confessionsofaneconomichitmanpengakuanseorangekonomperusak

confessionsofaneconomichitmanpengakuanseorangekonomperusak confessionsofaneconomichitmanpengakuanseorangekonomperusak

19.02.2013 Views

tangannya dan menatap langsung kepada Fidel. "Saya hanya berharap kami dapat berpegang padanya selama lima puluh tahun mendatang. Torrijos si tiran itu sedang membuat banyak gelombang. Seorang laki-laki yang berbahaya." · Suatu dorongan yang tiba-tiba menyergapku, dan aku berkata kepadanya dalam bahasa Spanyol, "Adios. Saya harap Anda dan keluarga Anda bersenang-senang di sini, dan ban yak mempelajari budaya Panama." Ia memandangku dengan jijik. "Saya tidak dapat berbicara dalam bahasa mereka," ia berkata. Kemudian ia berbalik dengan kasar dan menuju kepada keluarganya dan piknik itu. Fidel melangkah ke dekatku, meletakkan lengannya ke sekeliling bahuku, dan memelukku dengan erat. "Terima kasih," ia berkata. Kembali ke kota, Fidel memanduku melalui suatu area yang digambarkannya sebagai daerah kurnub. "Bukan yang terburuk," ia berkata. "Tetapi Anda akan mencicipi sedikit rasanya." Gubuk-gubuk kayu dan parit-parit yang terisi genangan air berderetderet di sepanjangjalan, rumah-rumah yang rapuh bagaikan perahu-perahu bobrok yang ditenggelamkan ke dalam comberan. Bau busuk dan kotoran memenuhi mobil kami ketika anak-anak dengan perut yang menggembung berlarian di sampingnya. Ketika kami memperlambat laju mobil, mereka berkumpul di sisiku, memanggilku uncle dan mengemis uang. Ini mengingatkan aku akan Jakarta. Grafiti menutupi banyak dinding. Ada beberapa gambar hati yang lazim dengan nama-nama pasangan yang digoreskan di dalamnya, tetapi kebanyakan dari grafiti itu adalah slogan yang m.engekspresikan kebencian terhadap Amerika Serikat. "Pulang, gringo," "Berhenti mengotori terusan kami," "Paman Sam, tuan para budak," dan "Katakan kepada Nixon bahwa Panama bukan Vietnam." Akan tetapi, satu yang paling menakutkan hatiku adalah, "Kematian untuk kebebasan adalah jalan menuju Kristus." Terserak di antara ini semua adalah poster-poster Omar Torrijos. "Sekarang sisi yang lain," kata Fidel. "Saya telah mempunyai dokumen resmi dan Anda adalah warga negara Amerika Serikat, maka kita dapat mulai." Di bawah langit yang berwarna merah-keunguan, ia berkendara menuju ke dalam Zona Terusan. Aku tidaklah sesiap apa yang kukira. Aku hampir tidak mempercayai kemewahan tempat ini- bangunan-bangunan 72 Bagian II: 1971 - 1975 •

tangannya dan menatap langsung kepada Fidel. "Saya hanya berharap kami<br />

dapat berpegang padanya selama lima puluh tahun mendatang. Torrijos si<br />

tiran itu sedang membuat banyak gelombang. Seorang laki-laki yang<br />

berbahaya." ·<br />

Suatu dorongan yang tiba-tiba menyergapku, dan aku berkata<br />

kepadanya dalam bahasa Spanyol, "Adios. Saya harap Anda dan keluarga<br />

Anda bersenang-senang di sini, dan ban yak mempelajari budaya Panama."<br />

Ia memandangku dengan jijik. "Saya tidak dapat berbicara dalam<br />

bahasa mereka," ia berkata. Kemudian ia berbalik dengan kasar dan menuju<br />

kepada keluarganya dan piknik itu.<br />

Fidel melangkah ke dekatku, meletakkan lengannya ke sekeliling<br />

bahuku, dan memelukku dengan erat. "Terima kasih," ia berkata.<br />

Kembali ke kota, Fidel memanduku melalui suatu area yang<br />

digambarkannya sebagai daerah kurnub.<br />

"Bukan yang terburuk," ia berkata. "Tetapi Anda akan mencicipi sedikit<br />

rasanya."<br />

Gubuk-gubuk kayu dan parit-parit yang terisi genangan air berderetderet<br />

di sepanjangjalan, rumah-rumah yang rapuh bagaikan perahu-perahu<br />

bobrok yang ditenggelamkan ke dalam comberan. Bau busuk dan kotoran<br />

memenuhi mobil kami ketika anak-anak dengan perut yang menggembung<br />

berlarian di sampingnya. Ketika kami memperlambat laju mobil, mereka<br />

berkumpul di sisiku, memanggilku uncle dan mengemis uang. Ini<br />

mengingatkan aku akan Jakarta.<br />

Grafiti menutupi banyak dinding. Ada beberapa gambar hati yang lazim<br />

dengan nama-nama pasangan yang digoreskan di dalamnya, tetapi<br />

kebanyakan dari grafiti itu adalah slogan yang m.engekspresikan kebencian<br />

terhadap Amerika Serikat. "Pulang, gringo," "Berhenti mengotori terusan<br />

kami," "Paman Sam, tuan para budak," dan "Katakan kepada Nixon<br />

bahwa Panama bukan Vietnam." Akan tetapi, satu yang paling menakutkan<br />

hatiku adalah, "Kematian untuk kebebasan adalah jalan menuju Kristus."<br />

Terserak di antara ini semua adalah poster-poster Omar Torrijos.<br />

"Sekarang sisi yang lain," kata Fidel. "Saya telah mempunyai dokumen<br />

resmi dan Anda adalah warga negara Amerika Serikat, maka kita dapat<br />

mulai." Di bawah langit yang berwarna merah-keunguan, ia berkendara<br />

menuju ke dalam Zona Terusan. Aku tidaklah sesiap apa yang kukira. Aku<br />

hampir tidak mempercayai kemewahan tempat ini- bangunan-bangunan<br />

72 Bagian II: 1971 - 1975<br />

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!