
2. Tinggi tanda
“Pemadam”
125 cm dari
dasar lantai
diatas tabung
APAR
3. Penempatan
APAR
berdasarkan
kebutuhan dan
jenis bahaya
kebakaran,
(APAR dry
chemical dan
CO2 untuk
kelas A dan C)
Kenyataan di
Lapangan
1. Setiap
satu/kelompok
APAR harus
ditempatkan pada
posisi yang mudah
dilihat dengan jelas,
mudah dicapai dan
diambil serta
dilengkapi dengan
pemberian tanda
pemasangan.(Pasal
4: 1)
2. Tinggi pemberian
tanda adalah 125 cm
dari dasar lantai
tepat diatas satu atau
kelompok APAR
bersangkutan. (Pasal
4:3)
3. Pemasangan dan
penempatan APAR
harus sesuai dengan
jenis dan
penggolongan
kebakaran.(Pasal
4:4)
Standar Perbandingan
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Kesesuaian
Keputusan
Menteri
Tenaga Kerja
dan
Trasmigrasi
No. 04 Tahun
1980
Keputusan
Menteri
Tenaga Kerja
dan
Trasmigrasi
No. 04 Tahun
1980
Keputusan
Menteri
Tenaga Kerja
dan
Transmigrasi
No. 04 tahun
1980
Keterangan

APAR
Hidran
Fire
detektor
Sarana
Protektif
Aktif
4. Jarak antar
APAR

Alarm
Kebakaran
1. Terdapat
intalasi alarm
kebakaran
2. Berada dalam
kondisi baik
dan siap pakai
(berdasarkan
observasi dan
wawancara)
Sprinkler Tidak terdapat
sistem instalasi
pemercik air
otomatis
(sprinkler) di
bangunan pabrik
I. Sarana Proteksi Pasif
1. Terdapat instalasi
alarm kebakaran di
bangunan pabrik
(pasal 88:1)
2. Instalasi alarm harus
selalu dalam kondisi
baik dan siap pakai
(pasal 29:2)
Terdapat instalasi
pemercik air otomatis
(pasal 33)
Sesuai
Sesuai
Tidak
sesuai
Perda DKI
Jakarta/03/
1992
Perda DKI
Jakarta/03/
1992
Sistem proteksi pasif yaitu proteksi yang dilakukan berdasarkan desain bangunan
sehingga akses untuk petugas pemadam kebakaran, baik ke dalam site maupun ke
dalam bangunan dapat dilakukan dengan cepat, mudah dan aman (Rahman, 2003).
Sarana proteksi pasif yang terdapat di PT Sanyo Jaya Components Indonesia yaitu:
1. Jalan keluar (exit route)
Sarana jalan keluar sangat perlu untuk memperlancar jalannya para
pengungsi keluar meninggalkan daerah kebakaran menuju tempat yang aman.
Koridor dan jalan keluar harus tidak licin dan bebas hambatan. Sarana jalan
keluar harus berhubungan dengan pintu dan tangga darurat (Modul FKM UI).
Di PT Sanyo Jaya Components Indonesia terdapat dua jalan keluar
yang terhubung ke pintu dan keluar bangunan. Jalan keluar merupakan jalan

