Cover dan Balikan.cdr - Pusat Litbang Hutan Tanaman
Cover dan Balikan.cdr - Pusat Litbang Hutan Tanaman Cover dan Balikan.cdr - Pusat Litbang Hutan Tanaman
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol. 9 No. 2 , Juni 201 2 , 95 - 104 Mindawati, N., A.Irawan., I. Mansur. dan O.Rusdiana. 2010. Kajian Pertumbuhan Tegakan Hibrid Eucalyptus urograndis di Sumatera Utara. Jurnal Hutan Tanaman Vo. 7. No. 1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Bogor. Mindawati, N. 2011. Kajian Kualitas Tapak Hutan Tanaman Industri Hibrid Eucalyptus urograndis Sebagai Bahan Baku Industri dalam Pengelolaan Hutan Lestari (Studi Kasus di PT Toba Pulp Lestari, Simalungun, Sumatera Utara). Disertasi Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. PT ITCIKU. 2008. Pengembangan Nyawai ( Ficus variegata). Perbenihan, Pembibitan, Penanaman dan Prospek Pengembangan. PT ITCIKU Balikpapan, Kalimantan Timur. Leaflet. (tidak diterbitkan). Rachman, E. Hasil Analisa Tanah di KHDTK Cikampek. Balai Penelitian Teknologi Agroforestri Ciamis. tidak diterbitkan. Riyanto, H.D. dan B.P.Pamungkas. 2010. Model Pertumbuhan Tegakan Hutan Tanaman Sengon untuk Pengelolaan Hutan. Tekno Hutan Tanaman. Vol.3. No.3. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peningkatan Produktivitas Hutan. Bogor. 104 Siregar, S.T.H., Nurwahyudi. and Mulawarman. 2008. Effects of Inter-rotation Management on Site Productivity of Acacia mangium in Riau Province, Sumatera, Indonesia. In Nambiar (ed.) Site Management and Productivity in Tropical Plantation Forests. Proceedings of Workshops in Piracicaba (Brazil) 22-26 November 2004 and Bogor (Indonesia) 6-9 November 2006. Center for International Bogor. Forestry Research (CIFOR). Suharlan, A., K.Sumarna dan J. Sudiono. 1993. Tabel Tegakan Sepuluh Jenis Kayu Industri. Informasi Teknis No. 39/1993. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Bogor. Sumarni, G., M.Muslich., N. Hadjib., Krisdianto., D. Malik., S.Suprapti., E.Basri., G.Pari., M.I. Iskandar dan R.M. Siagian. 2009. Sifat dan Kegunaan Kayu : 15 Jenis Andalan Setempat Jawa Barat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor. Vanclay, J.K.1994. Modelling Forest Growth and Yield. Application to Mixed Tropical Forest. CAB International. Guildfort.
Keywords: ANALISIS FINANSIAL USAHATANI HUTAN RAKYAT POLA WANAFARMA DI MAJENANG, JAWA TENGAH (The Financial Analysis of Private Forest Farming of Wanafarma Cropping Pattern in Majenang, Central Java) Tri Sulistyati Widyaningsih dan/ and Budiman Achmad Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Jln. Raya Ciamis-Banjar Km 4 Ciamis 46201 Telp. 0265-771352, Fax. 0265-775866 Naskah masuk : 14 Juli 2011; Naskah diterima : 15 Mei 2012 ABSTRACT Private forest farmers generally seek any kind of mixed cropping, one of which is Wanafarma, a mixture of timber plants and medicinal plants. This study aimed to analyze financial feasibility of the Wanafarma. This study was conducted in Bener, Sepatnunggal, and Sadahayu Village, Majenang Sub District in May 2006. The 57 respondents were selected purposively and interviewed using questionnaire. Financial analysis was calculated from medicinal plants and seasonal plants farming, albasia plants 10-year cycle, and mahogany plants 20-year cycle according to the five strata of the land area of less than 0.5 hectare to more than 2 hectares. The level of financial feasibility was calculated by the Net Present Value (NPV) and Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) on the loan interest rate 18%. The study showed that wanafarma private forest cultivation produced value of nominal profits that was proportionally with the cultivated area. The highest of nominal profits amounting to Rp 87,770,531.00/cycle was obtained by farmers who seek privately owned forest with land area more than 2 hectare with NPV Rp 35,745,819.52 and B/C Ratio 2.57% . Wanafarma, financial analysis, medicinal plants, timber plants ABSTRAK Petani hutan rakyat umumnya mengusahakan beragam pola tanam campuran, salah satunya adalah pola wanafarma, yaitu percampuran tanaman kayu dan tanaman obat. