02.03.2013 Views

Full Text.pdf - Digilib UIN Malang

Full Text.pdf - Digilib UIN Malang

Full Text.pdf - Digilib UIN Malang

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TENTANG GAYA<br />

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KINERJA<br />

KARYAWAN PT COCA COLA BOTTLING INDONESIA<br />

SKRIPSI<br />

Oleh :<br />

Yessica Dyas Pradnya Paramitha<br />

NIM. 06410117<br />

FAKULTAS PSIKOLOGI<br />

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI<br />

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG<br />

2010<br />

HALAMAN PENGAJUAN


HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TENTANG GAYA<br />

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KINERJA<br />

KARYAWAN PT COCA COLA BOTTLING INDONESIA<br />

SKRIPSI<br />

Diajukan Kepada:<br />

Universitas Islam Negeri (<strong>UIN</strong>) Maulana Malik Ibrahim <strong>Malang</strong><br />

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam<br />

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)<br />

Oleh:<br />

Yessica Dyas Pradnya Paramitha<br />

NIM. 06410117<br />

FAKULTAS PSIKOLOGI<br />

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI<br />

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG<br />

2010<br />

HALAMAN PERSETUJUAN<br />

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TENTANG GAYA<br />

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KINERJA<br />

KARYAWAN PT COCA COLA BOTTLING INDONESIA


SKRIPSI<br />

Oeh:<br />

Yessica Dyas Pradnya Paramitha<br />

NIM. 06410117<br />

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji<br />

Tanggal, 9 April 2010<br />

Dosen Pembimbing<br />

Endah Kurniawati. P. M.Psi<br />

NIP. 19750514 200003 2 003<br />

Mengetahui,<br />

Dekan Fakultas Psikologi<br />

Dr.H. Mulyadi, M.PdI<br />

NIP. 195507170 198203 1 005<br />

HALAMAN PENGESAHAN<br />

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TENTANG GAYA<br />

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KINERJA<br />

KARYAWAN PT COCA COLA BOTTLING INDONESIA<br />

SKRIPSI<br />

Oleh:


Yessica Dyas Pradnya Paramitha<br />

NIM. 06410117<br />

Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji<br />

Dan Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk<br />

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)<br />

Tanggal 17 April 2010<br />

Susunan Dewan Penguji Tanda Tangan<br />

1. Penguji Utama : Drs. H. Djazuli, M.Pd.I ( )<br />

2. Ketua : Fathul Lubabin Nuqul, M.Si ( )<br />

19760512 200312 1 002<br />

3. Sekertaris : Endah Kurniawati P, M.Psi ( )<br />

19750514 200003 2 003<br />

Mengetahui,<br />

Dekan Fakultas Psikologi<br />

Dr.H. Mulyadi, M.Pd.I<br />

NIP.195507170 198203 1 005<br />

HALAMAN PERSEMBAHAN<br />

Untuk<br />

Ayahku, Ibuku<br />

Adikku Agas dan Bimo<br />

Yang selalu menyayangiku dan mengajariku<br />

tentang arti kehidupan<br />

Teman- temanku


Yang selalu menemaniku dan memberiku banyak<br />

kesan dan pesan dalam hari- hari belajarku<br />

Orang- orang yang membantuku<br />

selama proses belajarku, hingga saya bisa<br />

menyelesaikan pendidikanku.<br />

Semoga Berkah dan Rahmat selalu dilimpahkan oleh Nya.<br />

HALAMAN MOTTO<br />

֠ <br />

<br />

<br />

<br />

⎩<br />

<br />

<br />

ִ ִ ִ<br />

<br />


”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil<br />

amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka<br />

kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benarbenar<br />

beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama<br />

(bagimu) dan lebih baik akibatnya” (Q.S An- Nisaa 59)<br />

Yang bertanda tangan dibawah ini:<br />

SURAT PERNYATAAN<br />

Nama : Yessica Dyas Pradnya Paramitha<br />

NIM : 06410117<br />

Fakultas : Psikologi<br />

Judul Skripsi : Hubungan Antara Persepsi Karyawan Tentang Gaya Kepemimpinan<br />

Transformasional Dengan Kinerja Karyawan PT Coca Cola Bottling<br />

Indonesia<br />

Menyatakan bahwa skripsi tersebut adalah karya sendiri dan bukan karya<br />

orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang<br />

telah disebutkan sumbernya.<br />

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar- benarnya dan apabila<br />

pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi akademis.


Assalamualaikum wr wb<br />

KATA PENGANTAR<br />

<strong>Malang</strong>, April 2010<br />

Yessica Dyas Pradnya Paramitha<br />

NIM.06410117<br />

Puji syukur alhamdulillah dengan segala kerendahan hati, penulis panjatkan<br />

yang sedalam- dalmnya kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan<br />

hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi<br />

sebagai tugas akhir dengan judul “Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan<br />

Transformasional dengan Kinerja Karyawan PT CocaCola Bottling Indonesia”<br />

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya karya ini tidak hanya hasil kerja<br />

penulis saja, melainkan atas bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini<br />

penulis ingin menghaturkan ucapan terimakasih dari lubuk hati yang paling dalam<br />

kepada semua pihak atas sumbangan pemikiran maupun dukungan moril dalam<br />

terwujudnya penulisan laporan penelitian ini, yaitu kepada:<br />

1. Orang tua yang selalu memberikan dukungan baik secara moral maupun<br />

materiil, dan doa restunya dalam proses menyelesaikan penulisan skripsi ini.<br />

2. Prof DR. H. Imam Suprayogo selaku rektor Universitas Islam Negeri Maulana<br />

Malik Ibrahim <strong>Malang</strong>.


3. Drs. H. Mulyadi, M. Pd. I selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam<br />

Negeri Maulana Malik Ibrahim <strong>Malang</strong>.<br />

4. Endah Kurniawati P. M.Psi, selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang telah<br />

meluangkan dan menyempatkan waktunya untuk selalu memberikan saran,<br />

mendengarkan keluh kesah serta mengarahkan penulis selama pelaksanaan<br />

penulisan skripsi ini.<br />

5. Ali Ridho M.Si, yang telah memberikan banyak ilmu baru dan pemahaman<br />

tentang statistik yang banyak tidak disukai teman- teman.<br />

6. Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim<br />

<strong>Malang</strong> beserta staf administrasi, terimakasih atas pemberian ilmu dan<br />

pengalaman yang telah banyak memberikan kontribusi pada penulis.<br />

7. Ibaddurachman, selaku General Affair dan Pimpinan dan seluruh Staf<br />

karyawan PT CocaCola Bottling Indonesia, yang banyak membantu penulis<br />

untuk mencari data dan memberikan izin untuk melaksanakan penelitian<br />

skripsi ini.<br />

8. Adikku, Agas & Bimo yang selalu menjadi motivasi saya saat menyelesaikan<br />

penulisan skripsi ini.<br />

9. Mbak Ninik Setiyowati S.Psi.M.Psi, Ima, Iim, Abee, yang selalu membantu,<br />

mendukung dan memberikan semangat untuk menyelesaikan penulisan skripsi<br />

ini.<br />

10. Fida, Asra, Anis, Rifa, Ema, dan teman- teman yang menemaniku selama<br />

berada dimalang. Teman- teman Psikologi yang telah memberikan banyak<br />

pengalaman dan memberikan banyak kesan selama kuliah.<br />

11. Ibu kos,dan teman- teman kos Sunan Kalijaga dalam 11A yang selalu<br />

menemaniku saat sedih dan gundah.<br />

12. Orang – orang dengan seizinNya yang telah banyak membantu saya dan<br />

keluarga saya sehingga saya bisa kuliah dan lulus kuliah.<br />

13. Dan untuk semua pihak yang secara tidak langsung membantu dan mendukung<br />

saya selama saya menempuh pendidikan perguruan tunggi dan selama<br />

penulsan skripsi ini<br />

Penulis menyadari dalam karya tulis yang sangat sederhana dan kecil ini<br />

sangat jauh dari kesempurnaan. Karena kesempurnaan hanya milikNya. Oleh<br />

karenanya kritik dan saran yang membangun, penulis harapkan dari segenap<br />

budiman dan ilmuwan yanga baik hati guna perbaikan penulis selanjutnya.


Wassalamualaikum wr wb<br />

DAFTAR ISI<br />

<strong>Malang</strong>, April 2010<br />

Penulis<br />

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………… i<br />

HALAMAN PENGAJUAN……………………………………….…………... ii<br />

HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………….. iii<br />

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………….………... iv<br />

HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………..………... v<br />

HALAMAN MOTTO……………………………………………………..…... vi<br />

SURAT PERNYATAAN……………………………………………………... vii<br />

KATA PENGANTAR…………………………………………………………viii<br />

DAFTAR ISI………………………………………………………………...… x<br />

DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. xii<br />

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xiii<br />

ABSTRAKSI…………………………………………………………………. xiv<br />

BAB I: PENDAHULUAN<br />

A. Latar Belakang Masalah………………………………………………....1<br />

B. Rumusan Masalah…………………………………………………….....11<br />

C. Tujuan Penelitian……………………………………………………..…11<br />

D. Manfaat Penelitian………………………………………………………12<br />

BAB II: KAJIAN TEORI<br />

A. Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional......................................13<br />

1. Pengertian Persepsi..............................................................................13<br />

2. Faktor- Faktor yang mempengaruhi persepsi......................................14<br />

3. Pengertian Gaya Kepemimpinan Transformasional............................15<br />

4. Fungsi Pemimpin.................................................................................22<br />

5. Ciri- Ciri Pemimpin..............................................................................23<br />

6. Karakteristik Gaya Kepemimpinan Transformasional.........................25<br />

7. Teori yang berkaitan dengan Gaya Kepemimpinan Transformasional33<br />

8. Persepsi dan Kepemimpinan dalam islam...........................................35<br />

B. Kinerja Karyawan.................................................................................... 39<br />

1. Pengertian Kinerja Karyawan..............................................................39<br />

2. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kinerja......................................42<br />

3. Manfaat Penilaian Kinerja...................................................................43<br />

4. Proses Penilaian kinerja.......................................................................44<br />

5. Teori yang berkaitan dengan kinerja karyawan...................................44<br />

6. Kinerja dalam Islam.............................................................................47


C. Hubungan Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional Dengan Kinerja<br />

Karyawan.....................................................................................48<br />

D. Hipotesis Penelitian...................................................................................54<br />

BAB III: METODE PENELITIAN<br />

A. Identifikasi Variabel Penelitian.................................................................55<br />

B. Definisi Operasional..................................................................................56<br />

C. Populasi dan Sampel..................................................................................57<br />

D. Teknik Sampling...................................................................................... 58<br />

E. Proses Penelitian........................................................................................59<br />

F. Metode Pengumpulan Data.......................................................................60<br />

G. Instrumen Penelitian..................................................................................65<br />

H. Validitas dan Reliabilitas...........................................................................67<br />

I. Metode Analisa Data.................................................................................70<br />

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN<br />

A. Deskripsi Obyek Penelitian……………………………………………...74<br />

1. Profile Perusahaan …………………………………………………..74<br />

2. Lokasi Pabrik………………………………………………….……..74<br />

3. Peran dan Fungsi Lembaga…………………………………………..75<br />

4. Visi & Misi Perusahaan ………………………………………….….76<br />

5. Struktur Organisaasi ……………………………………………..….77<br />

B. Demografi Responden……………………………………………….…..78<br />

1. Deskripsi responden berdasar Tingkat pendidikan ……………….....78<br />

2. Deskripsi responden berdasar Jabatan/ Divisi…………………….…79<br />

C. Paparan Data Dan Hasil Penelitian …………………………………..….80<br />

1. Uji Validitas Instrumen Penelitian ………………………………..…80<br />

2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ……………………………..…83<br />

3. Pengkategorian data……………………………………………...…..84<br />

D. Pembahasan………………………………………………………...…….88<br />

BAB V: PENUTUP<br />

A. Kesimpulan………………………………………………………………95<br />

B. Saran……………………………………………………………………..96<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

LAMPIRAN- LAMPIRAN


DAFTAR TABEL<br />

Tabel 1. Blue Print Gaya Kepemimpinan Transformasional<br />

Tabel 2. Skor aitem<br />

Tabel 3. Kategori tingkat persepsi<br />

Tabel 4. Kategori tingkat kinerja<br />

Tabel 4. Jumlah karyawan<br />

Tabel 5. Demografi tingkat pendidikan<br />

Tabel 6. Demografi divisi<br />

Tabel 7. Uji Coba Validitas<br />

Tabel 8. Validitas persepsi gaya kepeninpinan transformasional pada divisi<br />

Maintenance Enginering<br />

Tabel 9 Koefisien Reliabilitas persepsi<br />

Tabel 10. Nilai Mean persepsi<br />

Tabel 11. Kategori Tingkat Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional<br />

Tabel 12. Nilai Mean Kinerja<br />

Tabel 13. Kategori Tingkat Kinerja Karyawan<br />

Tabel 14. Uji Normalitas<br />

Tabel 15. Koefisien Korelasi


DAFTAR LAMPIRAN<br />

Lampiran 1: Sejarah PT Cocacola Bottling Indonesia<br />

Lampiran 2: Struktur Organisasi<br />

Lampiran 3: Bukti Konsultasi<br />

Lampiran 4: Surat izin Penelitian<br />

Lampiran 5: Surat Telah Melaksanakan Penelitian<br />

Lampiran 6: Angket Gaya Kepemimpinan Transformasional<br />

Lampiran 7: Penilaian Kinerja Karyawan<br />

Lampiran 8: Hasil SPSS Uji Validitas, Reliabilitas, Normalitas dan Analisa Data<br />

ABSTRAK<br />

Dyas Pradnya P, Yessica. 2010. Hubungan Antara Persepsi Karyawan Tentang Gaya<br />

Kepemimpinan Transformasional Dengan Kinerja Karyawan PT CocaCola Bottling


Indonesia, Skripsi, Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik<br />

Ibrahim <strong>Malang</strong>.<br />

Pembimbing: Endah Kurniawati.P. M. Psi<br />

Kata Kunci: Transformasional, Kinerja, Hubungan.<br />

Kinerja karyawan merupakan usaha yang dilakukan karyawan untuk mencapai<br />

tujuan dan menjalankan visi misi perusahaan yang didasarkan pada kemampuan usaha<br />

dan kesempatan yang dimiliki. Proses pencapaian tujuan ini akan dipimpin oleh<br />

seorang yang bertanggung jawab dan mampu membawa anak buahnya menjalankan<br />

visi misi dan tujuan yang benar sehingga karyawan termotivasi untuk meningkatkan<br />

kinerja. Gaya kepemimpinan yang digunakan untuk menanamkan visi misi karyawan<br />

sehingga karyawan mampu meningkatkan motivasi untuk bekerja adalah gaya<br />

kepemimpinan transformasional. Karyawan menjadi termotivasi dan menjadi percaya,<br />

kagum, hormat serta setia kepada pemimpinnya. Meningkatnya usaha karyawan<br />

disebabkan memiliki motivasi kerja intrinsik yang mendorong untuk bekerja mandiri.<br />

Metode penelitian kuantitatif yang berjenis korelasional, bertujuan untuk<br />

mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau beberapa variabel yang<br />

menjadi obyek penelitian. Subyek penelitian yang digunakan adalah divisi<br />

Maintenance Enginering dengan populasi sebanyak 58 orang dan teknik pengambilan<br />

sampel yang digunakan adalah Total Sampling. Untuk mengukur persepsi karyawan<br />

tentang gaya kepemimpinan transformasional menggunakan angket, hal ini<br />

dikarenakan diukur dari persepsi karyawan dari seberapa sering pemimpin<br />

mempraktekkan gaya tersebut. Sedangkan untuk mengukur kinerja karyawan, dapat<br />

dilihat dari penilaian kinerja karyawan (Performance Appraisal) yang dilaksanakan<br />

setiap akhir tahun. Dari penilaian kinerja ini dapat dilihat kinerja karyawan dari tahun<br />

ke tahun sehingga akan diberi tindak lanjut berupa kenaikan gaji ataupun jabatan.<br />

Untuk mengetahui hubungan antara persepsi karyawan tentang gaya kepemimpinan<br />

transformasional denagn kinerja karyawan maka menggunakan rumus Product<br />

Momment.<br />

Hasil penelitian diperoleh bahwasanya hubungan antara gaya kepemimpinan<br />

Transformasional dan kinerja karyawan adalah bersifat positif. Hal ini dapat dilihat<br />

darinilai koefisien korelasi (rxy) antara persepsi karyawan tentang gaya<br />

kepemimpinan Transformasional dengan kinerja karyawan adalah sebesar 0,374 dan<br />

peluang ralat (p)=0,001 pada taraf signifikan 0,05. Dengan ini dapat disimpulkan<br />

apabila gaya kepemimpinan yang diterapkan semakin transformasional maka kinerja<br />

karyawanpun juga akan semakin meningkat.<br />

ABSTRACT<br />

Dyas Pradnya P, Yessica.2010. Relationship Between Employee Perceptions of<br />

transformational leadership style with the Performance of PT Coca-Cola Bottling<br />

Indonesia, Thesis, Faculty of Psychology at State Islamic University of <strong>Malang</strong><br />

Maulana Malik Ibrahim.<br />

Advisors: Endah Kurniawati. P. M. Psi<br />

Keywords: Transformational, Performance, Relationships.


Employee performance is a business that made employees to achieve the<br />

vision, mission, goals and run a company that is based on the capabilities and<br />

opportunities owned business. The process of achieving this goal will be led by a<br />

responsible and able to bring his men to run the mission and vision of the true purpose<br />

so that employees are motivated to improve performance. Leadership style that is used<br />

to instill the vision of the mission so that employees can improve employee motivation<br />

to work is a transformational leadership style. Employees become motivated and<br />

become a trust, admiration, respect and loyalty to their leader. Increased efforts have<br />

caused employees that encourage intrinsic work motivation to work independently.<br />

Quantitative research methods are correlational manifold, aims to determine<br />

whether there is a relationship between two variables or multiple variables that<br />

become the object of research. The subjects of the research is Enginering Maintenance<br />

division with a population of more than 58 people and the sampling technique used is<br />

total sampling. To measure employee perceptions of transformational leadership style<br />

using a questionnaire, this is because the measure of employee perception of how<br />

often mempraktekkkan leadership style. Meanwhile, to measure the performance of<br />

the employee performance appraisal (Performance Appraisal), which is held every<br />

year end. From the performance evaluation of employee performance can be seen<br />

from year to year so that further action would be given a salary increase or promotion.<br />

To determine the relationship between employee perceptions of<br />

transformational leadership neighbors with the employee's performance using the<br />

formula Momment Product. The results obtained by researchers bahwasannya<br />

relationship between transformational leadership style and employee performance is<br />

positive. It can be seen from the correlation coefficient (rxy) between employees'<br />

perception of leadership style Transormasional with employee performance amounted<br />

to 0.374 and opportunities errata (p) = 0.001 at 0.05 significant level. With this we can<br />

conclude if the force applied to the more transformational leadership style that the<br />

performance of The employees will also increase.<br />

“PT CocaCola Bottling<br />

ﺺﺨﻠﳌﺍ<br />

Dyas Pradnya P,<br />

Yessica.<br />

2010.<br />

ﻒـﻇﻮﳌﺍ ﺀﺍﺩﺃ ﺏﺰﺣ ﺔﻴﻠﻳﻮﺤﺘﻟﺍ ﺓﺩﺎﻴﻘﻟﺍ ﺝﺫﻮﳕ ﻝﻮﺣ ﻒﻇﻮﳌﺍ ﺭﻮﺼﺘﻟﺍ ﲔﺑ ﺔﻗﻼﻌﻟﺍ"<br />

. ﺞﻧﻻﺎﻣ<br />

ﻢﻴﻫﺍﺮﺑﺇ ﻚﻟﺎﻣ ﺎﻧﻻﻮﻣ ﺔﻴﻣﻼﺳﻹﺍ ﺔﻴﻣﻮﻜﳊﺍ ﺔﻌﻣﺎﳉﺎﺑ<br />

ﺲﻔﻨﻟﺍ ﻢﻠﻋ ﺔﻴﻠﻛ ،ﻲﳌﺎﻌﻟﺍ<br />

ﺚﲝ<br />

ﻰـﻠﻋ ﺪـﻤﺘﻌﻳ<br />

ﻱﺬـﻟﺍ<br />

ﻊﻨﺼﳌﺍ ﺔﻤﻬﳌﺍ<br />

ﺔﻳﺅﺮﻟﺍ<br />

ﺓﺩﺎـﻴﻗ<br />

ﻰـﻠﻋ ﺭﺩﺎﻗﻭ ﻝﻭﺆﺴﻣ ﻞﺒﻗ ﺲﺋﺍﺮﻟﺍ ﺲﺋﺮﻳ<br />

ﻑﻮﺳ ﻑﺪﳍﺍ ﺍﺬﻫ<br />

. ﺕﺎﻗﻼﻌﻟﺍﻭ<br />

Endah<br />

Kurniawati.<br />

P.<br />

M.<br />

، ﺀﺍﺩﻷﺍﻭ ، ﺔﻴﻠﻳﻮﺤﺘﻟﺍ<br />

Indonesia<br />

Psi<br />

: ﺔﻴﺴﻴﺋﺮﻟﺍ<br />

ﻭ ﻑﺪﳍﺍ ﻞﻴﺼﺤﺘﻟ<br />

ﻒﻇﻮﳌﺍ ﻪﺑ ﻞﻌﻓ ﻱﺬﻟﺍ<br />

ﻞﻤﻌﻟﺍ ﻮﻫ<br />

ﻒﻇﻮﳌﺍ ﺀﺍﺩﺃ<br />

: ﰊﺮﳌﺍ<br />

ﺕﺎﻤﻠﻜﻟﺍ<br />

ﻞﻴﺼﲢ<br />

ﻕﺮﻃﻭ<br />

. ﺎﻬﻜﻠﲤ ﱵﻟﺍ ﺹﺮﻔﻟﺍﻭ ﺕﺎﻧﺎﻜﻣﻻﺍ<br />

ﻡﺪﺨﺘﺴﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﺓﺩﺎﻴﻘﻟﺍ<br />

ﺝﺫﻮﳕ . ﺀﺍﺩﻷﺍ ﲔﺴﺤﺘﻟ ﻒﻇﻮﳌﺍ ﺔﺜﻌﺑ ﺪﻳﺰﺗ ﺚﻴﲝ ﻲﻘﻴﻘﳊﺍ ﻑﺪﳍﺍﻭ<br />

ﺔﻤﻬﳌﺍ<br />

ﺔﻳﺅﺮﻟﺍ<br />

ﻞﻴﻐﺸﺘﻟ ﻪﺳﻭﺅﺮﻣ


ﺔﻘﺛﻭ<br />

ﺔﺜﻌﺑ ﻒﻇﻮﳌﺍ ﺢﺒﺻﺃ<br />

. ﺔﻴﻠﻳﻮﺤﺘﻟﺍ ﺓﺩﺎﻴﻘﻟﺍ ﺝﺫﻮﳕ ﻮﻫ ﻞﻴﻐﺸﺘﻟﺍ<br />

ﰱ ﻪﺘﺜﻌﺑ ﺪﻳﺰﺗ ﻦﻜﳝ ﺚﻴﺣ ﻒﻇﻮﳌﺍ<br />

ﺔﻤﻬﳌﺍ<br />

ﺔﻳﺅﺮﻟﺍ<br />

ﺱﺮﻐﻟ<br />

ﻞﻐـﺷ ﻰﻠﻋ ﻞﻣﺎﻌﻟﺍ ﻊﺠﺸﺗ ﱵﻟﺍ ﻞﻐﺸﻟ ﺔﻳﺮﻫﻮﺟ<br />

ﺔﺜﻌﺑ ﺐﺒﺴﺑ<br />

ﻒﻇﻮﳌﺍ ﺩﻮﻬﺟ ﺓﺩﺎﻳﺯ<br />

. ﻪﺴﺋﺍﺮﻠﻟ<br />

ﺎﺼﻠﳐ ﻭ ﺎﻣﺍﺮﺘﺣﺍﻭ<br />

ﺎﺑﺎﺠﻋﺃﻭ<br />

ﺕﺍﲑﻐﺘـﳌﺍ ﻭﺃ ﻦﻳﲑﻐﺘﻣ ﲔﺑ ﺔﻗﻼﻋ ﻙﺎﻨﻫ ﺖﻧﺎﻛ ﺍﺫﺇ ﺎﻣ ﻙﺍﺭﺩﺇ ﱃﺇ ﻑﺪ<br />

،ﻲﻃﺎﺒﺗﺭﻹﺍ<br />

ﻞﻜﺸﺑ<br />

( Maintenance<br />

ﲔـﺳﺪﻨﻬﻣ ﺔﻧﺎﻴـﺻ ﻢﻴﺴـﻘﺗ ﻡﺪﺨﺘﺴـﳌﺍ ﻊﻴـﺿﺍﻮﳌﺍ<br />

ﺚﲝ . ﺙﺎﲝﻸﻟ<br />

. ﻞﻘﺘﺴﻣ ﻞﻜﺸﺑ<br />

ﻲﻤﻜﻟﺍ ﺚﺤﺒﻟﺍ ﻕﺮﻃ<br />

ﺎﻋﻮﺿﻮﻣ ﺖﺤﺒﺻﺃ ﱵﻟﺍ<br />

ﺱﺎﻴﻘﻟﻭ<br />

. ﺕﺎﻨﻴﻌﻟﺍ ﻉﻮﻤﳎ ﻲﻫ ﺔﻣﺪﺨﺘﺴﳌﺍ ﺕﺎﻨﻴﻌﻟﺍ ﺬﺧﺃ ﺏﻮﻠﺳﺃﻭ , ﺎﺼﺨﺷ 58 ﻎﻠﺒﻳ ﱐﺎﻜﺳ ﺩﺪﻌﺑ<br />

Enginering<br />

)<br />

ﺕﺍﺮﻣ ﺩﺪﻋ ﺮﻈﻨﻟﺎﺑ ﺱﺎﻴﻘﻣ ﻒﻇﻮﳌﺍ ﻙﺍﺭﺩﺇ ﻥﻷ ﻚﻟﺫﻭ ،ﻥﺎﻴﺒﺘﺳﺍ ﻝﺎﻤﻌﺘﺳﺎﺑﻮﻫ<br />

ﺔﻴﻠﻳﻮﺤﺘﻟﺍ ﺓﺩﺎﻴﻘﻟﺍ ﺝﺫﻮﻤﻨﺑ<br />

ﻒﻇﻮﳌﺍ<br />

ﻒﻇﻮﳌﺍ<br />

ﺀﺍﺩﺃ ﻙﺍﺭﺩﺇ ﺎﻨﻫ ﻦﻣ ﻦﻜﳝﻭ ،ﺱﺎﻴﻘﻟﺍ<br />

ﺝﺫﻮـﳕ<br />

ﰲ ﻒﻇﻮﻣ ﻙﺍﺭﺩﺇ ﲔﺑ ﺔﻗﻼﻌﻟﺍ ﺪﻳﺪﺤﺘﻟﻭ<br />

“ Product Momment”<br />

ﺍﺬ ﻙﺭﺪﻳ ﻡﺎﻌﻟﺍ ﺔﻳﺎ ﻞﻛ ﻒﻇﻮﳌﺍ ﺀﺍﺩﺃ<br />

. ﺔﻴﻗﺮﺘﻟﺍ ﻭﺃ ﺐﺗﺍﺮﻟﺍ ﲔﺴﺤﺘﺑ ﺔﻌﺑﺎﺘﳌﺍ<br />

ﺔﻐﻴﺻ ﻡﺍﺪﺨﺘﺳﺇ<br />

ﻙﺍﺭﺩﺇ<br />

. ﺏﻮﻠﺳﻻﺍ ﺍﺬﻫ ﺔﺳﺭﺎﳑ ﰲ ﻢﻴﻋﺰﻟ<br />

ﻢﺘﻴﺳ ﻚﻟﺬﻟ ﻯﺮﺧﺃ ﱃﺇ ﺔﻨﺳ ﻦﻣ<br />

ﻒﻇﻮﳌﺍ ﺀﺍﺩﺃ ﻊﻣ ﺔﻴﻠﻳﻮﺤﺘﻟﺍ ﺓﺩﺎﻴﻘﻟﺍ<br />

ﻲﻔﻇﻮﳌﺍ ﺀﺍﺩﺃﻭ ﺔﻴﻠﻳﻮﺤﺘﻟﺍ ﺓﺩﺎﻴﻘﻟﺍ ﺝﺫﻮﳕ ﲔﺑ ﺔﻗﻼﻌﻟﺍ ﻥﺃ ﺎﻬﻴﻠﻋ ﻞﺼﺤﺘﳌﺍ ﺞﺋﺎﺘﻨﻟﺍ .ﺪﻴﺟ ﻞﻣﺎﻌﻣ ﻦﻣ ﺍﺮﻳﺪﻘﺗ ﻯﺮﻳ ﻥﺃ ﻦﻜﳝﻭ<br />

