Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
www.bacaan-indo.blogspot.com
RAY BRADBURY
FAHRENHEIT
www.bacaan-indo.blogspot.com
www.bacaan-indo.blogspot.com
Fahrenheit 451
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014
Tentang Hak Cipta
www.bacaan-indo.blogspot.com
(1). Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan secara komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
(2). Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak
cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam
pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk penggunaan secara
komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3). Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak
melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan atau huruf g untuk penggunaan secara komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4). Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
dilakukan dalam bentuk pembajakan dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat
miliar rupiah).
Fahrenheit 451
Fahrenheit 451—
Temperatur yang mampu
membakar kertas buku
dan menghanguskannya...
Ray Bradbury
Alih bahasa:
Lulu Wijaya
www.bacaan-indo.blogspot.com
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
FAHRENHEIT 451
by Ray Bradbury
Copyright © 1951, 1953, 1967 by Ray Bradbury
and renewed 1979, 1981, 1995 by Ray Bradbury
This edition arranged with Don Congdon Associates, Inc.
through Big Apple Agency, Inc., Labuan, Malaysia
Indonesian edition copyright:
2018 PT Gramedia Pustaka Utama
All rights reserved
Fahrenheit 451
oleh Ray Bradbury
GM 618186012
Hak cipta terjemahan Indonesia:
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Alih bahasa: Lulu Wijaya
Desain sampul: Eduard Iwan Mangopang
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
anggota IKAPI, Jakarta, 2018
www.gpu.id
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian
atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.
ISBN: 978-602-06-1798-5
978-602-06-1799-2 (Digital)
www.bacaan-indo.blogspot.com
208 hlm; 20 cm
Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab Percetakan
www.bacaan-indo.blogspot.com
Ini untuk Don Congdon,
Dengan penuh terima kasih
www.bacaan-indo.blogspot.com
www.bacaan-indo.blogspot.com
Daftar Isi
satu
dua
tiga
Perapian dan Salamander
Saringan dan Pasir
Berkobar Menyala-Nyala
www.bacaan-indo.blogspot.com
www.bacaan-indo.blogspot.com
www.bacaan-indo.blogspot.com
satu
Perapian
dan Salamander
MEMBAKAR sungguh menyenangkan.
Sungguh menyenangkan melihat benda-benda dilalap,
menghitam, dan berubah. Dengan mulut pipa kuningan dalam
genggamannya, dengan ular piton besar yang memuntahkan
bensin beracun ke dunia, darah bertalu-talu di dalam kepala,
tangannya seperti tangan dirigen menakjubkan yang memainkan
semua simfoni pengobaran dan pembakaran untuk melumat
sisa-sisa dan puing-puing arang sejarah. Dengan helm
simbolis bernomor 451 di kepalanya yang tenang, dan mata
berpijar seperti lidah api jingga saat membayangkan apa yang
akan terjadi kemudian, dia menyalakan pemantik dan rumah
itu pun dilalap api serakah yang membakar langit sore hingga
merah, kuning, dan hitam. Dia melangkah dalam kerumunan
kunang-kunang. Seperti dalam lelucon lawas itu, yang paling
dia inginkan adalah menjulurkan marshmallow dengan tongkat
ke dalam tungku, sementara buku-buku bersayap merpawww.bacaan-indo.blogspot.com
11
ti yang mengepak-ngepak itu tewas di beranda dan halaman
rumah. Sementara buku-buku itu melayang dalam pusaran
berkelip-kelip dan tertiup angin yang menjadi hitam oleh api.
Montag menyeringai, seringai buas semua orang yang terbakar
dan dipaksa mundur oleh kobaran api.
Dia tahu, setelah kembali ke markas nanti, dia mungkin
akan mengedipkan mata pada diri sendiri, sang aktor keliling,
kulit berlapis jelaga, di dalam cermin. Dan saat tidur,
senyuman membara itu masih terasa, dicengkeram otot-otot
wajahnya, dalam kegelapan. Senyuman itu tak pernah menghilang,
tak pernah, sejauh yang bisa diingatnya.
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
Dia menggantungkan helmnya yang hitam seperti kumbang
dan memolesnya sampai mengilat; dia menggantungkan jaket
tahan apinya dengan rapi; dia mandi dengan nikmat, lalu
sambil bersiul-siul dengan tangan di dalam saku, dia melintasi
lantai atas kantor markas kebakaran dan meloncat turun
ke lubang. Pada saat-saat terakhir, ketika bencana sudah pasti
terjadi, dia mengeluarkan tangan dari dalam saku dan menahan
jatuhnya dengan meraih tiang emas itu. Dia meluncur
sampai berhenti dengan bunyi mendecit, tumit-tumitnya hanya
dua sentimeter dari lantai beton di bawah.
Dia keluar dari markas dan menyusuri jalanan tengah
malam, ke arah kereta bawah tanah, tempat kereta bertenaga
udara yang senyap meluncur sunyi di terowongan yang diminyaki
di bawah tanah, dan mengeluarkannya dengan kepulan
besar udara hangat ke eskalator berubin krem yang naik ke
daerah pinggiran kota.
12
www.bacaan-indo.blogspot.com
Sambil bersiul-siul, dia membiarkan eskalator mengangkatnya
ke udara malam yang sunyi. Dia berjalan ke tikungan
tanpa terlalu memikirkan apa-apa. Tetapi sebelum tiba di tikungan,
dia memperlambat langkah seakan ada angin bertiup
entah dari mana, seakan ada yang memanggil namanya.
Beberapa malam terakhir ini, dia mendapat perasaan yang
amat tak menentu mengenai trotoar tepat di dekat tikungan
ini, saat bergerak dalam cahaya bintang ke arah rumahnya.
Dia merasa sesaat sebelum dia membelok, sudah ada seseorang
di sana. Udara seperti dipenuhi suatu ketenangan khusus,
seakan ada yang menunggu diam-diam, dan tepat sedetik
sebelum dia datang, menjelma menjadi bayangan dan membiarkannya
lewat. Mungkin hidungnya menangkap wangi samar,
mungkin kulit di punggung tangan dan wajahnya merasakan
suhu naik di satu titik ini, di mana orang yang berdiri
mungkin membuat suhu di sekelilingnya naik sampai sepuluh
derajat selama sekejap. Perasaan ini tak bisa dimengerti.
Tiap kali membelok, dia hanya melihat trotoar yang putih,
tidak dipakai, tidak rata, dan mungkin pada suatu malam,
ada sesuatu yang menghilang cepat ke seberang pekarangan
sebelum dia bisa menajamkan penglihatannya atau berbicara.
Tetapi sekarang, malam ini, dia memperlambat langkah
sampai hampir berhenti. Pikiran bawah sadarnya, yang bergerak
untuk membantunya membelok, baru mendengar bisikan
amat samar. Napas? Ataukah atmosfer hanya ditekan
oleh seseorang yang berdiri diam-diam di sana, menunggu?
Dia membelok di tikungan.
Daun-daun musim gugur bertiup di trotoar yang diterangi
sinar bulan sedemikian rupa, sehingga gadis yang sedang
bergerak di sana itu seperti meluncur, membiarkan gerakan
angin dan dedaunan membawanya maju. Kepalanya setengah
13
www.bacaan-indo.blogspot.com
tertunduk memandang sepatunya mengguncang daun-daun
yang berseliweran. Wajahnya tirus dan seputih susu, dan di
wajah itu ada kelaparan lembut yang menyentuh segala sesuatu
dengan keingintahuan tak kenal lelah. Mimiknya hampir
menyerupai kekagetan yang pucat; matanya yang hitam begitu
terpaku pada dunia, sehingga tak ada gerakan yang luput
darinya. Bajunya putih dan berbisik. Montag merasa mendengar
gerakan tangannya sewaktu gadis itu berjalan, dan bunyi
teramat kecil itu sekarang, gerakan putih wajahnya yang
menoleh ketika tersadar dirinya berada dekat sekali dengan
pria yang menunggu di tengah trotoar.
Pohon-pohon di atas mencurahkan hujan kering dengan
bunyi keras. Gadis itu berhenti dan seperti akan mundur karena
terkejut, namun ternyata dia berdiri memandang Montag
dengan mata begitu hitam dan berkilauan dan hidup, sehingga
Montag merasa seperti baru mengatakan sesuatu yang
amat indah. Tetapi dia tahu mulutnya hanya bergerak untuk
mengucap “halo”, dan ketika gadis itu tampak terhipnotis
oleh salamander di lengannya dan perisai burung api di dadanya,
dia pun berbicara lagi.
“Tentu saja,” kata Montag, “kau tetangga baru kami, ya?”
“Dan kau pasti…“ Gadis itu mendongak, matanya beralih
dari simbol-simbol profesi Montag “—si petugas kebakaran.”
Suaranya mengecil.
“Aneh sekali kau mengucapkannya.”
“Aku—aku pasti tahu sekalipun mataku tertutup,” katanya
lambat-lambat.
“Kenapa—bau bensin? Istriku selalu mengomel,” ujar
Montag sambil tertawa. “Tidak bisa hilang sepenuhnya, meski
sudah mandi berkali-kali.”
“Memang tidak,” kata gadis itu, terpukau.
14
www.bacaan-indo.blogspot.com
Montag merasa gadis itu seperti sedang berjalan mengitarinya,
mengamati setiap jengkal tubuhnya, mengguncangnya
tanpa suara, dan mengosongkan saku-sakunya, tanpa dia
sendiri bergerak sedikit pun.
“Bensin,” kata Montag, karena keheningan terus memanjang,
“hanya parfum bagiku.”
“Benarkah seperti itu rasanya?”
“Tentu saja. Mengapa tidak?”
Gadis itu mengambil waktu untuk berpikir sebentar. “Entah.”
Dia berbalik untuk menghadap trotoar yang menuju
rumah mereka. “Bolehkah aku berjalan pulang bersamamu?
Namaku Clarisse McClellan.”
“Clarisse. Guy Montag. Ayo. Kenapa kau berkeliaran malam-malam
begini? Berapa umurmu?”
Mereka berjalan dalam malam yang diembusi angin hangat-sejuk
itu, di trotoar keperakan, ada wangi samar aprikot
segar dan stroberi di udara, dan Montag melihat berkeliling,
sadar bahwa ini mustahil, karena sudah menjelang akhir tahun.
Hanya ada gadis itu yang berjalan bersamanya sekarang,
wajahnya seterang salju dalam sinar bulan, dan dia tahu gadis
itu sedang mempelajari pertanyaan-pertanyaannya, mencari
jawaban terbaik yang bisa diberikan.
“Yah,” kata Clarisse, “umurku tujuh belas tahun dan aku
gila. Kata pamanku, kedua hal itu selalu terjadi bersamaan.
Kalau orang menanyakan umurmu, katanya, selalu jawab
tujuh belas dan gila. Enak, kan, berjalan-jalan malam begini?
Aku suka mencium bau-bau dan memandangi macammacam,
dan kadang-kadang begadang sepanjang malam, berjalan,
dan memandangi matahari terbit.”
Mereka meneruskan berjalan sambil membisu, dan akhir-
15
www.bacaan-indo.blogspot.com
nya dia berkata dengan bersungguh-sungguh, “Tahukah kau,
aku sama sekali tidak takut kepadamu.”
Montag terkejut. “Kenapa kau mesti takut?”
“Banyak sekali orang yang takut. Takut pada petugas kebakaran,
maksudku. Tapi kau ini kan cuma orang...”
Montag melihat dirinya sendiri di mata gadis itu, melayang
dalam dua butir air cemerlang berkilauan, dirinya gelap
dan mungil, tergambar dalam detail-detail halus, kerut-kerut
di sekeliling mulut, segala sesuatu di sana, seakan mata gadis
itu dua keping batu ambar ungu ajaib yang akan menangkapnya
dan menyimpannya utuh-utuh. Wajah Clarisse yang
tertuju kepadanya bak kristal susu rapuh, dan di dalamnya
ada cahaya lembut yang tak pernah padam. Ini bukan cahaya
listrik yang histeris, melainkan—apa? Melainkan cahaya lilin
yang aneh namun nyaman, langka, lembut namun memperindah.
Suatu kali, waktu dia masih kecil, listrik padam dan
ibunya menemukan satu batang lilin terakhir dan menyalakannya,
dan terjadilah satu jam singkat ketika segala sesuatu
seperti ditemukan kembali, penerangan membuat ruang
kehilangan dimensinya yang luas dan menyelimuti mereka
dengan nyaman, dan mereka, ibu dan anak, hanya berdua,
diubahkan, berharap listrik tidak segera menyala lagi...
Kemudian Clarisse McClellan berkata,
“Bolehkah aku bertanya? Sudah berapa lama kau bekerja
sebagai petugas kebakaran?”
“Sejak umurku dua puluh tahun, sepuluh tahun lalu.”
“Apakah kau pernah membaca buku-buku yang kaubakar?”
Montag tertawa. “Itu melanggar hukum!”
“Oh. Tentu saja.”
“Pekerjaannya enak. Senin bakar Millay, Rabu Whitman,
Jumat Faulkner, bakar sampai menjadi abu, lalu bakar abunya.
Itu slogan resmi kami.”
16
www.bacaan-indo.blogspot.com
Mereka berjalan terus, dan gadis itu berkata, “Benarkah
bahwa dulu sekali, petugas kebakaran memadamkan api, dan
bukan membakar?”
“Tidak. Rumah-rumah sejak dulu tahan api, percayalah.”
“Aneh. Kudengar dulu sekali, rumah-rumah terbakar karena
tak sengaja, dan membutuhkan petugas pemadam kebakaran
untuk menghentikan apinya.”
Montag tertawa.
Clarisse meliriknya sekilas. “Kenapa kau tertawa?”
“Entah.” Dia mulai tertawa lagi dan berhenti. “Kenapa?”
“Kau tertawa meskipun aku tidak mengatakan apa-apa
yang lucu, dan kau langsung menjawab. Kau tidak pernah
diam dulu untuk memikirkan apa yang kutanyakan.”
Montag berhenti berjalan. “Kau memang aneh,” katanya
sambil memandang Clarisse. “Apa kau tidak punya rasa hormat?”
“Aku tidak berniat menghina. Mungkin aku hanya terlalu
suka mengamati orang.”
“Yah, apakah ini tidak ada artinya buatmu?” Montag menepuk
angka 451 yang dijahitkan ke lengan bajunya yang berwarna
hitam.
“Ya,” bisik Clarisse. Dia mempercepat langkah. “Pernahkah
kau melihat mobil-mobil jet yang melesat di bulevarbulevar
ke arah situ?”
“Kau mengubah topik!”
“Kadang-kadang kupikir para pengemudi mobil tidak tahu
apa rumput itu, atau bunga, karena mereka tak pernah melihat
rumput dan bunga lambat-lambat,” katanya. “Kalau kau
menunjukkan warna hijau yang kabur kepada seorang pengemudi,
Oh ya! katanya, itu rumput! Warna merah muda
buram? Itu kebun mawar! Warna putih buram itu rumah.
17
www.bacaan-indo.blogspot.com
Warna cokelat buram itu sapi. Pamanku pernah menyetir di
jalan tol pelan-pelan sekali. Dia menyetir dengan kecepatan
64 kilometer per jam dan mereka memenjarakannya dua hari.
Bukankah itu lucu, sekaligus menyedihkan?”
“Kau terlalu banyak berpikir,” kata Montag resah.
“Aku jarang menonton ‘tembok ruang duduk’ atau pergi
ke pacuan atau Taman Ria. Jadi, aku punya banyak waktu
untuk pikiran-pikiran tak keruan. Pernahkah kau melihat papan-papan
reklame sepanjang enam puluh meter di pedesaan
luar kota? Tahukah kau, papan-papan reklame dulu panjangnya
hanya enam meter? Tetapi mobil-mobil mulai lewat begitu
cepat sehingga mereka harus memanjangkan iklan agar
bisa dilihat lebih lama.”
“Aku baru tahu itu!” Montag tertawa mendadak.
“Berani taruhan aku tahu hal lain lagi yang kau tidak tahu.
Ada embun di rumput pada pagi hari.”
Montag tiba-tiba tak bisa mengingat apakah dia sudah mengetahui
ini atau belum, dan ini membuatnya agak jengkel.
“Dan kalau kau melihat ke sana”—Clarisse mengangguk
ke arah langit—“ada wajah orang di bulan.”
Montag sudah lama tidak memandang bulan.
Mereka terus berjalan sambil membisu, Clarisse sambil
merenung, Montag membisu kaku dan risi sambil melemparkan
pandangan-pandangan menuduh ke arah gadis itu.
Ketika mereka tiba di rumah Clarisse, semua lampu di sana
menyala terang-benderang.
“Ada apa di sana?” Montag jarang melihat begitu banyak
lampu rumah.
“Oh, cuma ayah dan ibu dan pamanku duduk-duduk,
mengobrol. Seperti menjadi pejalan kaki, hanya lebih langka.
Pamanku juga pernah ditangkap—apakah sudah kubilang—
karena menjadi pejalan kaki. Oh, kami aneh sekali.”
18
“Tetapi apa yang kalian obrolkan?”
Clarisse tertawa mendengar ini. “Selamat malam!” Dia
mulai berjalan ke arah rumahnya. Lalu dia seperti teringat sesuatu
dan kembali untuk memandang Montag dengan takjub
dan penasaran. “Apakah kau bahagia?” dia bertanya.
“Apakah aku apa?” seru Montag.
Tetapi Clarisse sudah pergi—berlari dalam sinar bulan.
Pintu depannya ditutup pelan-pelan.
* * *
“Bahagia! Omong kosong apa itu.”
Dia berhenti tertawa.
Dia memasukkan tangan ke lubang sarung tangan pintu
depannya dan membiarkan lubang itu mengenali sentuhannya.
Pintu depan membuka.
Tentu saja aku bahagia. Dikiranya apa? Bahwa aku tidak
bahagia? dia bertanya kepada ruang-ruang yang sunyi. Dia
berdiri memandangi jeruji ventilator di aula, dan tiba-tiba
teringat ada sesuatu tersembunyi di balik jeruji itu, sesuatu
yang kini seolah menatapnya. Dia cepat-cepat mengalihkan
pandangan.
Pertemuan aneh, pada malam yang aneh. Dia tak ingat
pernah mengalami hal seperti itu, kecuali suatu siang, setahun
lalu, waktu dia bertemu seorang pria tua di taman dan
mereka mengobrol...
Montag menggeleng. Dia memandang tembok yang kosong.
Wajah gadis itu ada di sana, sangat cantik dalam ingatannya:
mencengangkan, malah. Wajahnya kurus sekali, seperti
jarum jam kecil yang samar-samar terlihat di kamar gewww.bacaan-indo.blogspot.com
19
www.bacaan-indo.blogspot.com
lap pada tengah malam, ketika kau terbangun untuk melihat
jam dan jam itu menunjukkan waktu sampai ke menit dan detiknya,
dengan keheningan putih dan kemilau, penuh kepastian
dan tahu apa yang dapat dikatakannya tentang malam
yang berlalu cepat menuju kegelapan-kegelapan lebih jauh,
tetapi juga bergerak ke arah matahari yang baru.
“Apa?” tanya Montag kepada diri satunya, si dungu bawah
sadar yang sesekali berlari sambil mengoceh tidak jelas, terlepas
dari kemauan, kebiasaan, dan hati nurani.
Dia melihat tembok sekali lagi. Wajah gadis itu juga begitu
mirip cermin. Mustahil; berapa banyak orang yang kaukenal
yang membiaskan cahayamu sendiri kepadamu? Orangorang
lebih sering—dia mencari perumpamaan, menemukannya
dalam pekerjaannya—seperti obor yang berkobar sampai
padam. Seberapa jarang wajah orang-orang lain mengambil
darimu dan melemparkan kembali ekspresi wajahmu sendiri,
pikiranmu sendiri yang paling dalam dan bergetar?
Betapa kuat kemampuan identiikasi gadis itu; dia seperti
orang yang menonton pertunjukan panggung boneka dengan
penuh semangat, menebak setiap getaran kelopak mata, setiap
gerakan tangan, setiap sentilan jari, sedetik sebelum terjadi.
Berapa lama mereka berjalan bersama tadi? Tiga menit?
Lima? Namun betapa luas waktu itu tampaknya sekarang.
Betapa besar sosok gadis itu di panggung di hadapannya;
betapa besar bayangan yang diciptakannya di dinding dengan
tubuhnya yang langsing! Montag merasa kalau matanya
gatal, gadis itu mungkin akan berkedip. Dan kalau otot
rahangnya meregang tanpa kentara, gadis itu akan menguap
jauh sebelum dia sendiri menguap.
Wah, pikirnya, kalau kupikir-pikir sekarang, gadis itu seakan
sudah menungguku di sana, di jalanan, malam-malam...
20
www.bacaan-indo.blogspot.com
Dia membuka pintu kamar tidur.
Rasanya seperti memasuki kamar pualam yang dingin di
mausoleum, setelah bulan terbenam. Kegelapan total, tak sedikit
pun tampak dunia perak di luar, jendela-jendela ditutup
rapat, kamar itu seperti dunia pekuburan yang tak bisa ditembus
bunyi-bunyian kota yang luas. Kamar itu tidak kosong.
Dia mendengarkan.
Dengungan kecil selembut tarian nyamuk di udara, gumaman
elektrik seekor tawon tersembunyi, nyaman di dalam
sarang merah muda yang hangat dan istimewa. Musik
itu hampir-hampir cukup keras, sehingga dia bisa mengikuti
nadanya.
Dia merasakan senyumannya mengendur, luntur, jatuh
dan ambruk seperti kulit lemak, bagaikan sumbu sebatang lilin
fantastis yang terlalu lama menyala dan sekarang ambruk
dan padam. Kegelapan. Dia tidak bahagia. Dia tidak bahagia.
Dia mengucapkan kata-kata ini kepada diri sendiri. Dia
mengenali ini sebagai keadaan sesungguhnya. Dia memakai
kebahagiaannya seperti topeng, dan gadis itu berlari melintasi
pekarangan dengan topeng itu dan tak mungkin dia pergi
mengetuk pintu rumahnya dan memintanya kembali.
Tanpa menyalakan lampu, dia membayangkan seperti
apa rupa kamarnya. Istrinya terbaring di ranjang, tak berselimut
dan dingin, seperti mayat dipamerkan di atas penutup
makam, matanya tertuju ke langit-langit, dipancangkan oleh
benang-benang baja tak terlihat, tak tergoyahkan. Dan di telinganya,
dua Seashell kecil, radio-radio mini yang disumpalkan
erat-erat, dan samudra elektronik bunyi-bunyian, musik
dan obrolan dan musik dan obrolan masuk, masuk ke pantai
pikirannya yang tidak tidur. Kamar itu memang kosong.
Tiap malam gelombang datang dan membawa pergi istrinya
21
www.bacaan-indo.blogspot.com
dengan sapuan ombak bunyi yang besar, mengapungkannya
dengan mata terbelalak sampai pagi. Selama dua tahun terakhir,
tak satu malam pun Mildred tidak berenang di lautan
itu, tidak menyelam ke dalamnya untuk kesekian kali dengan
senang hati.
Kamar itu dingin, namun dia toh merasa tak bisa bernapas.
Dia tak ingin membuka tirai dan pintu-pintu kaca karena
dia tak ingin sinar bulan masuk. Jadi, dengan perasaan
seperti orang yang dalam sejam akan mati kekurangan udara,
dia berjalan meraba-raba ke arah ranjangnya yang terbuka,
terpisah, dan karenanya dingin.
Sedetik sebelum kakinya mengenai benda di lantai, dia sudah
tahu akan menendang benda semacam itu. Perasaannya
mirip dengan tadi, sebelum membelok di tikungan dan nyaris
menabrak jatuh gadis itu. Kakinya mengirimkan getaran
ke depan dan menerima balasan gema dari rintangan kecil di
jalannya saat kaki itu berayun. Kakinya menendang. Benda
itu berdenting sayup dan terguling minggir dalam kegelapan.
Dia berdiri amat tegak dan mendengarkan orang di ranjang
gelap di dalam malam yang sama sekali tak berbentuk.
Napas yang terembus dari lubang hidung itu begitu tipis sehingga
hanya menggetarkan tepi-tepi kehidupan yang paling
jauh, sehelai daun kecil, setangkai bulu hitam, seutas rambut.
Dia tetap tak menginginkan cahaya dari luar. Dia mengeluarkan
pemantiknya, merasakan salamander yang terukir
pada piringan peraknya, menjentiknya...
Dua batu biduri bulan menatapnya dalam cahaya api kecil
yang dipegangnya; dua batu biduri pucat yang terkubur
dalam sungai air jernih yang dialiri kehidupan dunia, tanpa
menyentuh batu-batu itu.
“Mildred!”