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kelayakan finansial pola wanafarma. Kajian ini dilaksanakan di Desa Bener, Sepatnunggal, dan Sadahayu, Kecamatan Majenang, pada bulan Mei 2006. Lima puluh tujuh responden dipilih secara sengaja dan diwawancara menggunakan kuesioner. Analisis finansial dihitung dari usaha tani tanaman obat dan semusim, tanaman albasia daur 10 tahun, dan tanaman mahoni daur 20 tahun menurut lima strata luas lahan pada lahan kurang dari 0,5 hektar hingga lebih dari 2 hektar. Tingkat kelayakan finansial diukur dengan Net Present Value (NPV) dan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) pada tingkat bunga pinjaman 18%. Kajian menunjukkan bahwa pengusahaan hutan rakyat pola wanafarma menghasilkan nilai keuntungan nominal yang berbanding lurus dengan luas lahan yang diusahakan petani. Keuntungan nominal tertinggi sebesar Rp 87.770.531,00/daur diperoleh petani yang mengusahakan hutan rakyat dengan luas lahan lebih dari 2 ha dengan NPV 35.745.819,52 dan nilai B/C Ratio 2,57%. Kata kunci : Wanafarma, analisis finansial, tanaman obat, tanaman kayu I. PENDAHULUAN Hutan rakyat (HR) adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik rakyat dengan jenis tanaman kayu-kayuan. Pengelolaan HR dilakukan oleh pemiliknya atau oleh suatu badan usaha dengan berpedoman kepada ketentuan yang telah digariskan oleh pemerintah (Awang et al., 2001). Masyarakat lebih banyak mengembangkan hutan rakyat dengan pola tanam campuran karena sempitnya lahan yang dimiliki sebagaimana yang dikemukakan oleh Hardjanto (2000) bahwa 105
- Page 7 and 8: SIMULASI PERTUMBUHAN DAN HASIL MENG
- Page 9 and 10: B. Tujuan dan Manfaat Tujuan peneli
- Page 11 and 12: lapangan (observed) menggunakan uji
- Page 13 and 14: terbatas. Nilai koefisien determina
- Page 15 and 16: Keterangan: 1 = kelompok meranti, 2
- Page 17 and 18: IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpu
- Page 19 and 20: PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRA
- Page 21 and 22: sedangkan data jumlah pohon pada se
- Page 23 and 24: Gambar ( Figure) 2. Sebaran kemenya
- Page 25 and 26: 5. Hasil pembobotan Penelitian meng
- Page 27 and 28: Tabel ( Table) 4. Validasi model ke
- Page 29 and 30: DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2006. Kem
- Page 31 and 32: Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol
- Page 33 and 34: Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol
- Page 35 and 36: Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol
- Page 37 and 38: Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol
- Page 39 and 40: Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol
- Page 41 and 42: Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol
- Page 43 and 44: Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol
- Page 45 and 46: Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol
- Page 47 and 48: Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol
- Page 49 and 50: Keywords: KAJIAN KEBERHASILAN PERTU
- Page 51 and 52: 63 jenis pohon telah ditanam di hut
- Page 53 and 54: Jasinga, Jawa Barat persen tumbuh t
- Page 55 and 56: tajuk telah bersentuhan yaitu pada
- Page 57: IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpu
- Page 61 and 62: Pendapatan usaha tani dalam kajian
- Page 63 and 64: Tabel ( Table) 3. Jenis dan harga p
- Page 65 and 66: angun rumah, hajatan, biaya sekolah
- Page 67 and 68: Tabel ( Table) 12. Rekapitulasi bia
- Page 69 and 70: Bappeda Kabupaten Cilacap dan BPS K
- Page 71 and 72: Lampiran ( Appendix) 1. Lanjutan (
- Page 73 and 74: Lampiran ( Appendix) 1. Lanjutan (
- Page 75 and 76: UCAPAN TERIMA KASIH Dewan Redaksi J