ﻁﺎﺒﺗﺭﻻﺍ (rxy) ﻲﻌﺒﻄﻣ ﺄﻄﺧ ﺹﺮﻔﻟﺍﻭ 0,374 ﻒﻇﻮﳌﺍ ﺀﺍﺩﺃ ﺪﳛﻭ ﺔﻴﻠﻳﻮﺤﺘﻟﺍ ﺓﺩﺎﻴﻘﻟﺍ ﺏﻮﻠﺳﺃ ﻊﻣ ﻒﻇﻮﳌﺍ ﺭﻮﺼﺘﻟﺍ ﲔﺑ<br />

(P)ﻭ 0,001 = ﺓﺩﺎﻴﻘﻟ ﺔﻣﺪﺨﺘﺴﳌﺍ ﺓﻮﻘﻟﺍ ﺖﻧﺎﻛ ﺎﻣﺪﻨﻋ ,ﺞﺘﻨﺘﺴﻧ ﻥﺃ ﻦﻜﳝ ﺍﺬﻫ ﻊﻣ 0,05 ﲑﺒﻜﻟﺍ ﻯﻮﺘﺴﳌﺍ ﰲ<br />

ﺎﻀﻳﺃ ﻒﻇﻮﳌﺍ ﺀﺍﺩﺃ ﺪﻳﺰﻳ ﻢﺜﻓ ﺮﺜﻛﺃ ﺔﻴﻠﻳﻮﺤﺘﻟﺍ<br />

A. Latar Belakang Masalah<br />

BAB I<br />

PENDAHULUAN<br />

Di masa krisis global yang belakangan ini terjadi di banyak negara,<br />

tentunya akan membawa dampak yang berarti terhadap perkembangan sosial<br />

ekonomi masyarakat khususnya Indonesia. Hal ini nampak pada semakin


meningkatnya kebutuhan pokok masyarakat dan semakin banyaknya<br />

pengangguran yang menyebabkan angka kemiskinan semakin meningkat 1 .<br />

Lapangan pekerjaan yang semakin jarang ditemukan menyebabkan para<br />

pencari kerja dari tahun ke tahun semakin meningkat akan tetapi jumlah lowongan<br />

pekerjaan sangat minim. Baik itu dari instansi pemerintahan, perusahan swasta<br />

maupun LSM (Lembaga Sosial Masyarakat) yang pada masing- masing bidang<br />

pekerjaan tersebut memerlukan keahlian dan kemampuan yang sesuai untuk para<br />

pekerjanya.<br />

Dalam hal ini yang menjadi fokus pembicaran adalah sebuah perusahaan<br />

yang bermodalkan asing sehingga pada masa krisis global yang terjadi dapat<br />

dirasakan secara langsung dan berdampak pada bisnis perusahaan. Dampak yang<br />

terjadi bisa mengakibatkan suatu perusahaan mengalami kerugian yang besar dan<br />

memungkinkan perusahaan tersebut gulung tikar karena kehabisan modal ataupun<br />

melakukan merger dengan perusahaan lain agar tetap bisa bertahan untuk<br />

menjalankan bisnis perusahaan. 2<br />

Begitu juga yang terjadi di suatu perusahaan elektronik yaitu bermerek<br />

Compaq dan Hp. Pada Tahun 2002 di salah satu surat kabar menyatakan bahwa<br />

Hp mengalami suatu kerugian yang menyebabkan ia harus melakukan merger<br />

dengan merek lain yaitu Compaq. Pada merger yang dilakukan oleh compaq dan<br />

Hp ini, salah satu yang menjadi faktor penyatuan dua perusahaan adalah peran<br />

pemimpin dalam mengajak bawahannya untuk menjalankan visi dan misi yang<br />

baru. Dalam melakukan merger dengan perusahaan lain akan membutuhkan<br />

banyak penyesuaian sehingga dari dua perusahaan tersebut dapat menjalankan<br />

tujuan bersama. Akan tetapi dalam menetapkan tujuan ini akan membutuhkan<br />

1 Pengangguran yang menjamur. Jawapos Hal 7. (2009 Desember)<br />

2 Ekonomi Bisnis. Kompas. Hal 13. (2010 Januari)


pembicaraan yang penting tentang visi misi yang baru dan sasaran perusahan<br />

setelah bergabung dengan perusahaan lain. 3<br />

Dari hal- hal penting yang dilakukan oleh kedua perusahaan ini tentunya<br />

membutuhkan suatu penghubung yang dapat menyatukan kedua misi dan visi yang<br />

berbeda akan tetapi dapat menjadi suatu tujuan untuk kepentingan bersama. Dalam<br />

hal ini tentunya peran pemimpin- pemimpin yang berkompeten akan sangat<br />

diperlukan, karena pemimpin inilah yang akan menentukan jalannya visi dan misi<br />

perusahaan terkait masa depan karyawannya, karena pada saat merger<br />

dimungkinkan terjadi pengurangan karyawan. 4<br />

Di saat kondisi perusahaan yang kritis para pemimpin akan sangat<br />

diharapkan oleh bawahannya untuk dapat mengambil keputusan secara bijak dan<br />

mampu memahami bawahannya secara personal. Pada saat dilakukan merger<br />

tentunya setiap pemimpin akan memberi tantangan pada bawahannya untuk selalu<br />

memunculkan ide baru yang kreatif agar perusahan dapat terus berkembang dan<br />

bertahan dalam menjalankan bisnis selanjutnya.<br />

Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwasanya saat suatu perusahaan<br />

melakukan merger dengan perusahaan lain tentunya keputusan yang tadinya<br />

diambil secara sepihak, akan diputuskan secara bersama oleh perusahaan yang<br />

melakukan merger dengan perusahaan tersebut. Dengan demikian, agar tidak<br />

terjadi kesenjangan ataupun merugikan salah satu pihak, peran pemimpin sangat<br />

penting agar kedua perusahaan tersebut dapat menjalankan visi misi bersama.<br />

Dari permasalahan- permasalahan di bidang industri tersebut dapat dilihat<br />

dari cara pemimpin dalam menggunakan kekuatan kepemimpinannya, sehingga<br />

masalah pun dapat diselesaikan dengan baik. Karena anak buah atau bawahan<br />

3 Bernard M. Bass, Ronald E. Riggio.2006. Transformational Leadership. US.Hal 1<br />

4 Ibid. Hal 2


dapat dicerminkan oleh pemimpinnya. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana atasan<br />

memberikan contoh pada bawahannya. Dalam membawa anak buahnya untuk<br />

mencapai kinerja secara maksimal seorang pemimpin hendaknya menggunakan<br />

gaya kepemimpinan yang dapat membawa perusahan untuk maju dan dapat<br />

berkembang berdasarkan visi, misi dan tujuan bersama. Dengan adanya hal ini<br />

pemimpin dituntut oleh organisasi untuk bisa fleksibel dalam menggunakan gaya<br />

kepemimpinan yang tepat.<br />

Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku konsisten yang diterapkan<br />

pemimpin dengan melalui orang lain, yaitu pola perilaku yang diperlihatkan<br />

pimpinan pada saat mempengaruhi orang lain, seperti dipersepsikan orang lain. 5<br />

Pendapat yang dikemukakan oleh Hersey dan Blanchard menyebutkan<br />

bahwasanya gaya bukanlah soal bagaimana pendapat pemimpin tentang<br />

perilaku mereka sendiri dalam memimpin, tetapi bagaimana persepsi orang lain,<br />

terutama bawahannya, tentang perilaku pemimpinnya. 6<br />

Gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi<br />

kondisi kerja, sehingga akan berhubungan dengan bagaimana karyawan menerima<br />

suatu gaya kepemimpinan, penerimaan tersebut dapat berupa persepsi bawahan<br />

untuk senang atau tidak, suka atau tidak, yang mana nantinya akan berpengaruh<br />

pada saat karyawan melakukan pekerjannya. Sehingga gaya kepemimpinan<br />

tertentu dapat menyebabkan peningkatan kinerja disisi lain dapat menyebabkan<br />

penurunan kinerja 7 .<br />

Kepemimpinan akan berpengaruh terhadap perilaku dan kinerja baik secara<br />

individual, kelompok maupun organisasi secara keseluruhan. Sejauh mana<br />

bawahan berhasil menjalankan tugas sangat tergantung pada peran yang<br />

5 Ibid hal 3<br />

6 Munandar, S. A. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. UI Press. Jakarta. Hal 179<br />

7 Ibid. Hal 4


dimainkan pemimpin dan keberhasilan seorang pemimpin akan tampak pada<br />

tingkat kinerja karyawan. 8<br />

Dari sinilah pemimpin yang baik tidak hanya mampu untuk tetap<br />

mempertahankan bisnis perusahaan, akan tetapi ia dapat berinteraksi secara baik<br />

dengan bawahannya melalui keputusan – keputusan yang diambil secara konsisten<br />

dan sekaligus ia dapat memahami kondisi bawahannya. Inilah yang disebut<br />

sebagai gaya kepemimpinan transformasional yang mana pemimpin akan selalu<br />

berimplementasi pada misi, visi dengan menggerakkan bawahannya untuk<br />

berprestasi dan bekerja keras dengan posisi pemimpin memberi motivasi pada<br />

bawahannya agar dapat meningkatkan organisasi yang yang akan berdampak pada<br />

budaya lingkungan di suatu perusahaan 9 .<br />

Gaya Kepemimpinan Transformasional ini ditunjukkan pada indikator<br />

yang menjadi ciri ciri transformasional yakni: pengidentifikasian dan pengucapan<br />

secara lancar tentang visi misi perusahaan, menjadi contoh yang baik pada<br />

bawahannya dengan kepemimpinan yang digunakan, memberikan harapan yang<br />

tinggi pada bawahan, memberikan dukungan secara individu, dan memberikan<br />

stimulus pada bawahannya untuk berimajinasi agar mendapatkan ide- ide baru<br />

sehingga memberikan kemajuan pada jalannya bisnis perusahaan sehingga prestasi<br />

kerjapun akan didapat. 10<br />

Ketika seorang bawahan melakukan suatu pekerjaan, tentunya akan dilatar<br />

belakangi oleh kemampuan yang dimiliki dan bagaimana ia berinteraksi dengan<br />

peralatan kerja yang mendukung kemampuannya tersebut untuk dapat mencapai<br />

8<br />

International Labour Office. 1982. Penelitian kerja dan produktivitas. Jakarta. penerbit Erlangga. Hal<br />

45<br />

9<br />

Suganda, Dann. 1981. Kepemimpinan di dalam Organisasi dan manajemen. Bandung. CV Sinar Baru.<br />

Hal 105<br />

10<br />

Dipboye. R.L, C.S Smith and W. C Howell. 1994. Understanding Industrial and Organizational<br />

Psycology An Integrated Approach. Harcourt Brace College Publishers. Tokyo Hal.278


tujuan. Hal ini yang disebut dengan kerja. Disamping faktor kemampuan dan<br />

fasilitas yang digunakan dalam menunjang pekerjaan, faktor terpenting lainnya<br />

yakni seseorang yang berada dalam posisi tersebut dapat bekerja dibawah naungan<br />

seseorang yaitu pemimpin.<br />

Naungan seorang pemimpin untuk membimbing bawahannya bahkan<br />

untuk sekedar menyuruh akan sangat berdampak secara psikis bagi seorang<br />

bawahan. Bila pemimpin memberikan suatu tugas pada bawahanya untuk<br />

melakukan suatu pekerjaan dengan cara yang kurang baik, misalkan membentak,<br />

bisa jadi bawahan bukan tidak bisa untuk melakukan pekerjaan tersebut akan<br />

tetapi secara tidak langsung ia akan merasa bahwasanya pemimpinnya memberi<br />

contoh tidak baik dan bawahanpun akan malas untuk menyelesaikan pekerjaan<br />

tersebut.<br />

Begitu juga yang tercantum pada Al Quran bahwasanya pemimpin yang<br />

beriman harus berpegang teguh pada firman Allah SWT di dalam surat Al Baqarah<br />

ayat 147 :<br />

⎩ ִ ִ<br />

☺☺ <br />

Artinya: Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu<br />

Termasuk orang-orang yang ragu.(Q.S Al Baqarah ayat 147) 11<br />

Pemimpin berpegang teguh dan terus menerus berusaha menegakkan<br />

kebenaran dan berdasarkan tuntunan ajaran islam akan disegani, dihormati, dan<br />

dipatuhi. Disamping itu karena merupakan perwujudan iman/ ketaqwaan, maka<br />

sesuai dengan janji Allah bahwa pemimpin tersebut akan mendapat tempat yang<br />

mulia disisi Allah SWT.<br />

11 Al Quran Terjemahannya. Depag RI. 2004 & . Hal 37


Seperti yang tercantum pada agama bahwasanya pemimpin baik bukan<br />

hanya bisa bertanggung jawab diakhirat akan tetapi ia bertanggung jawab didunia<br />

dengan selalu mengamalkan perbuatan baik untuk memajukan perusahaan agar<br />

lebih dikenal masyarakat dengan produk terbaik yang dihasilkan akan tetapi juga<br />

para pemimpin dan karyawan yang bertanggung jawab. Begitu juga PT Coca Cola<br />

Bottling Indonesia Pandaan- Jawa Timur sebagai salah satu Brand minuman<br />

bermodal asing juga akan tetap bertahan ditengah krisis global yang tengah terjadi.<br />

Hal ini diwujudkan dengan ia harus tetap menjadi brand minuman yang digemari<br />

oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Seperti yang terjadi pada beberapa<br />

waktu yang lalu bahwasanya Cocacola menjadi salah satu sponsor utama piala<br />

dunia 2010. hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya agar Cocacola tetap dikenal<br />

masyarakat luas. 12<br />

Upaya tesebut tidak terlepas dari ide- ide para karyawan PT Coca Cola<br />

yang selalu memunculkan ide kreatif dan inovatif. Dari ide kreatif dan inovatif<br />

yang dimunculkan oleh CocaCola ini menunjukkan bahwasanya kinerja karyawan<br />

tidak bisa diremehkan begitu saja. Hal ini tentu saja juga dilatar belakangi oleh<br />

peran pemimpin yang selalu memberi tantangan pada bawahannya untuk<br />

memunculkan ide baru dan semangat sehingga tingkat kinerja karyawan kan terus<br />

meningkat.<br />

Di sisi lain bekerja bagi seorang muslim adalah salah satu upaya yang<br />

sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, pikir dan zikirnya untuk<br />

mengaktualissikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang<br />

dapat menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat terbaik. Secara lebih<br />

hakiki, bekerja bagi seorang muslim merupakan suatu ibadah, bukti pengabdian<br />

12 .Wawancarai Februari 2010


dan rasa syukurnya untuk mengolah dan memenuhi panggilan ilahi agar mampu<br />

menjadi yang terbaik karena mereka sadar bahwa bumi diciptakan sebagai ujian<br />

bagi mereka yang memiliki etos terbaik 13<br />

Peran pemimpin tentu saja tidak bisa terlepas dari bagaimana ia<br />

menggunakan gaya kepemimpinan untuk mengamalkan visi, misi dan sasaran<br />

perusahaan yakni: “menjadi Brand minuman terbaik dengan bekerja secara kreatif<br />

dan proaktif, menciptakan budaya belajar dan berbagi pengalaman untuk mencoba<br />

hal-hal baru dan gigih dalam mencapai hasil yang baik agar menghasilkan<br />

pekerjaan yang berkualiatas” 14<br />

Dari visi, misi tersebut menunjukkan bahwasanya Coca Cola bukan hanya<br />

ingin dikenal masyarakat melalui produk terbaik yang dihasilkan, akan tetapi<br />

sumberdaya manusia yang ada di pabrik ini akan terus mencapai prestasi kerja<br />

yang baik dan kinerja yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Untuk<br />

mengamalkan visi, misi tersebut pemimpin akan sangat berpengaruh besar<br />

terhadap jalannya pengamalan yang dilakukan oleh bawahannya. Hal ini<br />

dikarenakan pemimpin akan selalu menjadi contoh dan panutan bawahan ketika<br />

bekerja. Maka dengan demikian dari proses penggalian data awal menggunakan<br />

observasi, wawancara, dokumentasi dan angket yang dilakukan di PT Coca cola<br />

Bottling Indonesia menunjukkan bahwasanya penggunaan gaya kepemimpinan<br />

Transformasional sering dilakukan oleh para pemimpin di perusahaan tersebut.<br />

Dari hasil wawancara dan observasi (Juli-Agustus 2009) pemimpin di<br />

perusahaan ini sering memberikan perhatian secara personal pada bawahannya,<br />

pemimpin akrab dengan bawahan akan tetapi tetap mempunyai karisma untuk<br />

13 Tasmara, Toto. (2002). Membudayakan etos kerja islami. Jakarta: Gema Insani press. Hal. 25<br />

14 Dokumentasi PT Coca Cola Bottling Indonesia (Juli-Agustus 2009)


tetap dihargai sebagai pemimpin dan selalu mengamalkan visi misi untuk dicapai<br />

bersama.<br />

Namun pada saat saya melakukan pengamatan awal, terjadi suatu<br />

kesenjangan antara visi misi dengan kenyataan yang ada. Ketika bekerja di bawah<br />

naungan pimpinan karyawan bekerja dengan baik bahkan terkesan rajin untuk<br />

segera menyelesaikannya, akan tetapi ketika pimpinan meninggalkan tempat untuk<br />

melakukan meeting diluar kota karyawan sering bermalas- malasan dalam bekerja.<br />

Salah seorang karyawan mengeluh ”alah,,,santai dulu, bapak kepala masih tidak<br />

ada, bisalah pekerjaan ini nanti diselesaikan”(Observasi Juli 2009). Ada juga<br />

karyawan yang berkata “atasan kurang mengerti aspirasi bawahan dan bawahan<br />

tidak diberi kesempatan untuk berbicara”(Observasi Agustus 2009). 15<br />

Beberapa penelitian yang sebelumnya telah dilakukan bahwasanya gaya<br />

kepemimpinan akan sangat banyak mempengaruhi aspek- aspek pekerjaan yang<br />

dilakukan oleh karyawan. Misalkan penelitian tentang hubungan gaya<br />

kepemimpinan dengan prestasi kerja karyawan di PT Adira Finance yang<br />

mendapatkan kesimpulan bahwasanya gaya kepemimpinan akan mempengaruhi<br />

prestasi kerja karyawan sebesar 64% dan 36% yang lainnya dipengaruhi oleh<br />

faktor lain. 16<br />

Penelitian yang berkaitan dengan hubungan gaya kepemimpinan<br />

transformasional dan transaksional dengan komitmen karyawan pada organisasi<br />

telkom, dengan mendapatkan bahwasanya kedua variabel ini akan berhubungan<br />

15 Observasi PT Coca Cola Bottling Indonesia (Juli-Agustus 2009)<br />

16 Nurita R. Yolla Permata. 2008. Hubungan gaya kepemimpinan dengan prestasi kerja karyawan di PT<br />

Adira Finance. Universitas Widyatama.Hal 82


secara positif. Pada gaya kepemimpinan transformasional akan berhubungan 45%<br />

sedangkan untuk gaya kepemimpinan berhubungan sebesar 52%. 17<br />

Penelitian- penelitian diatas menunjukkan bahwasanya terjadi suatu<br />

kesenjangan antara harapan dan kenyataan bahwasanya gaya kepemimpinan yang<br />

digunakan oleh para atasan mempunyai hubungan dengan karyawan dalam<br />

melakukan pekerjaannya. Sesuai dengan fenomena yang terjadi bahwasanya gaya<br />

kepemimpinan atasan dalam memimpin akan memberikan dampak pada kinerja<br />

karyawan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan<br />

mengangkat judul sebagai berikut:<br />

“Hubungan Antara Persepsi Karyawan Tentang Gaya Kepemimpinan<br />

Transformasional Dengan Kinerja Karyawan PT Coca Cola Bottling Indonesia”<br />

B. Rumusan Masalah<br />

1. Bagaimana Tingkat Persepsi karyawan tentang Gaya kepemimpinan<br />

Transformasional di PT Coca Cola Bottling Indonesia Jawa Timur?<br />

2. Bagaimana Tingkat Kinerja Karyawan PT Coca Cola Bottling Indonesia Jawa<br />

Timur?<br />

3. Adakah Hubungan antara Persepsi karyawan tentang Gaya Kepemimpinan<br />

Transformasional dengan Kinerja Karyawan PT Coca Cola Bottling Indonesia<br />

Jawa Timur?<br />

C. Tujuan Penelitian<br />

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:<br />

17 Skripsi memet Yudi Hermanto,.2004. Hubungan antara persepsi gaya kepemimpinan<br />

transformasional dan transaksional dengan komitmen karyawan pada organisasi Telkom .<strong>UIN</strong> <strong>Malang</strong>.


1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat persepsi karyawan tentang Gaya<br />

Kepemimpinan Transformasional PT Coca Cola Bottling Indonesia Jawa<br />

timur.<br />

2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kinerja karyawan PT Coca Cola Bottling<br />

Indonesia Jawa Timur.<br />

3. Untuk mengetahui adakah hubungan antara tingkat persepsi karyawan tentang<br />

gaya kepemimpinan Transformasional dengan kinerja karyawan PT Coca Cola<br />

Bottling Indonesia Jawa Timur?<br />

D. Manfaat Penelitian<br />

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:<br />

a. Secara Teoritis<br />

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap khazanah<br />

keilmuwan, khususnya psikologi Industri dan Organisasi.<br />

b. Secara Praktis<br />

a. Bagi Perusahaan, memberikan masukan kepada PT Coca Cola Bottling<br />

Indonesia, Gempol- Pasuruan pada khususnya yang berkaitan dengan gaya<br />

kepemimpinan yang diterapkan bagi para atasan yang akan mempengaruhi<br />

Kinerja karyawan.<br />

b. Bagi Peneliti, sebagai bahan penelitian untuk mengukur kemampuan dalam<br />

menyerap pengetahuan yang telah diterima selama dibangku kuliah,


penerapan ilmu- ilmu yang didapatkan pada kuliah psikologi, serta<br />

penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuwan peneliti.<br />

BAB II<br />

KAJIAN PUSTAKA<br />

A. Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional<br />

1. Pengertian Persepsi<br />

Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu<br />

informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap<br />

objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses<br />

oleh otak. Proses kognisi dimulai dari persepsi.<br />

Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian seseorang<br />

terhadap obyek tertentu. Menurut Young persepsi merupakan aktivitas<br />

mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik<br />

maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik<br />

dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan


akan diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik<br />

hal itu berupa harapan-harapan,nilai-nilai, sikap, ingatan dan lain-lain. 18<br />

Di dalam proses persepsi individu dituntut untuk memberikan penilaian<br />

terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positif/negatif, senang atau tidak senang<br />

dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk sikap, yaitu suatu<br />

kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam<br />

situasi yang tertentu pula.<br />

2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Persepsi<br />

Persepsi, yakni apa saja yang dialami oleh manusia, berawal dari alat<br />

sensor plus cara seseorang memperoleh informasi yang diterimanya. William<br />

James, psikolog terkenal dari Amerika, menyatakan “Part of what we perceive<br />

come trough the sense from the object before us: another part…always<br />

comes…out of our own head” 19 .<br />

Meskipun banyak stimulus berbeda- beda yang sampai kepada kita tentang<br />

masalah yang sama, apa yang bisa kita hayati adalah terbatas pada saat- saat<br />

tertentu. Apa yang kita hayati tidak hanya bergantung pada stimulus, tetapi juga<br />

pada proses kogniif yang merefleksikan minat, tujuan, dan harapan seseorang pada<br />

saat itu. Pemusatan persepsi ini disebut “perhatian”.<br />

Perhatian mempunyai fungsi memiliki dan mengarahkan rangsangan-<br />

rangsangan yang sampai kepada kita, sehingga tidak kita terima secara kacau.<br />

Perhatian dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dibagi dalam dua golongan<br />

besar yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar adalah faktor- faktor yang<br />

terdapat pada obyek yang diamati itu sendiri yaitu intensitas atau ukuran, kontras,<br />

18 Drs Alex Sobur, M. Si. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia. 2003. Hal. 448.<br />

19 Ibid. Opcit Hal 448


pengulangan dan gerakan. Sedangkan faktor dalam adalah faktor- faktor yang<br />

berasal dari dalam individu si pengamat, yaitu motif, kesediaan, dan harapan 20 .<br />

Berikut ini yang merupakan tahap- tahap pembentukan persepsi:<br />

a) Terjadinya simulasi alat indera. Alat indera dirangsang sehingga indera<br />

merasakan stimulus.<br />

b) Simulasi alat indera diatur. Rangsangan terhadap alat indera diatur oleh otak<br />

dengan berbagai pola diantaranya proximity (kemiripan) dan unity (kesatuan).<br />

c) Stimulasi alat indera dievaluasi- ditafsirkan. Penafsiran- evaluasi tidak semata-<br />

mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh<br />

pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang<br />

yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada saat itu.<br />

3. Pengertian Gaya Kepemimpinan Transformasional<br />

Kepemimpinan merupakan proses kegiatan seseorang dalam memimpin,<br />

membimbing, mempengaruhi atau mengendalikan pikiran, perasaan, atau tingkah<br />

laku orang lain. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui suatu karya, seperti<br />

buku, lukisan dan sebagainya, atau melalui kontak personal secara tatap muka.<br />

Faktor penting dalam kepemimpinan, yakni dalam mempengaruhi atau<br />

mengendalikan pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain adalah tujuan dan<br />

rencana. Namun bukan berarti bahwa kepemimpinan selalu merupakan kegiatan<br />

20 Ibid. Hal. 449 (Digagunarsa, 1996:107).


yang direncanakan dan dilakukan dengan sengaja, seringkali juga kepemimpinan<br />

berlangsung secara spontan. 21<br />

Menurut Stoner, gaya kepemimpinan adalah berbagai pola tingkah laku<br />

yang disukai oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi<br />

karyawan. Menurut Thoha, gaya kepemimpinan adalah norma perilaku yang<br />

digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi<br />

perilaku orang lain.<br />

Gaya kepemimpinan inilah yang menyebakan seseorang dipilih sebagai<br />

pemimpin atau manajer, sebab hal ini sangat berhubungan erat dengan tujuan<br />

perusahaan yang dicapai, jenis-jenis kegiatan yang harus dipimpin, karakteristik<br />

para tenaga kerja, motif, usaha dan lain-lain.<br />

Interaksi antara pemimpin dan bawahannya ditandai oleh pengaruh<br />

pemimpin untuk mengubah perilaku bawahannya menjadi seseorang yang merasa<br />

mampu dan bermotivasi tinggi dan berupaya mencapai prestasi kerja yang tinggi<br />

dan bermutu. Corak interaksi antara pemimpin dalam kepemimpinannya inilah<br />

yang menentukan derajat keberhasilan pemimpin dalam kepemimpinannya. 22<br />

Burn mengemukakan bahwa gaya Kepemimpinan transformasional sangat<br />

penting dan dibutuhkan setiap organisasi. Ia mengembangkan konsep<br />

kepemimpinan transformasional dengan berlandaskan pada pendapat Maslow<br />

mengenai hirarki kebutuhan manusia. Keller (1992) mengemukakan bahwa<br />

kebutuhan yang lebih tinggi, seperti harga diri dan aktualisasi diri, hanya dapat<br />

dipenuhi melalui praktik gaya kepemimpinan transformasional 23 .<br />

21 Suganda, Dann, Op- Cit. Hal 2<br />

22 Munandar, S. A Op-Cit. Hal 199<br />

23 Pawar, B.S., and Easman, K.K. 1997. The Nature and Implication of Contextual Influences on<br />

Transactional Leadership: A Conceptual Examination. Academy of Management Review, 22 (1): 80-<br />

109.