22
www.bacaan-indo.blogspot.com
Wajah Mildred seperti pulau berselimut salju di mana
hujan mungkin akan turun, tetapi dia tak merasakan hujan;
di mana awan-awan mungkin akan menghamparkan bayang-bayangnya
yang lewat, tetapi Mildred tak merasakan
bayangan. Hanya ada nyanyian kumbang-kumbang logam
di telinganya yang tertutup rapat, dan matanya kosong, dan
napasnya keluar-masuk dengan lembut, samar-samar, keluarmasuk
dari lubang hidungnya, dan dia tak peduli dari mana
datangnya dan ke mana perginya, dari mana datangnya dan
ke mana perginya.
Benda yang ditendangnya sampai terguling tadi sekarang
berkilauan di bawah pinggiran ranjangnya sendiri. Botol kristal
kecil berisi pil-pil tidur yang tadi pagi berisi tiga puluh
kapsul dan kini tergeletak, terbuka dan kosong dalam cahaya
api mungil itu.
Sementara dia berdiri di sana, langit di atas rumah menjerit.
Terdengar bunyi sobek yang amat dahsyat, seakan ada dua
tangan raksasa menyobek kain linen hitam sepanjang 16.000
kilometer tepat di kelimannya. Montag terbelah menjadi dua.
Dia merasa dadanya dipotong dan dipecah. Pesawat-pesawat
pengebom terbang lewat, terbang lewat, terbang lewat, satu
dua, satu dua, satu dua, ada enam, ada sembilan, ada dua belas,
satu dan satu dan satu dan satu lagi dan satu lagi dan
satu lagi, semua menjerit menggantikannya. Dia membuka
mulutnya sendiri dan membiarkan jeritan mereka turun dan
keluar dari antara gigi-giginya yang menyeringai. Rumah itu
berguncang. Api di tangannya padam. Batu-batu biduri bulan
itu lenyap. Dia merasa tangannya menyambar telepon.
Pesawat-pesawat itu sudah lenyap. Dia merasa bibirnya
bergerak, menggeser corong telepon. “Rumah sakit darurat.”
Bisikan yang mengerikan.
23
Dia merasa bintang-bintang diremukkan oleh bunyi pesawat-pesawat
hitam tadi dan pagi nanti, bumi akan diselimuti
debu mereka seperti salju yang janggal. Itulah pikirannya
yang dungu sementara dia berdiri gemetaran di tengah kegelapan,
membiarkan bibirnya terus bergerak dan bergerak.
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
Mereka membawa sebuah mesin. Mereka membawa dua mesin,
sebenarnya. Salah satu meluncur masuk ke dalam perutmu
seperti ular kobra hitam meluncur masuk ke dalam sumur
gema, mencari semua air tua dan waktu tua yang terkumpul
di sana. Mesin itu menenggak habis bahan hijau yang mengalir
ke permukaan sambil lambat-lambat mendidih. Apakah
mesin itu meminum kegelapan? Apakah dia menyedot semua
racun yang terkumpul tahun demi tahun? Mesin itu makan
dalam keheningan, sesekali mengeluarkan bunyi seperti tercekik
di dalamnya dan mencari-cari tanpa melihat. Mesin itu
punya Mata. Operator mesin yang dingin dapat melihat ke
dalam jiwa orang yang sedang dipompanya dengan memakai
helm optik khusus. Apa yang dilihat Mata? Dia tak menjelaskan.
Dia melihat tetapi tidak melihat apa yang dilihat Mata.
Seluruh prosedur itu agak mirip dengan menggali parit di pekarangan
rumah sendiri. Wanita di ranjang itu tak lebih dari
lapisan keras batu pualam yang mereka capai setelah menggali.
Terus saja, tapi, sodok ke dalam si bodoh itu, sedot kekosongannya,
kalau kekosongan seperti itu bisa dikeluarkan dalam
denyut ular penyedot. Operator berdiri sambil merokok.
Mesin satunya juga bekerja.
Mesin satunya, dijalankan orang yang sama dinginnya,
24
www.bacaan-indo.blogspot.com
yang mengenakan celana terusan antinoda berwarna cokelat
kemerahan. Mesin ini memompa semua darah dari tubuh dan
menggantinya dengan darah baru dan serum.
“Dua-duanya harus dibersihkan,” kata operator sambil
berdiri memandangi wanita yang tak bersuara itu. “Percuma
mencuci perut kalau tidak mencuci darahnya juga. Kalau obat
itu dibiarkan di dalam darah dan darah masuk ke otak seperti
palu, dor, beberapa ribu kali, otak pasti menyerah dan mati
begitu saja.”
“Hentikan!” kata Montag.
“Aku cuma menjelaskan,” kata operator.
“Kau sudah selesai?” tanya Montag.
Mereka menutup kedua mesin itu rapat-rapat. “Selesai.”
Amarah Montag bahkan tak menyentuh mereka. Mereka
berdiri dengan asap rokok meliuk-liuk di sekitar hidung, memasuki
mata tanpa membuat mereka mengedip atau memicing.
“Lima puluh dolar.”
“Pertama-tama, bagaimana kalau kalian beritahu aku apakah
dia akan baik-baik saja?”
“Tentu, dia akan baik-baik saja. Kami sudah memasukkan
semua bahan berbahaya ke dalam koper kami, tidak akan
menyakitinya lagi sekarang. Seperti kubilang tadi, keluarkan
saja yang lama, ganti dengan yang baru, beres sudah.”
“Kalian bukan dokter. Kenapa mereka tidak mengirimkan
dokter dari Unit Gawat Darurat?”
“Ampun!” Rokok operator bergerak di bibirnya. “Kami
mendapatkan sembilan atau sepuluh kasus seperti ini tiap
malam. Begitu banyak sehingga beberapa tahun lalu, kami
mulai membuat mesin-mesin khusus. Dengan lensa optik,
tentu saja, itu yang baru; sisanya sudah kuno. Kau tidak memerlukan
dokter untuk kasus seperti ini; kau hanya perlu dua
25
www.bacaan-indo.blogspot.com
tukang, dan masalah bisa beres dalam setengah jam saja. Dengar”—dia
beranjak ke pintu—“kami harus pergi. Baru ada
telepon masuk dari radio mini. Sepuluh blok dari sini. Hubungi
kami kalau kau memerlukan kami lagi. Jaga agar dia tetap
tenang. Kami sudah memberinya kontrasedatif. Dia akan
bangun dengan perasaan lapar. Selamat tinggal.”
Dan dua pria dengan rokok terselip di mulut mereka yang
lurus itu, dua pria dengan mata seperti mata ular berbisa,
mengambil mesin dan slang mereka, kotak berisi kesedihan
cair dan lumpur kental hitam tak bernama, dan berjalan keluar
dengan santai.
Montag terenyak di kursi dan memandang wanita ini.
Matanya terpejam sekarang, dengan lembut, dan Montag
mengulurkan tangan untuk merasakan kehangatan napas di
telapak tangannya.
“Mildred,” katanya akhirnya.
Kita terlalu banyak, pikirnya. Jumlah kita miliaran dan
itu terlalu banyak. Tak ada yang mengenal siapa pun. Orangorang
tak dikenal datang dan menyerangmu. Orang-orang
tak dikenal datang dan mengeluarkan jantungmu. Orangorang
tak dikenal datang dan mengambil darahmu. Ya Tuhan,
siapa orang-orang itu tadi? Seumur hidupku aku belum
pernah melihat mereka!
Setengah jam berlalu.
Aliran darah di dalam wanita ini baru, dan tampaknya
menghasilkan sesuatu yang baru dalam dirinya. Pipinya
amat merah muda dan bibirnya amat segar dan penuh warna,
tampak lembut dan tenang. Darah orang lain di sana. Andai
daging dan otak dan ingatan orang lain. Andai mereka juga
bisa membawa pikiran Mildred ke tempat cuci dan mengosongkan
saku-sakunya dan menguapi dan membersihkannya
26
www.bacaan-indo.blogspot.com
dan membentuknya ulang dan mengembalikannya pada pagi
hari. Andai saja...
Dia berdiri dan menyibakkan tirai, membuka jendelajendela
lebar-lebar agar hawa malam bisa masuk. Sudah pukul
dua pagi. Apakah baru sejam yang lalu, Clarisse McClellan
di jalanan, dan dia masuk, kamar yang gelap dan kakinya
menendang botol kristal kecil itu? Hanya satu jam, tetapi
kata itu sudah meleleh dan muncul kembali dalam bentuk
baru dan tak berwarna.
Gelak tawa berembus melintasi halaman yang berwarna
bulan dari rumah Clarisse dan ayahnya, ibunya, dan pamannya
yang tersenyum begitu tenang dan serius. Yang terutama,
tawa mereka santai dan penuh perasaan dan sama sekali
tidak dipaksakan, datang dari rumah yang terang-benderang
meski sudah begini larut, sementara rumah-rumah lain menutup
diri dalam kegelapan. Montag mendengar suara-suara
mengobrol, mengobrol, mengobrol, memberi, mengobrol,
menenun, menenun ulang jaring mereka yang seperti menghipnotis.
Montag keluar dari pintu-pintu kaca dan melintasi halaman
tanpa berpikir sedikit pun. Dia berdiri di luar rumah
yang sedang mengobrol itu, di dalam bayang-bayang, berpikir
bahwa dia mungkin akan mengetuk pintu mereka dan
berbisik, “Biarkan aku masuk. Aku tidak akan mengatakan
apa-apa. Aku hanya ingin mendengarkan. Apa yang kalian
katakan?”
Tetapi dia hanya berdiri di sana, sangat kedinginan, wajahnya
bagaikan topeng es, mendengarkan suara seorang pria
(pamannya?) yang meluncur santai,
“Yah, bagaimanapun, ini zaman tisu sekali pakai. Buang
ingusmu pada seseorang, gumpal tisunya, buang di toilet, am-
27
bil tisu lagi, buang ingus, gumpal, buang. Semua orang memanfaatkan
orang lain. Bagaimana mungkin kau bisa mendukung
tim sendiri kalau kau bahkan tidak punya susunan
acaranya atau tahu nama-nama mereka? Ditambah lagi, kaus
warna apa yang mereka pakai sewaktu berlari keluar ke lapangan?”
Montag kembali ke rumahnya sendiri, membiarkan jendela
terbuka lebar, memeriksa Mildred, menyelimutnya dengan
hati-hati, lalu berbaring dengan sinar bulan di tulang pipi dan
di kerut-kerut keningnya, dengan sinar bulan disaring di setiap
matanya untuk membentuk katarak perak di sana.
Satu tetes air hujan. Clarisse. Satu tetes lagi. Mildred. Tetes
ketiga. Paman. Keempat. Api malam ini. Satu, Clarisse.
Dua, Mildred. Tiga, paman. Empat, lima. Satu, Mildred, dua,
Clarisse. Satu, dua tiga, empat, lima, Clarisse, Mildred, paman,
api, obat tidur, pria-pria, tisu sekali pakai, memanfaatkan,
buang ingus, gumpal, buang, Clarisse, Mildred, paman,
api, pil, tisu, buang ingus, gumpal, buang. Satu, dua, tiga,
satu, dua, tiga! Hujan. Badai. Paman tertawa. Halilintar jatuh
di bawah. Seluruh dunia berhamburan turun. Api berkobar
naik dalam gunung berapi. Segala sesuatu tercurah turun
dalam semprotan yang meraung dan aliran yang menyungai
menuju pagi.
“Aku tidak tahu apa-apa lagi,” katanya, dan membiarkan
sebutir pil tidur larut di lidahnya.
www.bacaan-indo.blogspot.com
* * *
Pukul sembilan pagi, ranjang Mildred kosong.
Montag cepat-cepat berdiri, jantungnya berdebar keras, dia
berlari di lorong dan berhenti di pintu dapur.
28
www.bacaan-indo.blogspot.com
Roti melompat keluar dari pemanggang perak, diraih oleh
sebuah tangan logam seperti laba-laba yang lantas menyiraminya
dengan mentega leleh.
Mildred memandangi roti panggang itu diantar ke piringnya.
Kedua telinganya disumpal kumbang elektronik yang terus
mendengung. Mendadak dia mendongak, melihat Montag,
dan mengangguk.
“Kau tidak apa-apa?” tanya Montag.
Mildred sudah ahli membaca bibir setelah sepuluh tahun
berlatih dengan radio mini Seashell-nya. Dia mengangguk
lagi. Dia menyetel pemanggang agar mulai memanggang seiris
roti lagi.
Montag duduk.
Istrinya berkata, “Aku tidak tahu kenapa aku begini lapar.”
“Kau…“
“Aku lapar.”
“Tadi malam,” Montag mulai bercerita.
“Tidurku tidak nyenyak. Badanku sangat tidak enak
sekarang,” kata Mildred. “Ya ampun, aku lapar. Aku tidak
mengerti.”
“Tadi malam…,“ Montag mencoba lagi.
Mildred mengamati bibir Montag dengan santai. “Kenapa
tadi malam?”
“Apa kau tidak ingat?”
“Apa? Apakah kita pesta gila-gilaan atau semacamnya?
Aku seperti pusing karena mabuk. Ya ampun, aku lapar. Ada
siapa di sini tadi malam?”
“Beberapa orang,” jawab Montag.
“Sudah kuduga.” Mildred mengunyah rotinya. “Perutku
pegal-pegal, tapi aku lapar bukan main. Kuharap aku tidak
melakukan hal-hal bodoh di pesta semalam.”
29
“Tidak,” jawab Montag lirih.
Pemanggang mengulurkan seiris roti bersalut mentega dengan
tangan seperti laba-laba. Montag memegangnya, merasa
wajib memakannya.
“Kau sendiri tampak kurang sehat,” ujar istrinya.
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
Menjelang sore, hujan turun dan seluruh dunia gelap dan kelabu.
Montag berdiri di aula rumahnya, mengenakan lencananya
yang dihiasi salamander oranye berkobar. Dia berdiri
lama sekali, memandangi lubang pendingin udara di aula. Di
ruang TV, istrinya berhenti cukup lama dari membaca naskahnya
dan menoleh. “Hei,” katanya. “Dia sedang berpikir!”
“Ya,” kata Montag. “Aku ingin bicara denganmu.” Dia
diam sebentar. “Kau meminum habis semua pil di botolmu
tadi malam.”
“Oh, tidak mungkin,” sahut Mildred, terkejut.
“Botolnya kosong.”
“Tidak mungkin aku melakukan itu. Untuk apa aku melakukannya?”
tukas Mildred.
“Mungkin kau minum dua pil, lalu lupa dan meminum
dua lagi, dan lupa lagi dan minum dua lagi, dan begitu teler
sehingga kau terus minum sampai akhirnya kau menelan tiga
puluh atau empat puluh.”
“Gila,” kata Mildred. “Untuk apa aku melakukan hal
yang begitu konyol?”
“Entah,” jawab Montag.
Jelas Mildred sedang menunggunya pergi. “Aku tidak berbuat
begitu,” katanya. “Tidak akan pernah.”
30
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Baiklah, kalau begitu katamu,” kata Montag.
“Memang begitu kataku.” Mildred kembali membaca naskahnya.
“Ada apa siang ini?” tanya Montag dengan letih.
Mildred tidak menoleh lagi dari naskahnya. “Yah, ada
sandiwara yang akan ditayangkan di TV tembok sepuluh
menit lagi. Mereka mengirimkan naskah peranku tadi pagi.
Aku mengirimkan beberapa tutup kotak. Mereka menulis
skenario dengan satu peran dihilangkan. Ini ide baru. Sang
ibu rumah tangga, yaitu aku, itulah peran yang dihilangkan.
Ketika tiba di bagian dialog-dialog yang tidak ada, mereka
semua memandangku dari ketiga tembok itu dan aku membacakan
dialognya. Di sini, misalnya, orang ini berkata, ‘Apa
pendapatmu tentang gagasan ini, Helen?’ Dan dia memandangku
yang duduk di tengah panggung di sini, lihat? Dan
aku berkata, aku berkata…“ Dia berhenti dan menelusuri satu
baris dalam naskah dengan jarinya. “’Menurutku bagus!’ Lalu
mereka melanjutkan sandiwara sampai dia berkata, ‘Setujukah
kau dengan itu, Helen?’ dan aku berkata, ‘Tentu saja!’
Asyik, ya, Guy?”
Montag berdiri di aula sambil menatapnya.
“Benar-benar asyik,” kata Mildred.
“Tentang apa sandiwara ini?”
“Baru saja kubilang, kan. Ada orang-orang bernama Bob
dan Ruth dan Helen.”
“Oh.”
“Seru sekali. Akan lebih seru lagi kalau kita sudah punya
uang untuk memasang televisi di tembok keempat. Menurutmu
berapa lama lagi kita harus menabung agar bisa menjebol
tembok keempat dan memasang TV tembok keempat? Harganya
hanya dua ribu dolar.”
31
“Itu sepertiga gajiku setahun.”
“Hanya dua ribu dolar,” sahut Mildred. “Dan seharusnya
kau sekali-sekali memikirkan aku. Kalau kita punya tembok
keempat, kamar ini tidak akan terasa seperti kamar kita, tetapi
kamar bermacam-macam orang yang eksotis. Kita bisa
menghemat dalam beberapa hal.”
“Sekarang pun kita sudah menghemat dalam beberapa hal
untuk membayar tembok ketiga. Baru dua bulan lalu dipasang,
ingat?”
“Masa baru dua bulan, ya?” Mildred duduk memandangnya
agak lama. “Yah, sampai nanti, Sayang.”
“Sampai nanti,” kata Montag. Dia berhenti dan berbalik.
“Apakah akhir ceritanya bahagia?”
“Aku belum membaca sejauh itu.”
Montag menghampirinya, membaca halaman terakhir,
mengangguk, melipat naskah dan menyodorkannya kembali
kepada Mildred. Dia berjalan keluar dari rumah, ke dalam
hujan.
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
Hujan mulai menipis dan gadis itu sedang berjalan di tengahtengah
trotoar dengan kepala terdongak, hujan yang masih
tersisa menetes-netes ke wajahnya. Dia tersenyum ketika melihat
Montag.
“Halo!”
Montag membalas seruannya, lalu berkata, “Sedang apa
kau sekarang?”
“Aku masih gila. Hujan rasanya enak. Aku senang sekali
berjalan dalam hujan.”
32
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Kurasa aku tidak mungkin suka,” kata Montag.
“Kalau kaucoba, mungkin saja kau suka.”
“Aku belum pernah mencobanya.”
Clarisse menjilat bibirnya. “Hujan bahkan enak rasanya.”
“Apa yang kaulakukan, berkeliaran mencicipi segala sesuatu?”
tanya Montag.
“Kadang-kadang dua kali.” Dia memandangi sesuatu di
tangannya.
“Ada apa di tanganmu?” tanya Montag.
“Kurasa ini bunga dandelion terakhir tahun ini. Aku tak
menyangka akan menemukannya di halaman pada bulan ini.
Pernahkah kau mendengar bahwa dandelion harus diusapkan
ke dagu? Lihat.” Dia menyentuh dagunya dengan bunga itu
sambil tertawa.
“Kenapa?”
“Kalau warnanya luntur ke wajahku, berarti ada orang
yang kucintai. Luntur, tidak?”
Montag mau tak mau mengamatinya.
“Bagaimana?” tanya Clarisse.
“Dagumu kuning.”
“Bagus! Ayo kita coba kau sekarang.”
“Tidak mungkin bisa denganku.”
“Ini.” Sebelum Montag bisa bergerak, Clarisse sudah menempelkan
bunga dandelion itu ke dagunya. Montag mundur
dan Clarisse tertawa. “Jangan bergerak!”
Dia melihat ke bawah dagu Montag dan mengerutkan kening.
“Bagaimana?” tanya Montag.
“Sayang sekali,” kata gadis itu. “Kau tidak mencintai
siapa-siapa.”
“Ada, kok!”
33
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Tidak kelihatan.”
“Ada orang yang sangat, sangat kucintai!” Montag berusaha
membayangkan wajah yang sesuai dengan kata-kata ini,
tetapi tidak ada. “Sungguh!”
“Oh, tolong jangan memasang tampang begitu.”
“Gara-gara dandelion itu,” tukas Montag. “Kau menghabiskannya
di dagumu sendiri tadi. Karena itulah tidak ada
sisanya lagi untukku.”
“Tentu saja, pasti karena itu. Oh, kau jadi marah, aku bisa
melihatnya; maaf, aku sungguh minta maaf.” Dia menyentuh
siku Montag.
“Tidak, tidak,” sahut Montag cepat. “Aku tidak apa-apa.”
“Aku harus pergi, jadi katakan kau memaafkan aku, aku
tidak ingin kau marah padaku.”
“Aku tidak marah. Kesal, ya.”
“Aku harus menemui psikiaterku sekarang. Mereka memaksaku
ke psikiater. Aku mengarang-ngarang omongan.
Aku tidak tahu pendapatnya tentang diriku. Katanya aku
misterius, seperti bawang bombay! Aku membuatnya sibuk
mengupas lapis demi lapis.”
“Aku cenderung percaya kau memerlukan psikiater,” kata
Montag.
“Kau tidak serius.”
Montag menarik napas, mengembuskannya, dan akhirnya
berkata, “Tidak, aku tidak bersungguh-sungguh.”
“Psikiater itu ingin tahu mengapa aku pergi berjalan-jalan
di hutan-hutan dan mengamati burung dan mengoleksi kupukupu.
Suatu hari akan kutunjukkan koleksiku.”
“Bagus.”
“Mereka ingin tahu, apa saja yang kulakukan untuk mengisi
waktu. Kukatakan kadang-kadang aku hanya duduk dan ber-
34
www.bacaan-indo.blogspot.com
pikir. Tapi aku tidak akan memberitahu mereka apa yang kupikirkan.
Aku sengaja membuat mereka bingung. Dan kadangkadang,
kubilang pada mereka, aku suka mendongak, seperti
ini, dan membiarkan hujan jatuh ke dalam mulutku. Rasanya
persis seperti anggur. Apakah kau pernah mencobanya?”
“Tidak, aku…“
“Kau sudah memaafkan aku, kan?”
“Ya.” Montag memikirkannya. “Ya, sudah. Entah kenapa.
Kau ini aneh, kau menjengkelkan, tetapi mudah dimaafkan.
Katamu umurmu tujuh belas?’
“Yah—bulan depan.”
“Aneh. Aneh sekali. Padahal istriku berumur tiga puluh
tahun, tapi kadang-kadang kau tampak jauh lebih tua. Aku
tak bisa berhenti memikirkannya.”
“Kau sendiri juga aneh, Mr. Montag. Kadang-kadang aku
bahkan lupa kau ini petugas kebakaran. Sekarang, bolehkah
aku membuatmu marah lagi?”
“Silakan.”
“Bagaimana awalnya? Bagaimana kau mulai bekerja sebagai
petugas kebakaran? Bagaimana kau memilih pekerjaanmu
dan bagaimana kau memutuskan untuk mengambil pekerjaan
ini? Kau tidak seperti yang lain. Aku pernah melihat beberapa;
aku tahu. Waktu aku berbicara, kau memandangku. Waktu
aku mengatakan sesuatu tentang bulan tadi malam, kau
memandang bulan. Yang lainnya tidak pernah begitu. Yang
lainnya berjalan pergi dan meninggalkan aku mengoceh sendirian.
Atau mengancamku. Tidak ada lagi yang punya waktu
untuk orang lain. Kau satu dari sedikit orang yang mau
bersabar menanggapiku. Karena itulah aku berpikir, aneh sekali
kau ini petugas kebakaran, rasanya entah kenapa pekerjaan
itu tidak cocok untukmu.”
35
Montag merasa tubuhnya terbagi sendiri menjadi panas
dan dingin, lunak dan keras, gemetaran dan tidak gemetaran,
dua bagian yang saling menggilas.
“Sebaiknya kau cepat-cepat pergi,” katanya.
Maka Clarisse pun berlari dari situ dan meninggalkannya
berdiri di tengah hujan. Setelah lama sekali, barulah dia bergerak.
Kemudian, lambat-lambat sekali, sembari berjalan, Montag
mendongak di tengah hujan, selama beberapa detik, dan
membuka mulutnya...
* * *
Anjing Robot Pemburu tidur tetapi tidak tidur, hidup tetapi
tidak hidup di dalam kandangnya yang mendengung lembut,
bergetar lembut, dan diterangi dengan lembut di sudut markas
yang gelap. Cahaya remang-remang pukul satu pagi, sinar
bulan dari langit terbuka yang dibingkai jendela besar, di
sana-sini menyentuh bagian kuningan dan tembaga dan baja
pada anjing yang samar-samar bergetar itu. Cahaya berpijar
pada potongan-potongan kaca mirah dan rambut-rambut
kapiler yang sensitif di lubang hidungnya yang dilapisi bulu
nilon yang bergetar lembut, lembut, kedelapan kakinya menebar
di bawahnya dengan tapak-tapak berlapis karet.
Montag meluncur menuruni tiang kuningan. Dia keluar
untuk memandangi kota dan awan-awan yang sudah menyingkir,
dan dia menyalakan rokok, dan kembali untuk
membungkuk dan memandangi si Pemburu. Anjing itu seperti
lebah raksasa yang pulang dari suatu ladang di mana
madunya penuh dengan keliaran beracun, kegilaan dan mimwww.bacaan-indo.blogspot.com
36
www.bacaan-indo.blogspot.com
pi buruk, tubuhnya dijejali nektar yang terlalu pekat dan sekarang
sedang tidur untuk menghabiskan kejahatan dari dalam
dirinya.
