Cover dan Balikan.cdr - Pusat Litbang Hutan Tanaman

Cover dan Balikan.cdr - Pusat Litbang Hutan Tanaman Cover dan Balikan.cdr - Pusat Litbang Hutan Tanaman

forplan.or.id
from forplan.or.id More from this publisher
04.03.2013 Views

JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN ISSN 1829-6327 Vol. IX No. 2, 2012 Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin dan biaya UDC(OXDCF) 630*922.2 Riskan Effendi (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan) Kajian Keberhasilan Pertumbuhan Tanaman Nyawai ( Ficus variegata Blume) di KHDTK Cikampek, Jawa Barat J. Pen. Htn Tnm Vol. IX No. 2, 2012 p:95-104 Hutan tanaman menjadi sumber bahan baku utama untuk industri perkayuan dan untuk memenuhi kebutuhan kayu masyarakat. Salah satu jenis pohon alternatif untuk dikembangkan adalah nyawai ( Ficus variegata Blume). Kajian penanaman nyawai telah dilakukan di KHDTK Cikampek akhir tahun 2009. Penanaman nyawai dikombinasikan dengan tumpangsari ( agroforestry) mentimun dan kacang panjang. Pupuk yang diberikan pada tanaman mentimun adalah pupuk kandang kotoran domba dan pupuk anorganik. Banyaknya pupuk Urea, Phonska,TSP dan Za sebanyak 700 kg untuk seluas 0,25 ha dan pupuk kotoran domba sebanyak tiga ton untuk luasan 0,25 ha. Pada waktu penanaman kacang panjang diberi pupuk NPK sebanyak 300 kg dan pupuk kandang kotoran domba sebanyak satu ton untuk 0,25 ha. Jarak tanam pohon nyawai adalah 6 m x 3 m dengan jumlah tanaman sebanyak 120 pohon dengan luas 0,25 ha. Berdasarkan pengukuran diperoleh hasil persentase tumbuh nyawai umur dua tahun yang tinggi yaitu rata-rata 95 %, rata-rata diameter adalah 7, 22 cm, rata-rata tinggi 6,90 m dan rata-rata luas tajuk 12,90 m2. Rata-rata riap diameter umur dua tahun adalah 3,61 cm per tahun dan rata-rata riap tinggi adalah 3,45 m per tahun. Selain jenis tumbuh cepat ( fast growing species), pohon nyawai mempunyai kemampuan trubusan yang baik dimana pohon yang patah dapat tumbuh kembali dan jenis ini juga mulai berbuah pada umur dua tahun. Kata kunci: Ficus variegata Blume, luas tajuk, persen tumbuh, pertumbuhan diameter, pertumbuhan tinggi UDC(OXDCF) 630*922.2 Tri Sulistyati Widyaningsih dan Budiman Achmad (Balai Penelitian Teknologi Agroforestry) Analisis Finansial Usaha Tani Hutan Rakyat Pola Wanafarma di Majenang, Jawa Tengah J. Pen. Htn Tnm Vol. IX No. 2, 2012 p:105-120 Petani hutan rakyat umumnya mengusahakan beragam pola tanam campuran, salah satunya adalah pola wanafarma, yaitu percampuran tanaman kayu dan tanaman obat. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kelayakan finansial pola wanafarma. Kajian ini dilaksanakan di Desa Bener, Sepatnunggal, dan Sadahayu, Kecamatan Majenang, pada bulan Mei 2006. Lima puluh tujuh responden dipilih secara sengaja dan diwawancara menggunakan kuesioner. Analisis finansial dihitung dari usaha tani tanaman obat dan semusim, tanaman albasia daur 10 tahun, dan tanaman mahoni daur 20 tahun menurut lima strata luas lahan pada lahan kurang dari 0,5 hektar hingga lebih dari 2 hektar. Tingkat kelayakan finansial diukur dengan Net Present Value (NPV) dan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) pada tingkat bunga pinjaman 18%. Kajian menunjukkan bahwa pengusahaan hutan rakyat pola wanafarma menghasilkan nilai keuntungan nominal yang berbanding lurus dengan luas lahan yang diusahakan petani. Keuntungan nominal tertinggi sebesar Rp 87.770.531,00/daur diperoleh petani yang mengusahakan hutan rakyat dengan luas lahan lebih dari 2 ha dengan NPV 35.745.819,52 dan nilai B/C Ratio 2,57%. Kata kunci: Wanafarma, analisis finansial, tanaman obat, tanaman kayu