Teori kepemimpinan transformasional yang dikembangkan pertama kali<br />

oleh James MacGregor Burns dalam konteks politik. Istilah kepemimpinan<br />

transformasional dibangun dari dua kata, yaitu kepemimpinan (leadership) dan<br />

transformasional (transformational). Istilah transformasional berinduk dari kata to<br />

transform, yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi<br />

bentuk lain yang berbeda 24 .<br />

Di Indonesia, esensi kepemimpinan transformasional, sejatinya masih<br />

relatif jarang menghasilkan literatur akademis. Meski kajian mengenai gaya kepe-<br />

mimpinan transformasional tidak sepenuhnya baru, kebanyakan para pengarang<br />

masih berkutat pada teori-teori lama, dengan menonjolkan beberapa gaya<br />

kepemimpinan, seperti gaya kepemimpinan demokratis, otoriter, demokratis semu,<br />

situasional dan lain-lain. 25<br />

Perkembangan teori kepemimpinan transformasional menitikberatkan pada<br />

efek yang beragam terhadap karyawan untuk mencapai tujuan organisasi melalui<br />

taktik meningkatkan ketertarikan karyawan dengan cara menampilkan<br />

karakteristik menunjukkan perilaku karismatik, memunculkan motivasi inspira-<br />

sional, memberikan stimulasi intelektual dan memperlakukan karyawan dengan<br />

memberi perhatian terhadap individu. Tujuannya adalah agar karyawan<br />

termotivasi menjadi percaya, kagum, hormat, setia kepada pemimpin dan dapat<br />

bekerja mandiri. Selain itu gaya kepemimpinan menunjukkan bahwasanya setiap<br />

pemimpin akan membawa bawahannya untuk mencapai visi, misi, tujuan yang<br />

berorientasi pada bisnis perusahaan. Akan tetapi hal ini juga akan selalu berkaitan<br />

dengan lingkungan dalam perusahaan itu sendiri. 26<br />

24 Bass, B.M. 1997. Does Transactional – Transformational Leadership Paradigm Transcend<br />

Organizational and National Boundaries? Journal American Psychologist, 52: 130-139.<br />

25 Dipboye. R.L, C.S Smith and W. C Howell Op- Cit Hal. 3<br />

26 Jossey- Bass/ Pfeiffer. 2001.Beyond Change Management. San Francisco. Hal 45


Sejauhmana pemimpin dikatakan sebagai pemimpin transformasional,<br />

Bass, Koh, dkk. (1995) mengemukakan bahwa hal tersebut dapat diukur dalam<br />

hubungan dengan pengaruh pemimpin tersebut berhadapan karyawan. Oleh karena<br />

itu, Bass (1990) mengemukakan ada tiga cara seorang pemimpin transformasional<br />

memotivasi karyawannya, yaitu dengan 27 :<br />

1) Mendorong karyawan untuk lebih menyadari arti penting hasil usaha<br />

2) Mendorong karyawan untuk mendahulukan kepentingan kelompok<br />

3) Meningkatkan kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti harga diri dan<br />

:<br />

aktualisasi diri.<br />

Podsakoff dkk (1996) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan<br />

transformasional merupakan faktor penentu yang mempengaruhi sikap, persepsi<br />

dan perilaku karyawan dimana terjadi peningkatan keterpercayaan kepada<br />

pemimpin, motivasi, kepuasan kerja dan mampu mengurangi sejumlah konflik<br />

yang sering terjadi dalam suatu organisasi. Kepemimpinan transformasional inilah<br />

yang sungguh- sungguh diartikan sebagai kepemimpinan yang sejati Karena<br />

kepemimpinan ini sungguh bekerja menuju sasaran pada tindakan mengarahkan<br />

organisasi kepada suatu tujuan yang tidak pernah diraih sebelumnya.para<br />

pemimpin secara riil harus mampu mengarahkan organisasi menuju arah baru.<br />

Secara garis besar gaya pemimpin ini dikelompokkan dalam gaya yang<br />

berorientasi tugas (task oriented) dan orientasi hubungan (relationship oriented).<br />

a) Perilaku Tugas (Task Behavior)<br />

Paul Harsey dan Blanchard (1995) menjelaskan tentang perlaku tugas adalah<br />

27 Koh, W.L., Steers, R.M., and Terborg, J.R. 1995. The Effect of Transformational Leadership on<br />

Teacher Attitudes and Student Performance in Singapore. Journal of Organizational Behavior, 16:<br />

319-333.


“Kadar upaya pemimpin mengorganisasikan dan menetapkan peranan anggota<br />

kelompok (pengikut) menjelaskan aktivitas setiap anggota serta kapan, dimana dan<br />

bagaimana cara menyelesaikannya, dicirikan dengan upaya untuk menetapkan pola<br />

organisasi, saluran komunikasi dan cara penyelesaian pekerjaan secara rinci dan jelas”<br />

Pendapat diatas memberikan suatu kejelasan bahwa perilaku tugas merupakan<br />

perilaku seorang pemimpin untuk mengatur dan merumuskan peranan – peranan dari<br />

anggota kelompok atau bawahan, menerangkan kegiatan yang harus dilakukan, kapan<br />

dilakukan, dimana melaksanakannya dan bagaimana tugas tersebut diselesaikan.<br />

Selanjutnya diikuti dengan usaha – usaha untuk menciptakan pola organisasi yang<br />

mantap, jalur komunikasi yang jelas, dan cara – cara melakukan jenis pekerjaan yang<br />

harus dicapai.<br />

Instrumen untuk mengukur perilaku tugas menurut Harsey dan Blanchard<br />

didasarkan dalam lima dimensi perilaku yaitu:<br />

Tabel 1<br />

Instrumen Untuk Mengukur Perilaku Tugas Pemimpin<br />

Dimensi Indikator Perilaku<br />

Perilaku Tugas<br />

Bagimana pemimpin……………<br />

Penyusunan tujuan Menetapkan tujuan yang perlu dicapai orang - orang<br />

Pengorganisasian Mengorganisasi situasi kerja bagi orang-orangnya<br />

Menetapkan batas waktu Menetapkan batas waktu bagi orang-orangnya<br />

Pengarahan Memberikan arahan spesifik<br />

Pengendalian Menetapkan dan mensyaratkan adanya laporan<br />

reguler tentang kemampuan pelaksanaan pekerjaan.<br />

Sumber : Harsey dan Blanchard<br />

b) Perilaku Hubungan (Relationship Behavior)


Harsey dan Blanchard memberikan suatu pengertian tentang perilaku<br />

hubungan sebagai suatu perilaku hubungan pemimpin dalam memberikan kesempatan<br />

kepada anggota untuk membicarakan segala sesuatunya yang berkenaan dengan tugas<br />

yang dilaksanakan oleh bawahan. Lebih rinci Harsey dan Blanchard mendifinisikan<br />

perilaku hubungan sebagai berikut 28 :<br />

“Perilaku hubungan adalah kadar upaya pemimpin membina hubungan pribadi<br />

diantara mareka sendiri dan dengan anggota kelompok mareka ( pengikut dengan<br />

membuka lebar saluran komunikasi, menyediakan dukungan sosio-emosional<br />

psikologis dan kemudahan perilaku”<br />

Instrumen untuk mengukur perilaku hubungan menurut Harsey dan Blancard<br />

dan Hembleton didasarkan dalam lima dimensi perilaku yaitu :<br />

Tabel 2<br />

Instrumen Untuk Mengukur Perilaku Hubungan Pemimpin<br />

Dimensi<br />

Perilaku Hubungan Indikator Perilaku<br />

Bagaimana pemimpin…………..<br />

Memberikan dukungan Memberikan bantuan dan dorongan<br />

Mengkomunikasikan Melibatkan orang-orang dan dalam diskusi yang<br />

“bersifat memberi dan menerima” tentang<br />

pekerjaan<br />

Memudahkan Interaksi Memudahkan interaksi diantara orang-orangnya.<br />

Aktif menyimak Berusaha mencari dan menyimak pendapat serta<br />

kerisauan orang-orangnya.<br />

Memberikan bantuan Memberikan reward terhadap prestasi orangorang.<br />

Sumber : Harsey dan Blanchard<br />

28 Harsey paul and Blanchard Kenneth. (1995) Management of organizational behavior. Diterjemahkan<br />

oleh Agus Dharma, edisi IV, penerbit Erlangga, Jakarta. Hal 191


Dalam perilaku tugas proses komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu<br />

arah dimana karyawan hanya melaksanakan apa yang di intruksikan atasan/ pimpinan.<br />

Sedangkan perilaku hubungan adalah adanya penggunaan komunikasi dua arah<br />

(timbal balik) antara pimpinan dengan bawahan dalam proses pengambilan keputusan<br />

untuk pelaksanaan pekerjaan. Dengan demikian diharapkan akan memperoleh<br />

dukungan sosioemosional dan psikologis untuk meningkatkan kinerja bawahan 29 .<br />

4. Fungsi Pemimpin<br />

Menurut Yukl, fungsi kepemimpinan adalah usaha mempengaruhi dan meng-<br />

arahkan karyawan untuk bekerja keras, memiliki semangat tinggi, dan memotivasi<br />

tinggi guna mencapai tujuan organisasi. Hal ini terutama terikat dengan fungsi<br />

mengatur hubungan antara individu atau kelompok dalam organisasi..<br />

Selain itu, fungsi pemimpin dalam mempengaruhi dan mengarahkan individu<br />

atau kelompok bertujuan untuk membantu organisasi bergerak kearah pencapaian<br />

sasaran. Dengan demikian, inti kepemimpinan bukan pertama-tama terletak pada<br />

kedudukannya dalam organisasi, melainkan bagaimana pemimpin melaksanakan<br />

fungsinya sebagai pemimpin.<br />

Fungsi pokok pimpinan adalah:<br />

1. Memberikan kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan pegangan oleh<br />

anggotanya.<br />

2. Mengawasi, mengendalikan dan menyalurkan perilaku anggota yang dipimpin.<br />

3. Bertindak sebagai wakil kelompok dalam berhubungan dengan dunia luar.<br />

29 . Harsey paul and Blanchard Kenneth.Op.cit hal 191


Fungsi kepemimpinan secara praktis beserta gaya kepemimpinannya akan<br />

berbeda menurut situasi di mana pemimpin itu melakukan kegiatannya, namun fungsi<br />

utama dari kepemimpinan terletak pada perwakilan kelompok yang dipimpinnya,<br />

dalam pengertian bahwa kepemimpinan harus dapat mewakili fungsi administratif<br />

eksekutif yang meliputi koordinasi dan integrasi atas berbagai aktivitas dalam<br />

kelompok atau orang-orang yang terlibat di dalam kepemimpinan tersebut.<br />

5. Ciri- ciri Pemimpin<br />

Pada dasarnya, kepemimpinan merupakan kemampuan pemimpin untuk<br />

mempengaruhi karyawan dalam sebuah organisasi, sehingga mereka termotivasi untuk<br />

mencapai tujuan organisasi. Dalam memberikan penilaian terhadap gaya<br />

kepemimpinan yang diterapkan pemimpin, karyawan melakukan proses kognitif untuk<br />

menerima, mengorganisasikan, dan memberi penafsiran terhadap pemimpin.<br />

Menjadi seorang pemimpin tidak bisa terjadi seketika, tetapi memerlukan<br />

waktu yang lama, dan pemimpin harus mempunyai ciri dan kecakapan yang secara<br />

umum hendaknya dimiliki oleh seorang pemimpin agar interaksi kelompok dapat<br />

berlangsung lancar dan produktif. Berikut ini yang merupakan ciri-ciri minimal yang<br />

harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah:<br />

1. Persepsi sosial, yaitu kecakapan untuk cepat melihat dan memahami perasaan-<br />

perasaan, sikap-sikap dan kebutuhan anggota kelompok.<br />

2. Memiliki kestabilan emosi.<br />

Kepemimpinan harus dapat menciptakan kinerja yang baik sebagaimana yang<br />

diharapkan, maka pemimpin harus pandai memainkan perannya sebagai katalisator<br />

dalam organisasi sehingga dengan sendirinya akan tercipta suasana kerja yang baik.<br />

Begitu pentingnya kepemimpinan dalam organisasi, maka banyak peneliti yang<br />

mengungkap ini, seperti penelitian yang dilakukan oleh Judge dan Bono menghasilkan


ahwa kepemimpinan trasnformasional mempunyai hubungan yang positif dan<br />

signifikan terhadap kinerja karyawan 30 .<br />

Yukl dalam penelitiannya mengemukakan bahwa pemimpin dapat mengubah<br />

budaya organisasi dan struktur organisasi agar lebih konsisten dengan strategi-strategi<br />

manajemen untuk mencapai sasaran organisasi. Jadi pada dasarnya pemimpin dapat<br />

menyadarkan atau meminimalkan kesenjangan yang terjadi dalam organisasi<br />

sehinggan suasana kerja dapat tercipta dengan baik.<br />

Peran budaya dalam mempengaruhi perilaku karyawan tampaknya semakin<br />

penting dalam dasawarsa akir ini, dengan dilebarkannya rentang, didatarkan struktur,<br />

diperkenalkan tim-tim, dikuranginya fomalisasi dan diberdayakan karyawan dalam<br />

organisasi. Makna bersama yang diberikan oleh suatu budaya yang kuat memastikan<br />

semua orang diarahkan pada arah yang sama. Karena salah satu fungsi budaya<br />

organisasi adalah sebagai mekanisme pembuat makna kendali yang memadu dan<br />

membentuk sikap serta perilaku karyawan. Jadi yang dirasakan mampu menantang<br />

dan membantuk budaya organisasi itu setidak-tidaknya adalah ada pada kekuasaan<br />

pemimpin dengan gaya dan perilakunya. 31<br />

Pada dasarnya, kepemimpinan merupakan kemampuan pemimpin untuk<br />

mempengaruhi karyawan dalam sebuah organisasi, sehingga mereka termotivasi untuk<br />

mencapai tujuan organisasi. Dalam memberikan penilaian terhadap gaya<br />

kepemimpinan yang diterapkan pemimpin, karyawan melakukan proses kognitif untuk<br />

menerima, mengorganisasikan, dan memberi penafsiran terhadap pemimpin. 32<br />

6. Karakteristik Gaya Kepemimpinan Transformasional<br />

30 Judge, T.A., and Locke, E.A. 1993. Effect of Dysfunctional Thought Processes on Subjective Well-<br />

Being and Job Satisfaction. Journal of Applied Psychology, 78 (3): 475-490.<br />

31 Rakhmat, J., Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 1996.<br />

32 Munandar,S. A Op- Cit


Bass dan Avolio menggambarkan bahwa pemimpin transformasional pada<br />

tahap tengah memiliki karakteristik yang menunjukkan perilaku karismatik,<br />

memunculkan motivasi inspirasional, memberikan stimulasi intelektual dan<br />

memperlakukan kayawan dengan memberi perhatian terhadap individu. 33<br />

Bass dan Avolio mengemukan bahwa faktor-faktor gaya kepemimpinan<br />

transformasional adalah sebagai berikut.<br />

1. Individualized Consideration (Perhatian Individu).<br />

Perhatian secara individual merupakan cara yang digunakan oleh<br />

pemimpin untuk memperoleh kekuasaan dengan bertindak sebagai pembimbing,<br />

memberi perhatian secara individual dan dukungan secara pribadi kepada<br />

bawahannya.<br />

Menurut Bass, pemimpin melakukan hubungan dengan bawahan secara<br />

individual, mempertimbangkan kebutuhan, kemampuan dan aspirasi individu,<br />

mendengarkan dengan penuh perhatian, pengembangan jangka panjang,<br />

menasehati, mengajar, membina dan melatih.<br />

Avolio, berpendapat bahwa pendelegasian wewenang merupakan fokus<br />

dari pertimbangan individual. Pendelegasian sebagai tugas untuk diselesaikan<br />

bawahan merupakan tantangan kerja bagi bawahan dan sekaligus memberi<br />

kesempatan kepada bawahan untuk belajar. Perhatian yang berorientasi pada<br />

pengembangan bawahan ditunjukkan melalui pendelegasian sebagian tugas kepada<br />

bawahan. Perhatian yang berorientasi kepada individu ditunjukkan dengan<br />

memberi dukungan dan memperlakukan bawahan secara individu. Dengan<br />

demikian pemimpin dapat melihat adanya perbedaan yang terdapat pada<br />

bawahannya atau mitra kerjanya.<br />

33 Munandar, S. A Op-Cit. Hal 6-7


Perhatian seorang atasan kepada bawahannya merupakan kewajiban,<br />

karena sebagai figur pemimpin dituntut untuk senantiasa bisa memberikan<br />

bimbingan dan saran yang diperlukan bagi perkembangan bawahannya. Pemimpin<br />

transformasional membangkitkan rasa hormat dan pengabdian dari dalam diri tiap-<br />

tiap orang dengan menyediakan waktu untuk menyatakan bahwa mereka itu<br />

penting.<br />

2. Inspirational Motivation (Motivasi Inspirasi)<br />

Upaya pemimpin transformasional dalam memberikan inspirasi para<br />

pengikutnya agar mencapai kemungkinan-kemungkinan yang tidak terbayangkan.<br />

Ditantangnya karyawan mencapai standar yang tinggi. Ia mengajak karyawan<br />

untuk memandang ancaman dan masalah sebagai kesempatan belajar dan<br />

berprestasi. Pemimpin inspirasional adalah seorang pemimpin yang bertindak<br />

dengan cara memotivasi dan menginspirasi bawahan yang berarti mampu<br />

mengkomunikasikan harapan-harapan yang tinggi dari bawahannya, menggunakan<br />

simbol-simbol untuk memfokuskan pada kerja keras, mengekspresikan tujuan<br />

dengan cara sederhana.<br />

Pemimpin inspirasional mampu mendorong bawahan untuk menetapkan<br />

suatu tujuan yang menantang dengan standard yang tinggi. Adanya tujuan yang<br />

menantang ini diharapkan akan mampu mendorong bawahan untuk memfokuskan<br />

pada usaha yang keras dalam mencapai target tersebut. Pemimpin inspirasional<br />

mampu memberikan arti yang jelas terhadap tindakan yang direncanakan, bersikap<br />

tenang dalam menghadapi krisis, memberi penghargaan terhadap tindakan<br />

bawahan yang berprestasi, menekankan pada persaingan yang sehat, memberikan


gambaran mengenai masa depan yang menarik dan dapat dicapai dan menjelaskan<br />

mengenai langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut.<br />

Pemimpin yang inspirasional oleh Bass dan Avolio (Yukl, 1994) diartikan<br />

sebagai sejauh mana seorang pemimpin mampu mengkomunikasikan suatu visi<br />

yang menarik, mampu menggunakan simbol-simbol untuk memfokuskan usaha-<br />

usaha mitra kerjanya dan memodelkan perilaku yang sesuai.<br />

3. Intellectual Stimulation (Simulasi Intelektual)<br />

Pemimpin transformasional mengajak karyawan melihat perspektif baru.<br />

Imajinasi, dipadu dengan intuisi namun dikawal oleh logika dimanfaatkan oleh<br />

pemimpin ini dalam mengajak karyawan berkreasi. Menurut Bass (1985)<br />

rangsangan intelektual, berarti mengenalkan cara pemecahan masalah secara<br />

cerdik, rasional dan hati-hati sehingga anggota mampu berpikir tentang masalah<br />

dengan cara baru dan menghasilkan pemecahan yang kreatif. Rangsangan<br />

intelektual berarti menghargai kecerdasan mengembangkan rasionalitas dan<br />

pengambilan keputusan secara hati-hati.<br />

Kemampuan sang pemimpin untuk menstimuli pemikiran atau ide-ide<br />

bawahannya (intellectual stimulation), pemimpin transformasional dalam bahasa<br />

sederhana adalah seorang pemimpin yang cerdas sehingga ide-idenya atau<br />

analisanya mampu membuat pencerahan intelektual pada mitra usahanya.<br />

Bawahan belajar memecahkan masalah dengan cara sendiri secara kreatif dan<br />

inovatif. Melalui praktik intelektual ini, mitra kerja kita diberi kesempatan seluas-<br />

luasnya oleh pemimpinnya untuk bertindak secara kreatif dan inovatif dalam<br />

menyelesaikan masalahnya. Dengan kata lain bawahan diberi kesempatan oleh<br />

pemimpin untuk berekspresi diri dan mengembangkan diri.<br />

4. Charisma (Karisma)


Pemimpin yang karismatik adalah pemimpin yang dapat dijadikan panutan<br />

oleh pengikutnya, dipercaya, dihormati, & memiliki tujuan yang jelas. Dalam hal<br />

ini pemimpin lebih mendahulukan kepentingan perusahaan & kepentingan orang<br />

lain daripada kepentingan sendiri. Kepemimpinan Karismatik merupakan proses<br />

pemimpin mempengaruhi bawahan dengan menimbulkan emosi-emosi yang kuat.<br />

Kepemimpinan karismatik berkaitan dengan reaksi bawahan terhadap pemimpin<br />

dan pada pemimpin. Pemimpin di identifikasikan dengan dijadikan sebagai<br />

penutan oleh bawahan, dipercaya, dihormati dan mempunyai misi dan visi yang<br />

jelas menurut persepsi bawahan dapat diwujudkan.<br />

House, berpendapat bahwa pemimpin karismatik berdampak besar bagi<br />

para pengikutnya. Para pengikut merasa bahwa keyakinan pemimpin benar,<br />

sehingga meningkatkan ketaatan pada diri bawahan dalam menjalankan misinya.<br />

Pemimpin mempunyai kebutuhan akan kekuasaan yang tinggi, pendirian yang<br />

kuat, rasa percaya diri yang tinggi dan keyakinan terhadap nilai-nilai yang dianut,<br />

kesemuanya ini akhirnya berdampak pada peningkatan kepercayaan para pengikut<br />

terhadap apa yang dikemukakan oleh pemimpin tersebut.<br />

Karisma merupakan kekuatan pemimpin yang besar untuk memotivasi<br />

mitra kerjanya dalam melaksanakan tugasnya. Bawahan mempercayai atasan<br />

karena mempunyai pandangan, nilai dan tujuan yang dianggap benar, oleh karena<br />

itu pemimpin yang mempunyai karisma lebih besar akan lebih mudah<br />

mempengaruhi dan mengarahkan mitra usahanya agar bertindak sesuai dengan apa<br />

yang diinginkan oleh pemimpinnya.<br />

Pemimpin yang berkarisma adalah seorang pemimpin yang dapat<br />

memperlihatkan visi, kemampuan dan keahliannya serta tindakan mendahulukan<br />

kepentingan perusahaan dan kepentingan orang lain dari para kepentingan pribadi.