“Halo,” bisik Montag, seperti biasa terpesona melihat
makhluk yang mati itu, makhluk yang hidup itu.
Pada malam-malam membosankan, yaitu setiap malam,
para petugas meluncur menuruni tiang-tiang kuningan, menyetel
kombinasi angka pada sistem penciuman si Pemburu,
dan melepaskan tikus-tikus di beranda lantai bawah tanah
markas, atau kadang-kadang ayam, kadang-kadang kucing
yang memang harus ditenggelamkan, dan mereka mulai bertaruh,
kucing atau ayam atau tikus mana yang akan ditangkap
dulu oleh si Pemburu. Binatang-binatang itu dilepaskan.
Tiga detik kemudian, permainan selesai, tikus, kucing, atau
ayam yang ditangkap di tengah-tengah beranda lantai bawah
tanah, dicengkeram dalam tapak-tapak lembut sementara jarum
baja berongga sepanjang sepuluh sentimeter menghunjam
dari moncong si Pemburu untuk menyuntikkan morin
atau procaine * berdosis amat besar. Pion kemudian dilempar
ke dalam mesin pembakar. Permainan baru pun dimulai.
Selama ini berlangsung, biasanya Montag menunggu di
lantai atas. Dua tahun lalu, dia masih ikut bertaruh dengan para
petugas lain, dan kalah sehingga ludeslah gajinya seminggu
dan harus berhadapan dengan kemarahan Mildred yang tidak
masuk akal, yang menyembur ke luar lewat pembuluh darah
dan bercak-bercak di kulit. Tetapi sekarang tiap malam dia
berbaring di ranjang susunnya dengan wajah menghadap
ke tembok, mendengarkan gelak tawa terbahak-bahak di
bawah dan derap kaki tikus besar yang berlari terbirit-birit
*
Obat bius lokal.
37
www.bacaan-indo.blogspot.com
seperti senar piano, tikus-tikus kecil yang memekik seperti
biola, dan bayang-bayang besar, gerakan bisu si Pemburu
yang melompat seperti ngengat dalam cahaya menyilaukan,
menemukan dan memegang korbannya, menusukkan jarum
dan kembali ke kandangnya untuk mati, seakan-akan ada
tombol yang diputar.
Montag menyentuh berangusnya.
Si Pemburu menggeram.
Montag meloncat mundur.
Si Pemburu separo berdiri di dalam kandangnya, memandangnya
dengan lampu neon hijau-biru berpijar di dalam
bohlam matanya yang tiba-tiba aktif. Dia menggeram lagi,
bunyi serak aneh yang merupakan kombinasi desis listrik,
bunyi menggoreng, gesekan logam, putaran gigi roda berkarat
dan tua, dipenuhi kecurigaan.
“Jangan, jangan, Nak,” kata Montag dengan jantung berdebar.
Dia melihat jarum perak itu memanjang dua sentimeter
di udara, ditarik, memanjang, ditarik. Geraman mendidih di
dalam binatang itu, dan dia menatap Montag.
Montag mundur. Si Pemburu maju selangkah dari kandangnya.
Montag mencengkeram tiang kuningan dengan
satu tangan. Tiang itu bereaksi dan meluncur naik, membawanya
menembus langit-langit tanpa bersuara. Montag turun
di beranda lantai atas yang hanya diterangi sebagian. Dia
gemetaran dan wajahnya hijau-putih. Di bawah, si Pemburu
sudah berbaring lagi di kedelapan kaki serangganya yang luar
biasa dan berdengung lagi kepada diri sendiri, matanya yang
bersisi banyak tampak tenteram.
Montag berdiri di sebelah lubang turun, membiarkan ketakutannya
berlalu. Di belakangnya, keempat pria yang duduk
mengelilingi meja permainan kartu di bawah lampu ber-
38
www.bacaan-indo.blogspot.com
tudung hijau di sudut memandangnya sekilas, namun tidak
mengatakan apa-apa. Hanya pria yang memakai topi Kapten
dan lambang Burung Api di topinya, akhirnya berbicara dari
seberang ruangan panjang itu, dengan rasa penasaran, dan
kartu-kartu di tangannya yang kurus,
“Montag...?”
“Dia tidak menyukai aku,” kata Montag.
“Apa, si Pemburu?” Kapten mengamati kartu-kartunya.
“Jangan dipikirkan. Dia tidak bisa menyukai atau tidak menyukai
orang. Dia hanya ‘berfungsi.’ Seperti pelajaran balistik.
Dia memiliki trajektori yang kita pilihkan untuknya. Dia
mengikuti instruksi itu. Dia menargetkan dirinya sendiri,
menangkap dirinya sendiri, lalu padam. Dia hanya terdiri
atas kabel tembaga, baterai penyimpanan, dan arus listrik.”
Montag menelan ludah. “Kalkulator-kalkulatornya bisa
disetel dengan kombinasi apa saja, asam amino sekian banyak,
belerang sekian banyak, lemak mentega dan alkali sekian
banyak. Betul?”
“Kita tahu semua itu.”
“Seluruh keseimbangan kimiawi dan persentase pada kita
semua di rumah ini direkam dalam arsip induk di bawah.
Mudah saja untuk menyetel kombinasi sebagian pada ‘ingatan’
si Pemburu, sedikit asam amino, mungkin. Itu bisa menjelaskan
apa yang baru saja dilakukan binatang itu. Bereaksi
terhadapku.”
“Wah,” kata Kapten.
“Jengkel, tapi tidak benar-benar marah. Hanya cukup
‘ingatan’ yang dipasang di dalamnya oleh seseorang, sehingga
dia menggeram waktu aku menyentuhnya.”
“Siapa yang mau berbuat seperti itu?” tanya Kapten. “Kau
tidak punya musuh di sini, Guy.”
39
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Setahuku tidak.”
“Akan kita suruh para teknisi memeriksa si Pemburu besok.”
“Ini bukan pertama kali dia mengancamku,” kata Montag.
“Bulan lalu terjadi dua kali.”
“Akan kita perbaiki. Jangan khawatir.”
Tetapi Montag tidak bergerak dan hanya berdiri sambil
memikirkan jeruji ventilator di aula di rumah, dan apa yang
ada di balik jeruji itu. Kalau seseorang di pangkalan ini tahu
tentang ventilator itu, mungkinkah mereka ‘memberitahu’ si
Pemburu...?
Kapten berjalan ke lubang turun dan memandang Montag
dengan tatapan bertanya.
“Aku hanya sedang berpikir-pikir,” kata Montag, “apa
yang dipikirkan si Pemburu di bawah sana tiap malam? Apakah
dia benar-benar mulai hidup terhadap kita, benarkah?
Aku jadi ngeri memikirkannya.”
“Dia tidak memikirkan apa-apa kalau kita tidak menyuruhnya
berpikir.”
“Itu menyedihkan,” kata Montag lirih, “sebab satu-satunya
yang kita isikan ke dalamnya adalah berburu, menemukan,
dan membunuh. Sayang sekali kalau hanya itu yang diketahuinya.”
Beatty mendengus lembut. “Ah! Dia karya mutakhir, senapan
canggih yang bisa mencari sasaran sendiri dan selalu
menjamin bidikan tepat.”
“Karena itulah,” ujar Montag, “aku tidak ingin menjadi
korbannya yang berikut.”
“Kenapa? Apakah ada yang mengganggu hati nuranimu?”
Montag memandangnya sekilas.
Beatty berdiri di sana, memandang tenang dengan matanya,
sementara mulutnya membuka dan mulai tertawa, amat lirih.
40
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
Satu dua tiga empat lima enam tujuh hari. Dan tujuh kali
juga dia keluar dari rumah dan Clarisse ada di suatu tempat
di dunia. Sekali dia melihat gadis itu mengguncang-guncang
sebatang pohon walnut, sekali dia melihatnya duduk di halaman
sambil merajut sweter biru, tiga atau empat kali dia menemukan
satu buket bunga yang masih tumbuh di penghujung
musim di berandanya, atau kacang berangan sekantong
kecil, atau daun-daun musim gugur yang disematkan rapi di
selembar kertas putih dan ditancapkan dengan paku payung
ke pintunya. Setiap hari Clarisse menemaninya berjalan ke
tikungan. Kadang hujan turun, kadang cuaca cerah, kadang
angin bertiup kencang, kadang cuaca hangat dan tenang,
dan kadang pula setelah cuaca hangat, udara panas seperti di
tungku pada musim panas, Clarisse dan wajahnya sudah terpanggang
matahari sebelum sore.
“Mengapa,” ujar Montag, suatu kali, di pintu masuk ke kereta
bawah tanah, “aku merasa seperti sudah bertahun-tahun
mengenalmu?”
“Karena aku menyukaimu,” sahut Clarisse, “dan aku tidak
menginginkan apa-apa darimu. Dan karena kita saling
kenal.”
“Kau membuatku merasa sangat tua, seperti seorang
ayah.”
“Sekarang jelaskan,” kata Clarisse, “mengapa kau tidak
punya anak perempuan seperti aku, kalau kau begitu menyayangi
anak-anak?”
“Entah.”
“Kau bercanda!”
41
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Maksudku…“ Dia berhenti dan menggeleng. “Yah, istriku,
dia... dia tidak pernah menginginkan anak sama sekali.”
Gadis itu berhenti tersenyum. “Maafkan aku. Aku benarbenar
menyangka kau sedang mengolokku tadi. Aku bodoh.”
“Tidak, tidak,” ujar Montag. “Pertanyaanmu bagus. Sudah
lama sekali tidak ada yang cukup peduli untuk bertanya.
Pertanyaan bagus.”
“Kita bicara hal lain saja. Pernahkah kau mencium bau
daun-daun tua? Baunya seperti kayu manis, ya? Ini. Ciumlah.”
“Wah, benar juga, memang agak seperti kayu manis.”
Clarisse memandangnya dengan mata hitam dan bening.
“Kau selalu tampak kaget.”
“Aku hanya tidak pernah sempat…“
“Apakah kau melihat papan-papan reklame yang memanjang
itu, seperti yang kubilang?”
“Kurasa. Ya.” Dia terpaksa tertawa.
“Tawamu terdengar jauh lebih menyenangkan daripada
dulu.”
“Benarkah?”
“Jauh lebih ringan.”
Montag merasa santai dan nyaman. “Kenapa kau tidak di
sekolah? Tiap hari aku melihatmu berkeliaran saja.”
“Oh, mereka tidak mencariku,” katanya. “Aku antisosial,
kata mereka. Aku tidak bergaul. Aneh sekali. Aku sangat
bergaul. Semua tergantung pada apa yang kaumaksud dengan
‘bergaul,’ ya kan? Bagiku bergaul itu artinya mengobrol denganmu
tentang hal-hal seperti ini.” Dia mengguncangkan
beberapa kacang berangan yang jatuh dari pohon di halaman
depan. “Atau mengobrol tentang betapa anehnya dunia ini.
Berkumpul dengan orang banyak memang menyenangkan.
Tetapi menurutku bukan bergaul namanya kalau mengum-
42
www.bacaan-indo.blogspot.com
pulkan orang, lalu tidak membiarkan mereka berbicara, ya
kan? Satu jam kelas TV, satu jam basket atau bisbol atau
berlari, satu jam lagi sejarah transkripsi atau melukis, dan
olahraga lagi, tetapi tahukah kau, kita tidak pernah bertanya,
atau setidaknya sebagian besar tidak pernah bertanya; mereka
sekadar menyodorkan semua jawabannya kepadamu, ting,
ting, ting, dan kita duduk saja selama empat jam lagi, mendengarkan
guru ilm. Bagiku itu sama sekali bukan bergaul.
Itu cuma corong yang dituangi banyak air, lalu air itu keluar
dari bawahnya, dan mereka berkata kepada kita itu anggur,
padahal bukan. Mereka membuat kita begitu kecapekan pada
akhir hari, sehingga kita tidak bisa apa-apa lagi selain tidur
atau pergi ke Taman Ria untuk merundungi orang-orang,
memecahkan kaca-kaca jendela di tempat Pemecah Jendela,
atau merusak mobil di tempat Perusak Mobil dengan bola
baja besar itu. Atau keluar naik mobil dan balapan di jalanjalan,
mencoba melihat mereka bisa sampai sedekat apa ke
tiang-tiang lampu, saling menantang siapa yang berani paling
dekat. Kurasa memang benar semua perkataan mereka tentang
aku. Aku tidak punya teman. Rupanya itu membuktikan
aku abnormal. Tetapi semua orang yang kukenal kalau tidak
berteriak-teriak, ya menari-nari seperti orang liar atau saling
memukuli. Apakah kau pernah melihat betapa orang-orang
saling melukai belakangan ini?”
“Kau kedengaran amat sangat tua.”
“Kadang-kadang aku tua renta. Aku takut pada anak-anak
seumurku. Mereka saling membunuh. Apakah dulu selalu begitu
juga? Kata pamanku tidak. Tahun lalu saja, enam temanku
tertembak. Sepuluh orang tewas dalam kecelakaan mobil.
Aku takut pada mereka dan mereka tidak suka padaku karena
aku takut. Kata pamanku, kakekku masih ingat waktu anak-
43
www.bacaan-indo.blogspot.com
anak tidak saling membunuh. Tapi itu sudah lama sekali, ketika
dunia ini berbeda. Mereka percaya akan tanggung jawab,
kata pamanku. Tahukah kau, aku ini bertanggung jawab. Aku
dipukul kalau perlu dihukum, bertahun-tahun lalu. Dan aku
yang berbelanja keperluan rumah dan membersihkan rumah
dengan tangan.
“Tetapi yang paling penting,” katanya, “aku suka mengamati
orang. Kadang-kadang aku naik kereta bawah tanah
sepanjang hari, memandangi mereka dan mendengarkan mereka.
Aku hanya ingin mencari tahu siapa mereka dan apa
yang mereka inginkan dan ke mana mereka mau pergi. Kadang-kadang
aku bahkan pergi ke Taman Ria dan naik mobil-mobil
jet yang berpacu di pinggir kota saat tengah malam,
dan polisi tidak peduli asalkan mobil-mobil itu diasuransikan.
Asal semua orang punya bertumpuk-tumpuk asuransi,
semua orang senang. Kadang-kadang aku mengendap-endap
dan mendengarkan di kereta-kereta bawah tanah. Atau aku
mendengarkan di mesin minuman soda, dan kau tahu tidak?”
“Apa?”
“Orang-orang tidak membicarakan apa-apa.”
“Oh, pasti ada yang mereka bicarakan!”
“Bukan sama sekali tidak ada. Mereka menyebut banyak
mobil atau baju atau kolam renang, biasanya, dan berkata…
alangkah bagusnya! Tetapi mereka semua mengatakan hal-hal
yang sama dan tidak ada yang mengatakan hal yang berbeda
dari siapa pun. Dan biasanya, di kafe-kafe, mereka menyalakan
kotak lelucon, dan biasanya lelucon-leluconnya sama,
atau tembok musik dinyalakan dan semua pola berwarna bergerak
naik-turun, tetapi yang ada hanya warna dan semuanya
abstrak. Dan di museum-museum, apakah kau pernah ke
sana? Semuanya abstrak. Hanya itu yang ada sekarang. Kata
44
pamanku, dulu berbeda. Dulu sekali, kadang-kadang lukisan
mengungkapkan banyak hal, atau bahkan memperlihatkan
orang-orang.”
“Kata pamanmu, kata pamanmu. Pamanmu pasti orang
yang luar biasa.”
“Memang. Memang. Yah, aku harus pergi. Sampai jumpa,
Mr. Montag.”
“Sampai jumpa.”
“Sampai jumpa...”
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
Satu dua tiga empat lima enam tujuh hari: markas pemadam
kebakaran.
“Montag, kau memanjat tiang itu seperti burung memanjat
pohon.”
Hari ketiga.
“Montag, kulihat kau masuk dari pintu belakang kali ini.
Si Pemburu mengganggumu?”
“Tidak, tidak.”
Hari keempat.
“Montag, ada yang lucu. Baru dengar tadi pagi. Petugas
kebakaran di Seattle, sengaja menyetel Anjing Robot Pemburu
untuk mencari susunan kimiawinya sendiri, lalu melepasnya.
Bunuh diri macam apa itu namanya menurutmu?”
Lima, enam, tujuh hari.
Lalu, Clarisse menghilang. Montag tidak tahu apa yang
aneh pada siang hari itu, tetapi rasa aneh itu timbul karena
tidak melihat Clarisse di dunia ini. Halaman kosong, pohonpohon
kosong, jalanan kosong, dan meskipun mula-mula
45
dia bahkan tidak tahu bahwa dia merindukan Clarisse atau
mencarinya, yang pasti pada waktu dia tiba di kereta bawah
tanah, ada gelepar samar kegelisahan di dalam dirinya. Ada
sesuatu yang janggal, rutinitasnya terganggu. Rutinitas sederhana,
memang, yang diciptakan dalam beberapa hari saja,
namun...? Dia hampir berbalik untuk berjalan lagi, memberi
Clarisse waktu untuk muncul. Dia yakin kalau dia mencoba
rute yang sama, segala sesuatu akan beres. Tetapi hari sudah
malam, dan keretanya sudah datang, rencananya batal.
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
Kepakan kartu, gerakan tangan, kelopak mata, dengung suara
mesin jam di langit-langit markas “... 1.35, Kamis pagi,
4 November,... 1.36...1.37 pagi...” Bunyi tik-tik-tik kartu di
meja berminyak, semua bunyi itu mendatangi Montag, di balik
matanya yang terpejam, di balik benteng yang didirikannya
sementara waktu. Dia bisa merasakan markas itu penuh
kemilau dan sinar dan keheningan, warna-warna kuningan,
warna-warna koin, emas, perak. Orang-orang tak terlihat
di seberang meja mendesah di atas kartu-kartu mereka, menunggu.
“...1.45...” Jam suara itu dengan sendu mengucapkan
waktu yang dingin pada pagi yang dingin di tahun yang lebih
dingin lagi.
“Ada apa, Montag?”
Montag membuka mata.
Sebuah radio bergumam entah di mana. “...perang dapat dinyatakan
sewaktu-waktu. Negara ini siap mempertahankan...”
Markas bergetar ketika sepasukan besar pesawat jet menyiulkan
satu nada melintasi langit pagi yang hitam.
46
www.bacaan-indo.blogspot.com
Montag mengerjapkan mata. Beatty sedang memandangnya,
seakan-akan dia patung museum. Sewaktu-waktu Beatty
mungkin akan berdiri dan berjalan di sekitarnya, menyentuh,
menjelajahi rasa bersalah dan kerisiannya. Bersalah?
Rasa bersalah apa itu?
“Giliranmu, Montag.”
Montag memandang pria-pria ini, yang wajahnya
cokelat terbakar seribu api sungguhan dan sepuluh ribu api
khayalan, yang pekerjaannya membuat pipi mereka merah
dan mata mereka berkobar. Pria-pria ini, yang dengan tenang
memandang api pemantik platinum mereka saat menyalakan
pipa hitam mereka yang selalu membara. Mereka dan rambut
mereka yang sehitam arang dan alis mereka yang berwarna
jelaga dan pipi mereka yang seperti tercoreng abu kebiruan
karena dicukur sampai mulus; tetapi tradisi mereka terlihat.
Montag terlonjak, mulutnya terbuka. Pernahkah dia melihat
petugas kebakaran yang tidak punya rambut hitam, alis
hitam, wajah berkobar, wajah yang dicukur sampai biru
namun terkesan tidak tercukur? Pria-pria ini semuanya
seperti bayangan cermin dirinya sendiri! Apakah semua
petugas kebakaran dipilih berdasarkan penampilan dan juga
minat mereka, kalau begitu? Warna sisa-sisa arang dan abu
di sekitar mereka, dan bau terbakar yang terus mengepul dari
pipa mereka. Kapten Beatty di sana, bangkit dalam gumpalan
awan badai asap tembakau. Beatty membuka sebungkus baru
tembakau, meremas selotipnya menjadi bunyi api.
Montag memandang kartu-kartu di tangannya sendiri.
“Aku—aku baru berpikir. Tentang pembakaran minggu lalu.
Tentang orang yang perpustakaannya kita bereskan. Apa
yang terjadi padanya?”
“Mereka membawanya menjerit-jerit ke rumah sakit jiwa.”
47
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Dia tidak gila.”
Beatty menata kartu-kartunya dengan tenang. “Siapa pun
yang menyangka bisa mengecoh pemerintah dan kita adalah
orang gila.”
“Aku mencoba membayangkan,” kata Montag, “seperti
apa rasanya. Maksudku, kalau petugas kebakaran membakar
rumah kita dan buku-buku kita.”
“Kita tidak punya buku.”
“Tapi kalau kita punya.”
“Kau punya?”
Beatty mengerjapkan mata pelan-pelan.
“Tidak.” Montag melihat ke tembok di belakang mereka,
di sana ada ketikan daftar sejuta buku yang dilarang. Nama
buku-buku itu melompat dalam api, membakar tahun-tahun
di bawah kapak dan slangnya yang bukan menyemprotkan
air, melainkan bensin. “Tidak.” Tetapi di dalam benaknya,
angin sejuk mulai berembus dan meniupi jeruji ventilator di
rumah, dengan lembut, mendinginkan wajahnya. Dan sekali
lagi dia melihat dirinya sendiri di sebuah taman hijau, berbicara
kepada seorang pria tua, pria yang sangat tua, dan angin
dari taman itu juga dingin.
Montag ragu-ragu. “Apa—apakah selalu seperti ini sejak
dulu? Markas, rumah kita? Maksudku, anu, zaman dahulu
kala...”
“Pada zaman dahulu kala!” cetus Beatty. “Omongan macam
apa itu!”
Bodoh, kata Montag dalam hati, kau akan membocorkan
rahasiamu. Di pembakaran terakhir, sebuah buku kumpulan
dongeng, dia sempat melihat satu baris. “Maksudku,” katanya,
“dulu, sebelum rumah-rumah dibuat tahan api…“ Tibatiba
dia merasa ada suara yang jauh lebih muda dan berbicara
48
untuknya. Dia membuka mulutnya, dan Clarisse McClellanlah
yang berkata, “Bukankah petugas kebakaran mencegah
kebakaran, bukannya menyulut api dan membiarkan rumahrumah
terbakar?”
“Ada-ada saja!” Stoneman dan Black mengeluarkan buku
peraturan mereka, yang juga berisi sejarah singkat Petugas
Kebakaran Amerika, dan meletakkannya agar Montag, meskipun
sudah lama tahu isinya, bisa membacanya:
Didirikan tahun 1790 untuk membakar buku-buku berpengaruh
Inggris di Koloni-Koloni. Petugas kebakaran
pertama: Benjamin Franklin.
PERATURAN 1. Tanggapi alarm dengan cepat.
2. Nyalakan api dengan cepat.
3. Bakar segala-galanya.
4. Langsung melapor kembali ke markas.
5. Siap menunggu Alarm-Alarm lainnya.
www.bacaan-indo.blogspot.com
Semua memandang Montag. Dia tidak bergerak.
Alarm berbunyi.
Bel di langit-langit berdering dua ratus kali. Tiba-tiba ada
empat kursi kosong. Kartu-kartu berjatuhan seperti salju. Tiang
kuningan itu gemetar. Para petugas sudah menghilang.
Montag duduk di kursinya. Di bawah, naga oranye terbatuk-batuk
hidup.
Montag meluncur menuruni tiang, seperti orang yang sedang
bermimpi.
Si Anjing Pemburu meloncat di dalam kandangnya, matanya
seperti kobaran api hijau.
“Montag, kau lupa helmmu!”
49
Dia meraih helm dari tembok di belakangnya, berlari,
meloncat, dan mereka pun berangkat, angin malam menghantam-hantam
di sekeliling jeritan sirene dan guntur logam
mereka yang dahsyat!
* * *
Rumah tiga lantai itu terletak di bagian kota yang amat kuno,
dinding-dindingnya mulai mengelupas, umurnya mungkin
sudah seratus tahun, tetapi seperti semua rumah, diberi lapisan
plastik tipis tahan api bertahun-tahun lalu, dan sepertinya
hanya lapisan pengawet ini yang membuatnya masih berdiri.
“Kita sudah sampai!”
Truk berhenti dengan bunyi berdentang keras. Beatty,
Stoneman, dan Black berlari di trotoar, tiba-tiba tampak memuakkan
dan gendut dalam jaket tahan api mereka yang gemuk.
Montag mengikuti.
Mereka mendobrak pintu depan dan mencengkeram seorang
wanita, meskipun wanita itu tidak lari; dia tidak berusaha
melarikan diri. Dia hanya berdiri, tubuhnya berayun-ayun
ke kiri dan ke kanan, matanya terpaku pada kekosongan di
jendela, seakan mereka baru memukul kepalanya keras-keras.
