confessionsofaneconomichitmanpengakuanseorangekonomperusak

confessionsofaneconomichitmanpengakuanseorangekonomperusak confessionsofaneconomichitmanpengakuanseorangekonomperusak

19.02.2013 Views

I, Aku sangat terkejut. "Suatu tindakan yang sangat berani, mengingat posisi Anda," ia berkata. "Maukah Anda bergabung dengan saya?" Aku pindah ke mejanya dan duduk di sana bersamanya selama sekitar satu setengah jam menurut perasaanku. Aku menyadari ketika kami mengobrol betapa ia telah menjadi sangat dekat dengan Torrijos. Ia berbicara tentang jenderal itu terkadang seperti seorang ayah yang membicarakan putranya. "Sang jenderal," ia berkata, "mengundangku untuk menulis sebuah buku tentang negaranya. Aku melakukannya hanya itu. Yang satu ini nonfiksi - sesuatu yang agak di luar jalur bagiku." Aku bertanya kepadanya mengapa ia biasanya menulis novel alih-alih nonfiksi. "Fiksi lebih aman," ia berkata. "Sebagian besar pokok materi saya kontroversial. Vietnam. Haiti. Revolusi Meksiko. Banyak penerbit akan takut menerbitkan nonfiksi tentang materi ini." Ia menunjuk New York Review of Books yang terletak di meja yang telah kukosongkan. "Wacana seperti itu dapat menyebabkan kerusakan yang besar." Kemudian ia tersenyum. "Di samping itu, saya suka menulis fiksi. Itu memberikan saya kebebasan yang jauh lebih besar." Ia memandang kepadaku dengan sungguh-sungguh. "Yang penting adalah menulis tentang hal-hal yang berarti. Seperti artikel Globe Anda ten tang Terusan itu." Kekagumannya kepada Toirijos jelas. Tampaknya kepala negara Panama itu dapat meninggalkan kesan kepada seorang novelis sama dalamnya seperti ia meninggalkan kesan kepada orang miskin dan terpinggirkan. Sarna jelasnya adalah keprihatinan Greene untuk keselamatan hidup temannya itu. "Ini adalah usaha besar," ia berseru, "menantangRaksasa dari Utara." Ia menggelengkan kepalanya dengan sedih. "Saya mengkhawatirkan keselamatannya." Kemudian tibalah waktunya ia berangkat. "Mesti mengejar penerbangan ke Francis," ia berkata, bangkit perlahanlahan dan menjabat tanganku. Ia memandang ke mataku. "Mengapa Anda tidak menulis buku?" Ia memberiku anggukan yang menyemangati. "Itu ada di dalam diri Anda. Tetapi ingatlah, tulislah tentang hal-hal yang berarti." Ia berbalik dan melangkah pergi. Kemudian ia berhenti dan kembali beberapa langkah ke dalam restoran. 120 Bagian Ill: 1975- 1981

I,<br />

Aku sangat terkejut.<br />

"Suatu tindakan yang sangat berani, mengingat posisi Anda," ia<br />

berkata. "Maukah Anda bergabung dengan saya?"<br />

Aku pindah ke mejanya dan duduk di sana bersamanya selama sekitar<br />

satu setengah jam menurut perasaanku. Aku menyadari ketika kami<br />

mengobrol betapa ia telah menjadi sangat dekat dengan Torrijos. Ia<br />

berbicara tentang jenderal itu terkadang seperti seorang ayah yang<br />

membicarakan putranya.<br />

"Sang jenderal," ia berkata, "mengundangku untuk menulis sebuah<br />

buku tentang negaranya. Aku melakukannya hanya itu. Yang satu ini<br />

nonfiksi - sesuatu yang agak di luar jalur bagiku."<br />

Aku bertanya kepadanya mengapa ia biasanya menulis novel alih-alih<br />

nonfiksi.<br />

"Fiksi lebih aman," ia berkata. "Sebagian besar pokok materi saya<br />

kontroversial. Vietnam. Haiti. Revolusi Meksiko. Banyak penerbit akan<br />

takut menerbitkan nonfiksi tentang materi ini." Ia menunjuk New York<br />

Review of Books yang terletak di meja yang telah kukosongkan. "Wacana<br />

seperti itu dapat menyebabkan kerusakan yang besar."<br />

Kemudian ia tersenyum. "Di samping itu, saya suka menulis fiksi. Itu<br />

memberikan saya kebebasan yang jauh lebih besar." Ia memandang<br />

kepadaku dengan sungguh-sungguh. "Yang penting adalah menulis tentang<br />

hal-hal yang berarti. Seperti artikel Globe Anda ten tang Terusan itu."<br />

Kekagumannya kepada Toirijos jelas. Tampaknya kepala negara<br />

Panama itu dapat meninggalkan kesan kepada seorang novelis sama<br />

dalamnya seperti ia meninggalkan kesan kepada orang miskin dan<br />

terpinggirkan. Sarna jelasnya adalah keprihatinan Greene untuk<br />

keselamatan hidup temannya itu.<br />

"Ini adalah usaha besar," ia berseru, "menantangRaksasa dari Utara."<br />

Ia menggelengkan kepalanya dengan sedih. "Saya mengkhawatirkan<br />

keselamatannya."<br />

Kemudian tibalah waktunya ia berangkat.<br />

"Mesti mengejar penerbangan ke Francis," ia berkata, bangkit perlahanlahan<br />

dan menjabat tanganku. Ia memandang ke mataku. "Mengapa Anda<br />

tidak menulis buku?" Ia memberiku anggukan yang menyemangati. "Itu<br />

ada di dalam diri Anda. Tetapi ingatlah, tulislah tentang hal-hal yang<br />

berarti." Ia berbalik dan melangkah pergi. Kemudian ia berhenti dan<br />

kembali beberapa langkah ke dalam restoran.<br />

120 Bagian Ill: 1975- 1981

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!