yang biasa dilewati pekerja setiap hari untuk menuju keluar gedung. Jalan
tersebut bebas hambatan sehingga tidak mengganggu aktivitas para pekerja
yang hendak berlalu lalang.
Sarana jalan keluar di PT Sanyo Jaya Components Indonesia sudah
cukup memenuhi syarat karena sudah memenuhi Perda DKI Jakarta/03/1992
yaitu memenuhi ketentuan mengenai sarana jalan keluar (pasal 46 ayat 1),
penempatan setiap jalan keluar dan pencapaiannya harus diatur sehingga dapat
digunakan dan dilalui setiap saat (pasal 53 ayat 1), dan sarana jalan keluar
harus bebas dari rintangan dan selalu siap untuk digunakan (pasal 59 ayat 1).
2. Tangga dan pintu darurat
Tangga yaitu alat tersendiri/bagian dari suatu bangunan untuk turun atau
naik dari satu daratan ke daratan yang lain (Suma’mur,1996). Sedangkan yang
dimaksud dengan tangga darurat menurut SNI 03-1735 (2000) adalah tangga
yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi kebakaran.
Menurut Perda DKI Jakarta/03/1992 pintu keluar harus berhubungan
langsung dengan jalan penghubung, tangga dan halaman luar, atau jalan umum
dan tidak merupakan pintu dorong atau pintu roda. Selain itu, pintu keluar harus
membuka kearah jalan keluar, mudah dibuka dari dalam tanpa menggunakan
anak kunci, serta dapat terbuka penuh tanpa mengurangi lebar yang ditentukan.
Tangga dan pintu darurat yang terdapat di PT Sanyo Jaya Components
Indonesia terbuat dari besi dan terdapat di lantai 3 di belakang gedung. Pintu
darurat tersebut selalu tertutup dan tidak terkunci. Di lantai 1 dan 2 tidak terdapat
tangga dan pintu darurat, hanya tangga dan pintu yang biasa digunakan pekerja

setiap hari. Pintu dan tangga tersebut juga bisa digunakan sebagai tangga dan
pintu darurat jika terjadi kebakaran.
Keberadaan pintu darurat sudah sesuai dengan Perda DKI
Jakarta/03/1992 yaitu pintu keluar harus berhubungan langsung dengan jalan
penghubung, tangga dan halaman luar, atau jalan umum dan tidak merupakan
pintu dorong atau pintu roda (pasal 67 ayat 2). Keberadaan tangga darurat juga
sudah sesuai dengan Perda DKI Jakarta/03/1992 yaitu ruang kosong dibawah
tangga kebakaran tidak boleh digunakan untuk kegiatan yang dapat
menimbulkan bahaya kebakaran (pasal 72 ayat 6), Terbuat dari bahan yang
tidak mudah terbakar dengan konstruksi tahan api minimum 2 jam (pasal 73
point a), berhubungan langsung dengan jalan, halaman, atau tempat terbuka
yang langsung berhubungan dengan jalan umum (pasal 73 point c), dan semua
tangga luar yang permanent dapat digunakan sebagai sarana jalan keluar bila
memenuhi ketentuan yang sama seperti tangga dalam (pasal 75 ayat 1).
3. Tanda keluar
Gambar 4.5 Tangga dan Pintu Darurat

Petunjuk arah jalan keluar dimaksudkan untuk memudahkan pekerja
menemukan jalan keluar jika terjadi keadaan darurat, termasuk kebakaran.
Tanda keluar yang ada di PT Sanyo Jaya Components Indonesia
berupa tulisan “EXIT” berwarna putih dengan dasar berwarna hijau. Warna
tersebut akan terlihat bercahaya jika berada di ruang yang gelap. Jadi apabila
listrik padam karena kebakaran, pekerja masih bisa melihat petunjuk arah
tersebut. Hal ini sudah sesuai dengan Perda DKI Jakarta/03/1992 yaitu tanda
jalan keluar dan tanda yang menunjukkan jalan keluar harus mudah terlihat
dan terbaca (pasal 84 ayat 1), tanda panah sebagai petunjuk arah jalan keluar
harus ditempatkan di setiap titik bila arah jalan menuju keluar terdekat tidak
nampak dengan jelas (pasal 84 ayat 2) dan tanda jalan keluar dan petunjuk
arah harus berwarna dasar putih dengan tulisan hijau atau berwarna dasar
hijau dengan tulisan putih (pasal 84 ayat 6).
Gambar 4.6 Tanda Keluar
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Sarana Proteksi Pasif