SIMULASI PERTUMBUHAN DAN HASIL MENGGUNAKAN SIKLUS TEBANG 25, 30 DAN 35 TAHUN PADA SISTEM TEBANG PILIH TANAM INDONESIA Keywords: (Growth and Yield Simulation Using 25, 30, and 35 Years Cutting Cycles on Indonesian Selective Cutting and Planting System) Wahyudi Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya E-mail: isanautama@yahoo.com Naskah masuk : 12 Agustus 2011; Naskah diterima : 24 Mei 2012 ABSTRACT Cutting cycle of the production natural forest management oftenly changes. Simulation of cutting cycle could assist estimation of ripe trees density in the next cutting cycle. This research aimed to project growth and yield of residual trees especially the ripe trees density in the second cycle using 25, 30 and 35 years cutting cycle. Research was conducted in permanent sample plot (PSP) series of Indonesian Selective Cutting and Planting System in PT Gunung Meranti forest concession area, Central Kalimantan Province. Area of PSP series was 6 ha which measured at year 1998, 2000, 2002, 2005, and 2010. Simulation model used Stella 9.0.2 in the form of flow chart of tree diameter classes i.e. 10-19 cm, 20-29 cm, 30-39 cm, 40-49 cm, 50-59 cm, and 60 cm up. These model uses equations of ingrowth, upgrowth, mortality, stand density dynamics (N/ha) and basal area dynamics (B/ha) of residual trees. Research result showed that density of ripe trees in the second cycle of 25, 30, and 35 years were 11.85 trees/ha, 15.48 trees/ha, and 17.13 trees/ha. Production target of wood have to be adapted by dynamic of residual trees growth. This simulation model could give the realistic projection of production target base on cutting cylcle, structure and composition of residual trees. Second cutting cycle, simulation model, residual trees, ripe trees ABSTRAK Penerapan siklus tebang pada pengelolaan hutan alam produksi sering berubah-ubah. Simulasi siklus tebang dapat memproyeksikan jumlah pohon masak tebang pada siklus tebang berikutnya. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi pertumbuhan dan hasil tegakan tinggal, khususnya jumlah pohon masak tebang pada siklus kedua menggunakan siklus tebang 25, 30 dan 35 tahun. Penelitian dilakukan di plot penelitian (seri Petak Ukur Permanen/PUP) sistem TPTI di areal kerja PT. Gunung Meranti, Provinsi Kalimantan Tengah. Luas seri PUP adalah 6 ha dan pengambilan data dilakukan tahun 1998, 2000, 2002, 2005 dan 2010. Pemodelan dan simulasi menggunakan Stella 9.0.2 dalam bentuk diagram alir diameter pohon pada kelas diameter 10-19 cm, 20-29 cm, 30-39 cm, 40-49 cm, 50-59 cm dan 60 cm ke atas. Model ini menggunakan persamaan ingrowth, upgrowth, mortality, dinamika kerapatan tegakan (N/ha) dan dinamika luas bidang dasar (B/ha) tegakan tinggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerapatan pohon masak tebang pada siklus tebang kedua sebesar 11,85 pohon/ha, 15,48 pohon/ha dan 17,13 pohon/ha masing-masing pada penerapan siklus tebang 25, 30 dan 35 tahun. Target produksi kayu sebaiknya menyesuaikan dinamika tegakan tinggal. Model simulasi ini dapat memberi gambaran yang realistis terhadap target produksi kayu berdasarkan siklus tebang, struktur dan komposisi tegakan tinggal. Kata kunci : Siklus tebang kedua, model simulasi, tegakan tinggal, pohon masak tebang 51

JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN<br />

ISSN 1829-6327 Vol. IX No. 2, 2012<br />

Kata kunci bersumber dari artikel. Lembar abstrak ini boleh dikopi tanpa ijin <strong>dan</strong> biaya<br />

UDC(OXDCF) 630*922.2<br />

Riskan Effendi (<strong>Pusat</strong> Penelitian <strong>dan</strong> Pengembangan Peningkatan Produktivitas <strong>Hutan</strong>)<br />

Kajian Keberhasilan Pertumbuhan <strong>Tanaman</strong> Nyawai ( Ficus variegata Blume) di KHDTK Cikampek, Jawa Barat<br />

