Cover dan Balikan.cdr - Pusat Litbang Hutan Tanaman
Cover dan Balikan.cdr - Pusat Litbang Hutan Tanaman Cover dan Balikan.cdr - Pusat Litbang Hutan Tanaman
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 9 No. 2 , Juni 201 2 , 105 - 120 penanaman, pemeliharaan, pemupukan, dan pemanenan yang disajikan dalam Tabel 6. b. Pendapatan Tanaman Obat Penaksiran nilai finansial pendapatan diketahui dengan cara mengalikan antara produksi fisik per jenis tanaman dengan harga jual menurut bentuk fisik komoditi tersebut di tingkat petani sebagaimana tertera pada Tabel 7 dan 8. Tabel 8 memperlihatkan bahwa pendapatan dari tanaman obat berkorelasi positif dengan luasan lahan yang dimiliki petani. Semakin luas lahan yang diusahakan untuk tanaman obat, maka semakin tinggi tingkat pendapatannya. Petani pada strata luasan lahan 1,0 ha 110 sampai dengan > 2,0 ha memilih menanam dua jenis tanaman obat yaitu kapulaga dan jahe, karena dianggap peluang pasarnya lebih terbuka serta tingkat harga yang lebih stabil daripada hasil tanaman obat lainnya. Petani pada strata luas lahan kurang dari 1 ha yang juga mengusahakan tanaman semusim seperti kacang panjang dan mentimun, tidak memperoleh pendapatan yang signifikan. Hal tersebut dikarenakan produksi tanaman semusim yang rendah akibat ditanam dalam luasan yang sempit, harus berbagi dengan tanaman lainnya, serta harga jual yang relatif rendah daripada tanaman obat, sehingga hasil tanaman semusim hanya dapat digunakan untuk konsumsi keluarga petani. Tabel ( Table) 7. Produksi fisik dan harga jual tanaman obat-obatan dan tanaman semusim ( Physical production and selling price of medicinal and seasonal plants) Jenis komoditi (Type of commodity) Bentuk (shape) < 0,5 ha Produksi (production) (kg/ha) Harga jual 0,5 – 1,0 ha 1,0 – 1,5 ha 1,5 – 2,0 ha > 2,0 ha (selling price) (Rp/ kg) 1. Kapulaga Gelondong kering 7,68 25,29 77,76 104,64 177,60 27.000 2. Jahe Rimpang basah 116,54 383,62 1.179,77 1.587,59 2.694,53 4.500 3. Kencur Rimpang basah 75,42 248,24 0,00 0,00 0,00 4.500 4. Kunyit Rimpang basah 54,17 178,31 0,00 0,00 0,00 3.000 5. Kacang panjang 3,84 12,64 0,00 0,00 0,00 1.000 6. Mentimun 8,40 27,66 0,00 0,00 0,00 1.000 Sumber ( Sources):Analisis data primer (2006) ( primary data analysis ( 2006)) Tabel ( Table) 8. Pendapatan dari tanaman obat dan tanaman semusim di tingkat petani ( Revenue of medicinal and seasonal plants in farmer level) Jenis komoditi Pendapatan (Revenue) (Rp) (Type of Commodity) < 0,5 ha 0,5 – 1,0 ha 1,0 – 1,5 ha 1,5 – 2,0 ha > 2,0 ha 1. Kapulaga 207.360 682.697 2.099.520 2.825.280 4.795.200 2. Jahe 524.430 1.726.298 5.308.965 7.144.133 12.125.363 3. Kencur 339.390 1.117.086 0 0 0 4. Kunyit 162.510 534.937 0 0 0 5. Kacang panjang 3.840 12.643 0 0 0 6. Mentimun 8.400 27.656 0 0 0 Total 1.245.930 4.101.315 7.408.485 9.969.413 16.920.563 Sumber ( Sources): Analisis data primer (2006) ( primary data analysis ( 2006)) 2. Analisis finansial tanaman kayu Budidaya tanaman kayu di tiga desa penelitian sudah menjadi mata pencaharian pokok masyarakatnya, apalagi tiga desa ini menjadi daerah prioritas untuk pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Cilacap bagian utara. Hal ini dimungkinkan karena daerah ini memiliki ketinggian di atas 100 m dpl dan memiliki lereng yang curam, sehingga diperlukan penanaman tanaman kayu, untuk menghindari banjir dan longsor. Keuntungan yang dirasakan oleh petani dalam mengelola tanaman kayu bersifat ekonomis, yaitu hasilnya mudah dijual, dalam jangka panjang dapat menambah pendapatan jika dikelola dengan baik dan dapat dijadikan tabungan di kala membutuhkan biaya (mem-