di PT Sanyo Jaya Components Indonesia 2009
No Sarana Pemadam
Kebakaran
Kuantitas Kualitas
1. Jalan Keluar 3 buah sarana jalan Bersih dan tidak
keluar dengan tipe terhalang apapun
langsung menuju
tempat terbuka
2. Tangga dan Pintu Darurat 1 buah tangga dan
pintu darurat di
belakang gedung
yang langsung
berhubungan dengan
halaman
3. Tanda Keluar Tanda petunjuk arah
keluar terdapat
disetiap pintu
keluar, bertuliskan
“EXIT” berwarna
putih dengan warna
dasar hijau.
4. Sistem Pengendali Asap Tidak terdapat
sistem pengendali
asap khusus, hanya
ventilasi biasa
Berada dalam
kondisi baik serta di
bagian bawah
tangga tidak
digunakan untuk
kegiatan apapun
Penempatan mudah
dilihat dan tidak
terhalang apapun
Tidak terdapat
sistem pengendali
asap khusus, hanya
ventilasi biasa

Sarana
Protektif
Pasif
Sarana Jalan
Keluar
Penunjuk
Arah Jalan
Keluar
Tangga dan
Pintu Darurat
Tabel 4.2 Kesesuaian Sarana Proteksi Pasif Dengan Standar
Kenyataan di
Lapangan
1. Terdapat sarana
jalan keluar
2. Sarana jalan keluar
merupakan jalan
yang biasa dilalui
pekerja setiap hari
3. Sarana jalan
keluar bebas
hambatan dan
siap untuk
digunakan
1. Terdapat
petunjuk arah
jalan keluar
yang mudah
terlihat
2. Berupa tulisan
”EXIT”
berwarna putih
dengan warna
dasar putih
1. Terdapat
tangga dan
pintu darurat
Standar Perbandingan Kesesuaian Keterangan
1. Setiap bangunan harus
memenuhi sarana jalan
keluar dan memenuhi
ketentuan (pasal 46:1)
2. Penempatan jalan keluar
dan pencapaiannya harus
diatur sehingga dapat
digunakan dan dilalui
setiap saat (pasal 53:1)
3. Sarana jalan keluar harus
bebas dari rintangan dan
selalu siap untuk
digunakan (pasal 59:1)
1. Terdapat tanda jalan
keluar (pasal 84:1)
2. Tanda jalan keluar dan
penunjuk arah harus
berwarna dasar putih
dengan tulisan hijau atau
berwarna dasar hijau
dengan tulisan putih
(pasal 84 ayat 6).
1. Terdapat pintu
kebakaran (pasal 67)
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Perda DKI
Jakarta/03/ 1992
Perda DKI
Jakarta/03/ 1992
Perda DKI
Jakarta/03/ 1992

Sarana
Protektif
Pasif
Tangga dan
Pintu Darurat
Sistem
Pengendali
Asap
Kenyataan di
Lapangan
2. Daun pintu
membuka
kearah luar
dan tidak
terkunci
3. Dibawah
tangga tidak
digunakan
untuk kegiatan
apapun
4. Tangga terbuat
dari besi
5. Berhubungan
dengan
halaman
belakang
6. Tangga
dilengkapi
dengan
pegangan
Tidak terdapat
sistem pangendali
asap khusus
Standar Perbandingan Kesesuaian Keterangan
2. Daun pintu harus
membuka kearah luar
dan tidak terkunci (pasal
68:1)
3. Ruang kosong dibawah
tangga tidak boleh
digunakan untuk
kegiatan (pasal 72:6)
4. Setiap tangga kebakaran
harus terbuat dari bahan
yang tidak mudah
terbakar (pasal 73 point
a)
5. Berhubungan langsung
dengan jalan, halaman,
atau tempat terbuka yang
langsung berhubungan
dengan jalan umum
(pasal 73 point c)
6. Tangga luar harus
dilengkapi dengan pagar
pengaman (pasal 75:2)
Setiap bangunan menengah
harus dilindungi sistem
pangendali asap (pasal 112 :
1)
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Perda DKI
Jakarta/03/ 1992
Tidak sesuai Perda DKI
Jakarta/03/ 1992