Pemimpin yang berkarisma dapat dijadikan suri teladan, idola dan model bagi<br />

bawahannya.<br />

Karakteristik bagian dalam pemimpin transformasional yang menghasilkan<br />

perilaku yang efektif. Dapat ditunjukan bahwa percaya diri (saya dapat membuat<br />

perbedaan), integritas dari dalam, kejujuran dan nilai pribadi mempengaruhi<br />

prilaku pemimpin. Bahan kunci dalam performa yang efektif adalah bagi<br />

pemimpin agar dapat menghubungkan pengalaman dan perilaku transformasional.<br />

Hubungan dari dalam perilaku yang dihasilkan mengarah pada prilaku<br />

eksternal yang mengubah organisasi. Sebagai misal, pengertian tentang keterlibatan<br />

personal menghasilkan sebuah visi bagi kelompok. Visi mulai jika seorang pemimpin<br />

menginginkan hidupnya sendiri berubah. 34<br />

Pemimpin tranformasional mempengaruhi pemikiran pengikut dengan menarik<br />

hati setiap individu. Dia menciptakan sebuah konteks hubungan yang memotivasi<br />

pengikut untuk bertindak atas kehendaknya sendiri dan demi kebutuhan orang lain.<br />

Pemimpin menghubungkan dengan kebutuhan perkembangan setiap anggotanya,<br />

mereka sangat memegang nilai dan kebutuhannya untuk menghormati dan peduli<br />

terhadap lingkungan. 35<br />

Pemimpin transformasional menaikkan ketertarikan orang dan bertindak<br />

sebagai bahan yang hilang dalam mengarahkan menuju sistem yang lebih partisipatif.<br />

Pemimpin seperti itu menarik orang yang termotivasi secara internal, memberikan<br />

setiap anggotanya inspirasi dengan sebuah misi dan memulai cara berfikir yang baru.<br />

Hasilnya adalah pengaruh baru pada budaya organisasi. 36<br />

34 Bagus Riyono dan Emi Zulaifah. 200. Psikologi Kepemimpinan. Yogyakarta. Unit Publikasi Fakultas<br />

Psikologi UGM. Hal 49<br />

35 http:/ manajemen sumber daya manusia.com.diakses 21 Oktober 2009<br />

36 Munandar, S. A Op-Cit Hal 44


Tujuannya kepemimpinan transformasional adalah perubahan yang meni-<br />

ngkatkan organisasi menuju kemungkinan baru dan yang menarik. Untuk mencapai<br />

tujuan, perusahaan harus menerima energi baru dan visi dari pemimpinnya. Proses<br />

kepemimpinan transformasional tumbuh dari pengertian visi dan energi.<br />

Jika karakteristik perilaku yang menjadikan gaya kepemimpinan<br />

Transformasional sudah ditentukan dengan empat indikator diatas, maka berikut ini<br />

yang merupakan kepribadian yang harus dimiliki oleh para pemimpin yang<br />

menggunakan Transformasional 37 :<br />

a. Mudah dalam bersosialisasi dan menjalin hubungan dengan orang banyak. Hal<br />

ini dikarenanakan sebagai pemimpin transformasional ia harus bisa<br />

berkomunikasi baik dengan orang lain.<br />

b. Dominan.<br />

Dalam hal ini pemimpin memegang teguh apa yang menjadi tanggung jawabnya<br />

baik itu dalam memimpin dan mendidik langsung para bawahannya, sehingga<br />

pemimpin transformasional akan lebih tampak memegang kekuasan sebagai<br />

pemimpin.<br />

c. Percaya Diri.<br />

Para pemimpin Transformasional memiliki sifat percaya pada kemampuan yang<br />

dimiliki dengan ia tidak takut untuk menjadi perhatian banyak orang, karena ia<br />

tidak ragu dengan kemampuannya.<br />

d. Terbuka dengan pengalaman.<br />

Para pemimpin transformasional tidak segan- segan untu menceritakan<br />

pengalaman diri sendiri atau pengalaman orang lain sebagai bahan pembelajaran<br />

untuk dapat lebih maju dan sukses.<br />

37 Bernard M. Bass, Ronald E. Riggio. Op Cit. Hal 168


Sedangkan kemampuan untuk menjalin interaksi dengan bawahan maupun<br />

rekan kerja, yang harus dimiliki oleh para pemimpin Transformasional dapat dibagi<br />

menjadi 3 yaitu 38 :<br />

a. Cognitif Intellegensi<br />

Setiap pemimpin membutuhkan kemampuan dalam hal berpikir,<br />

memecahkan masalah dan pengambilan keputusan. Hal ini erat kaitannya<br />

dengan cara berpikir dan proses berpikir para pemimpin. Cara dan proses<br />

berpikir yang beralur dapat memudahkan bawahan untuk memahami, apa dan<br />

bagaimana ia harus menjalankan visi misi dan mencapai tujuan bersama<br />

dengan mudah. Maka dari itu diperlukan pemimpin yang memiliki<br />

kemampuan kognitif yang mampu untuk memudahkan bawahanya dalam<br />

melakukan aktivitas kerjanya.<br />

b. Social Intellegensi<br />

Kemampuan bersosialisasi diperlukan untuk para pemimpin<br />

Transformasional, hal ini dikarenakan pemimpin memerlukan bawahan dalam<br />

bekerja, begitu juga sebaliknya. Dengan berkomunikasi dan bersosialisasi<br />

pemimpin dan bawahan dapat lebih peka dalam merespon situasi sosial dan<br />

memahami yang terjadi pada posisi pekerjaannya masing- masing. Maka dari<br />

itu Pemimpin sebagai contoh bawahannya harus memiliki kemampuan<br />

bersosialisasi yang baik.<br />

c. Emotional Intellegensi<br />

38 Bernard M. Bass, Ronald E. Riggio. Op Cit Hal 172


Kemampuan dalam mengendalikan emosi serta kaitannya dengan<br />

bagaimana pemimpin Transformasional dapat berempati dengan orang lain<br />

yakni bawahannya. Pemimpin dapat memahami apa yang terjadi pada<br />

bawahannya khususnya yang berkaitan dengan pekerjaan. Pemimpin dapat<br />

memanage emosi bawahannya ketika ada suatu masalah. Dengan demikian<br />

dari kepribadian yang dimiliki seorang pemimpin ia juga harus mampu<br />

memahami kepribadian yang dimiliki bawahanya dengan kemampuan yang<br />

dimili diatas.<br />

7. Teori yang berhubungan dengan Persepsi Karyawan tentang Gaya<br />

Kepemimpinan Transformasional<br />

Karyawan sebagai pelaksana tugas dan tanggung jawab yang sudah<br />

ditentukan oleh perusahaan, ia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja<br />

agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Lingkungan kerja sebagai<br />

faktor eksternal pada karyawan untuk mampu merespon dalam bentuk kinerja dan<br />

kepribadian sebagai faktor internal maka Pemimpin sebagai pengarah pada<br />

karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya haruslah mampu membuat karywan<br />

nyaman dengan pekerjaan yang dilakukan.<br />

Pemimpin harus dapat membuat bawahannya merasa termotivasi untuk<br />

melakukan pekerjaan dengan baik dan mampu membuat karyawan mencapai<br />

prestasi kerja. Corak interaksi yang dilakukan pimpinan merupakan suatu stimulus<br />

untuk karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Kerja merupakan aktivitas<br />

kognitif, psikomotor yang akan berhubungan dengan peralatan- peralatan kerja.<br />

Maka sebelum melakukan kerja, karyawan akan terlebih dahulu mempersepsikan<br />

pimpinannya yang dianggap memberikan stimulus berupa pekerjaan yang<br />

diberikan dan cara penyampaiannya pada bawahan. Sehingga gaya kepemimpinan


transformasional yang dilakukan atasan akan dipersepsi oleh bawahannya dalam<br />

bentuk persepsi, sebelum dilihat hubungannya dengan kinerja.<br />

Berikut ini teori- teori dalam psikologi yang berkaitan dengan cara<br />

pemimpin berinteraksi dengan bawahan:<br />

a) Social Learning Teori<br />

Pada teori ini proses belajar berawal dari perhatian (attention), mengulang<br />

perilaku (retention) dan Motor reproduksi (memunculkan efek yang sama pada<br />

model). Dalam hal ini proses belajar pada seseorang terjadi karena ia melihat<br />

model yang dijadikan sebagai contoh. Pada pemimpin yang berkharisma,<br />

bawahan akan melihat bahwa pemimpin mampu bersosialisasi dengan baik dan<br />

mampu memahami bawahan melalui komunikasi yang sering dilakukan antara<br />

pimpinan dan bawahan 39 .<br />

b) Social Exchange Teori<br />

Pada teori ini lebih memfokuskan pada proses pertukaran sosial (keadilan)<br />

pada suatu organisasi. Yang mana pengambilan keputusan dalam memberikan<br />

kompensasi pada karyawan dapat berdampak pada kinerja yang dilakukan.<br />

Jadi bagi pemimpin transformasional ia akan memberikan kompensasi pada<br />

bawahannya ketika ia dapat mencapai target yang ditentukan. Hal ini terjadi<br />

karena pemimpin memperhatikan bawahannya satu- persatu sehingga ia<br />

mampu mengetahui perkembangan bawahan pada saat bekerja 40 .<br />

8. Persepsi dan Kepemimpinan dalam Islam<br />

Ajaran islam menyatakan bahwasanya perbuatan atau aktivitas hidup<br />

didalam kehidupan ini akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT.<br />

Apakah aktivitas atau perbuatan itu menggunakan pendengaran, penglihatan, hati<br />

39 Josina Judiari. Handout Psikologi Kepribadian.2007.hal 21<br />

40 Dipboye. R.L, C.S Smith and W. C Howell Op- Cit Hal.100


ataupun anggota tubuh yang lain seperti kedua tangan dan kaki. Bahkan Allah<br />

SWT memberikan ancaman kepada orang- orang yang tidak memfungsikan<br />

dengan baik dan benar daya hati, penglihatan dan pendengarannya. Sebagaimana<br />

diisyaratkan dalam firman QS Al A’raf 179 41<br />

ִִ <br />

֠ <br />

<br />

<br />

ִ <br />

ִ֠⎩<br />

ִ<br />

Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin<br />

dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami<br />

(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk<br />

melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak<br />

dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang<br />

ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.<br />

Makna hakiki kepemimpinan dalam Islam adalah untuk mewujudkan<br />

khilafah di muka bumi, demi terwujudnya kebaikan. Figur seorang pemimpin yang<br />

patut diteladani dan dijadikan contoh adalah Rasulullah, dengan salah satu sifatnya<br />

yaitu Al-Amin (dapat dipercaya / jujur).<br />

Mereka pemimpin sejati sangat sadar bahwa para pengikutnya senantiasa<br />

mengawasi dirinya, menilai dan memperhatikan bagaimana tindakan pimpinannya.<br />

Maka peran seorang pemimpin tidak hanya menjadi tanggung jawabnya di dunia<br />

akan tetapi juga harus dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. 42<br />

Al Mujadilah 11<br />

֠ ֠ <br />

ִִ☺ ⎩ <br />

֠ ⎩ <br />

<br />

41 Hamdani Barkan Adz- Dzakiey. Psikologi Kenabian.2007. Yogyakarta. Beranda Publishing Hal 234<br />

42 K.H. Toto Tasmara,Spiritual Centered Leadership,2006. Jakarta.GemaInsani Press


֠ ֠<br />

ִ☺ ִִ <br />

ִ ִ☺<br />

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah<br />

dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.<br />

dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan<br />

meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi<br />

ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu<br />

kerjakan.<br />

Ayat diatas , memberikan gambaran bahwa seorang pemimpin harus memiliki<br />

pandangan yang luas dan memiliki ide- ide cemerlang. Dengan wawasannya yang luas<br />

seorang pemimpin memberikan inspirasi pada para karyawannya dalam menghadapi<br />

berbagai macam permasalahan yang dihadapi. Selain itu, dengan keluasan ilmunya<br />

seorang pemimpin akan dihargai dan dipercaya oleh karyawanya.sehingga pada saat<br />

dia memberikan instruksi tentang pekerjana, maka karyawan yakin bahwa itu adalah<br />

pekerjaan dan cara yang terbaik untuk mencapai tujuan<br />

Al- Hasyr 18<br />

<br />

<br />

<br />

ִ☺<br />

<br />

֠<br />

ִ<br />

<br />

<br />

֠<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

ִ☺<br />

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri<br />

memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan<br />

bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu<br />

kerjakan.<br />

Ayat di atas menjelaskan bahwa seorang pemimpin dituntut untuk memiliki<br />

visi kedepan dan mampu untuk merealisasi dalam kehidupan organisasi. Karena itu<br />

pelaksanaan tugas itu dengan baik sangatlah penting untuk mencapai tujuan dari apa<br />

yang direncanakan sebelumnya. Hal ini tercermin dari karakteristik kepemimpinan<br />

transformasional yang memiliki visi yang jelas dan memompa motivasi karyawannya


untuk melaksanakan tugas dalam mencapai tujuan yang telah dicita- citakan<br />

sebelumnya.<br />

Dalam bukunya KH Didin Hafifudin menjelaskan bahwa setiap pemimpin<br />

sebagai individu untuk mewujudkan kepemimpinan efektif dan diridai oleh Allah<br />

SWT dengan kepribadiannya sebagai orang yang beriman harus menampilkan sikap<br />

dan perlaku sebagai berikut:<br />

a. Mencintai kebenaran dan hanya takut pada Allah SWT<br />

Pemimpin yang beriman harus berpegang teguh pada firman Allah SWT di<br />

dalam surat Al Baqarah ayat 147 43 :<br />

<br />

⎩<br />

<br />

ִ<br />

<br />

ִ<br />

☺☺ <br />

Artinya: Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu<br />

Termasuk orang-orang yang ragu.(Q.S Al Baqarah ayat 147)<br />

Pemimpin berpegang teguh dan terus menerus berusaha menegakkan<br />

kebenaran dan berdasarkan tuntunan ajaran islam akan disegani, dihormati, dan<br />

dipatuhi. Disamping itu karena merupakan perwujudan iman/ ketaqwaan, maka sesuai<br />

dengan janji Allah bahwa pemimpin tersebut akan mendapat tempat yang mulia disisi<br />

Allah SWT.<br />

b. Dapat dipercaya, bersedia dan mampu mempercayai orang lain.<br />

43 Al Quran Terjemahannya. Depag RI. 2004 Op- Cit Hal 37


Pemimpin yang dipercaya, mampu mempercayai orang lain dan memiliki<br />

kepercayaan diri, merupakan pemimpin yang bertanggung jawab. Pemimpin tidak<br />

senang mempersalahkan orang lain dengan maksud lari dari tanggung jawab.<br />

Sebaliknya selalu membela anggota organisasinya, karena mempercayainya telah<br />

berbuat sesuatu sesuai dengan perintah dan petunjuknnya , yang mungkin saja tidak<br />

tepat atau keliru. Allah SWT berfirman dalam surat Al Baqarah 166 mengutuk<br />

pemimpin yang tidak bertanggung jawab 44 .<br />

֠ <br />

֠ <br />

ִ ⎩ִ <br />

<br />

(yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang<br />

mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka<br />

terputus sama sekali.(Q. S Al Baqarah 166)<br />

B. Kinerja Karyawan<br />

1. Pengertian Kinerja Karyawan<br />

Kinerja adalah catatan mengenai akibat-akibat yang dihasilkan pada sebuah<br />

fungsi pekerjaan atau aktifitas selama periode tertentu yang berhubungan dengan<br />

tujuan organisasi. Kinerja seseorang merupakan gabungan dari kemampuan, usaha dan<br />

kesempatan, yang dapat diukur dari akibat yang dihasilkannya, oleh karena itu kinerja<br />

bukan menyangkut karakteristik pribadi yang ditunjukkan oleh seseorang melalui hasil<br />

kerja yang telah dan akan dilakukan seseorang.<br />

Kinerja dapat pula diartikan sebagai kesuksesan individu dalam melakukan<br />

pekerjaannya, dan ukuran kesuksesan masing-masing karyawan tergantung pada<br />

fungsi dari pekerjaannya yang spesifik dalam bentuk aktifitas selama kurun waktu<br />

44 Al Quran Terjemahannya Op- Cit. Hal41


tertentu, dengan kata lain ukuran kesuksesan kinerja tersebut didasarkan pada ukuran<br />

yang berlaku dan disesuaikan dengan jenis pekerjaannya.<br />

Kinerja merupakan suatu yang lazim digunakan untuk memantau produktifitas<br />

kerja sumber daya manusia baik yang berorientasi produksi barang, jasa maupun<br />

pelayanan. Demikian halnya perwujudan kinerja yang membanggakan juga sebagai<br />

imbalan intrinsik. Hal ini akan berlanjut terus dalam bentuk kinerja berikutnya, dan<br />

seterusnya. Agar dicapai kinerja yang profesional maka perlu dikembangkan hal-hal<br />

seperti: kesukarelaan, pengembangan diri pribadi, pengembangan kerjasama saling<br />

menguntungkan, serta partisipasi seutuhnya..<br />

Kinerja merupakan tindakan-tindakan atau pelaksanaan tugas yang dapat<br />

diukur. Hal ini dapat berkaitan dengan jumlah kuantitas dan kualitas pekerjaan yang<br />

dapat diselesaikan oleh individu dalam kurun waktu tertentu. Beberapa pendapat yang<br />

membahas pengukuran kinerja di bawah ini menjadi dasar penentuan variabel kinerja.<br />

Menurut Swasto ada beberapa cara untuk mengukur kinerja secara umum, yang<br />

kemudian diterjemahkan kedalam penilaian perilaku secara mendasar, yaitu 45 :<br />

1. Kuantitas kerja<br />

2. Kualitas kerja<br />

3. Pengetahuan tentang pekerjaan<br />

4. Pendapat atau pernyataan yang disampaikan<br />

5. Keputusan yang diambil<br />

6. Perencanaan kerja<br />

7. Daerah organisasi kerja<br />

45 Miftah Thoha. 1990. Perilaku organisasi, konsep dasar dan aplikasinya. Rajawali Press, Jakarta Hal<br />

304


Jadi kinerja berkenaan dengan hasil pekerjaan yang dicapai oleh<br />

pegawai/karyawan dalam suatu periode. Dalam hal ini kinerja berkaitan dengan<br />

kuantitas maupun kualitas pekerjaan yang dihasilkan<br />

Penetapan standar kinerja diperlukan untuk mengetahui apakah kinerja<br />

pegawai/karyawan telah sesuai dengan sasaran yang diharapkan, sekaligus melihat<br />

besarnya penyimpangan dengan cara membandingkan antara hasil pekerjaan secara<br />

aktual dengan hasil yang diharapkan. Standar kinerja pekerjaan (performance<br />

standard) menentukan tingkat kinerja pekerjaan yang diharapkan dari pemegang<br />

pekerjaan tersebut dan kriteria terhadap mana kesuksesan pekerjaan diukur. Standar<br />

kinerja pekerjaan membuat eksplisisit kuantitas dan/atau kualitas kinerja yang<br />

diharapkan dalam tugas-tugas dasar yang ditetapkan sebelumnya dalam deskripsi<br />

pekerjaan. Biasanya standar kinerja pekerjaan adalah pernyataan-pernyataan mengenai<br />

kinerja yang dianggap dapat diterima dan dapat dicapai atas sebuah pekerjaan tertentu.<br />

Menurut Simamora, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi standar<br />

kinerja pekerjaan yaitu 46 :<br />

1. Standar kinerja haruslah relevan dengan individu dan organisasi.<br />

2. Standar kinerja haruslah stabil dan dapat diandalkan.<br />

3. Standar kinerja haruslah membedakan antara pelaksanaan pekerjaan yang baik,<br />

sedang, atau buruk.<br />

4. Standar kinerja haruslah dinyatakan dalam angka.<br />

5. Standar kinerja haruslah mudah diukur.<br />

6. Standar kinerja haruslah dipahami oleh karyawan/pegawai dan penyelia.<br />

7. Standar kinerja haruslah memberikan penafsiran yang tidak mendua.<br />

Standar kinerja pekerjaan mempunyai dua fungsi 47 :<br />

46 Henry Simamora. 1987. Manajemen Sumberdaya Manusia. STIE YKPN, Yogyakarta. Hal 147


a) Menjadi tujuan atau sasaran-sasaran dari upaya-upaya karyawan/pegawai. Jika<br />

standar telah dipenuhi maka karyawan/pegawai akan merasakan adanya<br />

pencapaian dan penyelesaian.<br />

b) Standar-standar kinerja pekerjaan merupakan kriteria pengukuran kesuksesan<br />

sebuah pekerjaan. Tanpa adanya standar, tidak ada sistem pengendalian yang<br />

dapat mengevaluasi kinerja pegawai/karyawan.<br />

2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja<br />

Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson faktor-faktor yang<br />

mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu:<br />

1. Kemampuan<br />

2. Motivasi<br />

3. Dukungan yang diterima<br />

4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan<br />

5. Hubungan mereka dengan organisasi.<br />

Berdasarkaan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja<br />

merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun<br />

kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau<br />

kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.<br />

Menurut Mangkunegara menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja<br />

antara lain : Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai<br />

dalam menghadapi situasi (situasion) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang<br />

menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental<br />

merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai<br />

potensi kerja secara maksimal. David C. Mc Cleland seperti dikutip Mangkunegara,<br />

47 Simamora. Op- Cit Hal. 149


erpendapat bahwa “Ada hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan<br />

pencapaian kerja”. Motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang<br />

untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik baiknya agar mampu<br />

mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji. 48<br />

3. Manfaat Penilaian Kinerja<br />

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok<br />

orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-<br />

masing dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar<br />

hukum dan tidak bertentangan dengan moral dan etika.<br />

Menurut Robbins yang dikutip oleh Rivai dan Basri dalam bukunya yang<br />

berjudul performance apprasial, menyatakan bahwa ada tiga kriteria dalam<br />

melakukan penilaian kinerja individu yaitu 49 :<br />

a) Tugas individu.<br />

b) Perilaku individu<br />

c) Ciri individu.<br />

Penilaian kinerja merupakan metode mengevaluasi dan menghargai kinerja<br />

yang paling umum digunakan. Dalam penilaian kinerja melibatkan komunikasi dua<br />

arah yaitu antara pengirim pesan dengan penerima pesan sehingga komunikasi dapat<br />

berjalan dengan baik.<br />

Penilaian kinerja dilakukan untuk memberi tahu karyawan apa yang<br />

diharapkan pengawas untuk membangun pemahaman yang lebih baik satu sama lain.<br />

Penilaian kinerja menitikberatkan pada penilaian sebagai suatu proses pengukuran<br />

48<br />

Mangkunegara, A.P.2005.Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT Remaja Rosdakarya.<br />

Bandung Hal 68<br />

49<br />

Dipboye. R.L, C.S Smith and W. C Howell. 1994. Understanding Industrial and Organizational<br />

Psycology An Integrated Approach. Harcourt Brace College Publishers. Tokyo


sejauh mana kerja dari orang atau sekelompok orang dapat bermanfaat untuk<br />

mencapai tujuan yang ada.<br />

4. Proses Penyusunan Penilaian Kinerja<br />

Proses penyusunan penilaian kinerja menurut Mondy dan Noe terbagi dalam<br />

beberapa tahapan kegiatan yaitu 50 :<br />

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menyusun sistem penilaian<br />

kinerja yaitu harus digali terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi<br />

dengan adanya sistem penilaian kinerja yang akan disusun. Hal ini menjadi penting<br />

karena dengan mengetahui tujuan yang ingin dicapai akan lebih memudahkan dalam<br />

menentukan desain penilaian kinerja.<br />

Langkah yang kedua, menetapkan standar yang diharapkan dari suatu jabatan,<br />

sehingga akan diketahui dimensi-dimensi apa saja yang akan diukur dalam penilaian<br />

kinerja. Dimensi-dimensi tersebut tentunya harus sangat terkait dengan pelaksanaan<br />

tugas pada jabatan itu. Tahap ini biasanya dapat dilakukan dengan menganalisa<br />

jabatan (job analysis) atau menganalisa uraian tugas masing-masing jabatan.<br />

5. Teori yang berhubungan dengan Kinerja Karyawan<br />

Berikut ini merupakan teori- teori dalam psikologi yang menunjukkan<br />

bahwasanya manusia dalam melaksanakan aktivitasnya sehari- hari akan dipengaruhi<br />

oleh faktor psikologis dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor- faktor tersebut bisa<br />

berupa stimulus dari lingkungan ataupun faktor internal dari manusia itu sendiri yang<br />

berupa kepribadian yang nantinya akan merespon dalam bentuk tingkah laku. Begitu<br />

juga pada karyawan, dalam melakukan pekerjaannya ia mendapat stimulus dari<br />

lingkungan sekitarnya, dan perilaku tampak yang menunjukkan bahwasanya karyawan<br />

tersebut memberikan respon terhadap stimulus adalah ketika karyawan tersebut<br />

50 Dipboye. R.L, C.S Smith and W. C Howell. Op- Cit Hal 398


ekerja melaksanakan tanggungjawabnya untuk mencapai hasil yang ditentukan dan<br />

mencapai prestasi kerja sebagai bukti aktualisasi diri.<br />

a) Need Theory<br />

Dalam teori kebutuhan yang dikemukakan oleh maslow bahwasanya<br />

kebutuhan manusia dapat dibadi dalam lima tingkat yaitu: kebutuhan fisiologis,<br />

kebutuhan rasa aman, kebutuhan cinta, kebutuhan penghargaan, dan aktualisasi<br />

diri. Teori ini merupakan motivasi pada karyawan untuk melaksanakan<br />

pekerjaannya. Jadi kebutuhan manusia berawal dari dasar yaitu kebutuhan<br />

fisiologis yang berupa makan, minum. Jika kebutuhan ini sudah dapat dicapai<br />

secara sempurna maka seseorang akan naik ke tingkat yang selanjutnya yaitu<br />

kebutuhan untuk rasa aman, kebutuhan ini dapat berupa menghindar dari bahaya.<br />

Kebutuhan yang dicapai selanjutnya ketika rasa aman sudah dapat dipenuhi<br />

dengan baik adalah kebutuhan cinya yakni dengna adanya kasih sayang dari orang<br />

terdekat, saudara, orang tua. Kebutuhan yang ada pada tingkat selanjutnya adalah<br />

kebutuhan akan penghargaan, yangmana pada tingkat ini seseorang membutuhkna<br />

pengakuan dari orang lain untuk dihargai sehingga kepercayaan diri akan<br />

meningkat 51 .<br />

Pada tingkat terakhir yaitu kebutuhan untuk beraktualisasi diri. yang mana<br />

ketika seseorang berada pada tingkat aktualisasi diri ini berarti seseorang tersebut<br />

sudah dapat memenuhi kebutuhan yang ada di tingkat sebelumnya. Hal ini<br />

dikarenakan seseorang akan cenderung kembali pada tingkat yang lebih rendah<br />

ketika pada tingkat yang lebih tinggi ia tidak mendapat kebutuhan yang diperlukan<br />

dengan sempurna.<br />

51 Drs Alex Sobur, M. Si. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia. 2003. Hal 273


Begitu juga yang terjadi pada karyawan, bahwasanya dalam pencapaian<br />

akualisasi diri dalam bentuk dapat melakukan pekerjaan dengan baik ia harus<br />

memenuhi kebutuhan dasar yakni fisiologis, rasa aman, cinta, penghargaan.<br />

Hingga pada saat karyawan melakukan aktivitas kerjanya ia akan dapat<br />

mengaktualisasikan diri dengan baik.<br />

b) Reinforcement Theory<br />

Dalam teori yang dikemukakan oleh Skinner bahwasanya dengan<br />

memberikan ganjaran yang positif (Positif Reinforcement) suatu perilaku akan<br />

ditumbuhkan dan dikembangkan. Sebaliknya, jika diberikan ganjaran negatif<br />

(Negatif Reinforcement) maka perilaku cenderung akan dihambat 52 .<br />

Karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan, tentunya dalam melakukan<br />

pekerjaannya ia akan lebih sering diberikan reward untuk kembali memunculkan<br />

perilaku yang dianggap positif dalam meningkatkan kinerjannya. Sehingga dengan<br />

pemberian reward ini, karyawan merasa bahwasanya kinerjanya selama ini<br />

dianggap baik dan perilaku tersebut akan cenderung diulang. Akan tetapi<br />

pemberian reward ini perlu diatur dalam pemberiannya agar tetap efektif untuk<br />

memunculkan perilaku yang diinginkan.<br />

c) ERG Theory<br />

Dalam teori ini terdapat tiga kebutuhan yaitu: Exsistence (E), Relatedness<br />

(R), Growth (G). Dalam teori kebutuhan ini eksistensi meliputi kebutuhan<br />

fisiologis seperti lapar, gaji, dan lingkungan yang menyenagkan. Relatedness yaitu<br />

keterkaitan yang menyangkut hubungan dengan orang- orang penting. Growth<br />

52 Josina Judiari. Handout Psikologi Kepribadian.2007.hal 3


atau pertumbuhan yang meliputi keinginan untuk produktif dan kreatif dengan<br />

mengerahkan segenap kesanggupan 53 .<br />

Sedangkan yang terjadi pada karyawan bila ia dapat memenuhi kebutuhan<br />

untuk berhubungan dengan orang- orang yang dianggap penting misalkan<br />

pimpinan, maka karyawan tersebut akan mampu untuk meningkatkan produktifitas<br />

kerjanya.<br />

6. Kinerja dalam Islam<br />

Al Quran menyatakan : Yasin 35<br />

ִ☺ <br />

⎩ ☺<br />

<br />

Supaya mereka dapat Makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh<br />

tangan mereka. Maka Mengapakah mereka tidak bersyukur? (Q SYasin 33-35) 54<br />

Rangkaian ayat itu menuntut manusia agar bersyukur kepada Allah SWT<br />

dengan cara beriman kepada Nya atas nikmat yang telah dianugerahkannya. Nikmat<br />

tersebut, yaitu: pertama, Allah SWT telah memberi kesempatan kepada manusia untuk<br />

bekerja secara produktif dan sukses dalam hidupnya, dan kesempatan yang diberikan<br />

Allah ini bergantung pada pekerjaan yang dilakukan oleh manusia sendiri disamping<br />

menyadarkan diri kepada kehendakNya. Kedua, kehendak Allah menyediakan<br />

lingkungan agar manusia dapat hidup didalamnya.<br />

Rasio harus dimaksimalkan untuk berpikir. Pemikiran akan membuat garis lurus<br />

dalam kehidupan yang akan membentenginya dari godaan hawa nafsu. Hawa nafsu<br />

tidak dapat mengalahkan pikran kecuali jika manusia banyak bersantai. Bekerja<br />

merupakan tugas dalam hidupnya, karenanya manusia tidak boleh melakukannya<br />

dengan terpaksa. Manusia akna merasakan kenikmatan bila mengerjakannya dengan<br />

penuh kesadaran.<br />

53 Drs Alex Sobur, M. Si. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia. 2003. Hal 280<br />

54 Al Quran Terjemahannya Op- Cit Hal 710


C. Hubungan Antara Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional Dengan<br />

Kinerja Karyawan<br />

Persepsi merupakan suatu pemberian makna pada suatu hal yang merupakan<br />

suatu aktivitas kognitif yang seringkali dilakukan oleh manusia untuk merespon suatu<br />

hal yang ada disekitar lingkungannya. Persepsi ini terjadi karena adanya stimulus yang<br />

hampir sama dan seseorang akan langsung memberikan respon berupa penilaian yang<br />

secara tiba- tiba diberikan untuk menanggapi hal tersebut. Respon yang muncul ini<br />

didapat dari pengalaman yang sebelumnya sudah dialami, sehingga otak akan segera<br />

berproses untuk mengingat (recall) dan persepsi yang berupa penilaian pun akan<br />

muncul dengan sendirinya.<br />

Begitu juga yang terjadi di lingkungan kerja PT Coca Cola Bottling Indonesia,<br />

karyawan juga akan selalu berpersepsi tentang yang terjadi disekitarnya sebagai salah<br />

satu respon untuk menanggapi stimulus pada saat melakukan aktivitas kerja. Persepsi<br />

ini merupakan suatu aktivitas kognitif yang bisa dilakukan oleh karyawan dimanapun<br />

dan setiap saat ketika ia melakukan aktivitas kerja. Hal ini dikarenakan dalam setiap<br />

aktivitasnya, manusia tidak akan lepas dari penilaian terhadap suatu obyek, baik itu<br />

ditanggapi dengan cara beperilaku ataupun hanya menanggapi terhadap suatu hal yang<br />

terjadi (Persepsi).<br />

Ketika karyawan bekerja pada suatu perusahaan, berarti ia akan berada dibawah<br />

struktur organisasi perusahaan tersebut. Yang mana dalam struktur tersebut pada<br />

setiap orang akan mendapatkan tugas dan tanggung jawab masing – masing dalam<br />

mencapai visi misi dan tujuan perusahaan. Pada saat sebuah peraturan dan deskripsi<br />

pekerjaan yang jelas ditentukan oleh suatu perusahan, tentunya karyawan sebagai<br />

pelaksana harus melakukan dengan sebaik- baiknya agar tujuan dapat dicapai dengan<br />

mudah.