Lidahnya bergerak-gerak di dalam mulut, dan matanya seperti
berusaha mengingat sesuatu, kemudian ingat dan lidahnya
bergerak lagi,
“’Tabahlah, Master Ridley; hari ini kita akan menyalakan
lilin di Inggris, yang dengan karunia Tuhan, aku yakin takkan
pernah padam.’”
“Cukup!” bentak Beatty. “Di mana mereka?”
Dia menampar wajah wanita itu dengan objektiitas mewww.bacaan-indo.blogspot.com
50
www.bacaan-indo.blogspot.com
ngagumkan dan mengulangi pertanyaannya. Mata wanita
tua itu terfokus pada Beatty. “Kau tahu di mana, kalau tidak,
kau tidak mungkin di sini,” katanya.
Stoneman mengulurkan kartu alarm telepon dengan laporan
yang tercantum dalam salinan telepon di belakangnya,
“Ada alasan mencurigai loteng; 11 No. Elm, Kota. E.B.”
“Itu pasti Mrs. Blake, tetanggaku,” kata wanita itu setelah
membaca inisial pada laporan tersebut.
“Ayo, semuanya, kita maju!”
Dalam sekejap mereka sudah berada dalam kegelapan
yang apak, mengayunkan kapak-kapak perak ke pintu-pintu
yang ternyata tidak dikunci, berhamburan masuk seperti
anak kecil yang berguling-guling dan berteriak. “Hei!” Hujan
buku berhamburan di atas Montag sewaktu dia menaiki tangga
curam dengan tubuh gemetaran. Merepotkan sekali! Dulu
rasanya seperti memadamkan lilin, selalu. Polisi maju lebih
dulu dan memplester mulut korban, lalu meringkusnya ke dalam
mobil-mobil hitam mereka yang berkilauan, jadi waktu
kau tiba, kau menemukan rumah yang sudah kosong. Kau tidak
menyakiti siapa-siapa, kau hanya menyakiti benda! Dan
karena benda sebenarnya tak bisa disakiti, karena benda tidak
merasakan apa-apa, dan benda tidak menjerit atau merintih,
sebagaimana wanita ini mungkin akan mulai menjerit dan
berteriak, maka tidak ada yang akan mengusik hati nuranimu
setelahnya. Kau hanya membersihkan rumah. Pekerjaan
tukang sapu, sebetulnya. Segala sesuatu kembali ke tempat
yang sepatutnya. Cepat bensinnya! Siapa yang membawa korek
api!
Tetapi sekarang, malam ini, ada yang keliru. Wanita ini
mengacaukan ritual mereka. Para petugas kebakaran terlalu
berisik, tertawa, bercanda, untuk menutupi kebisuan men-
51
www.bacaan-indo.blogspot.com
cekam penuh tuduhan dari wanita di bawah itu. Wanita itu
membuat kamar-kamar kosong meraungkan tuduhan dan
mengguncang-guncangkan debu tipis rasa bersalah yang tersedot
ke dalam lubang hidung mereka, sementara mereka menyerbu
ke mana-mana. Ini bukan kriket, juga bukan prosedur
yang benar. Montag luar biasa jengkel. Wanita itu seharusnya
tidak di sini, semuanya jadi makin runyam!
Buku-buku membombardir pundaknya, lengannya, wajahnya
yang menengadah. Sebuah buku menyala, seolah patuh,
seperti burung dara putih, di tangannya, sayapnya mengepakngepak.
Dalam cahaya remang-remang yang goyah ini, salah
satu halamannya terbuka dan menyerupai bulu seputih salju,
kata-katanya terlukiskan dengan halus di sana. Dalam hirukpikuk
dan ketergesaan itu, Montag hanya punya waktu sedetik
untuk membaca satu baris, tetapi kalimat itu membara
dalam pikirannya selama semenit berikutnya, seakan dicap
dengan baja berapi. Waktu terlena dalam sinar matahari siang.
Dia menjatuhkan buku itu. Seketika satu buku lagi jatuh ke
tangannya.
“Montag, ke atas sini!”
Tangan Montag menutup seperti mulut, mendekap buku
itu kuat-kuat, dengan pengabdian liar, dengan kegilaan yang
diiringi kekosongan pikiran. Para petugas di atas melemparkan
bersekop-sekop majalah ke udara berdebu. Majalah-majalah
itu jatuh seperti burung-burung yang dibantai, dan wanita
itu berdiri di bawah, seperti gadis cilik, di antara bangkaibangkainya.
Montag tidak melakukan apa-apa. Tangannya telah melakukan
segalanya, tangannya, yang mempunyai otak sendiri,
dengan hati nurani dan keingintahuan dalam setiap jari yang
gemetar, telah menjadi pencuri. Sekarang tangannya meng-
52
www.bacaan-indo.blogspot.com
hunjamkan buku itu kembali ke bawah lengan, menekannya
kuat-kuat ke ketiak yang berkeringat, bergegas keluar dalam
keadaan kosong, memamerkan kekosongannya seperti tukang
sulap! Lihat ini! Tidak ada apa-apa! Lihat!
Montag memandang tangan putih itu dengan terguncang.
Dia mengulurkannya jauh-jauh, seperti orang rabun dekat.
Dia mengamatinya dari dekat, seperti orang buta.
“Montag!”
Dia tersentak.
“Jangan berdiri saja di sana, tolol!”
Buku-buku tergeletak seperti gundukan-gundukan besar
ikan yang dijemur. Para petugas menari-nari dan terpeleset
dan jatuh menimpanya. Judul-judul mengilatkan mata mereka
yang keemasan, jatuh, lenyap.
“Bensin!”
Mereka memompa cairan dingin itu ke tangki-tangki berangka
451 yang diikatkan ke pundak. Mereka mengguyur tiap
buku, memompa bensin memenuhi kamar-kamar.
Mereka bergegas turun, Montag terhuyung-huyung menyusul
di tengah uap bensin.
“Ayo, perempuan!”
Wanita itu berlutut di antara buku-bukunya, menyentuh
kulit dan karton yang basah kuyup, membaca judul-judul berlapis
emas dengan jari-jarinya sementara matanya menuduh
Montag.
“Sampai kapan pun kalian tidak akan mendapatkan bukubukuku,”
katanya.
“Kau tahu hukumnya,” kata Beatty. “Mana akal sehatmu?
Tidak satu pun buku-buku itu saling setuju. Sudah bertahuntahun
kau terkurung di sini dengan Menara Babel. Sadarlah!
Orang-orang di buku-buku itu tak pernah hidup. Ayo!”
53
www.bacaan-indo.blogspot.com
Wanita itu menggeleng.
“Seluruh rumah akan dibakar habis,” kata Beatty.
Para petugas berjalan kikuk ke pintu. Mereka menoleh kepada
Montag yang berdiri di dekat wanita itu.
“Masa kalian mau meninggalkan dia di sini?” protesnya.
“Dia tidak mau ikut.”
“Paksa dia, kalau begitu!”
Beatty mengangkat tangannya yang menyembunyikan
pemantik. “Kita harus kembali ke pangkalan. Lagi pula, fanatik-fanatik
ini selalu mencoba bunuh diri; pola itu sudah
umum.”
Montag meletakkan tangannya di siku wanita itu. “Kau
bisa ikut denganku.”
“Tidak,” jawab wanita itu. “Tapi terima kasih.”
“Kuhitung sampai sepuluh,” kata Beatty. “Satu. Dua.”
“Kumohon,” kata Montag.
“Pergilah,” kata wanita itu.
“Tiga. Empat.”
“Sini.” Montag menarik wanita itu.
Wanita itu menyahut lirih, “Aku ingin di sini saja.”
“Lima. Enam.”
“Kau boleh berhenti menghitung,” kata wanita itu. Dibukanya
sedikit jemari salah satu tangannya, dan di telapaknya
ada benda langsing.
Sebatang korek api.
Melihat itu, para petugas menghambur keluar dan menjauh
dari rumah itu. Untuk menjaga harga dirinya Kapten Beatty
mundur perlahan-lahan dari pintu depan, wajahnya yang
merah muda menjadi cokelat dan mengilap setelah terpapar
seribu api dan keriuhan malam-malam. Ya Tuhan, pikir
Montag, benar sekali! Alarm selalu datang pada malam hari.
54
Tak pernah siang hari! Apakah karena api lebih cantik pada
malam hari? Lebih seru dijadikan tontonan, pertunjukan
yang lebih bagus? Wajah Beatty yang merah muda kini
menunjukkan panik teramat samar di pintu. Tangan si wanita
berkejat pada satu batang korek api itu. Uap bensin mengepul
di sekelilingnya. Montag merasakan buku yang tersembunyi
itu menggedor-gedor seperti jantung di dadanya.
“Pergilah,” kata wanita itu; Montag mundur dan keluar
dari pintu, menyusul Beatty, menuruni tangga, melintasi halaman,
tempat aliran bensin membentuk jalan setapak seperti
jejak seekor siput jahat.
Di beranda depan, tempat dia tadi datang untuk mengamati
mereka dengan tenang—ketenangan yang memancarkan
tuduhan—wanita itu berdiri bergeming.
Beatty menjentikkan jari untuk menyulut bensin.
Dia terlambat. Napas Montag tersentak.
Wanita di beranda itu mengulurkan tangan kepada mereka
semua, penuh kebencian, dan menggoreskan korek api ke
pagar pembatas.
Di sepanjang jalan itu, orang-orang berlari keluar dari
rumah-rumah.
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
Mereka tidak mengatakan apa-apa sepanjang perjalanan
kembali ke markas. Tidak saling pandang. Montag duduk di
kursi depan bersama Beatty dan Black. Mereka bahkan tidak
mengisap pipa. Mereka duduk memandangi bagian depan
Salamander yang perkasa sambil membelok di tikungan dan
terus melaju tanpa bersuara.
55
“Master Ridley,” kata Montag akhirnya.
“Apa?” tanya Beatty.
“Dia berkata, ‘Master Ridley.’ Dia mengatakan sesuatu
yang tidak masuk akal waktu kita masuk. ‘Tabahlah,’ katanya,
‘Master Ridley.’ Sesuatu, sesuatu, sesuatu.”
“’Hari ini kita akan menyalakan lilin di Inggris, yang dengan
karunia Tuhan, aku yakin takkan pernah padam,’” kata
Beatty. Stoneman melirik Kapten, begitu juga Montag, terperanjat.
Beatty mengusap dagunya. “Seseorang bernama Latimer
mengatakan itu kepada seseorang bernama Nicholas Ridley,
sewaktu mereka dibakar hidup-hidup di Oxford, karena ajaran
sesat, pada tanggal 16 Oktober 1555.”
Montag dan Stoneman kembali memandangi jalanan yang
bergerak di bawah roda-roda truk.
“Banyak yang kuketahui sedikit-sedikit,” kata Beatty.
“Kebanyakan kapten pembakaran harus begitu. Kadangkadang
aku sendiri kaget. Awas, Stoneman!”
Stonemen mengerem truk.
“Sialan!” kata Beatty. “Kau melewati tikungan, padahal
kita seharusnya membelok di sana untuk ke markas.”
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Siapa itu?”
“Siapa lagi?” ujar Montag sambil bersandar ke pintu yang
tertutup dalam kegelapan.
Istrinya akhirnya berkata, “Yah, nyalakan lampu.”
“Aku tidak ingin lampu menyala.”
“Kemarilah, ke ranjang.”
56
www.bacaan-indo.blogspot.com
Montag mendengar istrinya memutar tubuh dengan tak
sabar; pegas-pegas ranjang berdecit.
“Kau mabuk?” tanya Mildred.
Jadi, tangannya itulah yang mengawali segalanya. Montag
merasakan satu tangan, lalu tangan satunya, melepaskan
jaketnya dan membiarkannya jatuh ke lantai. Dia mengulurkan
celananya ke jurang dan membiarkannya jatuh ke dalam
kegelapan. Telapak tangannya telah terinfeksi, dan tak
lama lagi lengannya juga akan kena. Dia bisa merasakan racun
itu merambah ke pergelangan tangan dan ke dalam siku
dan pundaknya, lalu meloncat dari pundak ke pundak seperti
percikan api melompati celah. Tangannya lapar sekali. Dan
matanya juga mulai lapar, seakan matanya harus melihat sesuatu,
apa saja, segalanya.
Istrinya bertanya, “Kau sedang apa, sih?”
Montag mengambang di angkasa, sementara jari-jarinya
yang dingin dan berkeringat memegang buku itu.
Semenit kemudian, Mildred berkata, “Ayo, jangan berdiri
saja di tengah lantai.”
Montag mengeluarkan bunyi kecil.
“Apa?” tanya Mildred.
Montag mengeluarkan bunyi-bunyi lirih lagi. Dia terhuyung
ke arah ranjang dan dengan kikuk menjejalkan buku itu
ke bawah bantal yang dingin. Dia terempas ke ranjang dan istrinya
terpekik kaget. Dia berbaring di seberang kamar, jauh
dari istrinya, di pulau musim dingin yang dipisahkan oleh
lautan kosong. Mildred berbicara kepadanya, rasanya lama
sekali, dan dia berbicara tentang ini dan itu dan yang diucapkannya
hanyalah kata-kata, seperti kata-kata yang dulu didengar
Montag di kamar bayi seorang temannya, anak berusia
dua tahun yang sedang belajar merangkai kata, mengocehkan
57
kata-kata karangannya, membuat bunyi-bunyian manis di
udara. Tetapi Montag tidak mengatakan apa-apa, dan setelah
lama sekali, karena dia hanya mengeluarkan bunyi-bunyi
kecil, dia merasa Mildred bergerak di kamar itu dan menghampiri
ranjangnya, berdiri memandangnya dan mengulurkan
tangan untuk meraba pipinya. Dia tahu ketika Mildred
menarik tangannya dari wajahnya, tangan itu basah.
* * *
Larut malam, dia melihat ke arah Mildred. Istrinya masih
terjaga. Ada tarian mungil melodi di udara, Seashell-nya tertancap
lagi di telinga dan dia sedang mendengarkan orangorang
yang jauh di tempat-tempat jauh, matanya terbuka
lebar, memandangi angkasa kegelapan di atasnya, di langitlangit.
Bukankah ada lelucon kuno tentang istri yang terlalu banyak
mengobrol di telepon sehingga suaminya yang putus
asa berlari ke toko terdekat di luar, lalu meneleponnya untuk
menanyakan apa menu makan malam? Nah, kalau begitu,
kenapa dia tidak membeli saja stasiun siaran audio-Seashell
untuk dirinya sendiri dan mengobrol dengan istrinya malam-malam,
bergumam, berbisik, berteriak, menjerit, membentak.
Tetapi apa yang akan dibisikkannya, apa yang akan
diteriakkannya? Apa yang bisa dikatakannya?
Dan sekonyong-konyong Mildred begitu asing sehingga
Montag merasa tidak mengenalnya sama sekali. Dia berada
di rumah orang lain, seperti lelucon-lelucon lain itu, tentang
pria mabuk yang pulang malam-malam, membuka kunci pintu
yang salah, masuk ke kamar yang salah, dan tidur bersawww.bacaan-indo.blogspot.com
58
www.bacaan-indo.blogspot.com
ma orang tak dikenal, lalu bangun pagi-pagi dan pergi bekerja
dan dua-duanya tetap tidak menyadari kekeliruan itu.
“Millie...?” bisiknya.
“Apa?”
“Aku tidak bermaksud mengagetkanmu. Aku hanya ingin
tahu...”
“Ya?”
“Kapan kita bertemu? Dan di mana?”
“Kapan kita bertemu untuk apa?” tanya Mildred.
“Maksudku—mulanya.”
Dia tahu Mildred pasti sedang mengerutkan kening di tengah
kegelapan.
Dia menjelaskan pertanyaannya. “Pertama kali kita bertemu,
di mana itu, dan kapan?”
“Lho, kan di…“
Mildred terdiam.
“Aku tidak tahu,” katanya.
Montag kecewa. “Tidak bisakah kau ingat?”
“Sudah lama sekali.”
“Baru sepuluh tahun, itu saja, baru sepuluh!”
“Tidak usah emosi, aku sedang berpikir.” Mildred tertawa,
tawa kecil dan janggal yang makin nyaring. “Lucu, lucu
sekali, tidak ingat di mana atau kapan kau bertemu orang
yang akan menjadi suami atau istrimu.”
Montag berbaring sambil mengurut matanya, keningnya,
dan tengkuknya, lambat-lambat. Dia menekan-nekan matanya
dengan kedua tangan, seakan ingin memaksakan sebuah
kenangan masuk ke sana. Tiba-tiba tak ada yang lebih penting
di dunia ini selain mengetahui di mana dia dulu berkenalan
dengan Mildred.
“Tidak penting.” Mildred bangun, ada di kamar mandi
59
www.bacaan-indo.blogspot.com
sekarang, dan Montag mendengar air mengucur dan bunyi
menelan.
“Tidak, kurasa tidak,” sahutnya.
Dia mencoba menghitung berapa kali Mildred menelan
air, dan dia berpikir tentang kunjungan dua pria berwajah putih
dengan rokok terselip di garis mulut mereka yang lurus,
dan Ular Bermata Elektronik yang memutar turun ke dalam
lapisan demi lapisan malam dan batu dan mata air yang tak
bergerak, dan dia ingin berseru kepada istrinya, berapa banyak
yang kauminum malam ini! Kapsul-kapsul itu! Berapa
banyak yang akan kauminum nanti tanpa setahumu? Dan terus
begitu, setiap jam! Atau mungkin bukan malam ini, besok
malam! Dan aku tidak tidur malam ini atau besok malam atau
malam kapan pun sampai lama sekali, karena sekarang ini
sudah dimulai. Dan dia berpikir tentang Mildred yang tergeletak
di ranjang sementara kedua teknisi itu berdiri tegak memandangnya,
tidak membungkuk penuh keprihatinan, hanya
berdiri tegak dengan lengan terlipat. Dan dia teringat waktu
itu dia berpikir, kalau Mildred mati, dia yakin tidak akan menangis.
Karena kematian Mildred hanyalah kematian seraut
wajah jalanan tak dikenal, sebuah foto di surat kabar, dan
tiba-tiba rasanya sungguh keliru bahwa dia mulai menangis,
bukan karena kematian itu, tetapi karena memikirkan tidak
menangisi suatu kematian, pria hampa yang bodoh di dekat
wanita hampa yang bodoh, sementara ular yang lapar membuat
wanita itu makin hampa saja.
Bagaimana kau bisa menjadi begitu hampa? pikirnya. Siapa
yang mengosongkan isimu? Dan bunga brengsek tempo
hari itu, dandelion itu! Bunga itu telah mengungkapkan segala-galanya,
kan? “Sayang sekali! Kau tidak mencintai siapa
pun!” Dan mengapa tidak?
60
www.bacaan-indo.blogspot.com
Yah, bukankah ada tembok antara dirinya dan Mildred,
kalau mau jujur? Bukan cuma satu tembok, malah, tetapi tiga,
sejauh ini! Tembok-tembok yang mahal pula! Dan para paman,
bibi, sepupu, keponakan laki-laki dan perempuan yang
hidup dalam tembok-tembok itu, gerombolan monyet hutan
yang terus mengoceh tetapi tak pernah mengatakan apa-apa;
tak pernah, tak pernah; mereka hanya berbicara lantang, lantang,
lantang. Sejak awal sekali Montag sudah menyebut mereka
kerabat. “Bagaimana kabar Paman Louis hari ini?” “Siapa?”
“Dan Bibi Maude?” Kenangannya yang paling kuat tentang
Mildred, sesungguhnya, adalah tentang seorang gadis
cilik di hutan tak berpohon (aneh sekali!), atau lebih tepatnya
gadis cilik yang tersesat di dataran tinggi di mana dulunya
ada pohon (kau bisa merasakan kenangan akan bentuk-bentuknya
di sekelilingmu), duduk di tengah “ruang keluarga”.
Ruang keluarga; nama yang bagus sekali. Tak peduli kapan
dia masuk, tembok-tembok itu selalu sedang berbicara kepada
Mildred.
“Harus ada tindakan!”
“Ya, harus ada tindakan!”
“Kalau begitu, jangan cuma berdiri dan berbicara!”
“Ayo kita lakukan!”
“Aku begitu marah sampai mau meludah rasanya!”
Apa sebenarnya maksud mereka? Mildred tak bisa menjelaskan.
Siapa marah pada siapa? Mildred tidak tahu. Apa
yang hendak mereka lakukan? Yah, kata Mildred, tunggu saja
nanti.
Dia sudah menunggu.
Bunyi seperti badai menyembur dari tembok-tembok.
Musik membombardirnya dengan volume begitu dahsyat sehingga
tulang-tulangnya serasa terlepas; rahangnya bergetar,
61
www.bacaan-indo.blogspot.com
matanya terlambung-lambung di dalam kepala. Dia korban
gegar otak. Setelah ini usai, dia merasa seperti baru jatuh dari
tebing, terseret pusaran air dan dimuntahkan ke air terjun
yang meluncur dan terus meluncur ke dalam kehampaan dan
kehampaan dan tidak pernah—benar-benar—menyentuh—
dasarnya—tidak pernah—tidak pernah—benar-benar—tidak
tidak pernah—menyentuh—dasarnya... dan kau meluncur
begitu cepat sehingga kau juga tidak menyentuh sisi-sisinya...
tidak pernah... benar-benar... menyentuh... apa-apa...
Badai mereda. Musik padam.
“Sudah,” kata Mildred.
Dan memang sungguh luar biasa. Sesuatu telah terjadi.
Meskipun orang-orang di dalam tembok-tembok ruangan
itu hampir tak bergerak, dan tidak ada yang benar-benar dituntaskan,
kau mendapat kesan bahwa ada yang menyalakan
mesin cuci atau menyedotmu ke dalam mesin penyedot debu
raksasa. Kau tenggelam dalam musik dan bunyi-bunyian
campur-aduk. Dia keluar dari ruangan itu dalam keadaan berkeringat
dan nyaris pingsan. Di belakangnya, Mildred duduk
di kursinya dan suara-suara itu mulai lagi:
“Yah, semuanya akan beres sekarang,” kata seorang “bibi”.
“Oh, jangan terlalu yakin,” sahut seorang “sepupu”.
“Ayolah, jangan marah!”
“Siapa yang marah?”
“Kau yang marah!”
“Aku?”
“Kau marah!”
“Untuk apa aku marah?”
“Karena!”
“Baik, baik,” seru Montag, “tapi kenapa mereka marah?
Siapa orang-orang ini? Siapa pria itu dan siapa wanita itu?
62
www.bacaan-indo.blogspot.com
Apakah mereka suami-istri, apakah mereka sudah bercerai,
bertunangan, atau apa? Demi Tuhan, tidak ada yang jelas.”
“Mereka—“ kata Mildred—“anu, mereka—begini, mereka
bertengkar. Mereka memang sering bertengkar. Kau seharusnya
mendengarkan. Menurutku mereka suami-istri. Ya, mereka
suami-istri. Kenapa?”
Dan kalau bukan tiga tembok yang sebentar lagi akan
menjadi empat dan impian yang sempurna, maka yang diingatnya
adalah mobil yang terbuka dan Mildred yang menyetir
dengan kecepatan 160 kilometer per jam melintasi kota,
sementara dia berteriak kepada Mildred dan Mildred balas
berteriak dan mereka berusaha mendengar perkataan satu
sama lain, tetapi hanya mendengar jeritan mobil. “Paling tidak,
kurangi kecepatan sampai minimum!” teriak Montag.
“Apa?” seru Milred. “Kurangi kecepatan sampai minimum,
sembilan puluh!” teriaknya. “Sampai apa?” jerit Mildred.
“Kecepatan!” teriak Montag. Dan Mildred menambah kecepatan
menjadi 170 kilometer per jam sehingga napas seakan
tercabik dari mulutnya.
Ketika mereka turun dari mobil, Seashells sudah tertancap
di telinga Mildred.
Hening. Hanya angin yang berembus lembut.
“Mildred.” Montag bergerak sedikit di ranjangnya.
Dia menjulurkan tangan dan mencabut serangga musik
mungil dari telinga istrinya. “Mildred. Mildred?”
“Ya.” Suaranya sayup.
Montag merasa seperti salah satu makhluk yang diselipkan
secara elektronik di antara lubang-lubang pada temboktembok
yang bersuara dan berwarna itu, berbicara, tetapi perkataan
mereka tidak menembus penghalang kristal itu. Dia
hanya bisa berpantomim, berharap Mildred akan menoleh
dan melihatnya. Mereka tak bisa bersentuhan dari balik kaca.
63
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Mildred, tahukah kau gadis yang kuceritakan kepadamu
itu?”
“Gadis yang mana?” Mildred sudah hampir tertidur.
“Gadis tetangga.”
“Gadis tetangga yang mana?”
“Kau tahu, gadis SMA itu. Clarisse, namanya.”
“Oh, ya,” sahut istrinya.
“Sudah beberapa hari aku tidak melihatnya—tepatnya empat
hari. Kau pernah melihatnya?”
“Tidak.”