J. Pen. Htn Tnm Vol. IX No. 2, 2012 p:95-104<br />

<strong>Hutan</strong> tanaman menjadi sumber bahan baku utama untuk industri perkayuan <strong>dan</strong> untuk memenuhi kebutuhan kayu<br />

masyarakat. Salah satu jenis pohon alternatif untuk dikembangkan adalah nyawai ( Ficus variegata Blume). Kajian<br />

penanaman nyawai telah dilakukan di KHDTK Cikampek akhir tahun 2009. Penanaman nyawai dikombinasikan<br />

dengan tumpangsari ( agroforestry)<br />

mentimun <strong>dan</strong> kacang panjang. Pupuk yang diberikan pada tanaman mentimun<br />

adalah pupuk kan<strong>dan</strong>g kotoran domba <strong>dan</strong> pupuk anorganik. Banyaknya pupuk Urea, Phonska,TSP <strong>dan</strong> Za sebanyak<br />

700 kg untuk seluas 0,25 ha <strong>dan</strong> pupuk kotoran domba sebanyak tiga ton untuk luasan 0,25 ha. Pada waktu penanaman<br />

kacang panjang diberi pupuk NPK sebanyak 300 kg <strong>dan</strong> pupuk kan<strong>dan</strong>g kotoran domba sebanyak satu ton untuk 0,25 ha.<br />

Jarak tanam pohon nyawai adalah 6 m x 3 m dengan jumlah tanaman sebanyak 120 pohon dengan luas 0,25 ha.<br />

Berdasarkan pengukuran diperoleh hasil persentase tumbuh nyawai umur dua tahun yang tinggi yaitu rata-rata 95 %,<br />

rata-rata diameter adalah 7, 22 cm, rata-rata tinggi 6,90 m <strong>dan</strong> rata-rata luas tajuk 12,90 m2. Rata-rata riap diameter<br />

umur dua tahun adalah 3,61 cm per tahun <strong>dan</strong> rata-rata riap tinggi adalah 3,45 m per tahun. Selain jenis tumbuh cepat<br />

( fast growing species),<br />

pohon nyawai mempunyai kemampuan trubusan yang baik dimana pohon yang patah dapat<br />

tumbuh kembali <strong>dan</strong> jenis ini juga mulai berbuah pada umur dua tahun.<br />

Kata kunci: Ficus variegata Blume, luas tajuk, persen tumbuh, pertumbuhan diameter, pertumbuhan tinggi<br />

UDC(OXDCF) 630*922.2<br />

Tri Sulistyati Widyaningsih <strong>dan</strong> Budiman Achmad (Balai Penelitian Teknologi Agroforestry)<br />

Analisis Finansial Usaha Tani <strong>Hutan</strong> Rakyat Pola Wanafarma di Majenang, Jawa Tengah<br />

J. Pen. Htn Tnm Vol. IX No. 2, 2012 p:105-120<br />

Petani hutan rakyat umumnya mengusahakan beragam pola tanam campuran, salah satunya adalah pola wanafarma, yaitu<br />

percampuran tanaman kayu <strong>dan</strong> tanaman obat. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kelayakan finansial pola<br />

wanafarma. Kajian ini dilaksanakan di Desa Bener, Sepatnunggal, <strong>dan</strong> Sadahayu, Kecamatan Majenang, pada bulan Mei<br />

2006. Lima puluh tujuh responden dipilih secara sengaja <strong>dan</strong> diwawancara menggunakan kuesioner. Analisis finansial<br />

dihitung dari usaha tani tanaman obat <strong>dan</strong> semusim, tanaman albasia daur 10 tahun, <strong>dan</strong> tanaman mahoni daur 20 tahun<br />

menurut lima strata luas lahan pada lahan kurang dari 0,5 hektar hingga lebih dari 2 hektar. Tingkat kelayakan finansial<br />

diukur dengan Net Present Value (NPV) <strong>dan</strong> Benefit Cost Ratio<br />

(B/C Ratio) pada tingkat bunga pinjaman 18%. Kajian<br />

menunjukkan bahwa pengusahaan hutan rakyat pola wanafarma menghasilkan nilai keuntungan nominal yang berbanding<br />

lurus dengan luas lahan yang diusahakan petani. Keuntungan nominal tertinggi sebesar Rp 87.770.531,00/daur diperoleh<br />

petani yang mengusahakan hutan rakyat dengan luas lahan lebih dari 2 ha dengan NPV 35.745.819,52 <strong>dan</strong> nilai<br />

B/C Ratio 2,57%.<br />

Kata kunci: Wanafarma, analisis finansial, tanaman obat, tanaman kayu

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!