angun rumah, hajatan, biaya sekolah, dan berobat). Selain itu terdapat keuntungan ekologis, yaitu tanaman kayu cocok ditanam, serasahnya dapat menyuburkan lahan, menyegarkan udara, menambah mata air, serta menahan longsor. Pembangunan hutan rakyat pola wanafarma ini meliputi 1) Persiapan lahan, 2) Penanaman meliputi pengadaan bibit dan media tanam, 3) Pemeliharaan meliputi pemberian pupuk, insektisida, dan pestisida, serta 4) Biaya tenaga kerja untuk melakukan persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan yang meliputi penyiangan lahan, Analisis Finansial Usahatani Hutan Rakyat Pola Wanafarma di Majenang, Jawa Tengah Tri Sulistyati Widyaningsih dan Budiman Achmad dan biaya penjarangan. Tanaman kayu yang banyak dikembangkan di Desa Bener, Desa Sepatnunggal, dan Desa Sadahayu adalah mahoni dengan daur 20 tahun dan albasia dengan daur 10 tahun. a. Analisis biaya pembangunan tegakan Analisis biaya pembangunan tegakan dalam kajian ini, dilakukan untuk masing-masing jenis kayu yang ditumpangsarikan dengan tanaman obat. Analisis biaya untuk kedua jenis kayu dapat dilihat pada Tabel 9 dan 10. Tabel ( Table) 9. Biaya pengusahaan tanaman mahoni ( Cost of mahogany plants cultivation) (Rp/ ha) Jenis kegiatan Tahun ke Luas lahan (Land area) (ha) (Type of activity) (years to…) < 0,5 0,5 – 1,0 1,0 – 1,5 1,5 – 2,0 > 2,0 1. Pengadaan bibit 2. Tenaga kerja 1 29.525 72.420 267.794 323.489 418.692 a. Pembersihan lahan b. Pembuatan ajir dan 1 32.540 25.730 34.255 68.530 102.875 lubang tanam 1 32.540 25.730 34.255 68.530 102.875 c. Penanaman 1 32.540 25.730 34.255 68.530 102.875 d. Pemupukan 1 32.540 25.730 34.255 68.530 102.875 3. Pemeliharaan 1 2 44.568 28.702 119.360 126.968 271.545 4. Pemeliharaan 2 3 44.568 28.702 119.360 126.968 271.545 5. Pemeliharaan 3 4 44.568 28.702 119.360 126.968 271.545 6. Penjarangan 1 5 81.108 69.355 310.697 396.022 676.197 7. Penjarangan 2 10 81.108 69.355 310.697 396.022 676.197 8. Penjarangan 3 15 81.108 69.355 310.697 396.022 676.197 Total 536.713 469.511 1.694.985 2.166.579 3.673.418 Sumber ( Sources):Analisis data primer (2006) ( primary data analysis ( 2006)) Tabel ( Table) 10. Biaya pengusahaan tanaman albasia ( Cost of albasia cultivation (Rp/ ha) Jenis kegiatan Tahun ke Luas lahan (Land area) (ha) (Type of activity) (years to…) < 0,5 0,5 – 1,0 1,0 – 1,5 1,5 – 2,0 > 2,0 1. Pengadaan bibit 1 18.356 54.833 624.853 754.807 418.692 2. Tenaga kerja a. Pembersihan lahan b. Pembuatan ajir dan 1 21.340 44.825 79.928 159.903 102.875 lubang tanam 1 21.340 44.825 79.928 159.903 102.875 c. Penanaman 1 21.340 44.825 79.928 159.903 102.875 d. Pemupukan 1 21.340 44.825 79.928 159.903 102.875 3. Pemeliharaan 1 2 23.998 53.303 278.507 296.258 271.545 4. Pemeliharaan 2 3 23.998 53.303 278.507 296.258 271.545 5. Pemeliharaan 3 4 23.998 53.303 278.507 296.258 271.545 6. Penjarangan 1 4 65.610 193.201 1.087.440 1.386.077 1.014.296 7. Penjarangan 2 6 65.610 193.201 1.087.440 1.386.077 1.014.296 Total 306.930 780.444 3.954.966 5.055.347 3.673.419 Sumber ( Sources): Analisis data primer (2006) ( primary data analysis ( 2006)) 111