Peraturan dan deskripsi pekerjaan yang jelas ini, akan direspon berbeda- beda<br />

pada setiap karyawan. Hal inilah yang disebut sebagai persepsi. Dimana, seorang<br />

karyawan akan merespon stimulus secara berbeda- beda sesuai dengan pengalaman<br />

dan nilai- nilai yang ia anut. Pada saat karyawan melakukan aktivitas kerja, ia akan<br />

berhubungan dengan peralatan sebagai penunjang untuk mencapai hasil, rekan kerja<br />

sebagai partner dalam mencapai tujuan dan atasan yang memberikan instruksi tentang<br />

pekerjaan yang seharusnya dilakukan.<br />

Untuk menjalankan peralatan kerja dibutuhkan kemampuan dalam<br />

mengoperasikan alat tersebut, yang mana kemampuan ini sudah tentu harus dimiliki.<br />

Dan untuk tahu karyawan tersebut mampu melaksanakan atau tidaknya dapat dilihat<br />

pada saat proses seleksi. Sedangkan dalam hubungannnya dengan rekan kerja,<br />

karyawan satu dan lainnya akan melakukan aktivitas masing- masing untuk mencapai<br />

tujuan sesuai deskripsi pekerjaannya. Begitu juga dengan atasan sebagai pemberi<br />

instruksi tentang pekerjaan yang harus dilakukan oleh bawahannya ia memegang<br />

peranan yang sangat penting.<br />

Hal ini dapat dilihat dari, bagaimana seorang atasan memberikan instruksi pada<br />

bawahnnya untuk melakukan pekerjaan. Pada proses pemberian instruksi ini bawahan<br />

akan memberikan respon yang berbeda- beda pada atasannya. Respon tersebut<br />

merupakan persepsi. Ketika atasan melakukan interaksi dengan bawahanya untuk<br />

memberikan instruksi tentang pekerjaan yang harus dilakukan, maka pada setiap<br />

bawahan akan mengungkapkan persepsi yang berbeda- beda tentang bagaimana<br />

seorang atasan menggunakan kepemimpinannya untuk mempengaruhi bawahan agar<br />

dapat mencapai visi, misi dan tujuan perusahaan.<br />

Berdasarkan corak interaksi yang dilakukan oleh atasannya dalam memimpin<br />

bawahannya, seorang pemimpin akan sangat berperan penting terhadap kinerja


karyawannya baik itu dari kualitas maupun kuantitas kerjanya. Kinerja dapat diartikan<br />

sebagai hasil yang didapat, kualitas yang dihasilkan, prestasi yang didapat, motivasi,<br />

dan bagaimana seorang bawahan merasa tertantang ketika mendapat pekerjaan yang<br />

sulit.<br />

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Burn bahwasanya, kepemimpinan<br />

transformasional merupakan sebuah proses yang padanya para pemimpin dan pengikut<br />

saling menaikkan diri ke tingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Sehingga<br />

dapat dikatakan bahwa mutu kepemimpinan yang terdapat dalam suatu organisasi<br />

memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi tersebut<br />

dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja para<br />

pegawainya.<br />

Begitu juga yang dikemukakan oleh Bass bahwasanya gaya kepemimpinan<br />

dengan cara mentransformasikan atau menjadikan bawahannya menjadi suatu yang<br />

berbeda, menjadikan karyawan merasa diakui atas kemampuan bekerja yang dimiliki<br />

sehingga ia bukan hanya dapat melakukan pekerjaannya dengan baik akan tetapi juga<br />

dapat berprestasi dalam pekerjaannya. Bass mendefinisikan bahwa gaya<br />

kepemimpinan transformasional sebagai, suatu cara meningkatkan ketertarikan karya-<br />

wannya terhadap organisasi. Karyawan menjadi termotivasi dan menjadi percaya,<br />

kagum, hormat serta setia kepada pemimpinnya. Meningkatnya usaha karyawan<br />

disebabkan memiliki motivasi kerja intrinsik yang mendorong untuk bekerja mandiri.<br />

Peran pemimpin agar bawahannya tidak jenuh dalam melakukan pekerjaan<br />

adalah dengan sering melakukan interaksi antara pemimpin dan bawahan itu sendiri.<br />

Dengan semakin seringnya pemimpin berinteraksi dengan bawahan, maka pemimpin<br />

akan mengetahui bagaimana cara yang efektif untuk menerapkan mampu<br />

meningkatkan kinerja bawahannya. Begitu juga dengan bawahan, ia akan merasa


diperhatikan oleh atasannya karena penadapat- pendapat yang dikemukankan sampai<br />

pada atasannya secara langsung. Berdasarkan corak interaksi ini maka gaya<br />

kepemimpinan yang dimaksud adalah Gaya Kepemimpinan Transformasional.<br />

Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku konsisten yang diterapkan pemimpin<br />

dengan melalui orang lain, yaitu pola perilaku yang diperlihatkan pimpinan pada saat<br />

mempengaruhi orang lain, seperti dipersepsikan orang lain. Gaya bukanlah soal<br />

bagaimana pendapat pemimpin tentang perilaku mareka sendiri dalam memimpin,<br />

tetapi bagaimana persepsi orang lain, terutama bawahannya, tentang perilaku<br />

pemimpinnya 55 .<br />

Melalui gaya kepemimpinan yang dimiliki seorang pemimpin, ia akan<br />

mentransfer beberapa nilai seperti penekanan kelompok, dukungan dari orang-<br />

orang/karyawan, toleransi terhadap resiko, kriteria pengupahan dan sebagainya. Pada<br />

sisi lain, karyawan akan membentuk suatu persepsi subyektif mengenai dasar – dasar<br />

nilai yang ada dalam organisasi sesuai dengan nilai-nilai yang ingin disampaikan<br />

pimpinan melalui gaya kepemimpinan.<br />

Gaya kepemimpinan Transformasional adalah gaya memimpin seorang atasan<br />

yang didasari pada corak interaksi antara pemimpin dan bawahannya. Jadi peran<br />

pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya ditunjukkan dari interaksi yang<br />

dilakukan antara pemimpin dan bawahannya dengan ia memberikan perhatian pada<br />

karyawannya, memberikan stimulasi intelektual, pemimpin menjadi orang yang<br />

berkharisma sehingga disegani bawahannya, dan memberikan motivasi pada pawahan<br />

untuk terus berkembang mencapai tujuan bersama didasari visi misi yang kuat dari<br />

organiasai itu sendiri.<br />

55 Ibid. Hal 276


Disamping karakteristik tersebut, gaya kepemimpinan transformasional<br />

menunjukkan bahwasanya ia menjadi seorang pemimpin yang hangat dan selalu<br />

membuat bawahannya semakin berkembang dengan proses belajar melalui proses<br />

interaksi (proses perubahan sosial) sehingga karyawan dapat meningkatakan<br />

motivasinya dari diri sendiri untuk dapat meningkatkan kinerja. Hal yang penting dan<br />

terutama dalam kepemimpinan transformasional adalah bagaimana pemimpin<br />

mengubah persepsi, sikap dan perilaku bawahan terlepas dari meningkat tidaknya<br />

perubahan yang terjadi sesuai dengan teori Maslow. 56<br />

Dalam teori Maslow menyatakan bahwasanya kebutuhan yang lebih tinggi,<br />

seperti harga diri dan aktualisasi diri pada karyawan/ bawahan terhadap atasannya<br />

hanya dapat dipenuhi melalui praktik gaya kepemimpinan transformasional 57 .<br />

Aktualisasi diri pada karyawan dapat berupa kinerja.<br />

Dengan digunakannya gaya kepemimpinan Transformasional yang<br />

mengutamakan proses interaksi antara atasan dan bawahan, sehingga akan muncul<br />

suatu persepsi yang dikemukakan oleh bawahan bahwasanya pemimpin akan<br />

memahami, memperhatikan dan mengerti aspirasi bawahan. Persepsi ini muncul dari<br />

seberapa sering seorang atasan memahami,mengerti dan memperhatikan bawahan<br />

dalam melakukan aktivitas kerjanya. Sehingga bawahan akan merasa dihargai<br />

kemampuan serta usahanya dan kinerja karyawanpun akan semakin baik.<br />

Dengan cara demikian, antara pemimpin dan bawahan ada persepsi yang sama<br />

untuk mengoptimalkan usaha mereka ke arah tujuan yang ingin dicapai organisasi.<br />

Akibatnya, tumbuh kepercayaan, kebanggaan, komitmen, rasa hormat dan loyal<br />

56 Bernard M. Bass, Ronald E. Riggio Op- Cit Hal 4<br />

57 Keller, R.T. 1992. Transformational Leadership and The Performance of Research and Development<br />

Project Groups. Journal of Management, 18 (3): 489-501.


kepada atasan sehingga mereka mampu mengoptimalkan usaha dan kinerja mereka ke<br />

arah yang lebih baik dari sebelumnya. 58<br />

D. Hipotesa<br />

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap<br />

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Masalah<br />

tersebut bisa berupa pertanyaan tentang hubungan dua variabel atau lebih,<br />

perbandingan (komparasi), atau variabel mandiri (deskripsi) 59 ..<br />

Menurut Sugiyono (1992) menjelaskan bahwa hipotesis adalah jawaban<br />

sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban<br />

yang diberikan baru didasarkan atas teori yang relevan, belum didasarkan atas fakta-<br />

fakta empiris yang diperoleh dari pengumpulan data, mengacu pada paparan yang<br />

ringkas tersebut dapat penulis kemukakan hipotesis dalam penelitian ini adalah<br />

sebagai berikut 60 :<br />

1. Ha (Hipotesis Alternatif): Ada Hubungan antara persepsi gaya<br />

Kepemimpinan Transformasional dengan kinerja karyawan PT Coca Cola<br />

Bottling Indonesia.<br />

A. Identifikasi Variabel Penelitian<br />

BAB III<br />

METODOLOGI PENELITIAN<br />

58<br />

Dipboye. R.L, C.S Smith and W. C Howell. Op- Cit. Hal 172<br />

59<br />

Sugiyono. Prof, Dr. Statistika Untuk penelitian. Revisi Terbaru. Jawa Barat: CV Alfabeta. 2008. hal<br />

84<br />

60<br />

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta hal 4


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan<br />

menggunakan penelitian kuantitatif, yang mana dalam penelitian ini banyak<br />

menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta<br />

penampilan dari hasilnya. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian<br />

korelasional, karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya<br />

hubungan antara dua variabel atau beberapa variabel yang menjadi obyek<br />

penelitian 61 .<br />

Model penelitian yang dilakukan adalah hubungan antara variabel yang<br />

akan diteliti sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang<br />

perlu dijawab melalui penelitian. Teori yang digunakan untuk merumuskan<br />

hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis dan teknik analisis yang digunakan. Maka<br />

dalam penelitian ini akan menggunakan paradigma sederhana untuk menyatakan<br />

hubungan kedua variabel. 62<br />

Pada penelitian ini menggunakan dua variabel utama yaitu:<br />

1. Variabel bebas atau independent variable (X) yaitu: variabel yang<br />

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya<br />

variabel dependen (terikat). Variable ini sering disebut sebagai variabel<br />

stimulus, predictor dan antecendent.<br />

Variabel bebas (X) : Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasioanl<br />

2. Variabel terikat atau dependent variable (Y) yaitu: variabel yang dipengaruhi<br />

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel ini sering<br />

disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Variabel terikat (Y) :<br />

Kinerja Karyawan<br />

Adapun Desain Penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah:<br />

61 Arikunto. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.Hal 247<br />

62 Ibid. Hal 8


X: Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional<br />

Y: Kinerja Karyawan<br />

B. Definisi Operasional<br />

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang<br />

dirumuskan berdasarkan karakteristik- karakteristik variabel tersebut yang dapat<br />

diamati 63 .<br />

Konsep dapat diamati atau diobservasi ini penting, mampu membuka<br />

kemungkinan bagi orang lain selain peneliti untuk melakukan hal yang serupa,<br />

sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang<br />

lain. Definisi Operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah<br />

sebagai berikut:<br />

1. Persepsi Gaya kepemimpinan Transformasional. Persepsi merupakan bagian dari<br />

keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan<br />

pada manusia dan manusia akan menggunakan pengalaman yang telah disimpan<br />

untuk menginterpretasikan suatu obyek 64 . Persepsi tersebut dilihat dari<br />

tanggapan karyawan yang berupa anggapan tentang bagaimana atasan<br />

memimpin anak buahnya, sehingga seorang bawahan merasa dipimpin dengan<br />

menggunakan gaya kepemimpinan transformasional. Tanggapan yang diberikan<br />

karyawan meliputi perasaan yang dialami, dan apa yang dipikirkan karyawan<br />

tentang pimpinannya. Yang menjadi subyek penelitian disini adalah karyawan<br />

PT Coca Cola Bottling Indonesia yang berada para divisi Maintenance<br />

Enginering (ME).<br />

63 Azwar. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007, hal 74.<br />

64 Ibid .hal 445<br />

X Y


2. Kinerja Karyawan adalah perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh karyawan<br />

untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab pada suatu pekerjaan agar tujuan<br />

dapat tercapai dengan baik. Kinerja dapat dilihat dari kualitas hasil kerja,<br />

kuantitas hasil kerja, ketepatan waktu, prestasi yang dicapai dan motivasi dalam<br />

bekerja. Untuk mengetahui bagaimana seseorang karyawan sudah bekerja maka<br />

akan dilihat dari penilaian kinerja (Performance Appraisal).<br />

C. Populasi dan Sampel<br />

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek<br />

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti<br />

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya 65 .<br />

Populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda- benda alam<br />

yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/ subyek yang<br />

dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek<br />

atau obyek yang diteliti itu. Populasi yang menjadi obyek penelitian adalah<br />

karyawan PT Cocacola Bottling Indonesia yang berada pada divisi Maintenance<br />

Enginering (ME) berjumlah 58 orang.<br />

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh<br />

populasi. Penelitian yang dilakukan berdasarkan sampel yang diambil merupakan<br />

salah satu pendekatan yang dilakukan untuk mengamati dari populasi yang sudah<br />

ditentukan. Ini berarti selalu ada resiko kesalahan dalam penarikan kesimpulan<br />

untuk keseluruhan populasi. Oleh karena itu, setiap penelitian dengan<br />

menggunakan sampel akan selalu berusaha untuk memperkecil resiko kesalahan<br />

64 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: CV Alfabeta. 2008 hal 80.


tersebut. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengambil sampel atau teknik<br />

sampling yang digunakan 66 .<br />

Untuk menentukan banyaknya sampel menurut Arikunto, jika subyek<br />

kurang dari 100 orang maka lebih baik diambil semuanya untuk diteliti.<br />

Selanjutnya jika jumlah subyek besar atau lebih dari 100 orang maka diambil<br />

10%- 15% atau 20%- 25% dari jumlah populasi.<br />

D. Teknik Sampling<br />

Teknik Sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk<br />

menentukan sampel dalam penelitian. harus benar- benar diperhatikan. Hal ini<br />

dikarenakan sampel yang diambil dengan teknik tertentu harus benar- benar<br />

mewakili dari jumlah populasi yang ada. Karena apa yang disimpulkan pada suatu<br />

sampel akan menentukan pula kesimpulan dari sebuah populasi. Sehingga<br />

penelitian yang dilakukan tepat pada sasaran yang memang akan di teliti. Dan akan<br />

beresiko salah apabila pengambilan sampel kurang tepat 67 .<br />

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Sampling total.<br />

Teknik ini digunakan apabila populasi mempunyai anggota atau unsur yang<br />

homogen dan jumlah sampel kurang dari 100, yang ditentukan menjadi populasi<br />

juga akan menjadi sampel. 68 Sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah<br />

58 orang.<br />

Berikut ini merupakan populasi dan sampel yang dapat digunakan sebagai<br />

subyek penelitian.<br />

Populasi : Karyawan tetap PT Coca Cola Bottling Indonesia berasa pada<br />

65 Ibid Hal 62.<br />

66 Ibid Hal 62<br />

67 Ibid hal 64<br />

Divisi Maintenance Enginering (ME)


Sampel : Sampel yang diambil adalah berjumlah 58. Hal ini dikarenakan<br />

E. Proses Penelitian<br />

jumlah populasi yang ada kurang dari 100 maka yang menjadi<br />

populasi akan sekaligus menjadi sampel.<br />

Dalam melaksanakan penelitian ini akan dilakukan beberapa tahapan untuk<br />

mendapatkan data dan menghasilkan kesimpulan terkait dengan judul yang<br />

diangkat. Penelitian ini dilaksanakan di PT CocaCola Bottling Indonesia yang<br />

berada di jalan Raya Surabaya <strong>Malang</strong> Km. 43 Gempol, Pasuruan.<br />

Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut :<br />

1. Tahap Persiapan<br />

Tahap persiapan adalah tahap dimana peneliti menemukan permasalahan<br />

disuatu tempat yang tidak sesuai dengan teori yang sudah ada. Dari permasalahan<br />

tersebut dapat dijadikan suatu penelitian yang menyatakan suatu hubungan atau<br />

pengaruh. Sebelum melaksanakan penelitian, maka diperlukan rancangan<br />

penelitian, penentuan populasi dan sampel, metode pengumpulan data, pembuatan<br />

kuesioner tentang persepsi gaya kepemimpinan transformasional.<br />

2. Tahap Pelaksanaan<br />

Pada tahap pelaksanaan maka yang dilakukan adalah dengan memberikan<br />

angket persepsi karyawan tentang gaya kepemimpian transformasional kepada<br />

karyawan. Skor total yang diperoleh dari angket akan dikorelasikan dengan<br />

kinerja karyawan. Sehingga membuktikan hipotesis yang direncanakan<br />

sebelumnya.


F. Metode Pengumpulan Data<br />

Metode pengumpulan data yang menjelaskan bagaimana data-data yang<br />

diperlukan dalam penelitian dikumpulkan oleh peneliti untuk dijadikan sebagai<br />

suatu data awal sehingga pada akhir penelitian akan menghasilkan suatu<br />

kesimpulan yang membuktikan hipotesis yang diajukan.<br />

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pengumpulan data<br />

sebagai berikut:<br />

1. Kuisioner<br />

Kuisioner menunjuk pada sebuah instrumen pengumpul data yang<br />

bentuknya seperti berupa pertanyaan- pertanyaan yang merujuk pada sesuatu<br />

yang akan diungkap berdasarkan teori yang sudah ada. 69<br />

Kuisioner ini akan dinilai dengan Skala Likert yaitu skala pengukuran yang<br />

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang<br />

fenomena sosial. Cara pengukurannya adalah dengan menghadapkan seorang<br />

responden dengan sebuah pertanyaan dan kemudian diminta untuk memberikan<br />

jawaban. Adapun alternatif jawaban yang disediakan adalah Sangat Sering,<br />

Sering, Kadang- kadang, Jarang , dan Tidak Pernah .<br />

Dalam menggunakan alternatif jawaban yang diberikan kepada subyek,<br />

pembuatan kuesioner ini mengunakan pilihan jawaban yang mengukur tentang<br />

persepsi. Yang mana dalam mengukur persepsi seseorang tentang suatu hal<br />

dapat dilihat dari seberapa sering orang itu mengalami suatu hal yang tercantum<br />

pada aitem pertanyaan. Pada jawaban sangat sering sampai tidak pernah, dapat<br />

68 Arikunto. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2005. Hal 76


mengunggap tentang seberapa besar perilaku yang dijadikan sebagai indikator<br />

muncul pada saat itu.<br />

Menurut Nazir, skor respon Responden dijumlahkan dan jumlah ini<br />

merupakan skor total. Skor inilah yang ditafsirkan sebagai posisi responden<br />

dalam Skala Likert. Skala psikologi memiliki karakteristik khusus yang<br />

membedakannya dari berbagai bentuk alat pengumpulan data yang lain, yaitu:<br />

a) Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung<br />

mengungkap atribut yang hendak diukur, melainkan mengungkap indikator<br />

perilaku dan atribut yang bersangkutan.<br />

b) Skala Psikologi selalu berisi banyak aitem, hal ini dikarenakan atribut<br />

psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator- indikator perilaku<br />

perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem.<br />

c) Respon Subyek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban ”benar” atau ”salah”.<br />

Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan<br />

sungguh- sungguh. 70<br />

2. Wawancara<br />

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian<br />

dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau<br />

pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat<br />

yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). 71<br />

Dalam proses wawancara yang dilakukan dengan menggunakan panduan<br />

wawancara yaitu indikator perilaku yang menunjuk pada perilaku yang dijadikan<br />

indikator pada variabel penelitian tentang persepsi gaya kepemimpinan<br />

transformasional.<br />

69 Azwar, Syaifuddin. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2008, hal 3-4.<br />

70 Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hal 72-73


Pada proses wawancara ini didapatkan juga data tentang bagaimana seorang<br />

atasan dalam memimpin bawahannya dengan menggunakan gaya kepemimpinan<br />

transformasional. Dalam wawancara tersebut bawahan dapat menceritakan<br />

dengan leluasa tanpa dibatasi tentang hal- hal yang berkaitan dengan<br />

kepemimpinan transformasional yang dilakukan atasannya dalam memimpin<br />

bawahannya untuk mencapai visi dan misi perusahaan<br />

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara<br />

sebagai data awal, pendukung dan pelengkap data yang diperlukan untuk sumber<br />

penelitian. Wawancara dapat juga didefinisikan sebagai percakapan dan tanya<br />

jawab yang diarah kan untuk mencapai tujuan tertentu.<br />

3. Dokumentasi<br />

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal- hal yang terkait dengan<br />

variabel. Hal ini dapat berupa catatan, transkrip, penilaian kinerja, surat kabar,<br />

majalah, notulen, agenda rapat, dan sebagainya 72 .<br />

Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh<br />

informasi dari data tertulis yang ada pada subyek penelitian dan yang<br />

mempunyai relevansi dengan data yang dibutuhkan, misalnya dalam<br />

mengungkap variabel tentang kinerja karyawan, penilaian kinerja yang<br />

dilakukan oleh perusahaan akan dijadikan sumber data terhadap berlangsungnya<br />

penilaian.<br />

Dari dokumentasi yang didapatkan dari PT CCBI didapatkan tentang data<br />

penilaian kinerja (Performance Appraisal) terbaru yang dilakukan dalam<br />

beberapa kurun waktu satu tahun sekali dan dilaksanakan pada akhir tahun yang<br />

bisa menentukan kenaikan gaji atau kenaikan jabatan. Sehingga dapat diketahui<br />

71 Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi revisi V. Jakarta: PT. Rineka Cipta.<br />

2002. hal 2006


seberapa besar ukuran kesuksesan dalam menyelesaikan pekerjaan sesuai standar<br />

yang sudah ditetapkan sebelumnya. Digunakannya dokumentasi dengan<br />

mengambil penilaian kerja dikarenakan, biasanya dalam suatu perusahaan untuk<br />

mengukur kinerja karyawan dalam beberapa waktu tertentu digunakanlah<br />

penilaian kinerja. Yang nantinya penilaian kinerja tersebut dapat mengevaluasi<br />

setiap pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan dan dapat ditindak lanjuti pada<br />

proses pengembangan kemampuan yang dimiliki karyawan misalkan dengan<br />

dilaksanakannya pelatihan.<br />

Aspek Dan Kriteria Penilaian Kinerja<br />

Prestasi Dalam Kerja<br />

1. Efektifitas Pengoperasian Mesin<br />

2. Proses Monitoring<br />

3. Pencapaian Yield Gula<br />

4. Pencapaian Yield Crown<br />

5. Pelaksanaan Cycle Maintenance<br />

6. Pemeliharaan GMP<br />

Sikap Dalam Bekerja<br />

7. Kehadiran<br />

8. Hubungan Kerja<br />

9. Ketaatan dan Kerapian Berpakaian kerja<br />

10. Disiplin Kerja<br />

11. Motivasi & Kemauan Belajar<br />

G. Instrumen Penelitian<br />

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan instrument<br />

adalah alat yang dipergunakan untuk mengerjakan sesuatu (berupa seperangkat tes dan<br />

sebagainya).<br />

Guna mencapai tingkat obyektifitas tinggi, penelitian ilmiah mensyaratkan<br />

penggunaan prosedur pengumpulan data yang akurat dan obyektif. Pada penelitian


kuantitaif, data penelitian hanya dapat diinterpretasikan dengan lebih obyektif apabila<br />

diperoleh melalui proses pengukuran yang valid reliabel dan obyektif. Untuk itu, jenis<br />

instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner dengan<br />

model skala likert.<br />

Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi serangkaian pertanyaan atau<br />

pernyataan mengenai suatu hal yang akan diteliti. Dalam penelitian ini menggunakan<br />

kuesioner Gaya Kepemimpinan Transformasional.<br />

Blue Print Persepsi Karyawan Tentang Gaya Kepemimpinan Transformasional<br />

No Indikator Deskriptor Favorabel Unfavorable<br />

1 Individual Consideration Sapaan 1,2 3,4<br />

(Perhatian Individu) Delegasi Tugas 5,6 7,8<br />

Bimbingan 9,10 11<br />

2 Inspirational Motivation Pemecahan<br />

12,13 14,15<br />

(Motivasi Inspirasi) Masalah<br />

Reward 16,17 18,19<br />

Dukungan 20,21 22<br />

3 Intelektual Simulation Kreatif 23,24 25,26<br />

(Simulasi Intelektual) Pengambilan<br />

Keputusan<br />

27,28 29,30<br />

4 Charisma (Karisma) Dipercaya 31,32 33,34


Dihormati 35,36,37 38, 39,40<br />

Planning 41,42, 43 44,45<br />

Total 24 21<br />

Tabel 1<br />

Blue Print Gaya Kepemimpinan Transformasional<br />

Bentuk kuesioner yang akan digunakan oleh peneliti adalah bentuk likert.<br />

Berdasarkan bentuk tersebut , maka alternative jawaban terdiri dari lima kategori,<br />

yaitu Sangat Sering (SS), Sering (S), Kadang- kadang (KD), Jarang (JR), dan Tidak<br />

