confessionsofaneconomichitmanpengakuanseorangekonomperusak

confessionsofaneconomichitmanpengakuanseorangekonomperusak confessionsofaneconomichitmanpengakuanseorangekonomperusak

19.02.2013 Views

·. ;. kursinya dari belakang mejanya dan menjatuhkan dirinya. "Aim akan membuat prediksi listrikku berdasarkan pada apa yang kuyakini, bukan pada kajian ekonomi angin surga." Ia mengambil pensilnya dan mulai mencoratcoret di atas bloknot. Itu adalah tantangan yang tidak dapat kuabaikan. Aku melangkah dan berdiri di depan mejanya. "Kau akan tampak goblok sekali jika aku mengajukan apa yang diharapkan oleh setiap orang - suatu lonjakan ekonomi yang menyaingi demam emas California - dan kau memprediksikan pertumbuhan listrik dengan tingkat yang setara dengan Boston pada tahun 1960." Ia membanting pensilnya dan membelalak kepadaku. "Tidak tahu malu! Itulah dia. Kau- semua dari kalian -" ia melambaikan lengannya ke arah kantor-kantor di balik dinding kami, "kau telah menjual jiwamu kepada setan; Kau berada di dalamnya untuk uang. Sekarang," ia tersenyum dibuat-buat dan menggapai ke bawah kemejanya, "aku akan mematikan alat bantu dengarku dan kembali bekerja." Peristiwa itu sangat mengguncang aku. Aku mengentakkan kaki keluar ruangan dan berjalan menuju kantor Charlie. Separuh jalan ke sana, aku berhenti, tidak pasti tentang apa yang ingin kucapai. Sebagai gantinya, aku berbalik dan menuruni tangga, ke luar pintu, ke bawah sinar matahari sore. Perempuan itu sedang naik ke tepi sungai, sarungnya menyelubungi tubuhnya dengan ketat. Laki-laki tua itu telah menghilang. Beberapa anak laki-laki bermain di sungai, saling memercikkan air dan berteriak. Seorang perempuan tua sedang berdiri di kedalaman air setinggi lutut, menyikat giginya; yang lain sedang mencuci pakaiannya. Sebuah bongkahan besar seakan menyumbat kerongkonganku. Aku duduk di atas lempengan beton yang rusak, mencoba tidak mengindahkan bau yang menyengat dari sungai itu. Aku berjuang keras untuk menahan air mataku; aku perlu menemukan mengapa aku merasa demikian sedih. Kau berada di dalamnya karena uang. Kata-kata Howard terngiang-ngiang di telingaku, berulang-ulang. Ia telah menyengat saraf yang tepat. Anak-anak kecil itu terus sating memercikkan air, suara mereka yang riang gembira memenuhi udara. Aku bertanya-tanya apa yang dapat kulakukan. Apa yang diperlukan untuk membuatku demikian tanpa be ban seperti mereka? Pertanyaan itu menyiksaku ketika aku duduk di sana memandangi mereka melompat-lompat di dalam kepolosan mereka yang 36 Bagian 1: 1963 - 1971

·.<br />

;.<br />

kursinya dari belakang mejanya dan menjatuhkan dirinya. "Aim akan<br />

membuat prediksi listrikku berdasarkan pada apa yang kuyakini, bukan pada<br />

kajian ekonomi angin surga." Ia mengambil pensilnya dan mulai mencoratcoret<br />

di atas bloknot.<br />

Itu adalah tantangan yang tidak dapat kuabaikan. Aku melangkah dan<br />

berdiri di depan mejanya.<br />

"Kau akan tampak goblok sekali jika aku mengajukan apa yang<br />

diharapkan oleh setiap orang - suatu lonjakan ekonomi yang menyaingi<br />

demam emas California - dan kau memprediksikan pertumbuhan listrik<br />

dengan tingkat yang setara dengan Boston pada tahun 1960."<br />

Ia membanting pensilnya dan membelalak kepadaku. "Tidak tahu<br />

malu! Itulah dia. Kau- semua dari kalian -" ia melambaikan lengannya<br />

ke arah kantor-kantor di balik dinding kami, "kau telah menjual jiwamu<br />

kepada setan; Kau berada di dalamnya untuk uang. Sekarang," ia tersenyum<br />

dibuat-buat dan menggapai ke bawah kemejanya, "aku akan mematikan<br />

alat bantu dengarku dan kembali bekerja."<br />

Peristiwa itu sangat mengguncang aku. Aku mengentakkan kaki keluar<br />

ruangan dan berjalan menuju kantor Charlie. Separuh jalan ke sana, aku<br />

berhenti, tidak pasti tentang apa yang ingin kucapai. Sebagai gantinya,<br />

aku berbalik dan menuruni tangga, ke luar pintu, ke bawah sinar matahari<br />

sore. Perempuan itu sedang naik ke tepi sungai, sarungnya menyelubungi<br />

tubuhnya dengan ketat. Laki-laki tua itu telah menghilang. Beberapa anak<br />

laki-laki bermain di sungai, saling memercikkan air dan berteriak. Seorang<br />

perempuan tua sedang berdiri di kedalaman air setinggi lutut, menyikat<br />

giginya; yang lain sedang mencuci pakaiannya.<br />

Sebuah bongkahan besar seakan menyumbat kerongkonganku. Aku<br />

duduk di atas lempengan beton yang rusak, mencoba tidak mengindahkan<br />

bau yang menyengat dari sungai itu. Aku berjuang keras untuk menahan<br />

air mataku; aku perlu menemukan mengapa aku merasa demikian sedih.<br />

Kau berada di dalamnya karena uang. Kata-kata Howard terngiang-ngiang<br />

di telingaku, berulang-ulang.<br />

Ia telah menyengat saraf yang tepat.<br />

Anak-anak kecil itu terus sating memercikkan air, suara mereka yang<br />

riang gembira memenuhi udara. Aku bertanya-tanya apa yang dapat<br />

kulakukan. Apa yang diperlukan untuk membuatku demikian tanpa be ban<br />

seperti mereka? Pertanyaan itu menyiksaku ketika aku duduk di sana<br />

memandangi mereka melompat-lompat di dalam kepolosan mereka yang<br />

36 Bagian 1: 1963 - 1971

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!