- Page 13 and 14: terbatas. Nilai koefisien determina
- Page 15 and 16: Keterangan: 1 = kelompok meranti, 2
- Page 17 and 18: IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpu
- Page 19 and 20: PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRA
- Page 21 and 22: sedangkan data jumlah pohon pada se
- Page 23 and 24: Gambar ( Figure) 2. Sebaran kemenya
- Page 25 and 26: 5. Hasil pembobotan Penelitian meng
- Page 27 and 28: Tabel ( Table) 4. Validasi model ke
- Page 29 and 30: DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2006. Kem
- Page 31 and 32: Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol
- Page 33 and 34: Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol
- Page 35 and 36: Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol
- Page 37 and 38: Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol
- Page 39 and 40: Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol
- Page 41 and 42: Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol
- Page 43 and 44: Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol
- Page 45 and 46: Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol
- Page 47 and 48: Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol
- Page 49 and 50: Keywords: KAJIAN KEBERHASILAN PERTU
- Page 51 and 52: 63 jenis pohon telah ditanam di hut
- Page 53 and 54: Jasinga, Jawa Barat persen tumbuh t
- Page 55 and 56: tajuk telah bersentuhan yaitu pada
- Page 57 and 58: IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpu
- Page 59 and 60: Keywords: ANALISIS FINANSIAL USAHAT
- Page 61 and 62: Pendapatan usaha tani dalam kajian
- Page 63: Tabel ( Table) 3. Jenis dan harga p
- Page 67 and 68: Tabel ( Table) 12. Rekapitulasi bia
- Page 69 and 70: Bappeda Kabupaten Cilacap dan BPS K
- Page 71 and 72: Lampiran ( Appendix) 1. Lanjutan (
- Page 73 and 74: Lampiran ( Appendix) 1. Lanjutan (
- Page 75 and 76: UCAPAN TERIMA KASIH Dewan Redaksi J
- Page 77: Kampus Balitbang Kehutanan Jl. Gunu
Jurnal Penelitian <strong>Hutan</strong> <strong>Tanaman</strong><br />
Vol. 9 No. 2 , Juni 201 2 , 105 - 120<br />
penanaman, pemeliharaan, pemupukan,<br />
<strong>dan</strong> pemanenan yang disajikan dalam<br />
Tabel 6.<br />
b. Pendapatan <strong>Tanaman</strong> Obat<br />
Penaksiran nilai finansial pendapatan diketahui<br />
dengan cara mengalikan antara produksi fisik<br />
per jenis tanaman dengan harga jual menurut<br />
bentuk fisik komoditi tersebut di tingkat<br />
petani sebagaimana tertera pada Tabel 7 <strong>dan</strong> 8.<br />
Tabel 8 memperlihatkan bahwa pendapatan<br />
dari tanaman obat berkorelasi positif dengan<br />
luasan lahan yang dimiliki petani. Semakin<br />
luas lahan yang diusahakan untuk tanaman<br />
obat, maka semakin tinggi tingkat pendapatannya.<br />
Petani pada strata luasan lahan 1,0 ha<br />
110<br />
sampai dengan > 2,0 ha memilih menanam<br />
dua jenis tanaman obat yaitu kapulaga <strong>dan</strong><br />