“Sudah beberapa lama aku ingin berbicara denganmu tentang
dia. Aneh.”
“Oh, aku tahu gadis yang kaumaksud.”
“Sudah kuduga.”
“Dia,” kata Mildred di kamar gelap itu.
“Kenapa dia?” tanya Montag.
“Aku berniat bercerita kepadamu. Lupa. Lupa.”
“Ceritakan saja sekarang. Ada apa?”
“Kurasa dia sudah tiada.”
“Tiada?”
“Seluruh keluarganya pindah entah ke mana. Tapi dia sudah
tiada selama-lamanya. Kurasa dia sudah mati.”
“Tidak mungkin kita membicarakan gadis yang sama.”
“Tidak. Gadis yang sama. McClellan. McClellan. Ditabrak
mobil. Empat hari yang lalu. Aku tidak yakin. Tapi menurutku
dia sudah mati. Pokoknya keluarganya pindah. Entah.
Tapi menurutku dia sudah mati.”
“Masa kau yakin!”
“Tidak, tidak yakin. Cukup yakin.”
“Kenapa kau tidak memberitahuku lebih cepat?”
“Lupa.”
64
“Empat hari yang lalu!”
“Aku lupa sama sekali.”
“Empat hari yang lalu,” kata Montag lirih, sambil berbaring
di ranjangnya.
Mereka berbaring di kamar gelap itu tanpa bergerak, kedua-duanya.
“Selamat malam,” kata Mildred.
Montag mendengar gemerisik samar. Tangan Mildred
bergerak. Radio mini elektrik itu bergerak seperti belalang
sembah di bantal, disentuh tangannya. Sekarang benda itu
ada di telinganya lagi, berdengung.
Dia mendengarkan dan istrinya bernyanyi lirih.
Di luar rumah, sebuah bayangan bergerak, angin musim
gugur mulai berembus, lalu memudar. Tetapi ada sesuatu lagi
dalam keheningan yang didengarnya. Bunyinya seperti napas
diembuskan ke jendela. Seperti gerakan samar asap bercahaya
kehijauan, gerakan satu helai daun Oktober amat besar yang
tertiup melintasi halaman, lalu menghilang.
Si Pemburu, pikirnya. Dia ada di luar malam ini. Di luar
sana sekarang. Kalau aku membuka jendela...
Dia tidak membuka jendela.
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
Paginya, dia demam dan tubuhnya meriang.
“Masa kau sakit,” kata Mildred.
Montag memejamkan mata karena tubuhnya terasa panas.
“Ya.”
“Tapi tadi malam kau baik-baik saja.”
“Tidak, aku tidak baik-baik saja tadi malam.” Dia mendengar
para “kerabat” berteriak-teriak di ruang duduk.
65
www.bacaan-indo.blogspot.com
Mildred berdiri memandanginya dengan rasa ingin tahu.
Dia merasakan Mildred di sana, melihatnya tanpa membuka
mata, rambut Mildred yang dibakar bahan-bahan kimia
sampai menjadi jerami rapuh, matanya yang dilapisi semacam
katarak tak terlihat, tetapi diduga ada jauh di belakang
pupil-pupilnya, bibirnya yang manyun dan merah, tubuhnya
yang sekurus belalang sembah karena diet, dan kulitnya yang
seperti daging asap putih. Dia tak bisa mengingat Mildred
dalam sosok yang berbeda.
“Bisakah kau mengambilkan aspirin dan air?”
“Kau harus bangun,” ujar Mildred. “Sudah tengah hari.
Kau tidur lima jam lebih lama.”
“Bisakah kau mematikan ruang duduk?” tanya Montag.
“Itu keluargaku.”
“Bisakah kau mematikannya untuk orang yang sakit?”
“Aku akan mengecilkan suaranya.”
Mildred keluar dari kamar dan tidak melakukan apa-apa
di ruang duduk, lalu kembali. “Apakah itu lebih baik?”
“Trims.”
“Itu acara favoritku,” kata Mildred.
“Bagaimana aspirinnya?”
“Kau belum pernah sakit.” Mildred keluar lagi.
“Yah, aku sakit sekarang. Aku tidak akan bekerja malam
ini. Tolong teleponkan Beatty.”
“Kau bertingkah aneh semalam.” Mildred kembali sambil
bergumam.
“Di mana aspirinnya?” Montag melirik gelas air yang disodorkan
kepadanya.
“Oh.” Mildred berjalan ke kamar mandi lagi. “Apakah terjadi
sesuatu?”
“Hanya kebakaran.”
66
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Malamku menyenangkan,” kata Mildred di kamar mandi.
“Melakukan apa?”
“Ruang duduk.”
“Ada apa di ruang duduk?”
“Acara.”
“Acara apa?”
“Beberapa yang terbaik.”
“Siapa?”
“Oh, kau tahu, mereka semua.”
“Ya, mereka semua, mereka semua, mereka semua.” Dia
menekan rasa sakit di matanya, dan tiba-tiba bau bensin
membuatnya muntah.
Mildred masuk sambil bersenandung. Terkejut. “Kenapa
kau melakukan itu?”
Montag memandang lantai dengan kesal. “Kami membakar
seorang wanita tua bersama buku-bukunya.”
“Untunglah karpet bisa dicuci.” Mildred mengambil lap
dan mulai menggosok karpet. “Aku pergi ke rumah Helen
tadi malam.”
“Apa kau tidak bisa menonton acara-acara itu di ruang dudukmu
sendiri?”
“Memang bisa, tapi senang juga bertamu.”
Dia pergi ke ruang duduk. Montag mendengarnya bernyanyi.
“Mildred?” serunya.
Mildred kembali sambil bernyanyi dan menjentikkan jari
dengan lembut.
“Apa kau tidak akan menanyai aku tentang semalam?” tanya
Montag.
“Memangnya kenapa semalam?”
“Kami membakar seribu buku. Kami membakar seorang
wanita.”
67
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Lalu?”
Ruang duduk dipenuhi bunyi-bunyi membahana.
“Kami membakar buku-buku Dante dan Swift dan Marcus
Aurelius.”
“Bukankah dia orang Eropa?”
“Kurang-lebih.”
“Bukankah dia radikal?”
“Aku tidak pernah membaca bukunya.”
“Dia radikal.” Mildred memain-mainkan telepon. “Kau
tidak memintaku menelepon Kapten Beatty, kan?”
“Harus!”
“Jangan berteriak!”
“Aku tidak berteriak.” Montag duduk di ranjang, sekonyong-konyong
mengamuk dan wajahnya memerah, tubuhnya
gemetaran. Ruang duduk meraung dalam udara panas.
“Aku tidak bisa meneleponnya. Aku tidak bisa memberitahunya
bahwa aku sakit.”
“Kenapa?”
Karena kau takut, pikirnya. Anak kecil yang pura-pura
sakit, takut menelepon karena setelah berdiskusi sebentar,
percakapan akan seperti ini: “Ya, Kapten, aku sudah merasa
enakan. Aku akan masuk jam sepuluh nanti malam.”
“Kau tidak sakit,” kata Mildred.
Montag terempas kembali ke ranjang. Dia merogoh ke bawah
bantal. Buku yang tersembunyi itu masih di sana.
“Mildred, bagaimana kalau, misalnya, aku berhenti dari
pekerjaanku untuk beberapa lama?”
“Kau ingin kehilangan semua ini? Setelah bertahun-tahun
bekerja, hanya karena suatu malam, seorang wanita dan
buku-bukunya…“
“Kau seharusnya melihat wanita itu, Millie!”
68
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Dia bukan siapa-siapa bagiku; dia seharusnya tidak punya
buku. Itu tanggung jawabnya, dia seharusnya sudah memikirkan
itu. Aku membencinya. Dia membuatmu emosi, dan
tiba-tiba saja kita sudah menggelandang nanti, tidak punya
rumah, tidak punya pekerjaan, tidak punya apa pun.”
“Kau tidak di sana semalam, kau tidak melihat,” kata
Montag. “Pasti ada sesuatu dalam buku-buku, hal-hal yang
tak bisa kita bayangkan, sampai-sampai ada wanita yang mau
tetap di dalam rumah terbakar; pasti ada sesuatu di sana. Kau
tidak mungkin diam saja tanpa alasan.”
“Dia terbelakang.”
“Dia rasional seperti kau dan aku, bahkan mungkin lebih
rasional, dan kami membakarnya.”
“Nasi sudah menjadi bubur.”
“Bukan, bukan bubur; api. Kau pernah melihat rumah terbakar?
Rumah itu membara berhari-hari. Yah, api ini bakal
mengejarku seumur hidup. Ya Tuhan! Sepanjang malam aku
berusaha melupakannya. Aku serasa mau gila.”
“Kau semestinya sudah memikirkan itu sebelum menjadi
petugas kebakaran.”
“Memikirkan!” kata Montag. “Memangnya aku diberi pilihan?
Kakekku dan ayahku petugas kebakaran. Dalam tidurku,
aku berlari mengejar mereka.”
Ruang duduk memainkan lagu berirama disko.
“Hari ini kau ikut giliran kerja pagi,” kata Mildred. “Seharusnya
kau sudah berangkat dua jam yang lalu. Aku baru
sadar.”
“Bukan hanya wanita yang mati itu,” kata Montag. “Semalam
aku memikirkan semua bensin yang kupakai selama
sepuluh tahun terakhir ini. Dan aku memikirkan buku. Dan
untuk pertama kali aku menyadari ada orang di balik seti-
69
www.bacaan-indo.blogspot.com
ap buku itu. Ada orang yang harus memikirkan isinya. Ada
orang yang harus menghabiskan waktu lama sekali untuk
menuliskannya di kertas. Dan aku bahkan tidak pernah memikirkan
ini sebelumnya.” Dia turun dari ranjang.
“Ada orang yang membutuhkan waktu mungkin seumur
hidupnya untuk menuliskan isi pikirannya, melihat dunia
dan hidup di sekelilingnya, lalu aku datang dan dalam dua
menit saja, byaaar! Habislah semuanya.”
“Jangan ganggu aku,” kata Mildred. “Aku kan tidak melakukan
apa-apa.”
“Jangan ganggu aku! Itu gampang, tapi bagaimana aku
bisa tidak mengganggu diriku sendiri? Kita seharusnya tidak
perlu tidak diganggu. Sesekali kita perlu sangat terganggu.
Sudah berapa lama kau tidak sungguh-sungguh terganggu?
Tentang sesuatu yang penting, tentang sesuatu yang nyata?”
Lalu dia diam, karena dia teringat minggu lalu dan dua
batu putih yang menatap langit-langit, dan ular pompa dengan
mata menyelidik dan dua pria berwajah sabun dengan
rokok bergerak-gerak di mulut sewaktu mereka berbicara.
Tetapi itu Mildred yang lain, itu Mildred yang begitu jauh
di dalam Mildred yang ini, dan begitu terganggu, sungguhsungguh
terganggu, karena dua wanita itu belum pernah bertemu.
Montag memalingkan wajah.
Mildred berkata, “Lihat sekarang, gara-gara kau. Di depan
rumah. Lihat siapa yang ke sini.”
“Aku tidak peduli.”
“Ada mobil Burung Api baru datang, dan seorang pria berkemeja
hitam dengan tato ular oranye di lengannya berjalan
ke depan.”
“Kapten Beatty?” tanya Montag.
“Kapten Beatty.”
70
www.bacaan-indo.blogspot.com
Montag tidak bergerak, tetapi berdiri memandangi warna
putih yang dingin pada tembok tepat di depannya.
“Persilakan dia masuk, ya? Beritahu dia, aku sakit.”
“Beritahu saja sendiri!” Mildred berlari beberapa langkah
ke satu arah, lalu beberapa langkah ke arah lain, lalu berhenti,
terbelalak, sementara pengeras suara di pintu depan memanggil
namanya dengan lembut, lembut, Mrs. Montag, Mrs.
Montag, ada orang datang, ada orang datang, Mrs. Montag,
Mrs. Montag, ada orang datang. Meredup.
Montag memastikan buku itu tersembunyi dengan baik
di bawah bantalnya, perlahan-lahan dia naik kembali ke ranjang,
menata selimut menutupi lutut dan dadanya, setengah
duduk, dan setelah beberapa saat, Mildred bergerak dan keluar
dari kamar, dan Kapten Beatty berjalan masuk dengan
tangan di dalam saku.
“Diamkan para ‘kerabatmu’ itu,” kata Beatty sambil melihat-lihat
segala sesuatu di sekelilingnya, kecuali Montag dan
istrinya.
Kali ini Mildred berlari. Suara-suara berceloteh di ruang
duduk berhenti berteriak-teriak.
Kapten Beatty duduk di kursi yang paling nyaman, dengan
mimik tenteram di wajahnya yang kemerahan. Tanpa
terburu-buru dia menyiapkan dan menyalakan pipa kuningannya,
lalu mengembuskan gumpalan asap tebal. “Aku cuma
ingin mampir dan melihat keadaan si sakit.”
“Dari mana kau tahu?”
Beatty menyunggingkan senyuman yang menunjukkan
gusi merah muda seperti permen dan gigi-gigi putih seperti
permen kecil. “Aku sudah melihat macam-macam. Kau berniat
izin tidak masuk.”
Montag duduk di ranjang.
71
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Yah,” kata Beatty, “izin saja, tidak apa-apa!” Dia mengamati
kotak koreknya yang selalu sama, yang di penutupnya
tercantum tulisan DIJAMIN: PEMANTIK INI BISA ME-
NYALAKAN API SATU JUTA KALI, dan mulai menggoreskan
korek kimiawi itu sambil melamun, meniupnya,
menggores, meniup, menggores, mengucapkan beberapa patah
kata, meniup. Dia memandangi lidah api itu. Dia meniup,
lalu memandangi asapnya. “Kapan kau akan sehat?”
“Besok. Mungkin besoknya lagi. Hari pertama minggu
ini.”
Beatty meniup pipanya. “Setiap petugas kebakaran,
cepat atau lambat, mencapai tahap ini. Mereka hanya perlu
mengerti, perlu tahu cara kerja kita. Perlu tahu sejarah profesi
kita. Mereka tidak menanamkannya pada orang-orang baru
seperti dulu. Sayang sekali.” Tiup. “Hanya kepala-kepala tim
kebakaran yang ingat sekarang.” Tiup. “Akan kuceritakan
padamu.”
Mildred bergerak-gerak gelisah.
Beatty mengambil waktu satu menit penuh untuk mengatur
duduknya agar nyaman dan memikirkan kembali apa
yang ingin dikatakannya.
“Kapan dimulainya semua ini, tanyamu, pekerjaan kita
ini, dari mana asalnya, di mana, kapan? Yah, menurutku mulainya
kurang-lebih pada Perang Saudara. Meskipun menurut
buku peraturan kita, profesi ini sudah didirikan sebelumnya.
Faktanya, kita baru hidup rukun setelah bidang fotograi benar-benar
mantap. Kemudian—ilm di awal abad kedua puluh.
Radio. Televisi. Hal-hal itu semakin banyak dikonsumsi.”
Montag duduk di ranjang, tak bergerak.
“Dan karena semakin banyak dikonsumsi, mereka dibuat
lebih sederhana,” kata Beatty. “Dulu, buku hanya menarik
72
www.bacaan-indo.blogspot.com
beberapa orang, di sini, di sana, di mana-mana. Menjadi berbeda
tidak merugikan orang-orang ini. Dunia masih lapang.
Tetapi lalu dunia menjadi penuh dengan mata dan siku dan
mulut. Populasi meningkat dua, tiga, empat kali lipat. Film
dan radio, majalah, buku, terus merosot mutunya sampai
menjadi amat hambar, kau mengerti?”
“Kurasa ya.”
Beatty memandangi pola asap yang ditiupnya ke udara.
“Bayangkan. Manusia abad kesembilan belas dengan kuda,
anjing, gerobak, gerak lambat. Lalu, pada abad kedua puluh,
percepat kameramu. Buku-buku diperpendek. Diringkas.
Rangkuman, Tabloid. Segala sesuatu mengutamakan akhir
yang cepat dan mengagetkan.”
“Akhir yang cepat.” Mildred mengangguk.
“Karya-karya klasik dipotong menjadi acara radio
sepanjang lima belas menit, lalu dipotong lagi untuk mengisi
acara bedah buku sepanjang dua menit, dan akhirnya menjadi
ringkasan kamus sepanjang sepuluh atau dua belas baris.
Tentu saja aku membesar-besarkan. Kamus-kamus itu untuk
referensi. Tetapi banyak orang yang hanya tahu Hamlet (kau
pasti tahu judul ini, Montag; mungkin hanya pernah terdengar
samar-samar olehmu, Mrs. Montag), yang hanya tahu
Hamlet, seperti kubilang tadi, dari ringkasan satu halaman
dalam sebuah buku yang berkata: sekarang akhirnya Anda bisa
membaca semua karya klasik; jangan mau kalah dengan tetanggatetangga
Anda. Kau mengerti? Dari kamar bayi ke perguruan
tinggi dan kembali lagi ke kamar bayi; begitulah tahapan
intelektual dunia selama sedikitnya lima abad terakhir.”
Mildred bangkit dan mulai mengelilingi kamar itu, memunguti
ini dan itu dan meletakkannya lagi. Beatty tidak
mengacuhkannya dan melanjutkan,
73
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Percepat ilmnya, Montag, cepat. Klik, Foto, Lihat, Mata,
Sekarang, Jentik, Di Sini, Di Sana, Cepat, Maju, Naik, Turun,
Masuk, Keluar, Kenapa, Bagaimana, Siapa, Apa, Di Mana, Hm?
Uh! Dor! Plak! Lari, Dar, Der, Dor! Ringkas-ringkas, ringkasringkas-ringkas.
Politik? Satu kolom, dua kalimat, satu tajuk
berita! Lalu, di udara, semua hilang! Putar otak orang begitu
cepat di bawah tangan-tangan penerbit, pemeralat, penyiar
yang terus memompa sehingga mesin pemilah membuang semua
pikiran yang tidak perlu dan membuang-buang waktu!”
Mildred merapikan seprai-seprai. Montag merasa jantungnya
meloncat dan meloncat lagi sewaktu istrinya menepuk
bantalnya. Sekarang Mildred menarik pundaknya, menyuruhnya
bergeser agar dia bisa mengeluarkan bantal, merapikannya,
dan memasukkannya kembali. Dan mungkin berteriak
dan melotot atau hanya merogohkan tangan dan bertanya,
“Apa ini?” dan mengangkat buku yang tersembunyi itu
dengan keluguan mengharukan.
“Sekolah diperpendek, disiplin dikendurkan, ilsafat, sejarah,
dan bahasa dihapus, bahasa Inggris dan mengeja perlahan-lahan…
perlahan-lahan ditelantarkan, akhirnya hampir
sepenuhnya diabaikan. Hidup adalah saat ini, pekerjaan menjadi
penting, kenikmatan ada di mana-mana setelah selesai
bekerja. Untuk apa belajar apa pun selain memencet tombol,
menarik saklar, memasang baut dan paku?”
“Sini kubenahi bantalmu,” ujar Mildred.
“Jangan!” bisik Montag.
“Ritsleting menggantikan kancing, dan manusia kehilangan
perbedaan waktu sebesar itu untuk berpikir waktu berganti
baju di saat fajar, saat yang ilosois, dan melankolis.”
Mildred berkata, “Sini.”
“Minggir,” kata Montag.
74
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Hidup seperti jatuh terpeleset, Montag; segala sesuatu
dor, duk, dan wah!”
“Wah,” kata Mildred sambil merebut bantal.
“Demi Tuhan, jangan ganggu aku!” seru Montag geram.
Beatty terbelalak.
Tangan Mildred terhenti di balik bantal. Jari-jarinya menelusuri
bentuk buku itu, dan ketika dia mulai mengenali
bentuknya, wajahnya tampak heran, lalu terperangah. Mulutnya
terbuka untuk mengucapkan pertanyaan...
“Kosongkan teater-teater kecuali untuk para badut dan
hiasi kamar-kamar dengan tembok-tembok kaca dan warnawarna
indah yang bergerak di tembok-tembok seperti konfeti
atau darah atau sherry atau anggur manis. Kau suka bisbol,
kan, Montag?”
“Bisbol olahraga yang menyenangkan.”
Sekarang Beatty hampir tak terlihat, tinggal suara di balik
tirai asap.
“Apa ini?” tanya Mildred, hampir kegirangan. Montag
mengempaskan tubuh ke lengan istrinya. “Apa yang ada di
sini?”
“Duduk!” bentak Montag. Mildred meloncat minggir dengan
tangan kosong. “Kami sedang mengobrol.”
Beatty melanjutkan seperti tidak terjadi apa-apa. “Kau
suka boling, kan, Montag?”
“Boling, ya.”
“Dan golf?”
“Golf olahraga yang menyenangkan.”
“Basket?”
“Olahraga yang menyenangkan.”
“Biliar? Sepak bola?”
“Olahraga yang menyenangkan, semuanya.”
75
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Makin banyak olahraga untuk semua orang, semangat
berkelompok, seru, dan kau tidak usah berpikir, kan? Atur
dan atur dan super atur olahraga super. Perbanyak kartunkartun
dalam buku. Perbanyak gambar. Minuman otak makin
berkurang dan terus berkurang. Ketidaksabaran. Jalanjalan
tol penuh dengan gerombolan orang yang pergi ke suatu
tempat, ke suatu tempat, ke suatu tempat, tidak ke mana pun.
Pengungsi bensin. Kota-kota kecil berubah menjadi motel,
orang-orang hidup nomadis dan mengalir dari satu tempat ke
tempat lain, mengikuti pasang naik bulan, malam ini hidup
di kamar yang kautiduri tadi siang dan kutiduri tadi malam.”
Mildred keluar dari kamar dan membanting pintu. Para
“bibi” di ruang duduk mulai menertawakan “paman-paman”
di ruang duduk.
“Sekarang kita membahas kelompok-kelompok minoritas
di peradaban kita, ya? Makin besar populasi, makin banyak
minoritas. Jangan sampai menyinggung perasaan para pecinta
anjing, pecinta kucing, dokter, pengacara, pedagang, kepala
organisasi, orang-orang Mormon, Baptis, Unitarian, generasi
kedua orang Cina, Swedia, Itali, Jerman, Texas, Brooklyn, Irlandia,
orang-orang dari Oregon atau Meksiko. Orang-orang
di dalam buku ini, sandiwara ini, seri TV ini tidak dimaksudkan
menggambarkan pelukis, pembuat peta, tukang mesin
sungguhan mana pun. Semakin besar pasarmu, Montag,
semakin sedikit kau berurusan dengan kontroversi, ingat itu!
Semua golongan minoritas amat amat amat kecil yang harus
selalu dimanjakan dan dijaga perasaannya. Para penulis, yang
penuh dengan pikiran-pikiran jahat, tutup mesin tik kalian.
Mereka benar-benar menutupnya. Majalah menjadi campuran
tapioka vanila yang manis. Buku, kata para kritikus yang sangat
sombong, seperti air cucian piring. Pantas saja buku tidak
76
www.bacaan-indo.blogspot.com
laku lagi, kata para kritikus. Tetapi publik tahu apa yang diinginkannya
dan terus berputar dengan gembira, dan membiarkan
buku komik bertahan. Juga majalah-majalah seks tiga
dimensi, tentu saja. Begitulah, Montag. Asalnya bukan dari
pengarahan Pemerintah di atas. Tidak ada perintah, tidak ada
deklarasi, tidak ada sensor, sejak awal, tidak ada! Teknologi,
eksploitasi massal, dan tekanan minoritas yang membuatnya
terjadi, puji Tuhan. Hari ini, berkat mereka, kau bisa selalu
gembira, kau boleh membaca komik, buku-buku pengakuan,
atau jurnal-jurnal dagang.”
“Ya, tapi lalu bagaimana dengan para petugas kebakaran?”
tanya Montag.
“Ah.” Beatty mencondongkan tubuh ke depan di tengah
kabut tipis asap pipanya. “Apa yang lebih mudah dijelaskan
dan lebih wajar? Sekolah menghasilkan lebih banyak pelari,
peloncat, pebalap, tukang mesin, perebut, perampas, penerbang,
dan perenang daripada pengamat, kritikus, orang-orang
berpengetahuan dan pencipta-pencipta yang imajinatif, dan
karena itu tentu saja kata ‘intelektual’ dianggap sama buruknya
dengan kata umpatan. Kau selalu takut pada segala sesuatu
yang asing bagimu. Kau pasti ingat anak di kelasmu
sendiri yang lebih ‘cerdas’ dari rata-rata, yang hampir selalu
bisa menghafal dan menjawab, sedangkan yang lainnya duduk
saja seperti patung batu dan membencinya. Dan bukankah
anak ini yang kaupilih untuk dipukuli dan disiksa seusai
sekolah? Tentu saja. Kita semua harus sama. Tidak semua
orang dilahirkan merdeka dan sama, begitu kata Undang-
Undang, tetapi semua orang harus dibuat sama. Setiap manusia
segambar dengan setiap manusia lainnya; maka semua
gembira, karena tidak ada gunung yang membuat mereka
gentar, yang bisa dibandingkan dengan diri mereka. Nah!
