confessionsofaneconomichitmanpengakuanseorangekonomperusak

confessionsofaneconomichitmanpengakuanseorangekonomperusak confessionsofaneconomichitmanpengakuanseorangekonomperusak

19.02.2013 Views

dinding Hotel InterContinental yang tak asing lagi bagiku. Kemudian kuingat mimpi itu kembali. Aku melihat Kristus berdiri di hadapanku. Ia tampak seperti Yesus yang sama yang aku ajak berbicara setiap malam, ketika sebagai kanakkanak aku berbagi pikiran-pikiranku dengannya setelah aku mengucapkan doa resmiku. Kecuali bahwa Yesus masa kecilku berkulit putih dan berambut pirang, sementara yang satu ini berambut hitam keriting dan berkulit gelap. Ia membungkuk dan mengangkat sesuatu ke atas bahunya. Kupikir sebuah salib. Alih-alih, aku melihat as roda sebuah mobil dengan velg rodanya yang menonjol di atas kepalanya membentuk lingkaran cahaya dari logam. Minyak menetes seperti darah menuruni dahinya. Ia meluruskan tubuhnya, menatap ke mataku, dan berkata, "Jika aku harus datang sekarang, kau akan melihatku dengan cara yang berbeda." Aku bertanya kepadanya mengapa. "Karena," ia menjawab, "dunia telah berubah." Jam menunjukkan bahwa hari menjelang fa jar. Aku tahu aku tidak dapat tidur kembali, maka aku berpakaian, memakai lift untuk turun ke lobi yang kosong, dan pergi ke taman di sekeliling kolam renang. Bulan bersinar terang; harum bunga anggrek yang manis memenuhi udara. Aku duduk di kursi santai dan bertanya-tanya apa yang sedang kulakukan di sini, mengapa peristiwa-peristiwa kebetulan dalam kehidupanku telah membawa aku sepanjang jalan ini, mengapa Indonesia. Aku tahu kehidupanku telah berubah, tetapi aku sama sekali tidak tahu betapa drastisnya. Ann dan aku berjumpa di Paris pada perjalananku pulang ke rumah, untuk mencoba berdamai. Akan tetapi, bahkan selama liburan di Francis ini kami terus bertengkar. Walaupun banyak saat yang khusus dan indah, aku berpikir kami berdua telah menyadari bahwa sejarah panjang kemarahan dan kekesalan kami adalah rintangan yang terlalu besar. Di samping itu, ada begitu banyak hal yang tidak dapat aku ceritakan kepadanya. Satu-satunya orang yang aku dapat berbagi berbagai hal seperti itu adalah Claudine, dan aku terus memikirkannya. Ann dan aku mendarat di Bandara Logan Boston dan menggunakan taksi menuju apartemen kami yang terpisah di Back Bay. 56 Bagian II: 1971 - 1975

dinding Hotel InterContinental yang tak asing lagi bagiku. Kemudian<br />

kuingat mimpi itu kembali.<br />

Aku melihat Kristus berdiri di hadapanku. Ia tampak seperti Yesus<br />

yang sama yang aku ajak berbicara setiap malam, ketika sebagai kanakkanak<br />

aku berbagi pikiran-pikiranku dengannya setelah aku mengucapkan<br />

doa resmiku. Kecuali bahwa Yesus masa kecilku berkulit putih dan<br />

berambut pirang, sementara yang satu ini berambut hitam keriting dan<br />

berkulit gelap.<br />

Ia membungkuk dan mengangkat sesuatu ke atas bahunya. Kupikir<br />

sebuah salib. Alih-alih, aku melihat as roda sebuah mobil dengan velg rodanya<br />

yang menonjol di atas kepalanya membentuk lingkaran cahaya dari logam.<br />

Minyak menetes seperti darah menuruni dahinya. Ia meluruskan tubuhnya,<br />

menatap ke mataku, dan berkata, "Jika aku harus datang sekarang, kau akan<br />

melihatku dengan cara yang berbeda." Aku bertanya kepadanya mengapa.<br />

"Karena," ia menjawab, "dunia telah berubah."<br />

Jam menunjukkan bahwa hari menjelang fa jar. Aku tahu aku tidak dapat<br />

tidur kembali, maka aku berpakaian, memakai lift untuk turun ke lobi yang<br />

kosong, dan pergi ke taman di sekeliling kolam renang. Bulan bersinar terang;<br />

harum bunga anggrek yang manis memenuhi udara. Aku duduk di kursi<br />

santai dan bertanya-tanya apa yang sedang kulakukan di sini, mengapa<br />

peristiwa-peristiwa kebetulan dalam kehidupanku telah membawa aku<br />

sepanjang jalan ini, mengapa Indonesia. Aku tahu kehidupanku telah<br />

berubah, tetapi aku sama sekali tidak tahu betapa drastisnya.<br />

Ann dan aku berjumpa di Paris pada perjalananku pulang ke rumah,<br />

untuk mencoba berdamai. Akan tetapi, bahkan selama liburan di Francis<br />

ini kami terus bertengkar. Walaupun banyak saat yang khusus dan indah,<br />

aku berpikir kami berdua telah menyadari bahwa sejarah panjang<br />

kemarahan dan kekesalan kami adalah rintangan yang terlalu besar.<br />

Di samping itu, ada begitu banyak hal yang tidak dapat aku ceritakan<br />

kepadanya. Satu-satunya orang yang aku dapat berbagi berbagai hal seperti<br />

itu adalah Claudine, dan aku terus memikirkannya. Ann dan aku mendarat<br />

di Bandara Logan Boston dan menggunakan taksi menuju apartemen kami<br />

yang terpisah di Back Bay.<br />

56 Bagian II: 1971 - 1975

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!