Pernah (TP). Terdapat dua jenis pernyataan, yaitu favorabel dan unfavourabel.<br />

Pernyataan favourabel adalah pernyataan yang berisi tentang hal- hal positif, yaitu<br />

mendukung obyek sikap yang diungkap. Sebaliknya, pernyataan sikap unfavourabel<br />

adalah pernyataan yang berisi tentang hal- hal negatif mengenai obyek sikap, yaitu<br />

bersifat tidak mendukung ataupun kontra terhadap obyek sikap yang hendak diungkap.<br />

Pemberian skor berdasarkan pernyataan yang favourabel dan Unfavourabel:<br />

Pernyataan Favorable Pernyataan Unfavorable<br />

Skor 4 untuk jawaban Sangat Sering Skor 0 untuk jawaban Sangat Sering<br />

Skor 3 untuk jawaban Sering Skor 1 untuk jawaban Sering<br />

Skor 2 untuk jawaban Kadang- kadang Skor 2 untuk jawaban Kadang- kadang<br />

Skor1 untuk jawaban Jarang Skor 3 untuk jawaban Jarang<br />

Skor 0 untuk jawaban Tidak Pernah . Skor 4 untuk jawaban Tidak Pernah<br />

H. Validitas dan Reliabilitas<br />

1. Validitas<br />

Tabel 2<br />

Skor aitem<br />

Validitas memberikan pengertian bahwa alat ukur yang digunakan mampu<br />

memberikan nilai yang sesungguhnya dari apa yang kita inginkan. Salah satu


ukuran untuk sebuah kuesioner adalah apa yang disebut sebagai validitas konstruk<br />

(construct validity). Dalam pemahaman ini, sebuah kuesioner yang berisi beberapa<br />

pertanyaan untuk mengukur suatu hal, dikatakan valid jika setiap aitem pertanyaan<br />

yang menyusun kuesioner tersebut memiliki keterkaitan yang tinggi. Ukuran<br />

keterkaitan antar aitem pertanyaan ini umumnya dicerminkan oleh korelasi jawaban<br />

antar pertanyaan. Pertanyaan yang memiliki korelasi rendah dengan butir<br />

pertanyaan yang dinyatakan sebagai pertanyaan yang tidak valid. 73<br />

Metode yang sering digunakan untuk memberikan penilaian terhadap<br />

validitas kuesioner adalah korelasi product moment (Pearson correlation) antara<br />

skor setiap butir pertanyaan dengan skor total. Berikut ini formula yang digunakan.<br />

r xy<br />

=<br />

N∑<br />

XY − ( ∑ X )( ∑Y<br />

)<br />

2<br />

2<br />

2<br />

∑ X − ( ∑ X ) N∑<br />

Y − ∑<br />

2<br />

( N<br />

) ( ( Y ) )<br />

N : Jumlah Responden<br />

X : Variabel persepsi gaya kepemimpinan transformasional<br />

Y : Variabel kinerja karyawan<br />

XY : Perkalian X&Y<br />

Rxy : Koefisien korelasi product moment<br />

Sedangkan metode lain yang digunakan untuk melihat kevalidan suatu alat<br />

ukur diantaranya adalah Expert Review yaitu: bertanya pada yang berpengalaman<br />

atau yang lebih ahli mengenai hal- hal yang berkaitan dengan variabel yang<br />

digunakan pada suatu penelitian. Pada penelitian ini adalah orang yang<br />

menggunakan gaya kepemimpinan transformasional dan para penilai kinerja<br />

karyawan.<br />

72 http://www.geocities.com. my book


Dalam menentukan validitas pada Kuesioner tentang persepsi Gaya<br />

kepemimpinan tranformasional berikut akan menggunakan bantuan program SPSS<br />

16’ for windows. Sedangkan pada variabel tentang kinerja karyawan yang dilihat<br />

menggunakan penilaian kinerja dapat dilihat validitasnya dengan bertanya pada<br />

orang yang berpengalaman dan ahli mengenai penilaian kinerja tersebut (Expert<br />

Review)<br />

2. Reliabilitas<br />

73 Ibid<br />

Reliabilitas merupakan kekonsistenan sebuah alat ukur, bahwasanya<br />

kemampuan alat ukur tersebut jika digunakan pada masa yang akan datang dengan<br />

subyek yang sama akan mendapatkan hasil yang sama 74 .<br />

Berikut ini merupakan cara yang digunakan untuk menghitung dugaan nilai<br />

keterandalan yaitu: Internal Consistency menggunakan Rumus Alpha Cronbach<br />

dimana suatu alat ukur tersebut merupakan bagian- bagian aitem yang konsisten.<br />

r<br />

11<br />

∑ 2<br />

2<br />

⎛ k ⎞⎛<br />

σ ⎞ b<br />

= ⎜ ⎟⎜1<br />

− ⎟<br />

⎝ k −1⎠<br />

⎜ ⎟<br />

⎝ σ t ⎠<br />

: Reliabilitas instrumen<br />

k : banyaknya butir pertanyaan<br />

: jumlah variansi butir<br />

: variansi total<br />

Reliabilitas Alat ukur mengenai Persepsi karyawan tentang gaya<br />

kepemimpinan Transformasional digunakan analisis data menggunakan program<br />

SPSS 16’ for windows yang dapat dilihat dari table Alpha Cronbach. Yang mana<br />

bila Alpha Cronbach tersebut mendekati angka 1, maka alat tes tersebut dapat<br />

dinyatakan semakin reliabel.


Dokumentasi Penilaian kinerja untuk melihat tingkat kinerja Karyawan<br />

akan dilihat dari hasil penilaian kinerja yang akan dianalisis dari setiap aitem<br />

performance appraisal.<br />

I. Metode Analisa Data<br />

Dalam proses analisa data, sering kali digunakan metode statistik, karena<br />

statistik menyediakan cara- cara meringkas data kedalam bentuk yang lebih banyak<br />

artinya dan memungkinkan pencatatan secara paling eksak data penelitian. Selain<br />

itu, statistik memberi dasar- dasar untuk menarik kesimpulan melalui proses yang<br />

mengikuti tata cara yang diterima oleh ilmu pengetahuan.<br />

Pada penelitian ini analisa data yang digunakan untuk menjawab rumusan<br />

masalah adalah dengan cara mengelompokkan data yang sudah didapat berdasarkan<br />

Mean dan Standar Deviasi. Dalam upaya jawab atas penggambaran tingkat atas<br />

masing- masing variabel pada populasi maka, peneliti melakukan pengkategorian<br />

dalam tiga pengkategorian. 75 Berikut ini cara untuk menentukan Analisa data<br />

berdasa mean dan Standar Deviasi<br />

1) Mean<br />

M =<br />

M : Mean<br />

N : Jumlah subyek<br />

∑Fx : nilai jumlah aitem<br />

2) Standar Deviasi<br />

SD = -<br />

SD: Standar Deviasi<br />

∑Fx : Nilai jumlah aitem<br />

74 Azwar, Syaifuddin. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2008


M : Mean<br />

N : Jumlah subyek<br />

3) Analisis Prosentase<br />

Untuk menganalisis prosentase dari hasil yang sudah didapat maka rumus yang<br />

digunakan adalah sebagai berikut:<br />

P = × 100%<br />

P : Prosentase<br />

f :Frekuensi<br />

N : Jumlah subyek<br />

Setelah diketahui Mean dan standar deviasi dari setiap variabel maka yang<br />

harus dilakukan selanjutnya adalah menentukan kategori setelah data didapat.<br />

Berikut ini cara pengkategorian pada setiap variabel dan hubungan dari kedua<br />

variabel tersebut:<br />

1. Tingkat Persepsi Karyawan tentang Gaya Kepemimpinan<br />

Transformasional<br />

Tingkat persepsi karyawan tentang Gaya Kepemimpinan<br />

Transformasional akan dibagi dalam bentuk pengkategorian. Pengkategorian<br />

dilakukan dengan mengelompokkan pada persepsi yang menyatakan bahwa<br />

pimpinannya tampak lebih sering terlihat mempraktekkan Gaya<br />

Kepemimpinan Transformasional (tinggi), persepsi yang menyatakan<br />

bahwasanya pimpinan kadang- kadang mempraktekkan gaya kepemimpinan<br />

Transformasional (Sedang), atau persepsi yang menyatakan bahwasanya<br />

pimpinannya mempraktekkan gaya kepemimpinan Transformasional dengan<br />

frekuensi yang rendah atau jarang (Rendah).


N : Jumlah Responden<br />

Tabel 3<br />

Kategori tingkat persepsi<br />

X : Nilai masing- masing responden<br />

SD : Stándar Deviasi<br />

M : Mean<br />

Tinggi<br />

Sedang<br />

Rendah<br />

2. Tingkat Kinerja Karyawan<br />

: Mean + 1 SD ≤ X<br />

: Mean – 1 SD ≤ X < Mean 1SD<br />

: X < Mean – 1SD<br />

Untuk menentukan pengkategorian tentang tingkat kinerja maka hasil dari<br />

Performance Appraisal dikategorikan kedalam excellent, Verygood dan Good.<br />

Jadi kinerja karyawan dapat dibagi dalam kelompok Excellent yang mana<br />

tingkat kinerjanya akan semakain baik. Jika dikategorikan VeryGood maka<br />

tingkat kinerjanya tergolong sedang. Sedangkan bila dikategorikan Good maka<br />

tingkat kinerjanya akan tergolong buruk.<br />

Excellent : Lebih Dari 3,71<br />

Very Good : 3,36 – 3,71<br />

Good : Kurang Dari 3,36<br />

Tabel 4<br />

Kategori Kinerja<br />

3. Hubungan antara Persepsi Karyawan tentang Gaya Kepemimpinan<br />

Transformasional dengan kinerja Karyawan<br />

Hubungan antara variabel persepsi karyawan tentang gaya kepemimpinan<br />

Transformasional dengan kinerja karyawan dianalisis dengan menggunakan


program SPSS 16’ for windows. Dengan menggunakan bantuan program SPSS<br />

16’ for windows dapat dilihat kedua hubungan dengan melihat koefisien<br />

korelasi (rxy).<br />

Untuk melihat hubungan antara kedua variabel, maka data yang didapat<br />

harus diuji kenormalannya terlebih dahulu. Uji normalitas dapat dilihat dari<br />

Tabel Kolmogorov Smirnov. Bila data berdistribusi secara normal apabila<br />

sigifikansi lebih dari 0,05 (Sig > 0,05) dan tidak normal jika signifikasi kurang<br />

dari 0,05 (Sig < 0,05).<br />

Yang mana dari nilai koefisien (rxy) tersebut dapat dilihat hubungan yang<br />

terjadi dari kedua variabel<br />

a. Bila nilai koefisien korelasi mendekati 1 maka arah hubungan yang<br />

terbentuk adalah semakin berhubungan secara positif.<br />

b. Bila nilai koefisien korelasi bernilai 0 atau mendekati 0 maka kedua<br />

variabel tersebut dianggap tidak berhubungan.<br />

c. Bila nilai koefisien korelasi mendekati -1 maka arah hubungan yang<br />

terbentuk adalah semakin berhubungan secara negatif.<br />

A. Deskripsi Obyek Penelitian<br />

1. Profile Perusahaan<br />

BAB IV<br />

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN<br />

Pada tanggal 27 Juni 1976 pabrik pembotolan Coca-Cola di Surabaya didirikan<br />

dihadapan notaris Probo Poerwantoro dengan nama PT. Coca-Cola Tirtalina Bottling


Co. Tiga bulan kemudian tepatnya tanggal 3 September 1976, pabrik ini mendapat<br />

kepercayaan dari Coca-Cola Indonsia untuk memproduksi dan memasarkan produk<br />

Coca-Cola untuk wilayah Jawa Timur yang semula masih disuplai oleh PT. Djaya<br />

Beverage (Jakarta).<br />

Pabrik pertama PT. Coca-Cola Tirtalina Bottling Co. didirikan bulan Agustus<br />

1976 di daerah Pasuruan dengan izin Menteri Perindustrian No. 600/DJAI/IUT-<br />

1/PMDN/V182 serta izin HO Pemerintah Daerah Tingkat II Kab. Pasuruan No.<br />

530.08/146HO/454.14/1987. Pabrik ini beroperasi mulai pada tanggal1 Januari 1977.<br />

Pabrik kedua dibangun di kawasan Rungkut Industri berdiri awal Juni 1987 dan mulai<br />

produksi awal Maret 1988. Karena alasan efisiensi biaya dan tenaga kerja serta faktor<br />

kesulitan pengembangan areal pabrik, pabrik Rungkut dialihkan ke pabrik pertama.<br />

Penggabungan ini terjadi pada tahun 1990 hingga 1991.<br />

6. Lokasi Pabrik<br />

PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Jawa Timur terletak di jalan Raya Surabaya<br />

<strong>Malang</strong> Km. 43 Gempol, Pasuruan memiliki luas area mencapai 41615 m 2 dengan<br />

perincian sebagai berikut:<br />

• Bangunan utama perusahaan seluas 9680 m 2<br />

• Bangunan gudang tertutup seluas 9940 m 2<br />

• Bangunan kantor utama seluas 600 m 2<br />

• Bangunan fasilitas sosial (poliklinik, koperasi, masjid) seluas 518 m 2<br />

• Bangunan fasilitas penunjang (generator, boiler, evacond) seluas 520 m 2<br />

• Bangunan terbuka seluas 8347 m 2<br />

• Bangunan pengolahan limbah seluas 2688 m 2<br />

7. Peran dan Fungsi Lembaga<br />

PT Coca Cola Bottling Indonesia Gempol- Pasuruan berada dibawah<br />

pengawasan The Coca Cola Company yang bergerak dalam bidang jasa yaitu<br />

produsen minuman berkarbonasi dengan merk yang sama yaitu Coca Cola. Selain<br />

memproduksi Coca Cola, CCBI juga memproduksi sprite, Fanta, dan freshtea dalam<br />

bentuk kemasan botol kaca, PET.<br />

Aktivitas yang dilakukan oleh PT Coca Cola Bottling Indonesia- jawa timur<br />

dalam hubungannya dengan masyarakat diantaranya dengan memberikan bantuan


yang sangat bermanfaat bagi masyarakat disekitar pabrik. Bantuan perusahaan ini<br />

bertujuan untuk membuktikan bahwasanyab perusahaan bisa dikatakan baik jika ia<br />

tidak hanya mementingkan kebutuhan bisnis untuk selalu berkembang akan tetapi<br />

dapat memahami lingkungan disekitar perusahaan. Dengan hal ini perusahaan akan<br />

lebih bebas untuk menciptakan hubungan baik dengan para karyawan, komunitas<br />

sekitarnya, para pendidik, dealer, distributor, pemegang saham dan pelanggan.<br />

a. Hubungan karyawan: hubungan karyawan yang baik diusahkan melalui<br />

bantuan organisasi- organisasi pendidikan, kebudayaan, ilmiah, dan<br />

kesejahteraan yang melayani para karyawan dan keluarganya.<br />

b. Hubungan komunitas, suatu perusahaan mempunyai kewajibansosial yang<br />

berupa sumbangan sebagai warga perusahaan untuk membantu organisasi<br />

kesehatan, kesejahteraan, pendidikan, kemasyarakatan, dan kebudayaan di<br />

daerahnya sebagai perusahaan yang baik untuk bekerja.<br />

c. Hubungan pendidikan, bantuan pendiodikan menciptakan sumber penting<br />

untuk personel mendatang yang terdidik dan untuk kemajuan pengetahuan<br />

ilmiah dan teknik. Bantuan tak terbatas ini digunakan untuk beasiswa, dana<br />

siswa, penelitian, penggantian tenaga pengajar, bangunan, dan sumbangan.<br />

d. Hubungan konsumen, dealer, dan pemegang saham, bantuan perusahaan<br />

untuk lembaga- lembaga kesehatan, kesejahteraan, pendidikan, dan<br />

kebudayaan diberitahukan melalui pers dan meningkatkan itikat baik para<br />

konsumen, dealer dan pemegang saham<br />

4. Visi & Misi Perusahaan<br />

a) Misi, Sasaran, dan Strategi Perusahaan Di Coca-Cola Bottling Indonesia:<br />

Kita bertekad untuk memberikan nilai terbaik bagi pemegang saham dengan<br />

menjadi perusahaan yang tumbuh terdepan dalam pasar minuman.<br />

Kita sangat menghargai karyawan. Berbagai merk dari “ The Coca –<br />

Cola Company ” dan karyawan kita berdedikasi serta berdisiplin memberikan<br />

Coca - Cola Bottling Indonesia suatu keunggulan bersaing yang<br />

berkesinambungan.<br />

Kita mengembangkan kemitraan sejati dengan para pelanggan untuk<br />

memuaskan lebih dari 200 juta konsumen yang dahaga.<br />

b) Sasaran Perusahaan


Sasaran jangka panjang utama dari Coca – Cola Bottling Indonesia adalah<br />

meningkatkan nilai perusahaan bagi semua pihak yang berkepentingan<br />

(stareholders ) hal ini dapat dicapai dengan menyeimbangkan pertumbuhan,<br />

kemampuan menghasilkan laba, dan laba atas investasi ( Return of Investment )<br />

secara efektif.<br />

c) Strategi Perusahaan<br />

Agar berhasil mencapai sasaran perusahaan, Coca – Cola Bottling Indonesia<br />

terus-menerus menerapkan empat strategi utama yaitu :<br />

a. Meningkatkan pertumbuhan penjualan dengan menumbuhkan pasar<br />

minuman ringan secara keseluruhan dan meningkatkan bagian pasar<br />

(marketshare ).<br />

b. Menaikkan efisiensi kerja<br />

c. Mengembangkan wilayah franchise Coca – Cola yang baru diperoleh<br />

d. Mencari kesempatan ekspansi lebih lanjut di Eropa dan Asia Tenggara<br />

5. Struktur Organisaasi<br />

Perusahaan ini dipimpin oleh seorang Technical Operation Manager ( TOM ) yang membawahi Plant Reporting and<br />

Budgeting Control. Selain itu, TOM juga membawahi berbagai department antara lain:<br />

1. Production Department<br />

Departemen ini dipimpin oleh seorang Production Manager<br />

yang membawahi beberapa Supervisor serta Operator yang bertujuan untuk<br />

melaksanakan produksi sesuai dengan metode dan perencanaan standar PT.<br />

CCBI Jawa Timur.<br />

2. Quality Assurance (QA) Department<br />

Sama halnya dengan Departemen Produksi, departemen ini juga<br />

dipimpin oleh seorang QA Manager yang membawahi beberapa Supervisor<br />

dan Operator (Inspector). Departemen ini memiliki peranan yang sangat<br />

penting terhadap keberlangsungan proses produksi serta produk yang akan<br />

didistribusikan ke konsumen.<br />

3. Maintenance and Engineering (ME) Department<br />

Departemen ini dipimpin oleh seorang ME Manager yang membawahi<br />

beberapa Supervisor serta Operator yang bertujuan untuk menyusun<br />

perencanaan, pemeliharaan, dan perbaikan yang berhubungan dengan bidang<br />

elektronika, mesin, workshop, dan maintenance management system.


4. Quality Management System (QMS) Department<br />

Departemen ini dipimpin oleh seorang Quality System Manager yang<br />

membawahi Environment Management System (EMS) dan Occupation Health<br />

and Safety (OHS) Supervisor dan QMS Staff. Departemen ini bertanggung<br />

jawab mengenai terpeliharanya sistem kualitas, manajemen lingkungan, serta<br />

kesehatan dan keselamatan kerja di lingkungan perusahaan.<br />

5. Demand and Operation Planning (DOP) Department<br />

Departemen ini dipimpin oleh DOP Manager. Departemen ini<br />

bertanggung jawab terhadap perencanaan produksi baik dalam jangka pendek<br />

maupun jangka panjang.<br />

6. Warehousing and Transportation (W&T) Department<br />

Departemen ini dipimpin oleh W&T Manager. Departemen ini<br />

mengurusi masalah pendistribusian hasil produksi ke berbagai Sales Center<br />

(SC) di seluruh Wilayah Jawa Timur.<br />

7. General Affair<br />

Bertugas sebagai pengganti Technical Operation Manager pada jam<br />

kerja diluar jam kerja TOM.<br />

8. Plant Reporting and Budgeting Control (P.Acc)<br />

Bertugas menyusun laporan-laporan dari seluruh departemen untuk<br />

disampaikan ke TOM<br />

B. DEMOGRAFI RESPONDEN<br />

1. Deskripsi responden berdasar Tingkat pendidikan<br />

Pada setiap instansi maupun perusahaan tertentu tentunya akan kita temukan<br />

suatu struktur organisasi yang akan membawa suatu nama tersebut untuk lebih<br />

maju dan berkembang. Begitu juga dengan PT Coca Cola Bottling Indonesia yang<br />

berlokasi di gempol, terdiri dari 415 karyawan tetap dengan tingkat pendidikan<br />

karyawan sebagai berikut:


Pendidikan terakhir Jumlah<br />

SMP 40 orang<br />

SMU 270 orang<br />

D3 67 orang<br />

S1 38 orang<br />

Total 415 Orang<br />

Tabel 4.<br />

Jumlah karyawan<br />

Berikut ini prosentase karyawan berdasarkan tingkat pendidikan<br />

Tabel 5<br />

Demografi tingkat pendidikan<br />

2. Deskripsi responden berdasar jabatan/ divisi.<br />

Tenaga kerja di PT CCBI unit Pandaan merupakan tenaga kerja pribumi<br />

dimana semua tenaga kerja berasal dari Indonesia. Dari banyak karyawan tersebut<br />

akan dibagi menjadi beberapa divisi. Dari divisi tersebut akan melaksanakan tugas<br />

dan tanggung jawab yang berbeda- beda berikut ini frekuensi karyawan pada setiap<br />

divisinya.<br />

D3<br />

16%<br />

S1<br />

9%<br />

SMP<br />

10%<br />

SMA<br />

65%


Tabel 6.<br />

Demografi divisi<br />

C. PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN<br />

1. Uji Validitas Instrumen Penelitian<br />

Penulisan aitem dilakukan dengan berpedoman pada blue-print skala dan<br />

dibimbing oleh kaidah- kaidah penulisan aitem yang berlaku bagi setiap jenis dan<br />

format instrumen yang sedang disusun. Setelah mengetahui bahwa aitem tersebut<br />

sudah memenuhi kreteria dari prosedur penulisan, maka untuk tahap selajutnya<br />

akan dilakukan uji coba aitem untuk mengetahui kualitas aitem yang sudah dibuat.<br />

Kualitas aitem pada tahap uji coba ini akan sangat menentukan hasil pada saat<br />

pemberian pada subyek yang sebenarnya.<br />

Pada saat uji coba aitem dilakukan pada subyek yang berbeda dengan<br />

sampel yang akan digunakan. Akan tetapi subyek pada kelompok uji coba ini harus<br />

ditentukan karakteristik yang tidak jauh beda dengan subyek sebenarnya. Hasil dari<br />

seleksi uji coba aitem ini meliputi analisis validitas, reliabilitas aitem, distribusi<br />

jawaban, dan aplikasi analisis. Agar pada saat pemberian skala pada subyek yang<br />

sebenarnya aitem tersebut sudah teruji kevalidannya dan kereliabilitasannya.<br />

Sehingga pada subyek yang sebenarnya akan mengurangi nilai eror.


Sebagai kriteria pemilihan aitem berdasar korelasi aitem total, biasanya<br />

digunakan batasan minimal 0,3 sebagai daya beda. Aitem yang memiliki daya beda<br />

dibawah 0,3 dianggap sebagai aitem yang memilki daya diskriminasi rendah<br />

sehingga perlu untuk dihilangkan.<br />

Berikut ini merupakan Hasil uji Validitas untuk skala Persepsi Gaya<br />

Kepemimpinan Transformasional yang diberikan pada 18 orang buruh sepatu yang<br />

mempunyai karakteristik hampir sama dengan subyek yang sebenarnya:<br />

No Variabel Indikator Aitem Valid Item Gugur No<br />

1 Persepsi Gaya<br />

Kepemimpinan<br />

Transformasional<br />

Individualized<br />

Consideration<br />

(Perhatian Individu)<br />

Inspirational<br />

Motivation<br />

(Motivasi Inspirasi)<br />

Intellectual<br />

Stimulation<br />

(Simulasi<br />

Intelektual)<br />

1,2,3,4,5,6,7,8,9,<br />

10,11<br />

12,14,15,16,18,<br />

19,20,21,22<br />

Charisma (Karisma) 31,32,33,35,36,<br />

37,39,40,41,42,<br />

0 0<br />

2 13,17<br />

23,24,26,27,29 3 25,28,<br />

30<br />

43,44,45<br />

Total 45 38 7<br />

Tabel 7<br />

Uji Coba Validitas<br />

2 34,38<br />

Dari hasil uji coba diatas, dan mendapatkan aitem- aitem yang valid, maka<br />

langkah berikutnya adalah memberikan kuesioner yang berisi aitem yang sudah<br />

dianggap valid tersebut pada subyek yang sebenarnya yaitu Maintenance<br />

Enginering. Berikut ini Hasil uji validitas untuk subyek Maintenance Enginering<br />

pada sampel sebanyak 58 orang.<br />

Hasil Uji Validitas Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional<br />

No Indikator Deskriptor Favorabel Unfavorable Aitem gugur<br />

1 Individual Sapaan 1,2 3,4 0<br />

Consideration Delegasi 5,6 7,8 0<br />

(Perhatian Tugas<br />

Individu) Bimbingan 9,10 11 0


2 Inspirational Pemecahan 12 13,14 0<br />

Motivation Masalah<br />

(Motivasi Reward 15 16,17 0<br />

Inspirasi) Dukungan 18,19 20 0<br />

3 Intelektual Kreatif 21,22 23 0<br />

Simulation Pengambilan 24 25 0<br />

(Simulasi<br />

Intelektual)<br />

Keputusan<br />

4 Charisma Dipercaya 26,27 28 0<br />

(Karisma) Dihormati 29,30,31 32,33 0<br />

Planning 34,35,36 37,38 0<br />

Total 21<br />

Tabel 8<br />

17 0<br />

Validitas persepsi gaya kepeninpinan transformasional pada divisi<br />

Maintenance Enginering<br />

Sedangkan pada Variabel Kinerja Karyawan akan digunakan Expert Review<br />

dari orang yang ahli dalam bidang tersebut yakni para Subject Matter expert yang<br />

melakukan penilaian kinerja di PT Coca Cola Bottling Indonesia. Dari Form<br />

penilaian kinerja nampak bahwasanya aspek- aspek penilain kinerja secara<br />

umumnya akan terdiri dari prestasi dalam kerja dan sikap dalam bekerja. Yang<br />

mana dalam kedua aspek tersebut akan dinilai berdasar kualitas, kuantitas dan<br />

ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan.<br />

2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian<br />

Untuk Menentukan Reliabilitas suatu alat ukur agar skala tersebut<br />

menunjuk pada taraf Keterpercayaan dan konsisten maka dapat dilihat dari<br />

koefisien Reliabilitas. Koefisien Reliabilitas ini diperoleh berdasarkan perhitungan<br />

terhadap data empiris dari sekelompok subyek yang mencerminkan hubungan skor<br />

skala yang kita peroleh dengan skor sesungguhnya yang tidak dapat kita ketahui<br />

(Skor Murni). Jadi jika Koefisien Reliabilitas akan semakin mendekati 1 maka akan<br />

semakin baik Reliabiltas dai alat ukur tersebut.