77
www.bacaan-indo.blogspot.com
Buku adalah senjata berpeluru di rumah sebelah. Bakar buku
itu. Tembakkan senjata. Tembus pikiran manusia. Siapa yang
mungkin menjadi sasaran orang yang suka membaca? Aku?
Aku tidak sudi menghadapi mereka semenit pun. Maka setelah
rumah-rumah dibuat sepenuhnya tahan api, di seluruh
dunia (asumsimu malam itu benar) petugas pemadam kebakaran,
dalam fungsinya yang lama, tidak lagi diperlukan.
Mereka diberi pekerjaan baru, sebagai penjaga ketenteraman
batin kita, fokus dari ketakutan kita yang bisa dimaklumi dan
sah—perasaan kalah terhadap orang lain; sensor, hakim, dan
pelaksana resmi. Itulah kau, Montag, dan itulah aku.”
Pintu ruang duduk dibuka dan Mildred berdiri memandangi
mereka di dalam, memandang Beatty, lalu memandang
Montag. Di belakangnya, tembok-tembok kamar dibanjiri
petasan hijau dan kuning dan oranye yang mendesis-desis
dan meletup-letup mengikuti musik yang hampir seluruhnya
terdiri atas drum, tomtom, dan simbal. Mulutnya bergerak
dan dia mengatakan sesuatu, tetapi bunyi musik menutupi
suaranya.
Beatty menepukkan pipanya ke telapak tangan yang merah
muda, mengamati abu seakan-akan abu itu lambang yang
perlu didiagnosis dan dicari maknanya.
“Kau harus mengerti bahwa peradaban kita begitu luas, sehingga
kita harus memastikan golongan-golongan minoritas
tidak marah dan terprovokasi. Tanyalah dirimu sendiri, Apa
yang paling kita inginkan di negara ini? Orang ingin bahagia,
ya kan? Bukankah seumur hidupmu kau selalu mendengar
itu? Aku ingin bahagia, kata orang-orang. Nah, tidakkah mereka
bahagia? Bukankah kita membuat mereka terus bergerak,
bukankah kita memberi mereka kesenangan? Hanya itu
tujuan hidup kita, kan? Kenikmatan, godaan? Dan kau harus
78
www.bacaan-indo.blogspot.com
mengakui bahwa budaya kita menyediakan banyak sekali kenikmatan
dan godaan.”
“Ya.”
Montag bisa membaca gerakan bibir Mildred di ambang
pintu. Dia berusaha tidak memandang mulut istrinya itu, karena
mungkin saja Beatty akan menoleh dan membaca gerakan
itu juga.
“Orang-orang berwarna tidak menyukai Little Black Sambo.
Bakar saja. Orang-orang kulit putih tidak gembira membaca
Uncle Tom’s Cabin. Bakar saja. Ada yang menulis buku
tentang tembakau dan kanker paru-paru? Orang-orang yang
merokok menangis? Bakar saja buku itu. Ketenteraman,
Montag. Kedamaian, Montag. Kalau mau berkelahi, di luar
saja. Lebih bagus lagi, di dalam mesin pembakar. Upacara
pemakaman tidak bahagia dan berbau kair? Hapuskan saja
sekalian. Lima menit setelah orang mati, dia dibawa ke Big
Flue, Mesin-Mesin Pembakar yang dihubungkan dengan helikopter
ke seluruh negara. Sepuluh menit setelah meninggal,
dia tinggal sejumput debu hitam. Tidak usah bertengkar
tentang orang dengan makam. Lupakan saja mereka. Bakar
semua, bakar segalanya. Api itu terang dan api itu bersih.”
Petasan memudar di ruang duduk di belakang Mildred.
Pada saat yang sama, dia berhenti berbicara; kebetulan yang
ajaib. Montag menahan napas.
“Ada gadis tetangga,” katanya lambat-lambat. “Dia sudah
tidak ada sekarang, kurasa, mati. Aku bahkan tidak ingat wajahnya.
Tapi dia berbeda. Bagaimana—bagaimana dia bisa ada?”
Beatty tersenyum. “Di sana-sini, itu pasti terjadi. Clarisse
McClellan? Kami punya catatan tentang keluarganya.
Kami sudah mengawasi mereka dengan cermat. Keturunan
dan lingkungan memang aneh. Kau tidak bisa melenyapkan
79
www.bacaan-indo.blogspot.com
orang-orang yang aneh-aneh hanya dalam beberapa tahun.
Lingkungan rumah bisa menggagalkan banyak hal yang berusaha
kauajarkan di sekolah. Karena itulah tiap tahun kami
terus menurunkan batasan umur masuk taman kanak-kanak,
sampai-sampai sekarang bayi pun boleh mulai bersekolah.
Kami sempat beberapa kali mendapat informasi keliru tentang
keluarga McClellan, waktu mereka tinggal di Chicago.
Kami tidak pernah menemukan buku. Pamannya memiliki
riwayat meragukan; antisosial. Kalau gadis itu? Dia bom
waktu. Keluarganya menumbuhkan alam bawah sadarnya,
aku yakin itu, setelah melihat laporan sekolahnya. Dia tidak
ingin tahu bagaimana sesuatu terjadi, tapi mengapa. Itu bisa
memalukan. Kau bertanya Mengapa tentang banyak hal, dan
akhirnya kau tidak akan bahagia kalau terus begitu. Gadis
malang itu lebih baik mati.”
“Ya, mati.”
“Untungnya, orang-orang aneh seperti dia jarang ada.
Kami tahu bagaimana menumpas kecenderungan mereka sejak
dini, biasanya. Kau tidak bisa membangun rumah tanpa
paku dan kayu. Kalau tidak ingin rumah dibangun, sembunyikan
paku dan kayu. Kalau tidak ingin orang tidak bahagia
secara politik, jangan beri dia dua sisi pertanyaan yang akan
membuatnya bingung; beri dia satu sisi saja. Lebih baik lagi,
jangan beri apa-apa sama sekali. Biarkan dia lupa bahwa perang
itu ada. Kalau pemerintah tidak eisien, terlalu banyak
orang berkedudukan senior, dan gila pajak, semua itu masih
lebih baik daripada kalau orang-orang mengkhawatirkannya.
Kedamaian, Montag. Beri orang-orang kontes yang bisa mereka
menangkan dengan mengingat lirik lagu-lagu populer
atau nama ibukota negara-negara bagian, atau berapa banyak
jagung yang tumbuh di Iowa tahun lalu. Jejali mereka dengan
data yang tak bisa terbakar, sumpal mereka sampai benar-
80
benar penuh dengan ‘fakta’ sehingga mereka merasa kekenyangan,
tetapi ‘cemerlang’ karena memiliki begitu banyak
informasi. Lalu mereka akan merasa seolah berpikir, mereka
akan merasa bergerak tanpa bergerak. Dan mereka akan bahagia,
karena fakta-fakta semacam itu tidak berubah. Jangan
beri mereka pengetahuan yang terombang-ambing seperti
ilsafat atau sosiologi untuk menyatukan semua data itu. Itu
jalan menuju melankolia. Siapa pun yang bisa membongkar
tembok TV dan memasangnya lagi, dan sekarang ini kebanyakan
orang bisa, lebih bahagia daripada siapa pun yang
mencoba memakai penggaris untuk mengukur dan menyamakan
alam semesta, yang tidak akan bisa diukur atau disamakan
tanpa membuat manusia merasa seperti binatang dan
kesepian. Aku tahu, aku sudah mencobanya; persetan semua
itu. Jadi, datangkan saja kelab-kelab dan pesta-pestamu, para
pemain akrobat dan tukang sulap, para pencari ketegangan,
mobil jet, helikopter sepeda motor, seks dan heroin, lebih banyak
lagi segala yang berkaitan dengan releks otomatis. Kalau
dramanya jelek, kalau ilmnya tidak menyampaikan apaapa,
kalau sandiwara terasa hampa, sengat aku dengan Theremin,
keras-keras. Aku akan merasa merespons sandiwara itu,
sekalipun hanya reaksi sentuhan terhadap getaran. Tapi aku
tak peduli. Aku hanya suka hiburan yang mantap.”
Beatty berdiri. “Aku harus pergi. Ceramah sudah selesai.
Kuharap aku sudah memperjelas keadaan. Yang harus kauingat,
Montag, kita ini Happiness Boys * , Dixie Duo † , kau dan
www.bacaan-indo.blogspot.com
*
Sebuah acara radio yang populer pada awal 1920-an, diasuh oleh dua
penyanyi, yaitu Billy Jones dan Ernie Hare, yang menyanyikan lagu-lagu
jenaka.
†
Nama grup musik yang ternama sekitar tahun 1919, beranggotakan
Eubie Blake dan Noble Sissle.
81
www.bacaan-indo.blogspot.com
aku dan yang lain-lainnya. Kita berdiri menghadapi gelombang
kecil mereka yang ingin membuat semua orang tidak
bahagia dengan teori dan pemikiran yang bertentangan. Kitalah
benteng pertahanan dalam memerangi situasi genting ini.
Bertahanlah. Jangan biarkan banjir melankoli dan falsafah
suram menenggelamkan dunia kita. Kita bergantung kepadamu.
Menurutku, kau tidak sadar betapa pentingnya kau ini,
kita ini, bagi dunia kita yang bahagia, saat ini.”
Beatty menyalami tangan Montag yang lunglai. Montag
masih duduk, seakan rumah itu runtuh di sekelilingnya dan
dia tak mampu bergerak di ranjang. Mildred sudah menghilang
dari pintu.
“Satu hal terakhir,” ujar Beatty. “Paling tidak satu kali dalam
kariernya, setiap petugas kebakaran merasa gatal. Apa isi
buku-buku itu, pikirnya. Oh, ingin rasanya menggaruk rasa
gatal itu, ya? Nah, Montag, percayalah, aku pernah harus
membaca beberapa buku, untuk lebih memahami pekerjaanku
ini, dan buku-buku itu tidak berisi apa-apa! Tidak ada yang
bisa kauajarkan atau kaupercayai. Isinya tentang orang-orang
yang tidak ada, hasil khayalan, kalau buku iksi. Dan kalau
noniksi, lebih buruk lagi, seorang profesor yang menyebut
profesor lain tolol, seorang ilsuf yang menjerit-jerit kepada
ilsuf lain. Mereka semua berlari-larian, memadamkan bintang-bintang
dan meredupkan matahari. Setelah membacanya,
kau malah tersesat.”
“Kalau begitu, bagaimana kalau ada petugas kebakaran
yang secara tak sengaja, tanpa bermaksud apa-apa, membawa
pulang sebuah buku?”
Montag berkejut. Pintu yang terbuka itu menatapnya dengan
mata besar dan hampa.
“Kesalahan yang wajar. Keingintahuan semata,” kata
82
Beatty. “Kami tidak cemas atau marah berlebihan. Kami
membiarkan petugas kebakaran itu menyimpan buku itu
selama 24 jam. Kalau dia tidak membakarnya dalam waktu
24 jam, kamilah yang datang membakarkannya.”
“Tentu saja.” Mulut Montag terasa kering.
“Nah, Montag. Maukah kau mengambil giliran lain, yang
lebih malam, hari ini? Mungkin kau akan datang malam ini?”
“Entah,” jawab Montag.
“Apa?” Beatty tampak agak kaget.
Montag memejamkan mata. “Aku akan masuk nanti.
Mungkin.”
“Kami akan merasa kehilangan kalau kau tidak datang,”
kata Beatty, memasukkan pipa ke sakunya dengan wajah merenung.
Aku tidak akan pernah masuk lagi, pikir Montag.
“Cepatlah sehat, dan tetap sehat,” kata Beatty.
Dia berbalik dan keluar dari pintu yang terbuka.
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
Dari jendela, Montag memandang Beatty menyetir mobil
beetle-nya yang berwarna seperti api kuning berkilauan dan
roda-roda hitam seperti arang.
Di seberang jalan, sampai ke ujungnya, rumah-rumah lain
berdiri dengan sisi-sisi depan yang datar. Apa kata Clarisse
siang itu? “Tidak ada beranda depan. Kata pamanku dulu ada
beranda depan. Dan orang-orang kadang duduk di sana pada
malam hari, mengobrol kalau ingin mengobrol, sambil duduk
di kursi goyang, dan tidak mengobrol kalau sedang tidak ingin
mengobrol. Kadang-kadang mereka duduk-duduk saja sambil
83
memikirkan banyak hal, merenungkan semuanya. Kata pamanku,
para arsitek menghapus beranda depan karena tidak
tampak bagus. Tapi kata pamanku itu cuma rasionalisasi;
alasan sesungguhnya, tersembunyi di baliknya, mungkin karena
mereka tidak ingin orang duduk-duduk seperti itu, tidak
melakukan apa-apa, berayun-ayun, mengobrol; itu jenis kehidupan
bermasyarakat yang salah. Orang-orang terlalu banyak
mengobrol. Kebun juga. Sudah tidak banyak lagi kebun yang
bisa dijadikan tempat duduk-duduk. Dan lihat perabotannya.
Sudah tidak ada lagi kursi goyang. Terlalu nyaman. Suruh
orang-orang berdiri dan berlari-lari. Kata pamanku... dan...
pamanku... dan... pamanku...” Suaranya memudar.
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
Montag berbalik dan memandang istrinya yang duduk di tengah
ruang duduk sambil berbicara dengan seorang pembawa
acara, yang juga berbicara kepadanya. “Mrs. Montag,” kata
pembawa acara itu. Ini, itu, dan entah apa lagi. “Mrs. Montag…“
Apa lagi, dan apa lagi. Sambungan konverter, yang
mereka beli seharga seratus dolar, secara otomatis menambahkan
namanya tiap kali si pembawa acara berbicara kepada
pemirsanya yang anonim, meninggalkan ruang kosong
di tempat suku-suku kata yang tepat bisa diisikan. Sebuah
spot-wavex-scrambler khusus juga menyebabkan gambarnya
yang ditayangkan, di daerah dekat bibirnya, bergerak-gerak
menyuarakan huruf hidup dan huruf mati dengan sempurna.
Dia seorang teman, tak diragukan lagi, seorang teman karib.
“Mrs. Montag—lihatlah ke sini sekarang.”
Istrinya menoleh. Meskipun jelas tidak mendengarkan.
84
www.bacaan-indo.blogspot.com
Montag berkata, “Tidak masuk hari ini bisa dengan mudah
berlanjut menjadi tidak masuk besok, bisa dengan mudah
berlanjut menjadi tidak pernah bekerja lagi di markas pembakaran
selama-lamanya.”
“Tapi kau akan masuk kerja malam ini, kan?” tanya Mildred.
“Aku belum memutuskan. Saat ini aku ingin sekali menghancurkan
macam-macam dan membunuh.”
“Pakai saja beetle-nya.”
“Tidak, terima kasih.”
“Kunci beetle ada di atas nakas. Aku suka ngebut kalau
sedang merasa begitu. Naikkan saja kecepatan sampai sekitar
150, dan kau akan merasa enak sekali. Kadang-kadang aku
menyetir semalaman dan pulang dan kau juga tidak tahu. Di
daerah pedesaan asyik sekali. Bisa menabrak kelinci, kadang
menabrak anjing. Bawa saja beetle-nya.”
“Tidak, aku tidak mau, kali ini. Aku ingin bertahan pada
hal aneh ini. Astaga, hal ini mulai menguasaiku. Aku tidak
tahu hal apa ini. Aku sangat tidak bahagia, aku sangat marah,
dan aku tidak tahu kenapa. Aku merasa bertambah gemuk.
Aku merasa gemuk. Aku merasa selama ini memendam banyak
hal, dan tidak tahu apa saja itu. Aku bahkan mungkin
akan mulai membaca buku.”
“Mereka akan memenjarakanmu, kan?” Mildred memandangnya
seakan-akan dia berada di balik dinding kaca.
Montag mulai mengenakan baju sambil mondar-mandir
gelisah di kamar tidur. “Ya, dan mungkin itu gagasan bagus.
Sebelum aku melukai seseorang. Apakah kau mendengar
omongan Beatty tadi? Apakah kau mendengarkannya? Dia
tahu semua jawabannya. Dia benar. Kebahagiaan itu penting.
Kesenangan di atas segalanya. Tapi aku terus duduk saja sambil
berkata dalam hati, Aku tidak bahagia, aku tidak bahagia.”
85
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Aku bahagia.” Mulut Mildred berseri. “Dan bangga karenanya.”
“Aku akan melakukan sesuatu,” kata Montag. “Aku bahkan
belum tahu apa itu, tapi aku akan melakukan sesuatu
yang besar.”
“Aku sudah bosan mendengarkan omong kosong ini,” kata
Mildred sambil berpaling darinya, kembali mendengarkan si
pembawa acara.
Montag menyentuh pengendali volume di tembok dan si
pembawa acara kini tak bersuara.
“Millie?” Dia diam sebentar. “Ini rumahmu, juga rumahku.
Menurutku adil kalau aku memberitahumu sesuatu sekarang.
Aku seharusnya memberitahumu sejak dulu, tapi aku
bahkan belum mengakuinya pada diriku sendiri. Aku punya
sesuatu yang ingin kuperlihatkan, sesuatu yang kusimpan
dan kusembunyikan selama setahun ini, sesekali, aku tidak
tahu mengapa, pokoknya aku melakukannya dan tidak pernah
memberitahumu.”
Dia meraih kursi bersandaran tegak dan perlahan-lahan,
dengan tenang, menggerakkannya ke lorong di dekat pintu
depan, naik ke kursi itu dan berdiri sejenak seperti patung di
pedestal, sementara istrinya berdiri di bawahnya, menunggu.
Lalu dia mengangkat tangan dan menarik jeruji sistem pendingin
udara dan merogoh jauh ke dalam, ke sebelah kanan,
menggeser satu lembaran logam lagi, dan mengeluarkan sebuah
buku. Tanpa melihat buku itu, dia menjatuhkannya ke
lantai. Dia mengangkat tangan lagi dan mengeluarkan dua
buku, menurunkan tangannya dan menjatuhkan kedua buku
itu ke lantai. Dia terus menggerakkan tangannya dan menjatuhkan
buku-buku, buku kecil, buku agak besar, buku ber-
86
www.bacaan-indo.blogspot.com
warna kuning, merah, hijau. Setelah selesai, dia memandangi
sekitar dua puluh buku yang tergeletak di dekat kaki istrinya.
“Maafkan aku,” katanya. “Aku tidak berpikir. Tapi sekarang
kelihatannya kita berdua sama-sama terlibat dalam hal
ini.”
Mildred mundur, seakan mendadak berhadapan dengan
segerombolan tikus yang muncul dari lantai. Montag bisa
mendengar napasnya memburu dan wajahnya menjadi pucat,
matanya membelalak nanar. Mildred mengucapkan nama
Montag, dua kali, tiga kali. Lalu sambil mengerang, dia berlari
maju, meraih sebuah buku dan berlari ke arah pembakar
sampah dapur.
Montag menangkap Mildred yang menjerit-jerit. Dia memeganginya,
dan Mildred berusaha meronta melepaskan diri
sambil mencakar-cakar.
“Jangan, Millie, jangan! Tunggu! Hentikan! Kau tidak
tahu... hentikan!” Dia menampar wajah Mildred, mencengkeramnya
lagi, dan mengguncangnya.
Mildred mengucapkan namanya dan mulai menangis.
“Millie!” katanya. “Dengarkan. Bisa dengarkan aku sebentar,
tidak? Kita tidak boleh melakukan apa-apa. Kita tidak
boleh membakar ini. Aku ingin melihat-lihat, melihat isinya
setidaknya satu kali. Lalu kalau benar perkataan Kapten, kita
bakar semuanya bersama-sama, percayalah, akan kita bakar
bersama-sama. Kau harus membantuku.” Dia menatap wajah
Mildred, meraih dagunya, dan memegangnya erat-erat. Dia
tidak hanya menatap Milred, tetapi juga mencari dirinya sendiri
dan apa yang harus dilakukannya, di wajah istrinya itu.
“Tak peduli kita suka atau tidak, kita sudah terlibat. Selama
ini aku tidak pernah menuntut macam-macam darimu, tapi
aku meminta sekarang, aku memohon. Kita harus mulai dari
87
www.bacaan-indo.blogspot.com
suatu tempat, mencari tahu mengapa kita begini kacau, kau
dan obatmu malam-malam, dan mobil, aku dan pekerjaanku.
Kita sedang menuju jurang, Millie. Ya Tuhan, aku tidak ingin
jatuh. Ini tidak akan mudah. Kita tidak punya petunjuk apaapa,
tapi mungkin kita bisa mempelajari apa saja yang kita
ketahui, menyelidikinya, dan saling membantu. Aku sangat
membutuhkanmu sekarang, kau tidak bisa membayangkannya.
Kalau kau mencintaiku sedikit saja, kau pasti mau bersabar
sebentar, dua puluh empat, empat puluh delapan jam, itu
saja yang kuminta, lalu semua akan selesai, aku berjanji, aku
bersumpah! Dan kalau ada sesuatu di sini, satu hal kecil saja
di antara segala kekacauan ini, mungkin kita bisa meneruskannya
kepada orang lain.”
Mildred tidak melawan lagi, jadi Montag melepaskannya.
Mildred terenyak menjauh darinya dan menggeleser turun di
tembok, dan duduk di lantai sambil memandangi buku-buku
itu. Kakinya menyentuh salah satu buku, dan dia melihat ini
dan menarik kakinya.
“Wanita itu, malam itu, Millie, kau tidak ada di sana.
Kau tidak melihat wajahnya. Dan Clarisse. Kau tidak pernah
berbicara dengannya. Aku berbicara dengannya. Dan orangorang
seperti Beatty takut kepadanya. Aku tidak bisa memahaminya.
Kenapa mereka mesti takut kepada orang seperti
dia? Tapi aku terus menempatkannya di sebelah para petugas
kebakaran di Markas semalam, dan aku tiba-tiba sadar bahwa
aku tidak menyukai mereka sedikit pun, dan aku tidak
menyukai diriku sama sekali. Dan kupikir mungin lebih baik
kalau para petugas kebakaran sendiri dibakar.”
“Guy!”
Pintu depan memanggil dengan suara lembut,
88
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Mrs. Montag, Mrs. Montag, ada yang datang, ada yang
datang, Mrs. Montag, Mrs. Montag, ada yang datang.”
Suaranya lembut.
Mereka berbalik dan memandang pintu, dan bukubuku
berjatuhan di mana-mana, di mana-mana bertumpuk-tumpuk.
“Beatty!” kata Mildred.
“Tidak mungkin dia.”
“Dia kembali!” bisik Mildred.
Pintu depan memanggil lagi dengan lembut. “Ada yang
datang...”
“Kita tidak akan membuka pintu.” Montag merapatkan
tubuh ke dinding, lalu perlahan-lahan merosot sampai berjongkok
dan mulai menyenggol-nyenggol buku-buku itu dengan
bingung, dengan ibu jarinya, telunjuknya. Dia gemetaran
dan dia ingin sekali menjejalkan buku-buku itu ke dalam
ventilator lagi, tetapi dia tahu dia tak sanggup menghadapi
Beatty lagi. Dia meringkuk, lalu duduk, dan suara di pintu
depan itu berbicara lagi, nadanya makin mendesak. Montag
memungut sebuah buku kecil dari lantai. “Di mana kita mulai?”
Dia membuka buku itu di tengah-tengah dan memandangnya.
“Kita mulai dengan memulai saja, kurasa.”
“Dia akan masuk,” kata Mildred, “dan membakar kita dan
buku-buku ini!”
Suara di pintu depan memudar dengan cepat. Hening.
Montag merasakan keberadaan seseorang di balik pintu, menunggu,
mendengarkan. Lalu langkah-langkah kaki menjauh,
menyusuri jalan setapak dan melintasi halaman.
“Ayo kita lihat, apa ini,” kata Montag.
Dia mengucapkan kata-kata itu dengan tersendat dan
89
perasaan risi amat kuat. Dia membaca puluhan halaman di
sana-sini dan akhirnya tiba di sini:
“Menurut perhitungan, 11.000 orang pernah beberapa kali
lebih rela mati daripada memecahkan telur di ujungnya yang
lebih kecil.”
Mildred duduk di seberang lorong, berhadapan dengannya.
“Apa artinya itu? Tidak ada artinya! Kapten benar!”
“Ini,” kata Montag. “Kita mulai lagi, dari awal.”
www.bacaan-indo.blogspot.com
90
dua
Saringan
dan Pasir
www.bacaan-indo.blogspot.com
Mereka membaca sepanjang siang yang lama itu, sementara
hujan dingin bulan November jatuh dari langit ke
atas rumah yang sunyi. Mereka duduk di lorong karena ruang
duduk begitu kosong dan kelabu, karena tembok-temboknya
tidak diterangi konfeti oranye dan kuning, petasan roket, dan
wanita-wanita bergaun jala emas, dan pria-pria dalam setelan
beledu hitam yang menarik kelinci-kelinci gendut dari topitopi
perak. Ruang duduk itu mati, dan Mildred terus memandang
ke sana dengan mimik hampa, sementara Montag
mondar-mandir, lalu kembali dan berjongkok dan membaca
sebuah halaman sampai sepuluh kali, keras-keras.
