confessionsofaneconomichitmanpengakuanseorangekonomperusak

confessionsofaneconomichitmanpengakuanseorangekonomperusak confessionsofaneconomichitmanpengakuanseorangekonomperusak

19.02.2013 Views

sedang saling memainkan suatu permainan, seolah-olah menari di dalam suatu pertandingan. Musiknya, caranya mereka berdansa, panggungnyasemuanya seperti disko di Boston, kecuali bahwa mereka telanjang. Kami mendesak maju melalui sekelompok laki-laki muda yang berbicara dalam bahasa Inggris. Meskipun mereka mengenakan T-shirt dan blue jeans, potongan rambut cepak mereka mengungkapkan mereka adalah prajurit dari pangkalan militer Zona Terusan. Fidel menepuk bahu seorang pelayan perempuan. Pelayan itu berbalik, memekik gembira dan memeluknya. Kelompok laki-laki muda itu mengamati dengan cermat, saling mengerling dengan sikap mencela. Aku bertanya-tanya apakah mereka berpikir Manifest Destiny mencakup perempuan Panama ini. Pelayan itu memandu kami ke sudut. Dari tempat lain, dia menyulap sebuah meja kecil dan dua buah kursi. Ketika kami duduk, Fidel bertegur sapa dalam bahasa Spanyol dengan dua orang laki-laki di meja di samping kami. Tidak seperti para prajurit itu, mereka mengenakan kemeja cetakan berlengan pendek dan celana panjang kerut. Pelayan itu kembali dengan beberapa botol bir Balboa, dan Fidel menepuk bokongnya ketika dia berbalik meninggalkan kami. Dia tersenyum dan mendaratkan sebuah ciuman kepada Fidel. Aku memandang ke sekeliling dan merasa lega ketika mendapati bahwa para laki-laki muda di bar itu tidak lagi memperhatikan kami; mereka telah terfokus pada para penari. Mayoritas pengunjung adalah para prajurit berbahasa Inggris, tetapi ada yang lain seperti dua yang di samping kami; yangjelas orang Panama. Mereka menonjol karena rambut mereka panjang dan mereka tidak mengenakan T-shirts dan jeans. Beberapa dari mereka duduk di meja, yang lain bersandar ke dinding. Mereka tampak sangat waspada, seperti anjinganjing perbatasan yang menjaga sekawanan domba. Perempuan berkeliaran di sekeliling meja. Mereka selalu bergerak, duduk di pangkuan, berteriak kepada pelayan, menari, berputar-putar, bernyanyi, bergiliran ke atas panggung. Mereka mengenakan rok ketat, Tshirts, jeans, pakaian yang melekat di tubuh, sepatu bertumit tinggi. Seorang berbusana gaun ala Viktoria dan kerudung. Yang lain hanya berbikini. Jelas, hanya yang paling cantik yang dapat bertahan di sini. Aku heran berapa mereka telah dibayar untuk pergi ke Panama dan bertanyatanya tentang keputusasaan yang telah mendorong mereka ke sini. "Semuanya dari negara-negara lain?" aku berteriak kepatla Fidel untuk mengatasi suara musik. 76 Bagian II: 1971- 1975

sedang saling memainkan suatu permainan, seolah-olah menari di dalam<br />

suatu pertandingan. Musiknya, caranya mereka berdansa, panggungnyasemuanya<br />

seperti disko di Boston, kecuali bahwa mereka telanjang.<br />

Kami mendesak maju melalui sekelompok laki-laki muda yang<br />

berbicara dalam bahasa Inggris. Meskipun mereka mengenakan T-shirt dan<br />

blue jeans, potongan rambut cepak mereka mengungkapkan mereka adalah<br />

prajurit dari pangkalan militer Zona Terusan. Fidel menepuk bahu seorang<br />

pelayan perempuan.<br />

Pelayan itu berbalik, memekik gembira dan memeluknya. Kelompok<br />

laki-laki muda itu mengamati dengan cermat, saling mengerling dengan<br />

sikap mencela. Aku bertanya-tanya apakah mereka berpikir Manifest Destiny<br />

mencakup perempuan Panama ini. Pelayan itu memandu kami ke sudut.<br />

Dari tempat lain, dia menyulap sebuah meja kecil dan dua buah kursi.<br />

Ketika kami duduk, Fidel bertegur sapa dalam bahasa Spanyol dengan<br />

dua orang laki-laki di meja di samping kami. Tidak seperti para prajurit<br />

itu, mereka mengenakan kemeja cetakan berlengan pendek dan celana<br />

panjang kerut. Pelayan itu kembali dengan beberapa botol bir Balboa, dan<br />

Fidel menepuk bokongnya ketika dia berbalik meninggalkan kami. Dia<br />

tersenyum dan mendaratkan sebuah ciuman kepada Fidel. Aku<br />

memandang ke sekeliling dan merasa lega ketika mendapati bahwa para<br />

laki-laki muda di bar itu tidak lagi memperhatikan kami; mereka telah<br />

terfokus pada para penari.<br />

Mayoritas pengunjung adalah para prajurit berbahasa Inggris, tetapi<br />

ada yang lain seperti dua yang di samping kami; yangjelas orang Panama.<br />

Mereka menonjol karena rambut mereka panjang dan mereka tidak<br />

mengenakan T-shirts dan jeans. Beberapa dari mereka duduk di meja, yang<br />

lain bersandar ke dinding. Mereka tampak sangat waspada, seperti anjinganjing<br />

perbatasan yang menjaga sekawanan domba.<br />

Perempuan berkeliaran di sekeliling meja. Mereka selalu bergerak,<br />

duduk di pangkuan, berteriak kepada pelayan, menari, berputar-putar,<br />

bernyanyi, bergiliran ke atas panggung. Mereka mengenakan rok ketat, Tshirts,<br />

jeans, pakaian yang melekat di tubuh, sepatu bertumit tinggi.<br />

Seorang berbusana gaun ala Viktoria dan kerudung. Yang lain hanya<br />

berbikini. Jelas, hanya yang paling cantik yang dapat bertahan di sini. Aku<br />

heran berapa mereka telah dibayar untuk pergi ke Panama dan bertanyatanya<br />

tentang keputusasaan yang telah mendorong mereka ke sini.<br />

"Semuanya dari negara-negara lain?" aku berteriak kepatla Fidel untuk<br />

mengatasi suara musik.<br />

76 Bagian II: 1971- 1975

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!