Sebelum mengetahui nilai koefisien korelasi pada subyek yang sebenarnya,<br />

maka berikut ini adalah nilai koefisien korelasi dengan 58 orang karyawan bagian<br />

Maintenance Enginering:<br />

Tabel 9<br />

Koefisien Reliabilitas Persepsi<br />

Dalam pemberian angket pada subyek penelitian yang sebenarnya dapat<br />

diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,963. Hal ini dapat disimpulkan<br />

bahwasanya alat ukur tersebut reliabel karena semakin mendekati 1, maka tingkat<br />

keterpeercayaannya juga semakin tinggi. Dalam angket ini 90 % aitem tersebut<br />

dapat diterima dan 10% aitem merupakan variasi skor eror.<br />

3. Pengkategorian data<br />

Setelah melakukan penelitian maka yang akan dilakukan selanjutnya adalah<br />

menganalisa data yang didapatkan dalam bentuk pengkategorian. Berikut ini<br />

analisa data pada setiap variabel dan hubungannya.<br />

1. Persepsi Karyawan tentang Gaya Kepemimpinan Transformasional<br />

Untuk menentukan kategori data dan berapa besar frekuensi yang ada dalam<br />

setiap pengkategorian maka yang harus ditentukan terlebih dahulu adalah Mean dan<br />

Stándar Deviasi. Berikut ini pengkategorian berdasar seberapa seringnya gaya<br />

transformasional diterapkan di PT Coca Cola Bottling Indonesia berdasarkan data<br />

tentang persepsi karyawan.<br />

N Mean Stándar Deviasi


58 90,53 24,03<br />

Tabel 10<br />

Nilai Mean persepsi<br />

Maka untuk Kategori<br />

a. Tinggi = Mean + 1 SD ≤ X<br />

= 90,43 + 1. 24,03<br />

= 114,56 ≤ X<br />

b. Sedang = Mean – 1 SD ≤ X < Mean+1SD<br />

= 90,43 - 1. 24,03 ≤ X< 90,43 + 1. 24,03<br />

= 66,5 ≤ X < 114,56<br />

c. Rendah = X < Mean – 1SD<br />

= X < 90,43 - 1. 24,03<br />

= X < 66,5<br />

Berikut Prosentase pengakategorian tingkat persepsi karyawan tentang gaya<br />

kepemimpinan transformasional<br />

Kategori Nilai Jumlah Prosentase<br />

Tinggi 114,56 ≤ X 8 14%<br />

Sedang 66,5 ≤ X < 114,56 42 72%<br />

Rendah X < 66,5 8 14%<br />

Total 58 100%<br />

Tabel 11<br />

Kategori Tingkat Persepsi Gaya Kepemimpinan Transformasional<br />

2. Tingkat Kinerja Karyawan<br />

Tingkat Kinerja Karyawan dilihat dari data dokumentasi Performance<br />

Appraisal yang dilakukan oleh perusahaan pada akhir tahun. Data dokumentasi ini<br />

akan ditentukan bobot dari setiap masing- masing aitem. Dari banyak aitem


tersebut akan dijumlah dan diberi nilai akhir untuk selanjutnya dilakukan evaluasi<br />

ataupun promosi untuk kenaikan jabatan.<br />

Dari pengkategorian yang dibuat oleh perusahaan dibagi dalam empat kategori<br />

yaitu: very poor,poor, good, verygood, excellent. Dari pengkategorian yang<br />

diberikan oleh perusahaan dalam kategori very poor dan poor akan dilakukan<br />

pemberhentian untuk tenaga kerja. Sehingga pada karyawan di PT CCBI hanya<br />

berada dalam kategori good, very good dan excellent. Untuk pengkategorian good,<br />

verygood dan excellent akan memberikan nilai yang lebih pada karyawan,<br />

dikarenakan karyawan dapat melakukan kinerjanya dengan baik.<br />

Berikut Prosentase pengakategorian tingkat kinerja karyawan yang dilihat dari<br />

hasil penilaian kinerja (Performance Appraisal)<br />

Kategori Jumlah Prosentase<br />

Good 23 40%<br />

Very Good 33 57%<br />

Excellent 2 3%<br />

Total 58 100%<br />

Tabel 12<br />

Kategori Tingkat Kinerja Karyawan<br />

3. Hubungan Antara Persepsi Karyawan tentang Gaya Kepemimpinan<br />

Transformasional dengan Kinerja Karyawan<br />

Untuk melihat hubungan antara persepsi karyawan tentang gaya<br />

kepemimpinan transformasional dengan kinerja karyawan maka terlebih dahulu<br />

yang harus dilakukan adalah menguji kenormalan dari kedua data tersebut. Setelah<br />

itu dari hasil analisa data menggunakan program SPSS 16’ for windows dapat<br />

dilihat hubungan dari besar angka koefisien korelasi.<br />

a) Uji Normalitas


Tabel 14<br />

Uji Normalitas<br />

Dari tabel tersebut kedua data dapat dikatakan normal jika nilai Signifikansi<br />

lebih dari 0,05 dan tidak normal jika nilai signifikan kurang dari 0,05. Sedangkan<br />

yang tercantum dalam tabel di atas, nilai signifikansi pada variable persepsi 0,321 ><br />

0,05 dan nilai signifikansi pada variabel kinerja 0,235 > 0,05. Jadi dapat dinyatakan<br />

bahwasanya kedua data dari dua variabel ini berdistribusi secara normal.<br />

b) Nilai Koefisien Korelasi<br />

Untuk melihat korelasi yang menyatakan hubungan dari persepsi karyawan<br />

tentang gaya kepemimpinan transformasional dengan kinerja karyawan maka dapat<br />

dilihat dari nilai koefisien korelasi. Dengan menggunakan program SPSS 16’ for<br />

windows maka berikut ini nilai koefisien korelasi<br />

Tabel 15<br />

Koefisien Korelasi


Berdasarkan data yang ditemukan sebagaimana yang telah dikemukakan<br />

dalam hasil uji hipotesis dengan analisa product moment menunjukkan bahwa<br />

hipotesis tersebut dapat diterima, dan memiliki hubungan positif dan signifikan. Hal<br />

ini dapat dilihat dari koefisien korelasi (p) sebesar 0,314 < 0,01 artinya semakin<br />

positif persepsi karyawan terhadap gaya kepemimpinan transformasional maka<br />

semakin positif kinerja karyawan terhadap pekerjaan.<br />

D. PEMBAHASAN<br />

Perusahaan yang bergerak di bidang industri, pada saat ini menjadi salah satu<br />

penyedia kerja yang akan banyak dicari oleh banyak orang. Hal ini disebabkan oleh<br />

semakin sulitnya lapangan pekerjaan dan dibutuhkannya tenaga kerja dengan tingkat<br />

pendidikan yang semakin tinggi. Pendidikan yang semakin sulit dengan biaya yang<br />

dibutuhkan semakin banyak menyebabkan banyak orang mengenyam pendidikan<br />

dengan semampunya. Banyak orang yang hanya mengenyam pendidikan hingga<br />

SMA kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan sedangkan kebutuhan ekonomi yang<br />

terus meningkat.<br />

PT Cocacola sebagai pabrik salah satu minuman yang sudah banyak dikenal<br />

oleh masyarakat Indonesia, tentunya juga akan memerlukan karyawan dengan<br />

tingkat pendidikan yang tinggi. Alasan yang dikemukakan dikarenakan peralatan<br />

yang digunakan sudah semakin canggih, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang<br />

bermutu yakni bukan hanya mampu untuk bekerja secara fisik melainkan mampu<br />

mengoperasikan peralatan kerja dan memecahkan permasalahan yang berkaitan<br />

deenagn peralatan kerja. Dari sini dibutuhkan sumberdaya manusia yang mampu<br />

berpikir dengan baik yang akan dilihat dari tingkat pendidikan terakhir.<br />

Sumber daya manusia merupakan aset berharga yang dimiliki perusahan<br />

untuk menjalankan visi misi dan mencapai tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan.


Karyawan sebagai orang yang berada dalam suatu struktur organisasi akan mengatur<br />

bagaimana bisnis perusahaan dapat berjalan dengan baik dan dapat membuka<br />

lapangan pekerjaan sebagai wadah untuk menyalurkan kemampuan yang dimiliki<br />

oleh banyak orang. Kemampuan yang dimiliki oleh banyak orang ini, oleh<br />

perusahaan akan diseleksi berdasarkan karakteristik orang yang diperlukan dan<br />

sesuainya kemampuan yang dimiliki dan yang diperlukan. Hal ini sesuai Job<br />

Description dan Job Spesifikasi.<br />

Dari proses rekrutmen dan seleksi maka akan diperoleh karyawan yang<br />

mampu bekerja pada setiap bidang di perusahaan. Pada setiap bidang di perusahaan<br />

ini akan melakukan tugas dan tanggung jawab masing- masing dan tujuan dari setiap<br />

bidang dapat tercapai. Di PT Coca Cola bottling Indonesia terdapat 8 divisi yang<br />

mempunyai deskripsi pekerjaan yang berbeda- beda. Dari setiap divisi akan<br />

dikepalai oleh seorang manager yang bertanggung jawab terhadap tujuan yang<br />

dicapai oleh divisinya sehingga dari setiap tujuan masing- masing divisi dapat<br />

menjadi tujuan perusahaan.<br />

Manager sebagai pimpinan di setiap divisi akan memegang peranan yang<br />

sangat penting. Ia harus membawa anak buahnya untuk mencapai kinerja yang<br />

maksimal dengan memberikan tugas dan instruksi yang harus dilakukan. Pimpinan<br />

akan identik dengan gaya kepemimpinan yang dipraktekkan dalam memberikan<br />

instruksi dan arahan pada bawahannya. Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara<br />

yang digunakan oleh para pemimpin untuk memberikan instruksi dan arahan pada<br />

bawahannya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Salah satu gaya<br />

yang digunakan oleh para pimpinan di PT Coca Cola Bottling Indonesia adalah gaya<br />

kepemimpinan Transformasional.


Gaya kepemimpinan transformasional adalah adalah gaya memimpin seorang<br />

atasan yang didasari pada corak interaksi antara pemimpin dan bawahannya. Jadi<br />

peran pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya ditunjukkan dari interaksi yang<br />

dilakukan antara pemimpin dan bawahannya dengan ia memberikan perhatian pada<br />

karyawannya, memberikan stimulasi intelektual, pemimpin menjadi orang yang<br />

berkharisma sehingga disegani bawahannya, dan memberikan motivasi pada<br />

bawahan untuk terus berkembang mencapai tujuan bersama didasari visi misi yang<br />

kuat dari organisasi itu sendiri.<br />

Dari gaya kepemimpinan yang dipraktekkan oleh pimpinan akan<br />

dipersepsikan secara berbeda pada setiap bawahannya Hal ini dikarenakan proses<br />

berpikir manusia akan diawali oleh sebuah persepsi sebelum dilakukannya suatu<br />

tindakan. Tindakan yang dilakukan oleh karyawan adalah dalam bentuk pekerjaan<br />

yang dilakukan, prestasi yang didapat, motivasi kerjanya, dan produktivitas kerja<br />

yang didapat.<br />

Pada penelitian yang dilakukan mengenai hubungan antara persepsi<br />

karyawan tentang gaya kepemimpinan transformasional dengan kinerja karyawan<br />

PT Coca Cola bottling Indonesia mendapatkan suatu hasil dimana jumlah karyawan<br />

mencapai 415 orang. Yang dibagi dalam 8 Divisi. Dari setiap divisi akan dipimpin<br />

oleh seorang manager. Berikut yang menjadi subyek pengamatan adalah pada salah<br />

satu divisi yang bergerak dalam bidang pemeliharaan peralatan perusahaan<br />

(Maintenance). Dalam divisi ini terdapat 58 karyawan yang semuanya terdiri dari<br />

laki-laki. Pada divisi ini bertugas untuk menyusun perencanaan, pemeliharaan, dan<br />

perbaikan yang berhubungan dengan bidang elektronika, mesin, workshop, dan<br />

maintenance management system.


Dari hasil penelitian didapatkan bahwasanya tingkat persepsi karyawan<br />

tentang gaya kepemimpinan yang diterapkan atasannya akan dibagi dalam kategori<br />

tinggi, sedang dan rendah. Dalam kategori tinggi, yakni bawahan menilai atasannya<br />

selalu mempraktekkan gaya kepemimpinan transformasional, sedangkan untuk<br />

kategori sedang karyawan menilai bahwasanya atasan kadang kadang<br />

mempraktekkan gaya kepemimpinan Transformasional dan kadang- kadang<br />

menggunakan gaya kepemimpinan yang lainnya, sedangkan untuk kategori rendah,<br />

bahwasanya bawahan menilai atasan tidak pernah mempraktekkan gaya<br />

kepemimpinan Transformasional. Pada kategori tinggi sebanyak 8 orang atau 14%.<br />

pada kategori sedang sebanyak 42 orang atau 72% karyawan kadang- kadang<br />

menerima praktek gaya kepemimpinan Transformasional. Sedangkan untuk kategori<br />

rendah sebanyak 8 karyawan atau 14% karyawan tidak pernah menerima praktek<br />

gaya kepemimpinan Transformasional. Dari hasil tersebut maka secara umum<br />

karyawan PT Coca Cola pemimpin menggunakan gaya kepemimpinan<br />

Transformasional akan tetapi kadang- kadang ia juga menggunakan gaya<br />

kepemimpinan yang lainnya.<br />

Hal ini juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh Burn bahwasanya,<br />

kepemimpinan transformasional merupakan sebuah proses yang padanya para<br />

pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ke tingkat moralitas dan motivasi<br />

yang lebih tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa mutu kepemimpinan yang<br />

terdapat dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam<br />

keberhasilan organisasi tersebut dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya<br />

terutama terlihat dalam kinerja para pegawainya.<br />

Sedangkan untuk melihat tingkat kinerja karyawan maka akan dilihat<br />

berdasarkan data yang didapatkan dari Performance Appraisal tahunan selama tahun


2009, kinerja karyawan PT Coca Cola Bottlling Indonesia dapat dikategorikan<br />

dalam excellent, Verygood dan Good. Pada kategori excellent dapat diartikan<br />

bahwasanya karyawan dapat melakukan pekerjaannya dengan baik, sedangkan pada<br />

kategori verygood maka karyawan cukup dalam melakukan pekerjaannya,untuk<br />

kategori good maka karyawan cenderung kurang dalam melaksanakan pekerjaannya.<br />

Untuk kategori Good terdapat 23 orang atau 40% karyawan. Untuk kategori<br />

Verygood sebanyak 33 orang atau 57% karyawan. Sedangkan pada kategori<br />

Excellent terdapat 2 orang atau 3% karyawan. Dari data tersebut maka secara umum<br />

kinerja karyawan PT Coca Cola Bottling Indonesia selama tahun 2009 berada dalam<br />

kategori Verygood.<br />

Berdasarkan hasil data yang didapatkan dan analisis yang dilakukan, maka<br />

terdapat hubungan yang positif antara hubungan persepsi karyawan tentang gaya<br />

kepemimpinan Transformasional dengan kinerja Karyawan PT Coca Cola bottling<br />

Indonesia. Hal ini dapat dilihat darinilai koefisien korelasi (rxy) antara persepsi<br />

karyawan tentang gaya kepemimpinan Transformasional dengan kinerja karyawan<br />

adalah sebesar 0,314 dan peluang ralat (p)=0,001 pada taraf signifikan 0,05. Hal ini<br />

menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dapat diterima. Diterimanya hipotesis<br />

tersebut juga membenarkan pernyataan Bass bahwasanya gaya kepemimpinan<br />

dengan cara mentransformasikan atau menjadikan bawahannya menjadi suatu yang<br />

berbeda, menjadikan karyawan merasa diakui atas kemampuan bekerja yang<br />

dimiliki sehingga ia bukan hanya dapat melakukan pekerjaannya dengan baik akan<br />

tetapi juga dapat berprestasi dalam pekerjaannya. Bass mendefinisikan bahwa gaya<br />

kepemimpinan transformasional sebagai, suatu cara meningkatkan ketertarikan<br />

karyawannya terhadap organisasi. Karyawan menjadi termotivasi dan menjadi<br />

percaya, kagum, hormat serta setia kepada pemimpinnya. Meningkatnya usaha


karyawan disebabkan memiliki motivasi kerja intrinsik yang mendorong untuk<br />

bekerja mandiri.<br />

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Maslow yang<br />

menyatakan bahwasanya kebutuhan yang lebih tinggi, seperti harga diri dan<br />

aktualisasi diri pada karyawan/ bawahan terhadap atasannya hanya dapat dipenuhi<br />

melalui praktik gaya kepemimpinan transformasional. Dengan digunakannya gaya<br />

kepemimpinan Transformasional yang mengutamakan proses interaksi antara atasan<br />

dan bawahan, sehingga akan muncul suatu persepsi yang dikemukakan oleh<br />

bawahan bahwasanya pemimpin akan memahami, memperhatikan dan mengerti<br />

aspirasi bawahan. Persepsi ini muncul dari seberapa sering seorang atasan<br />

memahami,mengerti dan memperhatikan bawahan dalam melakukan aktivitas<br />

kerjanya. Sehingga bawahan akan merasa dihargai kemampuan serta usahanya dan<br />

kinerja karyawan pun akan semakin baik.<br />

Hal ini sesuai dengan ayat pada surat Al Hasyr yang menjelaskan bahwa<br />

seorang pemimpin dituntut untuk memiliki visi kedepan dan mampu untuk<br />

merealisasi dalam kehidupan organisasi. Karena itu pelaksanaan tugas itu dengan<br />

baik sangatlah penting untuk mencapai tujuan dari apa yang direncanakan<br />

sebelumnya. Hal ini tercermin dari karakteristik kepemimpinan transformasional<br />

yang memiliki visi yang jelas dan memompa motivasi karyawannya untuk<br />

melaksanakan tugas dalam mencapai tujuan yang telah dicita- citakan sebelumnya.<br />

Al- Hasyr 18<br />

֠<br />

<br />

<br />

֠


ִ☺ ִ <br />

ִ☺<br />

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan<br />

hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari<br />

esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha<br />

mengetahui apa yang kamu kerjakan.<br />

A. Kesimpulan<br />

BAB V<br />

PENUTUP<br />

1. Berdasarkan data yang diperoleh dan analisis yang dilakukan, dapat<br />

disimpulkan bahwasanya tingkat persepsi karyawan tentang gaya<br />

kepemimpinan transformasional di PT CocaCola Bottling Indonesia berada<br />

dalam kategori sedang yakni sebanyak 72% atau 42 orang.<br />

2. Berdasarkan data yang didapatkan dari Performance Appraisal tahunan selama<br />

tahun 2009, tingkat kinerja karyawan PT Coca Cola Bottlling Indonesia berada<br />

dalam kategori verygood sebanyak 33 orang atau 57%.<br />

3. Berdasarkan hasil data yang didapatkan dan analisis yang dilakukan, maka<br />

terdapat hubungan yang positif antara persepsi karyawan tentang gaya<br />

kepemimpinan Transformasional dengan kinerja Karyawan PT Coca Cola


B. Saran<br />

bottling Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rxy) antara<br />

persepsi karyawan tentang gaya kepemimpinan Transformasional dengan<br />

kinerja karyawan adalah sebesar 0,314 dan peluang ralat (p)=0,001 pada taraf<br />

signifikan 0,05.<br />

Setelah mengetahui kesimpulan diatas, ada beberapa saran yang dapat<br />

dilaksanakan oleh perusahan, karyawan, serta penulis selanjutnya, yaitu:<br />

1. Bagi Perusahaan<br />

a. Diharapkan para pimpinan perusahaan dapat lebih meningkatkan penerapan<br />

gaya kepemimpinan transformasional dengan melakuakn interaksi yang<br />

lebih sering dengan bawahan. Sehingga bawahan akan hangat bila berada<br />

disamping pemimpin. Sehingga dapat memotivasi karyawan dan<br />

meningkatkan kinerja. Hal ini dikarenakan gaya kepemimpinan<br />

transformasional mempunyai hubungan yang positif dengan kinerja<br />

karyawan. Jadi semakin gaya kepemimpinan transformasional ditetapkan<br />

maka kinerja karyawan pun juga akan meningkat.<br />

2. Bagi Karyawan<br />

a. Diharapkan karyawan agar dapat mempertahankan kinerjanya, hal ini<br />

dikarenakan dengan tingginya nilai kinerja pada penilaian kinerja maka<br />

karyawan akan berkesempatan untuk mendapat tambahan gaji dan kenaikan<br />

jabatan<br />

3. Bagi Peneliti Selanjutnya<br />

a. Penelitian ini belum memberikan hasil maksimal dan diharapkan penelitian<br />

selanjutnya dapat memberikan hasil yang lebih sempurna. Dari hubungan<br />

antara gaya kepemimpinan dan kinerja karyawan, maka variabel kinerja


karyawan yang dilihat dari performance appraisal dapat berubah setiap<br />

tahun.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Al Quran & Terjemahannya. Depag RI. 2004<br />

Arikunto. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2005<br />

Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi revisi V. Jakarta: PT.<br />

Rineka Cipta. 2002.<br />

Arikunto. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.<br />

Azwar. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007.<br />

Azwar, Syaifuddin. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2008,<br />

Bagus Riyono dan Emi Zulaifah. 200. Psikologi Kepemimpinan. Yogyakarta. Unit<br />

Publikasi Fakultas Psikologi UGM.<br />

Bernard M. Bass, Ronald E. Riggio.2006. Transformational Leadership. US.<br />

International Labour Office. 1982. Penelitian kerja dan produktivitas. Jakarta.<br />

Penerbit Erlangga.<br />

Dipboye. R.L, C.S Smith and W. C Howell. 1994. Understanding Industrial and<br />

Organizational Psycology An Integrated Approach. Harcourt Brace College<br />

Publishers. Tokyo<br />

Drs Alex Sobur, M. Si. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia. 2003.<br />

Jossey- Bass/ Pfeiffer. 2001.Beyond Change Management. San Francisco.<br />

Hamdani Barkan Adz- Dzakiey. Psikologi Kenabian.2007. Yogyakarta. Beranda<br />

Publishing<br />

K.H. Toto Tasmara,Spiritual Centered Leadership,2006. Jakarta.GemaInsani Press


Mangkunegara, A.P.2005.Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT<br />

Remaja Rosdakarya. Bandung<br />

Munandar, S. A. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. UI Press. Jakarta. Hal 179<br />

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.<br />

Nurita R. Yolla Permata. 2008. Hubungan gaya kepemimpinan dengan prestasi kerja<br />

karyawan di PT Adira Finance. Universitas Widyatama<br />

Rakhmat, J. 1996. Psikologi Komunikasi, Edisi Revisi, Bandung, PT Remaja<br />

Rosdakarya,<br />

Skripsi memet Yudi Hermanto,.2004. Hubungan antara persepsi gaya kepemimpinan<br />

transformasional dan transaksional dengan komitmen karyawan pada<br />

organisasi Telkom .<strong>UIN</strong> <strong>Malang</strong>.<br />

Suganda, Dann. 1981. Kepemimpinan di dalam Organisasi dan manajemen. Bandung.<br />

CV Sinar Baru.<br />

Sugiyono. Prof, Dr. Statistika Untuk penelitian. Revisi Terbaru. Jawa Barat: CV<br />

Alfabeta. 2008.<br />

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: CV<br />

Alfabeta. 2008<br />

http://www.geocities.com. my book<br />

http:/ manajemen sumber daya manusia.com.diakses 21 Oktober 2009


LAMPIRAN<br />

PT COCA COLA BOTTLING INDONESIA


a. Sejarah Coca-Cola<br />

PANDAAN- JAWA TIMUR<br />

Coca-Cola tercatat sebagai merk dagang paling terkenal dalam sejarah<br />

perdagangan sejak ditemukan pada tanggal 8 Mei 1886. Seorang ahli farmasi<br />

Dr. John Styth Pamberton menemukan ramuan khusus berupa bahan baku<br />

dasar di kota Atlanta, Georgia, Amerika Serikat. Ramuan ini setelah dicampur<br />

dengan gula murni dan air bersih (steril) diberi nama Coca-Cola. Nama ini<br />

dicetuskan oleh Frank M. Robinson, rekan kerja merangkap akuntan Dr. John<br />

Styth Pamberton. Nama coca-cola diambil berdasarkan bahan baku utama<br />

pembuatan minuman ini, yaitu daun koka dari Amerika Selatan dan buah kola<br />

dari Afrika. Sejak ditemukan, nama dan logo (yang diciptakan dengan model<br />

tanda tangan) tidak diubah hingga kini. Penemuan ini didaftarkan pada<br />

Direktorat Hak Paten Amerika, sehingga hak atas pembuatan minuman ringan<br />

Coca-Cola sepenuhnya dimiliki oleh Dr. John Styth Pamberton. Perkembangan<br />

berikutnya, hak paten ini berpindah tangan kepada Asa Candler setelah Dr.<br />

John Styth Pamberton meninggal tahun 1888. Pada tahun 1892, Asa Candler<br />

mendirikan perusahaan dengan nama The Coca-Cola Company di Atlanta<br />

Georgia yang menangani Coca-Cola hingga saat ini.<br />

Pada waktu itu, Coca-Cola dipasarkan dengan menggunakan kemasan<br />

gelas, sehari terjual sekitar 13 gelas (saat ini jumlah penjualan Coca-Cola<br />

mencapai 900 juta botol per hari). Ide cemerlang untuk menyediakan minuman<br />

Coca-Cola dengan kemasan botol datang dari Joseph Biedenharn, seorang<br />

pemilik toko di Missisipi. Ide ini disambut baik oleh dua pengusaha terkenal<br />

Tenesse yang pada tahun 1899 mendirikan pabrik minuman Coca-Cola yang<br />

pertama di dunia. Pabrik yang dimodali penuh oleh pengusaha Tenesse ini<br />

membeli concentrate (ramuan bahan baku dasar) dari The Coca-Cola<br />

Company, kemudian mengolah ramuan itu dengan air bersih (steril), gula<br />

murni, dan gas CO2. Minuman yang sudah jadi dimasukkan ke dalam kemasan<br />

botol dan dijual kepada konsumen dengan wilayah pasar yang telah ditetapkan.<br />