“Kita tidak tahu, kapan tepatnya persahabatan terbentuk.
Seperti mengisi sebuah wadah tetes demi tetes, akhirnya ada
setetes yang membuat isinya meluber; demikian pula dalam
serangkaian perbuatan baik, setidaknya ada satu perbuatan
yang membuat hati kita berlimpah.”
91
www.bacaan-indo.blogspot.com
Montag duduk mendengarkan hujan.
“Itukah yang ada pada gadis tetangga itu? Selama ini aku
mati-matian memikirkannya.”
“Dia sudah mati. Kita bicarakan orang yang masih hidup
saja, demi Tuhan.”
Montag tidak menoleh ke arah istrinya sewaktu berjalan
dengan tubuh gemetaran ke dapur; di sana dia berdiri lama
sekali, memandangi hujan menerpa jendela, lalu kembali ke
lorong dalam cahaya abu-abu, menunggu gemetarannya hilang.
Dia membuka buku lain lagi.
“’Topik favorit itu, Diriku Sendiri.’”
Montag menyipitkan mata ke arah tembok. “’Topik favorit
itu, Diriku Sendiri.”’
“Yang itu aku mengerti,” kata Mildred.
“Tetapi topik favorit Clarisse bukan dirinya sendiri,
melain kan semua orang lain, dan aku. Setelah sekian tahun
lamanya, dia orang pertama yang benar-benar kusukai. Dia
orang pertama yang bisa kuingat, yang memandangku seakan
aku bernilai.” Montag mengangkat kedua buku itu. “Orangorang
ini sudah lama mati, tapi aku tahu kata-kata mereka,
dengan satu dan lain cara, menunjuk kepada Clarisse.”
Di luar pintu depan, di tengah hujan, terdengar bunyi mengais
samar.
Montag terpaku. Dia melihat Mildred melesat kembali ke
tembok dengan napas tersentak.
“Ada orang—di pintu—kenapa suara pintu tidak memberitahu
kita…“
“Aku mematikannya tadi.”
Di bawah kusen pintu, bunyi mendengus lamban dan menyelidik,
embusan uap listrik.
92
www.bacaan-indo.blogspot.com
Mildred tertawa. “Cuma anjing, ternyata! Mau kuusir?”
“Tetap di tempatmu!”
Hening. Hujan dingin turun. Dan bau listrik biru bertiup
dari bawah pintu yang terkunci.
“Ayo kita kembali bekerja,” kata Montag lirih.
Mildred menendang sebuah buku. “Buku bukan orang.
Kau membaca dan aku melihat berkeliling, tapi tidak ada
siapa pun!”
Dia memandang ruang duduk yang mati dan kelabu seperti
air samudra yang mungkin akan dipenuhi kehidupan jika
matahari elektronik dinyalakan.
“Nah,” kata Mildred, “’keluarga’-ku juga orang. Mereka
memberitahuku banyak hal; aku tertawa, mereka tertawa! Dan
warna-warnanya!”
“Ya, aku tahu!”
“Lagi pula, kalau Kapten Beatty tahu tentang buku-buku
itu…“ Mildred memikirkan ini. Wajahnya menjadi takjub,
lalu ngeri. “Dia mungkin akan datang dan membakar rumah
kita dan ‘keluarga’-ku. Celaka! Pikirkan investasi kita. Kenapa
aku mesti membaca? Untuk apa?”
“Untuk apa! Kenapa!” tukas Montag. “Aku melihat ular
paling aneh beberapa malam yang lalu. Ular itu mati tapi
hidup. Bisa melihat tapi tak bisa melihat. Kau ingin melihat
ular itu? Ada di Rumah Sakit Darurat, tempat mereka memasukkan
laporan tentang semua sampah yang dikeluarkan ular
itu darimu! Kau mau ke sana dan memeriksa arsip mereka?
Mungkin kau bisa mencarinya di bawah nama Guy Montag,
atau mungkin di bawah kategori Ketakutan atau Perang. Apakah
kau mau pergi ke rumah yang dibakar semalam? Dan
menggaru abu untuk mencari tulang-belulang wanita yang
membakar rumahnya sendiri! Bagaimana dengan Clarisse
93
www.bacaan-indo.blogspot.com
McClellan, di mana kita mencarinya? Kamar mayat! Dengarkan!”
Pesawat-pesawat pengebom melintasi langit dan melintasi
langit di atas rumah itu, terengah, bergumam, bersiul seperti
kipas raksasa tak terlihat, memutar-mutar dalam kehampaan.
“Demi Tuhan,” kata Montag. “Setiap jam banyak sekali
benda sialan itu di langit! Bagaimana pesawat-pesawat
pengebom itu bisa naik ke sana setiap detik dalam hidup
kita! Kenapa tidak ada yang ingin membicarakan ini! Kita
sudah memulai dan memenangkan dua perang atom sejak
tahun 2022! Apakah karena kita begitu senang di rumah
sehingga kita melupakan dunia? Apakah karena kita begitu
kaya sedangkan seluruh dunia begitu miskin sehingga kita
tidak peduli mereka miskin? Aku pernah mendengar kabar
burung; dunia kelaparan, tetapi kita makan sampai kenyang.
Benarkah bahwa dunia bekerja keras sedangkan kita bermain
saja? Karena itukah kita begitu dibenci? Aku juga pernah
mendengar kabar burung tentang kebencian, muncul sesekali
setelah lama sekali, selama bertahun-tahun ini. Apakah kau
tahu sebabnya? Yang pasti, aku tidak tahu! Mungkin bukubuku
ini bisa membawa kita separo keluar dari gua. Mungkin
buku-buku ini bisa mencegah kita membuat kesalahankesalahan
yang sama! Aku tidak ingin mendengar bajinganbajingan
dungu di ruang dudukmu itu membicarakannya! Ya
Tuhan, Millie, tidakkah kau mengerti? Satu jam sehari, dua
jam, dengan buku-buku ini, dan mungkin...”
Telepon berdering. Mildred menyambar telepon.
“Ann!” Dia tertawa. “Ya, Badut Putih tampil malam ini!”
Montag berjalan ke dapur dan membanting buku itu.
“Montag,” katanya, “kau bodoh sekali. Lalu bagaimana ini?
Apakah kita serahkan buku-buku ini, dan melupakannya?”
94
www.bacaan-indo.blogspot.com
Dia membuka buku itu untuk membacanya di tengah suara
tawa Mildred.
Mildred yang malang, pikirnya. Montag yang malang, kau
juga tidak mengerti isinya. Tetapi di mana kau bisa mencari
bantuan, di mana kau bisa mencari guru kalau sudah begini
terlambat?
Tunggu. Dia memejamkan mata. Ya, tentu saja. Lagi-lagi
dia memikirkan taman hijau setahun lalu. Pikiran ini sudah
sering hinggap di benaknya belakangan, tetapi sekarang dia
teringat pada hari itu, di taman kota, dia melihat pria tua
berjas hitam menyembunyikan sesuatu, cepat-cepat, di balik
mantelnya.
...Pria tua itu meloncat berdiri, seakan hendak lari. Dan
Montag berkata, “Tunggu!”
“Aku tidak melakukan apa-apa!” seru pria tua itu, gemetaran.
“Tidak ada yang menuduhmu berbuat apa-apa.”
Sejenak mereka duduk sambil membisu dalam cahaya
lembut berwarna hijau, lalu Montag berbicara tentang cuaca,
dan pria tua itu menanggapi dengan suara lemah. Pertemuan
itu sunyi dan aneh. Pria tua itu mengaku pensiunan profesor
Sastra Inggris yang kehilangan pekerjaan empat puluh tahun
silam, ketika perguruan tinggi seni liberal terakhir ditutup
karena kekurangan murid dan pendana. Namanya Faber, dan
setelah ketakutannya terhadap Montag hilang, dia pun berbicara
dengan suara ritmis, memandangi langit dan pohon dan
taman hijau, dan sejam kemudian, dia mengatakan sesuatu
kepada Montag dan Montag merasa yang didengarnya adalah
puisi tak berima. Kemudian pria tua itu makin berani dan
mengatakan sesuatu lagi, dan itu juga puisi. Faber menaruh
tangannya di atas saku jas sebelah kiri dan mengucapkan
95
kata-kata ini dengan lembut, Montag tahu kalau dia mengulurkan
tangan, dia mungkin akan mengeluarkan buku puisi
dari mantel pria itu. Tetapi dia tidak mengulurkan tangan.
Tangannya tetap di lutut, mati rasa dan tak berguna. “Aku
tidak membicarakan hal-hal, Sir,” kata Faber. “Aku membicarakan
makna hal-hal. Aku duduk di sini dan tahu bahwa aku
hidup.”
Hanya itu saja, sebenarnya. Satu jam yang diisi dengan
monolog, puisi, komentar, kemudian tanpa ada yang mengucapkan
fakta bahwa Montag seorang petugas kebakaran,
Faber, dengan agak gemetar, menuliskan alamatnya pada
secarik kertas. “Untuk arsipmu,” katanya, “kalau-kalau kau
memutuskan mau marah padaku.”
“Aku tidak marah,” kata Montag, heran.
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
Mildred tertawa terpingkal-pingkal di lorong.
Montag masuk ke kamar tidurnya dan memeriksa isi map
arsipnya di bagian: PENYELIDIKAN MENYUSUL (?).
Nama Faber ada di sana. Dia belum melaporkannya dan belum
menghapusnya.
Dia menghubungi nomor itu dengan telepon sekunder.
Telepon di ujung sana memanggil nama Faber berkali-kali
sebelum sang profesor menjawab dengan suara sayup. Montag
memperkenalkan diri, dan ditanggapi dengan keheningan
lama. “Ya, Mr. Montag?”
“Profesor Faber, aku punya pertanyaan agak aneh. Ada berapa
Alkitab masih tersisa di negara ini?”
“Aku tidak mengerti maksudmu!”
96
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Aku ingin tahu apakah masih ada Alkitab yang tersisa.”
“Ini perangkap! Aku tidak bisa berbicara dengan sembarang
orang di telepon!”
“Ada berapa buku Shakespeare dan Plato?”
“Tidak ada! Kau sudah tahu itu, seperti aku. Tidak ada!”
Faber memutuskan hubungan.
Montag meletakkan telepon. Tidak ada. Hal ini tentu saja
sudah diketahuinya dari daftar di markas. Tetapi entah kenapa
dia ingin mendengarnya langsung dari Faber.
Di lorong, wajah Mildred dipenuhi gairah. “Temantemanku
mau datang!”
Montag memperlihatkan sebuah buku kepadanya. “Ini
Perjanjian Lama dan Baru, dan...”
“Jangan mulai lagi!”
“Ini mungkin yang terakhir di bagian dunia ini.”
“Kau harus mengembalikannya nanti malam, kan? Kapten
Beatty tahu kau menyimpannya, kan?”
“Menurutku dia tidak tahu buku mana yang kucuri. Tapi
bagaimana aku memilih penggantinya? Apakah sebaiknya
aku menyerahkan buku Mr. Jefferson? Mr. Thoreau? Mana
yang paling tidak bernilai? Kalau aku memilih pengganti dan
Beatty tetap tahu buku mana yang kucuri, dia akan menduga
kita punya satu perpustakaan besar di sini!”
Mulut Mildred berkedut. “Kau lihat apa yang kaulakukan?
Kau akan menghancurkan kita! Siapa yang lebih penting, aku
atau Alkitab itu?” Dia mulai menjerit sekarang, duduk seperti
boneka lilin yang meleleh karena panasnya sendiri.
Montag bisa mendengar suara Beatty. “Duduklah, Montag.
Perhatikan. Pelan-pelan, seperti kelopak bunga. Bakar
halaman pertama, bakar halaman kedua. Tiap halaman menjadi
kupu-kupu hitam. Indah, ya? Bakar halaman ketiga, mu-
97
www.bacaan-indo.blogspot.com
lai dari yang kedua dan seterusnya, merokok tak henti-henti,
bab demi bab, semua makna konyol kata-kata itu, semua
janji palsu, semua pemikiran yang dicontek dari orang lain
dan falsafah-falsafah yang sudah usang.” Beatty duduk sambil
berkeringat pelan, sementara lantai dipenuhi kerumunan
ngengat hitam yang tewas dalam satu badai.
Jeritan Mildred berhenti secepat dimulainya tadi. “Hanya
satu hal yang bisa kulakukan,” kata Montag. “Sebelum aku
memberikan buku itu kepada Beatty malam ini, aku harus
membuat duplikatnya.”
“Kau akan ada di sini untuk Badut Putih malam ini, dan
teman-temanku yang mampir?” seru Mildred.
Montag berhenti di pintu, membelakanginya. “Millie?”
Hening. “Apa?”
“Millie? Apakah Badut Putih mencintaimu?”
Tidak ada jawaban.
“Millie, apakah”—Montag menjilat bibir—“apakah ‘keluarga’-
mu mencintaimu, sangat mencintaimu, mencintaimu sepenuh
hati dan jiwa mereka, Millie?”
Dia merasa Millie mengerjapkan mata lambat-lambat di
tengkuknya. “Mengapa kau menanyakan hal konyol seperti
itu?”
Montag ingin menangis, tetapi mata maupun mulutnya
tidak mau bereaksi.
“Kalau kau melihat anjing itu di luar,” kata Mildred, “tendangkan
dia untukku.”
Montag ragu-ragu, mendengarkan di pintu. Dia membuka
pintu dan melangkah keluar.
Hujan sudah berhenti dan matahari mulai terbenam di langit
yang bersih. Jalanan dan halaman dan beranda kosong.
Dia mengembuskan napas, mendesah keras.
98
www.bacaan-indo.blogspot.com
Dia membanting pintu.
Dia berada di kereta bawah tanah.
Aku mati rasa, pikirnya. Sejak kapan wajahku mulai mati
rasa, sebenarnya? Juga tubuhku? Malam itu, waktu aku menendang
botol pil di tengah kegelapan, seperti menendang
tambang yang terkubur.
Mati rasa ini akan hilang, pikirnya. Perlu waktu, tapi aku
pasti bisa, atau Faber akan membantuku. Seseorang, entah
siapa entah di mana, akan mengembalikan wajahku yang
lama dan tanganku yang lama, seperti dulu lagi. Bahkan juga
senyumanku, pikirnya, senyuman lama yang terpatri, yang
sudah lenyap. Aku tersesat tanpa senyuman itu.
Kereta bawah tanah melesat melewatinya, ubin krem,
hitam pekat, ubin krem, hitam pekat, angka-angka dan
kegelapan, kegelapan lagi dan jumlahnya menambah sendiri.
Waktu kecil, dia pernah duduk di gundukan pasir kuning
dekat laut, di tengah hari musim panas yang biru dan gerah,
berusaha mengisi penyaring dengan pasir, karena sepupunya
yang kejam berkata, “Isi penyaring ini, nanti kau mendapat
sepuluh sen!” Dan semakin cepat dia menuang, semakin cepat
pasir itu jatuh menembus penyaring dengan bunyi berbisik
panas. Tangannya lelah, pasir itu mendidih, dan penyaring
kosong. Sambil duduk di tengah bulan Juli, tanpa suara,
air matanya mengalir di pipi.
Sekarang, sementara kereta bawah tanah membawanya
melewati terowongan-terowongan kota yang mati, mengguncangnya
hingga tersadar, dia teringat logika mengerikan penyaring
itu, dan dia menunduk dan melihat bahwa dia membawa
Alkitab itu dalam keadaan terbuka. Ada orang-orang
di kereta cepat itu, tetapi dia memegang buku itu di tangannya
dan pikiran konyol itu terlintas di benaknya, kalau kau
99
www.bacaan-indo.blogspot.com
membaca dengan cepat, dan membaca semuanya, mungkin
sebagian pasir akan tertinggal di penyaring. Tetapi dia membaca
dan kata-kata berjatuhan menembusnya, dan dia berpikir
bahwa beberapa jam lagi akan ada Beatty, dan aku harus
menyerahkan buku ini, jadi tidak boleh ada kalimat yang lolos
dariku, setiap baris harus dihafalkan. Aku akan memaksa
diriku menghafalnya.
Dia mencengkeram buku itu erat-erat.
Trompet-trompet meraung.
“Pasta Gigi Denham.”
Diam, pikir Montag. Perhatikanlah bunga bakung di
padang.
“Pasta Gigi Denham.”
Yang tumbuh tanpa bekerja…
“Pasta Gigi…“
Perhatikanlah bunga bakung di padang, diam, diam.
“Denham!”
Dia membuka buku itu dan membolak-balik halamannya
dengan cepat dan merabanya seperti orang buta, mengamati
bentuk masing-masing huruf tanpa berkedip.
“Denham. Ejaannya: D-E-N—“
Yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa...
Bisikan ganas pasir panas menembus penyaring yang kosong.
“Denham bisa!”
Perhatikanlah bunga bakung, bunga bakung, bunga bakung...
“Pasta Gigi Denham.”
“Diam, diam, diam!” Ini permohonan, teriakan yang begitu
mencekam sehingga Montag tanpa sadar berdiri, sementara
para penumpang yang kaget di gerbong yang berisik itu
100
www.bacaan-indo.blogspot.com
menatapnya, mundur menjauhi pria dengan wajah sinting dan
lapar ini, mulutnya yang kering dan berceloteh tak keruan,
buku yang mengepak-ngepak di kepalan tangannya. Orangorang
yang baru saja duduk sambil mengetuk-ngetukkan kaki
mengikuti irama Pasta Gigi Denham, Pasta Gigi Denham,
Deterjen Gigi Keren Merek Denham, Pasta Gigi Pasta Gigi
Pasta Gigi Denham, satu dua, satu dua tiga, satu dua, satu
dua tiga. Orang-orang yang mulutnya samar-samar berkedut
menyuarakan Pasta Gigi Pasta Gigi Pasta Gigi. Sebagai pembalasan,
radio kereta memuntahkan banjir musik dari kaleng,
tembaga, perak, krom, dan kuningan. Orang-orang dihajar
sampai patuh, mereka tidak bisa lari ke mana pun; kereta udara
raksasa itu meluncur di terowongannya di bawah tanah.
“Bunga bakung di padang.”
“Denham’s.”
“Bunga bakung, kataku!”
Orang-orang menatapnya.
“Panggil penjaga.”
“Orang itu sudah gi…“
“Knoll View!”
Kereta mendesis sampai berhenti.
“Knoll View!” Teriakan.
“Denham.” Bisikan.
Mulut Montag hampir tak bergerak. “Bunga bakung...”
Pintu kereta bersiul membuka. Montag berdiri. Pintu
terbuka, dan menutup cepat. Baru saat itulah dia melompat
melewati penumpang-penumpang lain sambil menjerit
dalam hati, melesat melewati pintu yang meluncur tepat
sebelum menutup. Dia berlari di ubin putih melewati
terowongan-terowongan, tak mengacuhkan eskalator
karena dia ingin merasakan kakinya bergerak, lengannya
101
berayun, paru-parunya mengencang, mengendur, merasakan
kerongkongannya perih terkena udara. Sebuah suara melayang
mengikutinya, “Denham Denham Denham,” kereta mendesis
seperti ular. Kereta lenyap di dalam lubangnya.
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Siapa?”
“Montag di sini.”
“Kau mau apa?”
“Biarkan aku masuk.”
“Aku tidak berbuat apa-apa!”
“Aku sendirian, sialan!”
“Kau bersumpah?”
“Aku bersumpah!”
Pintu depan terbuka pelan-pelan. Faber mengintip keluar,
tampak sangat tua dalam cahaya dan amat rapuh dan sangat
ketakutan. Pria tua itu seperti sudah bertahun-tahun tidak
keluar rumah. Dia mirip sekali dengan tembok-tembok gips
putih di dalam. Ada warna putih di kulit mulut dan pipinya,
rambutnya putih dan matanya sudah pudar, dengan warna
putih dalam kebiruan samar. Lalu matanya hinggap pada
buku di tangan Montag, dan dia tidak tampak begitu tua lagi,
juga tidak begitu rapuh. Perlahan-lahan ketakutannya menghilang.
“Maaf. Kita harus berhati-hati.”
Dia memandang buku yang dikepit Montag dan tidak bisa
berhenti. “Berarti benar.”
Montag melangkah masuk. Pintu ditutup.
“Duduklah.” Faber mundur, seakan takut buku itu lenyap
102
www.bacaan-indo.blogspot.com
kalau dia berhenti memandangnya. Di belakangnya, pintu
kamar tidur terbuka, dan di dalam kamar itu, banyak sekali
mesin dan perkakas baja berserakan di meja. Montag hanya
melihat sekilas, karena begitu Faber melihat perhatiannya
teralihkan, dia cepat-cepat berbalik dan menutup pintu kamar
mandi, dan berdiri sambil memegangi kenop pintu dengan
tangan gemetaran. Pandangannya kembali, dengan takuttakut,
ke arah Montag, yang sekarang duduk dengan buku itu
di pangkuannya. “Buku itu—di mana kau…?”
“Aku mencurinya.”
Untuk pertama kali, Faber mendongak dan melihat lurus
ke wajah Montag. “Kau berani.”
“Tidak,” sahut Montag. “Istriku sekarat. Seorang temanku
sudah mati. Seseorang yang mungkin dulu temanku dibakar
tidak sampai 24 jam yang lalu. Hanya kau orang yang kukenal
yang mungkin bisa membantuku. Melihat. Melihat...”
Tangan Faber di lututnya terasa gatal. “Boleh kulihat?”
“Maaf.” Montag menyodorkan buku itu kepadanya.
“Sudah lama. Aku bukan orang religius. Tetapi sudah
lama.” Faber membolak-balik halaman buku, sesekali berhenti
untuk membaca. “Masih sebagus yang kuingat. Ya Tuhan,
betapa mereka telah mengubahnya di ‘ruang-ruang duduk’
kita zaman sekarang ini. Kristus adalah anggota ‘keluarga’ sekarang.
Aku sering bertanya-tanya apakah Tuhan mengenali
putraNya sendiri setelah mereka mengagung-agungkannya
seperti itu, atau malah merendahkannya? Dia seperti permen
saja sekarang, serba manis dan muluk kalau tidak sedang menyebut-nyebut
produk komersial tertentu secara terselubung,
yang pasti diperlukan semua penyembah.” Faber mengendus
buku itu. “Tahukah kau, bau buku seperti pala atau rempah-rempah
dari negeri asing? Waktu kecil, aku suka sekali
103
www.bacaan-indo.blogspot.com
menciumi bau buku. Astaga, dulu banyak sekali buku indah,
sebelum kita membiarkan mereka hilang.” Faber membalikbalik
halaman buku. “Mr. Montag, kau sedang memandang
seorang pengecut. Dulu sekali, aku sudah melihat arah keadaan.
Aku tidak mengatakan apa-apa. Aku salah satu orang
tak bersalah yang seharusnya bisa angkat suara ketika tidak
ada yang mau mendengarkan mereka yang ‘bersalah,’ tapi
aku tidak berbicara, karena itu aku pun bersalah. Dan ketika
akhirnya mereka menetapkan struktur untuk membakar
buku, menggunakan para pemadam kebakaran, aku mendengus
beberapa kali dan berhenti, karena pada waktu itu sudah
tidak ada orang lain yang mendengus atau berteriak bersamaku.
Sekarang, sudah terlambat.” Faber menutup Alkitab.
“Yah—bagaimana kalau kau bercerita, kenapa kau datang ke
sini?”
“Tidak ada lagi yang mendengarkan. Aku tidak bisa berbicara
kepada tembok karena tembok-tembok itu meneriaki
aku. Aku tidak bisa berbicara kepada istriku; dia mendengarkan
tembok. Aku hanya menginginkan seseorang untuk
mendengar perkataanku. Dan mungkin kalau aku berbicara
cukup lama, perkataanku akan mulai masuk akal. Dan aku
ingin kau mengajarku memahami apa yang kubaca.”
Faber mengamati wajah Montag yang kurus dan pipinya
yang kebiruan. “Bagaimana kau sampai terguncang? Apa
yang membuatmu ragu-ragu?”
“Entah. Kami memiliki segala yang kami perlukan untuk
berbahagia, tapi kami tidak bahagia. Ada yang kurang. Aku
melihat berkeliling. Satu-satunya yang aku tahu pasti sudah
tidak ada adalah buku-buku yang kubakar selama sepuluh
atau dua belas tahun ini. Jadi, kupikir mungkin buku bisa
membantu.”