- Page 77: Kampus Balitbang Kehutanan Jl. Gunu
Keywords:<br />
ANALISIS FINANSIAL USAHATANI HUTAN RAKYAT<br />
POLA WANAFARMA DI MAJENANG, JAWA TENGAH<br />
(The Financial Analysis of Private Forest Farming<br />
of Wanafarma Cropping Pattern in Majenang, Central Java)<br />
Tri Sulistyati Widyaningsih <strong>dan</strong>/ and Budiman Achmad<br />
Balai Penelitian Teknologi Agroforestry<br />
Jln. Raya Ciamis-Banjar Km 4 Ciamis 46201<br />
Telp. 0265-771352, Fax. 0265-775866<br />
Naskah masuk : 14 Juli 2011; Naskah diterima : 15 Mei 2012<br />
ABSTRACT<br />
Private forest farmers generally seek any kind of mixed cropping, one of which is Wanafarma, a mixture<br />
of timber plants and medicinal plants. This study aimed to analyze financial feasibility of the Wanafarma.<br />
This study was conducted in Bener, Sepatnunggal, and Sadahayu Village, Majenang Sub District in<br />
May 2006. The 57 respondents were selected purposively and interviewed using questionnaire. Financial<br />
analysis was calculated from medicinal plants and seasonal plants farming, albasia plants 10-year cycle,<br />
and mahogany plants 20-year cycle according to the five strata of the land area of less than 0.5 hectare to<br />
more than 2 hectares. The level of financial feasibility was calculated by the Net Present Value (NPV) and<br />
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) on the loan interest rate 18%. The study showed that wanafarma<br />
private forest cultivation produced value of nominal profits that was proportionally with the cultivated<br />
area. The highest of nominal profits amounting to Rp 87,770,531.00/cycle was obtained by farmers<br />
who seek privately owned forest with land area more than 2 hectare with NPV Rp 35,745,819.52 and B/C<br />
Ratio 2.57% .<br />
Wanafarma, financial analysis, medicinal plants, timber plants<br />
ABSTRAK<br />
Petani hutan rakyat umumnya mengusahakan beragam pola tanam campuran, salah satunya adalah pola<br />
wanafarma, yaitu percampuran tanaman kayu <strong>dan</strong> tanaman obat. Kajian ini bertujuan untuk menganalisis<br />
tingkat kelayakan finansial pola wanafarma. Kajian ini dilaksanakan di Desa Bener, Sepatnunggal, <strong>dan</strong><br />
Sadahayu, Kecamatan Majenang, pada bulan Mei 2006. Lima puluh tujuh responden dipilih secara<br />
sengaja <strong>dan</strong> diwawancara menggunakan kuesioner. Analisis finansial dihitung dari usaha tani tanaman<br />
obat <strong>dan</strong> semusim, tanaman albasia daur 10 tahun, <strong>dan</strong> tanaman mahoni daur 20 tahun menurut lima strata<br />
luas lahan pada lahan kurang dari 0,5 hektar hingga lebih dari 2 hektar. Tingkat kelayakan finansial diukur<br />
dengan Net Present Value (NPV) <strong>dan</strong> Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) pada tingkat bunga pinjaman 18%.<br />
Kajian menunjukkan bahwa pengusahaan hutan rakyat pola wanafarma menghasilkan nilai keuntungan<br />
nominal yang berbanding lurus dengan luas lahan yang diusahakan petani. Keuntungan nominal tertinggi<br />
sebesar Rp 87.770.531,00/daur diperoleh petani yang mengusahakan hutan rakyat dengan luas lahan<br />
lebih dari 2 ha dengan NPV 35.745.819,52 <strong>dan</strong> nilai B/C Ratio 2,57%.<br />
Kata kunci :<br />
Wanafarma, analisis finansial, tanaman obat, tanaman kayu<br />
I. PENDAHULUAN<br />
<strong>Hutan</strong> rakyat (HR) adalah hutan yang<br />
tumbuh di atas tanah milik rakyat dengan jenis<br />
tanaman kayu-kayuan. Pengelolaan HR dilakukan<br />
oleh pemiliknya atau oleh suatu ba<strong>dan</strong> usaha<br />
dengan berpedoman kepada ketentuan yang telah<br />
digariskan oleh pemerintah (Awang et al.,<br />
2001).<br />
Masyarakat lebih banyak mengembangkan hutan<br />
rakyat dengan pola tanam campuran karena<br />
sempitnya lahan yang dimiliki sebagaimana<br />
yang dikemukakan oleh Hardjanto (2000) bahwa<br />
105