Sistem dagang yang sama berlaku untuk badan-badan usaha Coca-Cola di<br />

seluruh dunia (195 negara) hingga saat ini.<br />

b. Sejarah Coca-Cola di Indonesia


Minuman ringan menyegarkan yang terkenal dengan merk dagang<br />

Coca-Cola ini pertama kali muncul di Indonesia pada tahun 1932 yang saat itu<br />

bernama De Netherlands Indische Mineral Water Fabriek Jakarta mulai<br />

memperdagangkan produk tersebut di bawah manajemen Bernie Vonings dari<br />

Belanda. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, perusahaan ini berganti<br />

nama menjadi Indonesia Beverages Limited (IBL) dengan pemilik saham<br />

orang Indonesia. Tahun 1971, IBL menjalin kerjasama dengan tiga perusahaan<br />

Jepang yaitu Mitsui Toatsu Chemical Inc., Mitsui and Co. Ltd., dan Mikuni<br />

Coca-Cola Bottling membentuk PT Djaya Beverage Bottling Co di Jakarta.<br />

Pada tanggal 27 Juni 1974 di Surabaya, berdiri PT. Coca-cola Tirtalina<br />

Bottling Co. Untuk melayani daerah pemasaran Jawa Timur. Kemudian tahun<br />

1976, didirikan pabrik pembotolan PT. Coca-Cola Tirtalina Co. di Pandaan.<br />

Sampai dengan tahun 1991 di Indonesia, sudah terdapat 11 pabrik pembotolan<br />

yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Kesebelas perusahaan pembotolan<br />

tersebut ditampilkan pada Tabel 1.1<br />

Tabel 1.1 Perusahaan pembotolan Coca-Cola di wilayah Indonesia<br />

Tahun Nama Perusahaan Lokasi<br />

1971 PT. Coca-Cola Djaya Beverages Co. Jakarta<br />

1973 PT. Coca-Cola Multi Bintang Indonesia Medan<br />

1976 PT. Coca-Cola Tirtyalina Bottling Co. Surabaya<br />

1976 PT. Coca-Cola Pan Jaya Bottling Co. Semarang<br />

1981 PT. Coca-Cola Tirta Permatasari Bottling Co. Ujung Pandang<br />

1983 PT. Coca-Cola Tirta Mukti Indah Biottling Co. Bandung<br />

1985 PT. Coca-Cola Tirtabina Jaya Nusantara Bottling Co. Padang<br />

1985 PT. Coca-Cola Banyu Agung Sejahtera Bottling Co. Denpasar<br />

1985 PT. Coca-Cola Swarna Dwipa Mekar bottling Co. Tanjung Karang<br />

1985 PT. Coca-Cola Bangun Wenang Beverage Co. Manado<br />

1991 PT. Coca-Cola Eka Tirta Manunggal Co. Banjarmasin<br />

Kemudian sejalan dengan perkembangan perekonomian di Indonesia<br />

dan peraturan pemerintah tentang kepemilikan saham asing, mulai tahun 1995,<br />

saham asing masuk ke perusahaan pembotolan tersebut. Hingga tahun 2000,<br />

dari sebelas perusahaan pembotolan Coca-Cola di Indonesia, sepuluh


diantaranya kecuali di Manado sudah menjadi PMA (Perusahaan Modal<br />

Asing) dengan kepemilikan sahamnya adalah PT. Coca-Cola Amatil dari<br />

Australia. Dengan demikian mulai tahun 1995, sepuluh perusahaan tersebut<br />

berubah nama menjadi:<br />

1. Coca-Cola Amatil Indonesia, Jakarta<br />

2. Coca-Cola Amatil Indonesia, Jawa Barat<br />

3. Coca-Cola Amatil Indonesia, Jawa Tengah<br />

4. Coca-Cola Amatil Indonesia, Jawa Timur<br />

5. Coca-Cola Amatil Indonesia, Balinusa<br />

6. Coca-Cola Amatil Indonesia, Lampung<br />

7. Coca-Cola Amatil Indonesia, Padang<br />

8. Coca-Cola Amatil Indonesia, Medan<br />

9. Coca-Cola Amatil Indonesia, Banjarbaru<br />

10. Coca-Cola Amatil Indonesia, Ujung Pandang<br />

Kemudian pada tahun 2000, secara badan hukum perusahaan<br />

pembotolan atau pabrik minuman di Indonesia yang termasuk dalam kelompok<br />

Coca-Cola Amatil Indonesia berubah nama menjadi:<br />

1. Coca-Cola Amatil Indonesia Bottling, Jakarta<br />

2. Coca-Cola Amatil Indonesia Bottling, Jawa Barat<br />

3. Coca-Cola Amatil Indonesia Bottling, Jawa Tengah<br />

4. Coca-Cola Amatil Indonesia Bottling, Jawa Timur<br />

5. Coca-Cola Amatil Indonesia Bottling, Balinusa<br />

6. Coca-Cola Amatil Indonesia Bottling, Tanjung Karang<br />

7. Coca-Cola Amatil Indonesia Bottling, Sumatera Utara<br />

8. Coca-Cola Amatil Indonesia Bottling, Sumatera Barat<br />

9. Coca-Cola Amatil Indonesia Bottling, Kalimantan Selatan<br />

10. Coca-Cola Amatil Indonesia Bottling, Makasar<br />

Kebijakan Mutu Perusahaan<br />

Coca Cola Bottling Indonesia Jawa Timur memiliki komitmen untuk<br />

senantiasa memahami, mencegah, dan memperkecil setiap dampak buruk<br />

terhadap lingkungan serta mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit<br />

akibat kerja sehubungan dengan kegiatan produksi minuman rinagn, serta terus<br />

berupaya memberikan pelayanan dan kualitas yang diharapkan konsumen


maupun pelanggan, dan memciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat<br />

bagi seluruh karyawan, tamu, mitra kerja, dan masyarakat disekitarnya.<br />

Kita yakin bahwa seluruh karyawan PT Coca Cola Bottling Indonesia<br />

Jawa Timur dan setiap orang yang tergabung dan bekerja didalam prusahaan<br />

serta semua mitra kerjanya sama- sama memainkan peran penting dalam<br />

menerapkan kebijakan perusahaan dibidang perlindungan kualitas, lingkungan,<br />

pencegahan kecelakan dan penyakit akibat kerja ini. Untuk itulah maka kita<br />

berupaya membekali para karyawan agar mampu melibatkan diri mereka<br />

sepenuhnya.<br />

Kami akan:<br />

1. Berusaha sebaik mungkin memcapai kinerja terhadap perlindunagn<br />

kualitas, lingkungan dan K3 dengan memenuhi persyaratan dari The<br />

Coca Cola Company, peraturan perundangan, peraturan pemerintah dan<br />

persyaratan lainnya yang berlaku.<br />

2. Senantiasa memasukkan pertimbangan kualitas, lingkungan dan K3<br />

dalam menyusun bisnis Plant (perencanaan bisnis) untuk memastikan<br />

bahwa pengelolaan masalah kualitas lingkungan dan K3 selalu menjadi<br />

bagian yang utuh dari kegiatas operasi perusahaan. Pertimbangan –<br />

pertimbangan yang menyangkut masalah kualitas, lingkungan dan K3<br />

ini termasuk juga didalam pengelolaan aktivitas managemen flat.<br />

3. Menerapkan dan mempertahankan sistem manajemen kualitas,<br />

lingkungan dan K3 yang terprogram, serta terus menerus<br />

menyempurnakan dan meninjaunya agar senantiasa sejalan dengan<br />

operasi perusahaan dan penerapan terbaik yang diakui.<br />

4. Mempertahankan keunggulan kompetitif serta meningkatkan<br />

keuntungan dan mengembangkan perusahaan, juga mengarahkan<br />

sumberdaya manusia, teknologi dan aset Coca Cola Bottling Indonesia<br />

Jawa Timur dalam memenuhi kepuasan dan harapan konsumen dan<br />

pelanggan secara terus menerus.<br />

5. Mendorong dan membekali karyawan agar mampu mengenali,<br />

memahami, dan bertindak pada setiap peluang yang ada untuk<br />

mencegah dan memperkecil setiap dampak negatif yang berpotensi<br />

menimbulkan masalah terhadap kualitas, lingkungan, K3. Serta


PEOPLE<br />

melakukan perbaikan terus menerus dalam proses pengelolaan kialitas,<br />

lingkungan dan K3.<br />

6. Mengembangkan dan menerapkan cara- cara meningkatkan efisiensi<br />

pemakaina sumber daya termasuk energi, bahan kimia, air, kemasan<br />

dan bahan baku lainnya<br />

7. Sedapat mungkin, mencegah, mengurangi, mengginakan kembali<br />

semua limbah yang ditimbulkan didalam area kita sendiri, serta<br />

menjamin prosedur pembuangan limbah tersebut dengan cara yang<br />

aman dan berdampak yang seminimal mungkin.<br />

8. Meminta para pemasok dan rekan bisnis agar memenuhi standar<br />

pengelolaan kualitas, lingkungan dan K3 yang setara dengan yang kita<br />

anut.<br />

Nilai- Nilai Budaya Perusahaan<br />

I.Mengembangkan Sumber daya manusia<br />

a. Bertindak sebagai “Coach” yang hebat<br />

b. Saling percaya satu sama lain<br />

c. Serius dengan proses performance Managemen dan IDP<br />

d. Mendorong karyawan untuk mengembangakan pengetahuan dan keahlian<br />

mereka sendiri<br />

e. Secara aktif mencari kesempatan pengembangan<br />

II.Menghargai prestasi<br />

a. Sampaikan kepada seseorang atas prestasi baik yang telah ia lakukan<br />

b. Merayakan kesusksesan<br />

c. Tidak metolerir prestasi yang tidak baik dan menghargai prestasi yang baik<br />

III.Menikmati apa yang kita lakukan<br />

a. Ciptakan lingkungan kerja yang nyaman<br />

b. Peduli sesama dengan saling menghargai<br />

c. Mengembangkan hubungan dengan karyawan di dalam tim anda dan diseluruh<br />

fungsi yang berinteraksi dengan anda<br />

d. Jadilah bagian dari tim


CUSTOMER<br />

• Bertindak demi kepentingan terbaik pelanggan (internal & eksternal) dan<br />

CCBI<br />

• Perlakuan kesuksesan pelanggan sama seperti kesuksesan kita<br />

• Jalani komitmen anda<br />

• Tunjukan sikap mental melayani pelanggan<br />

PASSION<br />

• Berikan contoh perilku yang ingin anda lihat pada orang lain<br />

• Setia kepada merek dan perusahaan<br />

• Menjaga integritas merek<br />

• Mengetahui kualitas produk<br />

• Mengambil inisiatif untuk bertindak dan bertanggung jawab<br />

• Berambisi dan berjiwa kewirausahaan<br />

• Menghindari birokrasi dan mental silo<br />

• Mengembangkan mental juara<br />

INNOVATION<br />

• Semangat berubah untuk menjadi gaya hidup<br />

• Jadilah kreatif dan proaktif<br />

• Mencari kesempatan untuk meningkatkan apapun yang anda lakukan<br />

• Ciptakan budaya belajar dan berbagi pengalaman<br />

• Beri mencoba cara-cara/hal-hal baru<br />

• Menghargai karyawan yang berusaha mencoba/hal-hal baru<br />

EXCELLENCE<br />

• Tetapkan tujuan yang menantang bagi diri anda dan tim<br />

• Gigih dalam mencapai hasil yang baik<br />

• Berkeinginan untukmenghasilkan pekerjaan yang berkualiatas<br />

• Wujudkan komitmen anda<br />

• Capai yang terbaik dengan cepat<br />

• Berbagi informasi informasi agar orang lain dapat meningkatkan diri.<br />

CITIZENSHIP<br />

• Selalu menjaga citra baik CCBI<br />

• Berkomitmen dan mempromosikan citra CCBI dengan berkontribusi kepada<br />

industri dan masyarakat


• Jalankan praktek bisnis kita untuk memberikan keuntungan lebih bagi<br />

masyarakat dan lingkungan<br />

• Hemat sumber daya untuk melindungi lingkungan<br />

• Bertanggung jawab untuk keselamatan diri sendiri dan sesama<br />

Personalia Dan Ketenagaan<br />

Ada setiap instansi maupun perusahaan tertentu tentunya akan kita<br />

temukan suatu struktur organisasi yang akn membawa suatu nama tersebut<br />

untuk lebih maju dan berkembang. Begitu juga dengan PT Coca Cola Bottling<br />

Indonesia yang berlokasi di gempol, terdiri dari 325 karyawan tetap denagn<br />

tingkat pendidikan karyawan sebagai berikut:<br />

Pendidikan terakhir Jumlah<br />

SMP 40 orang<br />

SMU 270 orang<br />

D3 67 orang<br />

S1 38 orang<br />

Total 400orang<br />

Tenaga kerja di PT CCBI unit Pandaan merupakan tenaga kerja<br />

pribumi dimana semua tenaga kerja berasal dari Indonesia. Berdasarkan status<br />

karyawannya, ada dua golongan tenaga kerja di PT CCBI yaitu:<br />

a. Karyawan Tetap<br />

Karyawan tetap ini bekerja di bagian-bagian yang langsung berhubungan<br />

dengan produksi. Jabatan yang diduduki oleh masing-masing karyawan<br />

disesuaikan dengan tingkat pendidikannya, yaitu:<br />

a) Manager : Sarjana Strata 1 atau Sarjana Strata 2<br />

b) Supervisor : Ahli Madya Diploma 3 atau Sarjana Strata 1<br />

c) Operator : Sekolah Menengah Kejuruan sampai Ahli Madya Diploma 3<br />

d) Inspector : Sekolah Menengah Umum<br />

e) Cassing : Sekolah Menengah Umum


. Karyawan Kontrak<br />

Karyawan kontrak merupakan karyawan yang terikat kontrak dengan<br />

perusahaan pengelola tenaga kerja yang bekerja sama dengan PT CCBI.<br />

Karyawan tersebut dikontrak dengan tugas khusus, misalnya untuk sopir<br />

forklift, bagian cassing dan house keeping. Sistem pembayarannya adalah<br />

melalui perusahaan yang mengelola tenaga kerja tersebut.<br />

Jam kerja karyawan yang ditetapkan di PT CCBI ada dua yaitu jam kerja<br />

shift dan non shift. Jam kerja non shift ditetapkan untuk karyawan kantor, yang<br />

jam kerjanya adalah jam 07.30 – 15.30 WIB dengan hari libur Sabtu dan<br />

Minggu. Sedangkan untuk jam kerja shift, hari liburnya hanya hari Minggu.<br />

Jam kerja ini ditetapkan untuk karyawan yang bekerja di lapangan dan<br />

berhubungan langsung dengan proses produksi. Pembagian jam kerjanya yaitu<br />

untuk shift 1 : jam 06.00 – 14.00 WIB, untuk shift II : jam 14.00 – 22.00 WIB<br />

dan untuk shift III : jam 22.00 – 06.00 WIB.<br />

Kesejahteraan karyawan tetap PT CCBI Jawa Timur diwujudkan dengan<br />

pemberian hak-hak karyawan meliputi:<br />

• Pemberian upah rokok<br />

• Memberikan kesempatan cuti pada karyawan<br />

• Pemberian tunjangan kesehatan<br />

• Memberikan uang makan<br />

• Memberikan uang transport<br />

• Memberikan bonus jika target tercapai<br />

• Memberikan tunjangan hari raya<br />

• Memberikan tunjangan jabatan misalnya transportasi dan perumahan<br />

• Memberikan asuransi dana pensiunan lembaga keuangan<br />

Sedangkan kebijaksanaan yang ditetapkan pabrik PT CCBI Jawa Timur<br />

yang berkaitan dengan menajemen Sumber Daya Manusia adalah:<br />

o Penghargaan yang disesuaikan dengan prestasi kerja<br />

o Pemindahan untuk evaluasi disesuaikan dengan prestasi kerja<br />

o Tingkat penggantian (turn over) karyawan < 5%. Artinya dalam setiap tahun,<br />

penggantian karyawan baik dalam bentuk pensiun, promosi, maupun pengalihan<br />

tugas tidak lebih dari 5% jumlah karyawan pada seksi tersebut


o Setiap tahun dilakukan penilaian keseluruhan jalannya produksi termasuk<br />

karyawan oleh tim audit<br />

o Tiga jenis penyelesaian kesalahan dengan diskusi, memberi peringatan dan<br />

pemutusan hubungan kerja (PHK)<br />

o Penghargaan berupa bintang emas serta bonus gaji karyawan yang telah bekerja<br />

selama lima tahun dan kelipatannya. Penghargaan bintang emas ini diberikan<br />

setiap tanggal 17 Agustus<br />

Tugas dan tanggung jawab masing- masing Divisi<br />

1. Section Quality Assurance<br />

Menjamin terdapat dan terlaksananya terdapat dan terlaksananya sistem<br />

pengendalian kualitas yang efektif yang menjamin bahwa bahan baku yang<br />

digunakan, proses yang berjalan dan produk yang di hasilkan pada tiap tahapan<br />

proses produksi dan proses pendukungannya beada dalam spesifikasi kualitas<br />

yang telah ditentukan melalui proses monitoring dan kontrol proses yng tepat<br />

demikian juga produk yang ada di seles cernter dan pasar.<br />

2. Section Produstion<br />

Merencanakan,mengatur, melaksanakan dan mengontrol seluruh aktifitas<br />

proses produksi mulai dari pengolahan air, pembuatan sirup, proses pembotolan<br />

atau pengalengan sampai dengan pengolahan air limbah untuk menghasilkan<br />

produk yang memenuhi standar kualitas dan mencukupi kebutuhan bagian<br />

distribusi dengan cara seefektif dan seefesien mungkin<br />

3. Section Warehousing & Transportation<br />

a. Merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengontrol pengadaan dan<br />

penyimpanan material dan sparepart yang akan digunakan untuk keperluan<br />

produksi pandaan plant.<br />

b. Merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengontrol<br />

pengadaan,penyimpanan dan distribusi fisik produk jadi adri lajur produksi<br />

pandaan plan atau pabrik coca-cola lainnya sampai dengan seles center<br />

atau tujan lainnya serta pengembalian kemasan isi ulang dari seles center<br />

atau tempat lainnya untuk menjamin persediaan produk kemasan kosong di<br />

plan dan seles center atau pusat penjualan lainnya berada pada tingkat yang<br />

optimum dan memenuhu standar yang berlaku.<br />

4. Section Plant Accounting<br />

a. Mengontrol terlaksananya sistem prosedur keuangan yang ada di area plant


. Melakukan proses reportin secara vinansial<br />

c. Mengontrol seluruh kegiatan pergerakan infentori di area plant baik berupa<br />

finised good, sperpat dan raw material<br />

5. Section Quality Managemen System<br />

Menjamin pelaksanaan kuality managemen sistem, invirement<br />

managemen sistem, halt sistem managemen, K3 (OHS) di coca-cola bottling<br />

indonesia unit jawa timur belangsung engan efektif dan konsisten mulai dari<br />

penerimaan material sampai pengiriman produk kepelanggan<br />

6. Section Demand Operation Planning<br />

a. Merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengontrol pengdaan dan<br />

penyimpanan material yang akan digunakan untuk produksi Gempol plant.<br />

b. Memastikan okurasi dari pergerakan material dan produk serta<br />

membangun sistem yang terpercaya untuk memonitor kinerja<br />

departemennnya.<br />

• Jenis Produk<br />

Ada banyak produk Coca Cola atas lisensi dari The Coca Cola Company<br />

yang beredar di pasaran baik di seluruh dunia, maupun di Indonesia<br />

khususnya. Dari berbagai macam jenis produk yang beredar tersebut, hanya<br />

beberapa yang dibuat/diproduksi di PT. CCBI Jawa Timur. Hal ini disesuaikan<br />

dengan selera pasar di masing-masing wilayah/plant sekitarnya.<br />

Adapun jenis produk yang diproduksi di PT. CCBI Jawa Timur dapat<br />

dilihat pada Tabel 1.3<br />

Tabel 1.3 Jenis yang diproduksi PT. CCBI Unit Jawa Timur<br />

Jenis dan Flavor Ukuran Kemasan<br />

Coca Cola Coke<br />

Sprite<br />

Sprite Ice<br />

Fanta Strawberry<br />

Fanta Oranggo<br />

RGB 193 ml, 295 ml<br />

PET 1000 ml, PET 1500 ml<br />

RGB 200 ml, 295 ml, 1000 ml<br />

PET 1500 ml<br />

RGB 200 ml, 295 ml, 1000 ml<br />

PET 1500 ml<br />

RGB 200 ml, 295 ml, 1000 ml<br />

PET 1500 ml<br />

RGB 200 ml, 295 ml, 1000 ml


Fanta Soda Water<br />

Fanta Strawberry Creamy<br />

Fanta Electric Melon<br />

Frestea<br />

PET 1500 ml<br />

RGB 200 ml, 295 ml, 1000 ml<br />

PET 1500 ml<br />

RGB 200 ml, 295 ml, 1000 ml<br />

PET 1500 ml<br />

RGB 200 ml, 295 ml, 1000 ml<br />

PET 1500 ml<br />

RGB 220 ml<br />

Sumber : Departemen Produksi PT. CCBI Jawa Timur<br />

Keterangan: RGB (Returnable Glass Bottle), PET (Poly Ethylene Terephthalate)<br />

• Pemasaran Produk<br />

Pemasaran produk akhir sampai ke tangan konsumen di PT CCBI Jawa<br />

Timur merupakan tugas dari departemen logistik bagian Physical Distribution.<br />

Sistem pemasaran yang digunakan merupakan sistem distribusi langsung<br />

dengan pembayaran tunai dan perlakuan yang sama pada tiap-tiap penjual.<br />

Distribusi yang dilakukan adalah langsung ke toko-toko besar seperti Makro,<br />

Mc Donald dan AMC (Area Marketing Centre) serta pengiriman produk dari<br />

pabrik ke pusat penjualan. Ada 16 pusat penjualan Coca Cola di Jawa Timur<br />

yaitu Surabaya Industrial Estet Rungkut (SIER), Tandes, Bangkalan, Sumenep,<br />

Pamekasan, Pandaan, Jember, Banyuwangi, Probolinggo, Situbondo,<br />

Mojokerto, Kediri, Tulungagung, <strong>Malang</strong>, Kepanjen, dan Tuban. Transportasi<br />

yang digunakan untuk pengiriman ini adalah dari perusahaan transportasi yang<br />

sudah terikat kontrak dengan PT CCBI. Para distributor ini sudah memiliki<br />

wilayah pemasaran sendiri-sendiri di Jawa Timur. Dalam melayani wilayah<br />

pemasarannya, para distributor mendirikan warehouse di wilayahnya untuk<br />

menjaga ketersediaan produk dan memberikan pelayanan yang tepat dan cepat<br />

bagi konsumen.<br />

Sistem pembayaran tunai saat penyaluran barang ke konsumen<br />

dilakukan dengan tujuan agar setiap penjual produk ini dapat menjadi<br />

wirastawan baru, mengurangi peran pedagang besar dan mengurangi jalur<br />

pemasaran, mendidik para pedagang agar memiliki rasa tanggung jawab yang<br />

tinggi dalam dunia usaha serta sanggup mengelola modal dan keuntungan<br />

secara profesional. Proses pengiriman produk oleh PT CCBI Jawa Timur


selalu menerapkan sistem FIFO (First In First Out) yaitu yang lebih dulu<br />

diproduksi harus lebih dulu dikirim. Pengiriman produk dari pabrik ke<br />

konsumen harus direncanakan dalam Delivery Requirement Planning (DRP)<br />

yang mempertimbangkan apakah persdiaan produk di pabrik mencukupi atau<br />

tidak untuk memenuhi permintaan pusat penjualan dan apakah persediaan<br />

produk di pusat penjualan mencukupi atau tidak untuk memenuhi permintaan<br />

konsumen.<br />

a. 4 Ruang pos jaga<br />

b. Area parkir mobil<br />

c. Area parkir sepeda<br />

motor<br />

d. Office room<br />

e. Ruang kompresom<br />

f. Ruang boiler<br />

g. ME Office<br />

h. Area workshop<br />

i. Garasi forklif<br />

j. <strong>Full</strong> good area<br />

k. Unit peracikan sirup<br />

l. WT Room<br />

m. Produksi Room<br />

n. Equalysatitation<br />

o. Penglahan Air limbah<br />

p. WC<br />

q. Loker Pria<br />

r. Sperpart Room<br />

Sarana dan Prasarana<br />

s. Mushola<br />

t. Plan Fisit room<br />

u. Trantek<br />

v. Kantin<br />

w. Sity Water<br />

x. Dapur<br />

y. Koperasi<br />

z. Pum Room<br />

aa. Labratorium<br />

bb. Control Room<br />

cc. Office Supervisor<br />

dd. Karantina room<br />

ee. Viler Room<br />

ff. Office stock keeper<br />

gg. Area loading dan Unloading<br />

hh. Office WWTP<br />

ii. Softener room<br />

jj. Area pemecahan botol


REKAP HASIL APPRAISAL KARYAWAN TAHUN 2009<br />

PT COCACOLA BOTTLING INDONESIA<br />

PANDAAN JAWA TIMUR<br />

No. Nama Jabatan Nilai rating<br />

1 Farid Alamsyah Maintenance Enginering 2.88 G<br />

2 Sani Widhiadi Maintenance Enginering 3.38 VG<br />

3 Rahman Budiono Maintenance Enginering 3.43 VG<br />

4 Bambang Harimurti Maintenance Enginering 2.98 G<br />

5 Askat Maintenance Enginering 2.98 G<br />

6 Puji Prayitno Maintenance Enginering 3.33 VG<br />

7 Buadi Maintenance Enginering 3.03 G<br />

8 Mardes Alinur Maintenance Enginering 2.93 G<br />

9 Abdul Rachman Maintenance Enginering 3.18 G<br />

10 Rachmad Zainuddin Maintenance Enginering 3.43 VG<br />

11 Djoko Sulistyo Maintenance Enginering 2.93 G<br />

12 Sutjipto Maintenance Enginering 2.98 G<br />

13 Kabul Maintenance Enginering 3.13 G<br />

14 Nimun Maintenance Enginering 3.43 VG<br />

15 Sungkono Hadi Maintenance Enginering 3.78 E<br />

16 Nuryadi Maintenance Enginering 3.73 VG<br />

17 Sutarno Maintenance Enginering 3.73 VG<br />

18 Kasijan Maintenance Enginering 3.73 VG<br />

19 Nur Cahyono Maintenance Enginering 3.73 VG<br />

20 Muhammad Rokhimin Maintenance Enginering 3.73 VG<br />

21 Usman Maintenance Enginering 3.38 VG<br />

22 Agus Imam Suliyadi Maintenance Enginering 3.48 VG<br />

23 Suyanto Maintenance Enginering 3.38 VG<br />

24 Mohammad Sudiono Maintenance Enginering 3.42 VG<br />

25 Samsul Arifin Maintenance Enginering 3.3 VG<br />

26 Ghozali Maintenance Enginering 3.35 VG<br />

27 Anang Kuncoro Latri Maintenance Enginering 3.3 VG<br />

28 Agus Indrianto Maintenance Enginering 3.25 G<br />

29 Slamet Raharjo Maintenance Enginering 3.15 G<br />

30 Hanny Dwi Wahyu Darmoko Maintenance Enginering 3.4 VG<br />

31 Rony Dwiantoro Maintenance Enginering 3.43 VG<br />

32 Bayu Dwi Bagus Prakoso Maintenance Enginering 2.98 G<br />

33 Muhammad Dedy S Maintenance Enginering 2.98 G<br />

34 Budiyanto Maintenance Enginering 3.33 VG<br />

35 Budi Haryono Maintenance Enginering 3.03 G<br />

36 Sakiyun Maintenance Enginering 2.88 G<br />

37 Dil Fauzi Maintenance Enginering 3.38 VG<br />

38 M Bagus Syairo Maintenance Enginering 3.43 VG<br />

39 Qusfi Zulfiarif Noer Maintenance Enginering 2.98 G<br />

40 Edy Hermanto Maintenance Enginering 2.98 G<br />

41 Suparmo Maintenance Enginering 3.33 VG<br />

42 Solikin Maintenance Enginering 3.03 G<br />

43 Rahmat Suprianto Maintenance Enginering 2.93 G<br />

cxvi


44 Jaswadi Maintenance Enginering 3.18 G<br />

45 Nuriyadi Maintenance Enginering 3.43 VG<br />

46 Iwan Cahyono Maintenance Enginering 2.93 G<br />

47 Ridotur Rochmat Maintenance Enginering 2.98 G<br />

48 Nurhaidi Maintenance Enginering 3.13 G<br />

49 Andik junaidi Maintenance Enginering 3.43 VG<br />

50 Didik ER Maintenance Enginering 3.78 E<br />

51 Budi PT Maintenance Enginering 3.73 VG<br />

52 Djoko Murjanto Maintenance Enginering 3.73 VG<br />

53 Aries S Maintenance Enginering 3.73 VG<br />

54 DidikWinarto Maintenance Enginering 3.73 VG<br />

55 Suyanto Maintenance Enginering 3.73 VG<br />

56 M. Solikin Maintenance Enginering 3.38 VG<br />

57 Heri Purwanto Maintenance Enginering 3.48 VG<br />

58 Asmuni Maintenance Enginering 3.38 VG<br />

cxvii


cxviii


cxix


cxx

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!