A. Kesimpulan
1. Gambaran Perusahaan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
PT Sanyo Jaya Components Indonesia merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang assembly (perakitan kamera digital) yang dalam kegiatan
produksinya banyak menggunakan bahan yang mudah terbakar dan listrik
yang bertegangan tinggi sehingga berpotensi menimbulkan terjadinya bahaya
kebakaran.
2. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
a. Pencegahan kebakaran dilakukan dengan cara penetapan standar dalam
menyimpan material yang mudah terbakar. Bahan yang mudah terbakar
harus ditempatkan jauh dari sumber api (panel listrik, kabel listrik, ruang
merokok) serta diberi tanda.
b. Penanggulangan kebakaran dilakukan dengan cara segera melakukan
pemadaman kebakaran dengan menggunakan APAR bila ada kejadian
kebakaran serta mematikan aliran listrik dan peralatan listrik yang
menuju lokasi kebakaran.
3. Sarana Proteksi Kebakaran
a. Sarana proteksi aktif yang terdapat di PT Sanyo Jaya Components
Indonesia yaitu: APAR, hidrant, alarm kebakaran, dan detektor kebakaran

B. Saran
dengan kondisi rata-rata sudah memenuhi standar walaupun belum secara
keseluruhan, namun belum terdapat instalasi sprinkler.
b. Sarana proteksi pasif yang terdapat di PT Sanyo Jaya Components
Indonesia yaitu: sarana jalan keluar, petunjuk arah jalan keluar, tangga
darurat, pintu darurat dengan kondisi rata-rata sudah memenuhi standar
yang berlaku, hanya saja belum terdapat sistem pengendali asap.
1. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
a. Maintenance peralatan kerja, terutama yang menggunakan listrik secara
rutin untuk mencegah terjadinya korsleting listrik yang dapat berujung
pada kejadian kebakaran.
b. Mengadakan kegiatan fire drill untuk lebih meningkatkan kesiapan para
pekerja untuk menghadapi kejadian kebakaran yang bisa terjadi kapan
saja.
2. Sarana Proteksi Kebakaran
a. Memasang instalasi sprinkler sehingga dapat menurunkan resiko kejadian
kebakaran yang parah.
b. Memasang sistem pengendali asap untuk mengurangi bahaya asap jika
terjadi kebakaran.
c. Peletakan APAR sebaiknya digantung karena jika diletakkan di lantai
dikhawatirkan bisa mengganggu mobilitas pekerja.

DAFTAR PUSTAKA
Achmid, M. Penuntun Keselamatan Kerja. 1990. Jakarta : PT United Tractors.
Asfahl, C.Ray. Industrial Safety and Health Management, second edition. 1990. New
Jersey.
Himpunan Peraturan Perundang – undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Departemen Tenaga Kerja RI, Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan
Indutrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan.
ILO. Dasar – Dasar Keselamatan Kerja Bidang Kimia dan Pengendalian Bahaya
Besar. 1991. Geneva : International Labour.
Keputusan Mentri Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 “Ketentuan Teknis Pengamatan
Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan”.
Jakarta.
Keputusan Mentri Tenaga Kerja No. Kep. 186 / Men / 1999 “Tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran Di Tempat Kerja”. Jakarta.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 04/Men/1980; tentang
penempatan APAR.
Modul Kesehatan dan Keselamatan Kerja FKM UI. Fire Prevention and Protection
Program. Jakarta : UI Press.
Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992; Tentang Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Dalam Wilayah DKI.
P.K., Dr. Suma’mur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. 1981. Jakarta :
PT. Toko Gunung Agung.
P.K., Dr. Suma’mur. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. 1996. Jakarta :
PT. Toko Gunung Agung.
Santoso, Gempur, Dr. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2004. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
Standar Nasional Indonesia 03-1735. 2000. Tentang Akses Bangunan dan Lingkungan.
Triasbudi, Henry, Ir, Msc. Dalam Sifat-sifat dan Dinamika Api. Jakarta: Direktorat
Pengolahan PERTAMINA, 1998.
www.nfpa-org/assets/files/PDF/Research/FPHcampusfiresafety.pdf.