jahe, karena dianggap peluang pasarnya lebih<br />
terbuka serta tingkat harga yang lebih stabil<br />
daripada hasil tanaman obat lainnya. Petani<br />
pada strata luas lahan kurang dari 1 ha yang<br />
juga mengusahakan tanaman semusim seperti<br />
kacang panjang <strong>dan</strong> mentimun, tidak memperoleh<br />
pendapatan yang signifikan. Hal tersebut<br />
dikarenakan produksi tanaman semusim yang<br />
rendah akibat ditanam dalam luasan yang<br />
sempit, harus berbagi dengan tanaman lainnya,<br />
serta harga jual yang relatif rendah daripada<br />
tanaman obat, sehingga hasil tanaman semusim<br />
hanya dapat digunakan untuk konsumsi<br />
keluarga petani.<br />
Tabel ( Table) 7. Produksi fisik <strong>dan</strong> harga jual tanaman obat-obatan <strong>dan</strong> tanaman semusim ( Physical<br />
production and selling price of medicinal and seasonal plants)<br />
Jenis komoditi<br />
(Type of<br />
commodity)<br />
Bentuk<br />
(shape)<br />
< 0,5<br />
ha<br />
Produksi (production) (kg/ha) Harga jual<br />
0,5 –<br />
1,0 ha<br />
1,0 – 1,5<br />
ha<br />
1,5 – 2,0<br />
ha<br />
> 2,0<br />
ha<br />
(selling<br />
price)<br />
(Rp/ kg)<br />
1. Kapulaga<br />
Gelondong<br />
kering<br />
7,68 25,29 77,76 104,64 177,60 27.000<br />
2. Jahe Rimpang basah 116,54 383,62 1.179,77 1.587,59 2.694,53 4.500<br />
3. Kencur Rimpang basah 75,42 248,24 0,00 0,00 0,00 4.500<br />
4. Kunyit Rimpang basah 54,17 178,31 0,00 0,00 0,00 3.000<br />
5. Kacang<br />
panjang<br />
3,84 12,64 0,00 0,00 0,00 1.000<br />
6. Mentimun 8,40 27,66 0,00 0,00 0,00 1.000<br />
Sumber ( Sources):Analisis data primer (2006) ( primary data analysis ( 2006))<br />
Tabel ( Table) 8. Pendapatan dari tanaman obat <strong>dan</strong> tanaman semusim di tingkat petani ( Revenue of<br />
medicinal and seasonal plants in farmer level)<br />
Jenis komoditi<br />
Pendapatan (Revenue) (Rp)<br />
(Type of Commodity) < 0,5 ha 0,5 – 1,0 ha 1,0 – 1,5 ha 1,5 – 2,0 ha > 2,0 ha<br />
1. Kapulaga 207.360 682.697 2.099.520 2.825.280 4.795.200<br />
2. Jahe 524.430 1.726.298 5.308.965 7.144.133 12.125.363<br />
3. Kencur 339.390 1.117.086 0 0 0<br />
4. Kunyit 162.510 534.937 0 0 0<br />
5. Kacang panjang 3.840 12.643 0 0 0<br />
6. Mentimun 8.400 27.656 0 0 0<br />
Total 1.245.930 4.101.315 7.408.485 9.969.413 16.920.563<br />
Sumber ( Sources): Analisis data primer (2006) ( primary data analysis ( 2006))<br />
2. Analisis finansial tanaman kayu<br />
Budidaya tanaman kayu di tiga desa<br />
penelitian sudah menjadi mata pencaharian<br />
pokok masyarakatnya, apalagi tiga desa ini<br />
menjadi daerah prioritas untuk pengembangan<br />
hutan rakyat di Kabupaten Cilacap bagian utara.<br />
Hal ini dimungkinkan karena daerah ini memiliki<br />
ketinggian di atas 100 m dpl <strong>dan</strong> memiliki lereng<br />
yang curam, sehingga diperlukan penanaman<br />
tanaman kayu, untuk menghindari banjir <strong>dan</strong><br />
longsor. Keuntungan yang dirasakan oleh petani<br />
dalam mengelola tanaman kayu bersifat<br />
ekonomis, yaitu hasilnya mudah dijual, dalam<br />
jangka panjang dapat menambah pendapatan jika<br />
dikelola dengan baik <strong>dan</strong> dapat dijadikan<br />
tabungan di kala membutuhkan biaya (mem-