104
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Kau terlalu berpikiran romantis,” kata Faber. “Lucu,
sebetulnya, seandainya keadaan tidak begitu serius. Bukan
buku yang kaubutuhkan, melainkan beberapa hal yang
dulu ada di dalam buku. Hal-hal yang sama bisa saja ada di
‘keluarga-keluarga ruang duduk’ hari ini. Detail dan kesadaran
tak berbatas yang sama bisa dipancarkan melalui radio dan
televisor, tetapi tidak ada. Tidak, tidak, sama sekali bukan
buku yang kaucari! Carilah di mana saja, dalam piringanpiringan
hitam tua, ilm-ilm lama, dan teman-teman lama;
carilah dalam alam dan carilah di dalam dirimu sendiri. Buku
hanyalah satu jenis wadah tempat kita menyimpan banyak
hal yang tidak ingin kita lupakan. Buku sama sekali tidak
ada ajaibnya. Keajaiban itu hanya ada di dalam apa yang
disampaikan buku-buku itu, bagaimana mereka menjahit
petak-petak semesta menjadi satu kain untuk kita. Tentu saja
kau tidak mungkin tahu ini, tentu saja kau masih tak bisa
memahami maksudku sewaktu aku mengatakan semua ini.
Secara naluriah, kau benar, itulah yang penting. Ada tiga hal
yang kurang.
“Nomor satu: Tahukah kau mengapa buku-buku seperti
ini begitu penting? Karena mereka memiliki kualitas. Dan
apa arti kualitas itu? Bagiku, artinya tekstur. Buku ini memiliki
pori-pori. Memiliki banyak sisi. Buku ini bisa ditelaah di
bawah mikroskop. Kau akan menemukan kehidupan di bawah
lensa mikroskop, yang mengalir lewat, banyak sekali tak
habis-habis. Semakin banyak porinya, semakin tepat detaildetail
hidup per sentimeter persegi yang bisa kaucatat pada
selembar kertas, semakin ‘menyastra’ juga dirimu. Pokoknya,
itu deinisiku. Detail yang penting. Detail yang segar. Penulis
yang bagus sering menyentuh kehidupan. Penulis yang biasabiasa
saja hanya mengusapnya sekilas. Penulis yang buruk
105
www.bacaan-indo.blogspot.com
memerkosa kehidupan dan membiarkannya menjadi makanan
lalat.
“Jadi, mengertikah kau sekarang, mengapa buku dibenci
dan ditakuti? Buku memperlihatkan pori-pori di wajah kehidupan.
Orang-orang yang nyaman hanya menginginkan wajah
mulus, tak berpori, tak berbulu, tak berekspresi. Kita hidup
pada masa ketika bunga berusaha hidup dari bunga lain,
bukannya tumbuh dari hujan yang cukup dan tanah humus
hitam. Petasan sekalipun, meski amat cantik, berasal dari reaksi
kimia bumi. Tetapi entah kenapa kita menyangka kita
bisa tumbuh, makan dari bunga dan petasan, tanpa melengkapi
siklus kembali kepada realita. Tahukah kau legenda Herkules
dan Anteus, pegulat raksasa itu, yang kekuatannya luar
biasa asalkan dia berdiri teguh di muka bumi? Tetapi ketika
dia diangkat ke udara oleh Herkules, sehingga kakinya tidak
lagi menapak bumi, dia pun tewas dengan mudah. Kalau tidak
ada suatu makna dalam legenda itu bagi kita hari ini, di
kota ini, pada zaman kita ini, berarti aku sudah benar-benar
tidak waras. Nah, itulah hal pertama yang kita butuhkan.
Kualitas, tekstur informasi.”
“Dan yang kedua?”
“Waktu bersantai.”
“Oh, tapi kami punya banyak waktu bersantai.”
“Waktu senggang, ya. Tapi waktu untuk berpikir? Kalau
kau tidak menyetir dengan kecepatan 160 kilometer per jam,
begitu cepat sehingga kau tidak bisa memikirkan apa-apa selain
bahaya, maka kau bermain atau duduk di kamar, tidak
bisa berbantah dengan televisor empat tembok. Mengapa?
Televisor itu ‘sungguhan.’ Ada di depanmu, dan berdimensi.
Televisor itu mendiktekan apa yang harus kaupikirkan dan
menyuarakannya keras-keras. Berarti dia pasti benar. Kelihat-
106
www.bacaan-indo.blogspot.com
annya sangat benar. Dia mengantarmu begitu cepat ke kesimpulan-kesimpulannya
sendiri sehingga otakmu tidak sempat
memprotes, ‘Omong kosong!’”
“Hanya ‘keluarga’ yang ‘orang.’”
“Maaf?”
“Istriku berkata buku tidak ‘sungguhan.’”
“Syukurlah. Kau bisa menutup buku dan berkata, ‘Tunggu
sebentar.’ Kau bersikap seperti Tuhan terhadap buku.
Tapi siapa yang bisa melepaskan diri dari cengkeraman yang
menjeratmu ketika kau menjatuhkan benih di ruang duduk
TV? Televisor itu menumbuhkan bentuk apa pun yang diinginkannya
terhadapmu! Tontonan itu lingkungan yang
sama nyata dengan dunia sungguhan. Tontonan itu menjadi
dan adalah kebenaran. Buku bisa dikalahkan dengan logika.
Tetapi dengan segenap pengetahuan dan skeptisismeku, aku
belum pernah bisa berdebat dengan orkes simfoni yang terdiri
atas seratus alat musik, berwarna, tiga dimensi, dan yang
berada di dalam dan menjadi bagian dari ruang-ruang duduk
yang luar biasa itu. Sebagaimana kaulihat, ruang dudukku
tidak lebih dari empat tembok gips. Dan di sini.” Dia menunjukkan
dua penyumbat telinga kecil dari karet. “Untuk
telingaku, tiap kali aku naik jet bawah tanah.”
“Pasta Gigi Denham; mereka tidak bekerja, dan tidak memintal,”
kata Montag dengan mata terpejam. “Ke mana kita
dari sini? Apakah buku akan membantu kita?”
“Hanya kalau hal ketiga yang diperlukan bisa diberikan
kepada kita. Nomor satu, seperti kataku tadi, adalah kualitas
informasi. Nomor dua: waktu bersantai untuk mencernanya.
Dan nomor tiga: hak untuk melaksanakan tindakan-tindakan
berdasarkan apa yang kita pelajari dari interaksi nomor satu
dan nomor dua. Dan menurutku seorang pria yang sangat tua
107
www.bacaan-indo.blogspot.com
dan seorang petugas kebakaran yang mulai meragukan hidupnya
tidak bisa berbuat banyak dalam kondisi sudah sangat
terlambat ini...”
“Aku bisa mendapatkan buku-buku.”
“Kau mengambil risiko.”
“Itulah bagusnya kalau kita sekarat; karena sudah tidak
rugi apa-apa lagi, kita bisa mengambil risiko apa saja yang
kita inginkan.”
“Nah, ucapanmu itu menarik,” ujar Faber sambil tertawa,
“tanpa membacanya dulu!”
“Apakah hal-hal seperti itu ada di dalam buku? Tapi perkataan
itu muncul begitu saja di dalam benakku!”
“Lebih bagus lagi. Kau tidak menghiasnya agar terdengar
lebih keren untukku atau siapa pun, bahkan untuk dirimu
sendiri.”
Montag mencondongkan tubuh ke depan. “Tadi siang aku
berpikir, kalau buku-buku itu memang berharga, kita mungkin
bisa mencari mesin cetak dan mencetak beberapa jilid lagi…“
“Kita?”
“Kau dan aku.”
“Oh, tidak!” Faber duduk tegak.
“Tapi biar kujelaskan dulu rencanaku…“
“Kalau kau memaksa menjelaskannya, aku harus memintamu
pergi.”
“Tapi apakah kau tidak tertarik?”
“Tidak kalau kau memulai omongan yang mungkin akan
membuatku dibakar. Satu-satunya jalan aku mungkin bersedia
mendengarkanmu adalah kalau… entah bagaimana… struktur
petugas kebakaran itu sendiri bisa dibakar. Kalau kau menyarankan
kita mencetak buku dan menyembunyikannya di
markas-markas pembakaran di seluruh negara ini, sehingga
108
www.bacaan-indo.blogspot.com
benih-benih kecurigaan tersebar di antara para penggila api
itu, barulah aku akan bilang, bravo!”
“Sembunyikan buku-buku di tempat yang bisa ditemukan,
laporkan alarm, dan saksikan markas-markas pembakaran
dibakar, itukah maksudmu?”
Faber menaikkan alis dan memandang Montag, seakanakan
sedang melihat seorang yang baru. “Aku hanya bercanda
tadi.”
“Kalau menurutmu rencana itu pantas dicoba, aku percaya
saja padamu bahwa itu mungkin berguna.”
“Kau tidak bisa menjamin hal-hal seperti itu! Bagaimanapun,
saat kita memiliki semua buku yang kita butuhkan, kita
masih bersikeras mencari tebing tertinggi untuk melompat.
Tapi kita memang perlu beristirahat sebentar. Kita memang
membutuhkan pengetahuan. Dan mungkin seribu tahun
lagi, kita bisa memilih tebing-tebing yang lebih kecil untuk
melompat. Buku-buku ada untuk mengingatkan kita betapa
dungunya kita ini. Mereka adalah pengawal khusus Caesar,
yang berbisik saat pawai meraung di sepanjang jalan, ‘Ingat,
Caesar, Anda manusia yang bisa mati.’ Sebagian besar orang
tidak bisa berlari ke sana-sini, berbicara dengan semua orang,
mengetahui semua kota di dunia, kita tidak punya waktu,
uang, atau teman sebanyak itu. Hal-hal yang kaucari, Montag,
ada di dunia ini, tetapi 99 persen di antaranya hanya bisa
kaualami di dalam buku, itu satu-satunya cara bagi orang
rata-rata. Jangan meminta jaminan. Dan jangan mencari
keselamatan dari satu hal, orang, mesin, atau perpustakaan
mana pun. Selamatkan dirimu sendiri, dan kalau kau tenggelam,
setidaknya matilah dengan mengetahui bahwa kau menuju
pantai.”
Faber berdiri dan mulai mondar-mandir di ruangan itu.
109
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Jadi, bagaimana?” tanya Montag.
“Kau benar-benar serius?”
“Sangat serius.”
“Harus kuakui, itu rencana yang sangat licik, .” Faber melihat
ke arah pintu kamar tidurnya dengan gugup. “Melihat
markas-markas pembakaran terbakar di seluruh negeri, dihancurkan
sebagai sarang pengkhianatan terhadap negara. Si
salamander melahap ekornya sendiri! Ho, Tuhan!”
“Aku punya daftar tempat tinggal para petugas kebakaran
di mana-mana. Dengan semacam kedok…“
“Kau tidak boleh memercayai orang, itulah bagian kotornya.
Kau dan aku dan siapa lagi yang akan menyalakan api?”
“Apakah tidak ada profesor-profesor lain seperti dirimu,
mantan penulis, sejarahwan, ahli bahasa...?”
“Yang sudah mati atau uzur?”
“Makin tua makin baik; mereka akan luput dari perhatian.
Kau tahu puluhan orang, akuilah!”
“Oh, aktor-aktor saja banyak yang sudah bertahun-tahun
tidak memerankan Pirandello atau Shaw atau Shakespeare karena
drama-drama mereka terlalu sadar akan dunia. Kita bisa
memanfaatkan amarah mereka. Dan kita bisa menggunakan
murka jujur para sejarahwan yang sudah empat puluh tahun
tidak menuliskan satu kalimat pun. Benar, kita bisa mengadakan
kelas yang mengajarkan berpikir dan membaca.”
“Ya!”
“Tetapi itu hanya mengerikiti pinggiran masalahnya. Seluruh
kultur ini sudah rusak. Kerangkanya perlu dilelehkan dan
dibentuk ulang. Demi Tuhan, ini tidak sekadar memungut
buku yang kauletakkan setengah abad yang lalu. Ingatlah,
para petugas kebakaran jarang sekali diperlukan. Masyarakat
berhenti membaca atas kemauan mereka sendiri. Kalian para
110
www.bacaan-indo.blogspot.com
petugas kebakaran sesekali menyediakan tontonan, membakar
bangunan-bangunan, dan orang-orang berkerumun untuk
menyaksikan kobaran api yang indah, tetapi sebenarnya
ini cuma atraksi sampingan kecil, dan hampir tak diperlukan
untuk menjaga ketertiban. Sedikit sekali orang yang masih
ingin memberontak. Dan di antara sedikit orang itu, sebagian
besar, seperti aku sendiri, mudah ditakut-takuti. Bisakah kau
menari lebih cepat daripada Badut Putih, berteriak lebih keras
daripada ‘Mr. Gimmick’ dan ‘keluarga-keluarga’ di ruang
duduk? Kalau bisa, rencanamu akan terwujud, Montag. Yang
pasti, kau ini bodoh. Orang-orang senang, kok.”
“Bunuh diri! Membunuh!”
Selama mereka berbicara, pertempuran antara pesawatpesawat
pengebom terus bergeser ke timur, dan baru sekarang
keduanya berhenti dan mendengarkan, merasakan bunyi jet
membahana bergetar di dalam diri mereka sendiri.
“Sabar, Montag. Biarkan perang mematikan ‘keluargakeluarga’
itu. Peradaban kita sudah mulai membanting dirinya
sendiri sampai pecah berkeping-keping. Mundurlah dari
proses seleksi ini.”
“Harus ada orang yang siap ketika semua ini meledak.”
“Apa? Orang-orang yang mengutip Milton? Yang mengatakan,
aku ingat Sophocles? Mengingatkan mereka yang selamat
bahwa manusia juga punya sisi baik? Mereka hanya akan
memunguti batu untuk melempari satu sama lain. Montag,
pulanglah. Tidurlah. Untuk apa menyia-nyiakan jam-jam
terakhir hidupmu dengan berpacu di dalam sangkarmu, menyangkal
bahwa kau ini tupai?”
“Berarti kau tidak peduli lagi?”
“Aku begitu peduli sampai-sampai aku sakit.”
“Dan kau tidak mau membantuku?”
111
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Selamat malam, selamat malam.”
Tangan Montag memungut Alkitab itu. Dia melihat apa
yang dilakukan tangannya, dan tampak terkejut.
“Bagaimana kalau ini kauambil saja?”
Kata Faber, “Aku rela mengorbankan lengan kananku.”
Montag berdiri dan menunggu hal berikutnya terjadi.
Tangannya bergerak sendiri, seperti dua orang yang bekerja
bersama-sama, dan mulai menyobeki halaman-halaman buku
itu. Tangannya mencabik lembar kosong paling depan, lalu
halaman pertama, lalu halaman kedua.
“Bodoh, apa yang kaulakukan!” Faber melompat berdiri,
seakan baru dipukul. Dia menerkam Montag. Montag mendorongnya
dan membiarkan tangannya terus bekerja. Enam
lembar lagi jatuh ke lantai. Dia memungut kertas-kertas itu
dan meremasnya di bawah tatapan Faber.
“Jangan, oh, jangan!” ujar pria tua itu.
“Siapa yang bisa melarangku? Aku petugas kebakaran.
Aku bisa membakarmu!”
Pria tua itu berdiri dan menatapnya. “Kau tidak akan melakukannya.”
“Aku bisa saja!”
“Buku itu. Jangan disobek lagi.” Faber terenyak ke
kursi, wajahnya pucat pasi, mulutnya gemetaran. “Jangan
membuatku merasa lebih letih lagi. Apa yang kauinginkan?”
“Aku ingin kau mengajarku.”
“Baiklah, baiklah.”
Montag meletakkan buku itu. Dia mulai membuka lembar-lembar
yang tadi diremasnya dan meratakannya, sementara
pria tua itu memperhatikannya dengan letih.
Faber menggeleng, seakan baru bangun.
112
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Montag, apakah kau punya uang?”
“Sedikit. Empat, lima ratus dolar. Kenapa?”
“Bawalah. Aku kenal orang yang mencetakkan koran universitas
kami setengah abad yang lalu. Tahun itu aku masuk
kelas pada awal semester baru dan mendapati hanya satu mahasiswa
mendaftar untuk kelas Drama dari Aeschylus hingga
O’Neill. Kau mengerti? Betapa mirip dengan patung es yang
indah, meleleh terkena sinar matahari. Aku ingat korankoran
berguguran seperti ngengat-ngengat raksasa. Tidak ada
yang menginginkan koran-koran itu kembali. Tidak ada yang
merindukan mereka. Lalu ketika Pemerintah melihat betapa
menguntungkan kalau orang-orang hanya membaca tentang
kisah asmara dan baku hantam, mereka mengukuhkan situasi
ini dengan para pemakan apimu itu. Jadi, Montag, ada
tukang cetak yang menganggur. Kita bisa memulai beberapa
buku, dan menunggu perang untuk mendobrak jalan hidup
yang sudah mengakar ini, dan memberi dorongan yang kita
perlukan. Beberapa bom, dan ‘keluarga-keluarga’ di temboktembok
rumah akan tutup mulut, seperti tikus! Dalam keheningan
itu, bisikan kita mungkin akan terdengar.”
Keduanya berdiri memandangi buku di meja.
“Aku sudah mencoba mengingatnya,” kata Montag. “Tapi
langsung hilang begitu aku menoleh. Ya Tuhan, aku ingin
sekali mengatakan sesuatu pada Kapten. Dia sudah cukup
banyak membaca, jadi dia selalu bisa menjawab semua pertanyaan,
atau kelihatannya bisa menjawab. Suaranya lembut.
Aku khawatir dia akan membujukku agar kembali seperti
dulu lagi dengan omongannya. Baru seminggu yang lalu, aku
berpikir, sambil memompa slang bensin: Wah, asyik sekali!”
Pria tua itu mengangguk. “Mereka yang tidak memba-
113
www.bacaan-indo.blogspot.com
ngun harus membakar. Cerita tua, sama tuanya dengan sejarah
dan anak berandalan.”
“Jadi, itulah aku.”
“Setiap orang sedikit banyak seperti itu.”
Montag beranjak ke pintu depan. “Bisakah kau membantuku
dengan cara apa saja malam ini, dengan Kapten? Aku
perlu payung untuk menghindari hujan. Aku takut akan
tenggelam kalau dia berhasil memengaruhiku lagi.”
Pria tua itu tidak mengatakan apa-apa, hanya melirik sekali
lagi, dengan gugup, ke kamar tidurnya. Montag menangkap
lirikannya itu. “Kenapa?”
Pria tua itu menarik napas panjang, menahannya, lalu
mengembuskannya. Dia menarik napas lagi, dengan mata
terpejam dan mulut tegang, dan akhirnya mengembuskan
napas. “Montag...”
Pria tua itu akhirnya berbalik dan berkata, “Ikutlah. Sebetulnya
aku sudah akan membiarkanmu berjalan keluar dari
rumahku tadi. Aku memang pengecut tua yang bodoh.”
Faber membuka pintu kamar tidur dan mengajak Montag
masuk ke sebuah kamar kecil; di sana ada meja, di atasnya
ada sejumlah perkakas logam, bergeletakan di antara bermacam-macam
kawat setipis rambut, kumparan-kumparan mungil,
spul dan kristal.
“Apa ini?” tanya Montag.
“Bukti bahwa aku luar biasa pengecut. Sudah bertahuntahun
aku hidup sendirian, melemparkan gambar-gambar ke
tembok-tembok dengan imajinasiku. Mengotak-atik elektronika,
transmisi radio, itulah hobiku sejak dulu. Sifat pengecutku
begitu kuat, menunjang semangat revolusioner yang
hidup dalam bayangannya, sehingga aku terpaksa merancang
ini.”
114
www.bacaan-indo.blogspot.com
Dia memungut benda logam hijau kecil yang tidak lebih
besar daripada peluru berkaliber .22.
“Aku membayar semua ini—dengan apa? Bermain saham,
tentu saja, perlindungan terakhir di dunia bagi orang intelek
berbahaya yang menganggur. Yah, aku memainkan pasar dan
membangun semua ini, dan aku menunggu. Dengan gemetaran
aku menunggu lama sekali, menunggu seseorang berbicara
denganku. Aku tidak berani berbicara dengan siapa
pun. Hari itu, di taman, waktu kita duduk bersama, aku tahu
suatu hari kau mungkin akan singgah, entah membawa api
atau persahabatan, sulit ditebak. Sudah berbulan-bulan benda
kecil ini siap. Tapi aku hampir membiarkanmu pergi tadi, saking
takutnya aku!”
“Kelihatannya seperti Radio Seashell.”
“Dan lebih dari itu! Benda ini bisa mendengarkan! Kalau
kau memasangnya di telingamu, Montag, aku bisa duduk
nyaman di rumah, menghangatkan tulang-tulangku yang
ketakutan, mendengar dan menganalisis dunia para petugas
kebakaran, menemukan kelemahan-kelemahannya, tanpa
menghadang bahaya. Aku Ratu Lebah yang aman di sarang.
Kau menjadi lebah pekerja, telinga yang berkeliaran. Akhirnya,
aku bisa menyebarkan telinga ke semua bagian kota, dengan
banyak orang, mendengarkan dan mengevaluasi. Kalau
para lebah pekerja mati, aku masih aman di rumah, memelihara
ketakutanku dengan kenyamanan maksimal dan risiko
minimal. Kaulihat betapa kecil bahaya yang kuhadapi, betapa
hinanya aku?”
Montag memasukkan peluru hijau itu ke dalam telinganya.
Pria tua itu memasukkan benda serupa ke dalam telinganya
sendiri dan menggerakkan bibirnya.
“Montag!”
115
Suara itu terdengar di dalam kepala Montag.
“Aku mendengarmu!”
Pria tua itu tertawa. “Kau juga terdengar jelas!” Faber berbisik,
tetapi suara di dalam kepala Montag jelas. “Pergilah ke
pangkalan kalau sudah waktunya. Aku akan mengikutimu.
Kita dengarkan Kapten Beatty ini bersama-sama. Bisa saja
dia salah satu dari kita. Siapa tahu. Aku akan mengajarmu
apa yang harus kaukatakan. Akan kita tampilkan pertunjukan
bagus untuknya. Apakah kau membenciku karena kepengecutan
elektronikku ini? Lihat, ini aku mengutusmu ke
dalam malam, sedangkan aku tetap di belakang layar dengan
memasang telinga agar kepalamu yang dipenggal.”
“Kita semua punya tugas masing-masing,” kata Montag.
Dia meletakkan Alkitab di tangan pria tua itu. “Ini. Aku
akan mencoba mengembalikan buku lain untuk menggantikannya.
Besok…“
“Aku akan menemui tukang cetak yang menganggur itu,
ya; setidaknya itu bisa kulakukan.”
“Selamat malam, Profesor.”
“Bukan selamat malam. Aku akan menyertaimu selama
sisa malam ini, seperti nyamuk cuka yang menggelitik kupingmu
waktu kau membutuhkan aku. Tetapi pokoknya, selamat
malam dan semoga berhasil.”
Pintu dibuka dan ditutup. Montag berada di jalan gelap
lagi, memandangi dunia.
www.bacaan-indo.blogspot.com
* * *
Kau bisa merasakan perang bersiap-siap di langit malam itu.
Dari cara awan-awan bergerak menyingkir lalu kembali, dan
116
www.bacaan-indo.blogspot.com
dari jutaan bintang yang berenang di antara awan-awan, seperti
piringan-piringan musuh, dan perasaan bahwa langit
mungkin akan runtuh menimpa kota dan mengubahnya
menjadi debu kapur, dan bulan dilalap api merah; begitulah
malam itu rasanya.
Montag berjalan dari kereta bawah tanah dengan uang di
sakunya (dia baru mampir ke bank yang buka sepanjang malam
tiap malam, dilayani teller robot), dan sambil berjalan,
dia mendengarkan Radio Seashell di satu telinganya... “Kita
telah memobilisasi satu juta orang. Kemenangan pasti segera
kita raih bila perang datang...” Musik dengan cepat mengguyur
suara itu, dan suara itu pun lenyap.
“Sepuluh juta orang dimobilisasi,” suara Faber berbisik di
telinga satunya. “Tapi katakan saja satu juta. Biar lebih gembira.”
“Faber?”
“Ya?”
“Aku tidak berpikir. Aku hanya melakukan perintah,
seperti biasa. Kau menyuruhku mengambil uang, dan aku
mengambilnya. Aku tidak benar-benar memikirkannya sendiri.
Kapan aku akan mulai memikirkan segala sesuatu sendiri?”
“Kau sudah mulai, dengan mengatakan apa yang baru saja
kaukatakan. Kau harus percaya saja padaku.”
“Aku juga percaya saja pada yang lain!”
“Ya, dan lihat arah mana yang kita tuju. Kau harus berjalan
tanpa melihat untuk beberapa waktu. Ini tanganku, untuk
kaupegang.”
“Aku tidak ingin berpindah ke pihak lain, lalu hanya
disuruh-suruh. Buat apa pindah kalau hanya seperti itu.”
“Cepat sekali kau menjadi bijaksana!”
117
Montag merasa kakinya menggerakkannya ke trotoar, ke
arah rumahnya. “Teruslah berbicara.”
“Bagaimana kalau aku membaca? Aku akan membaca
agar kau bisa ingat. Aku hanya tidur lima jam tiap malam.
Tidak ada kegiatan. Kalau kau mau, aku akan membaca untukmu
sampai kau tertidur tiap malam. Kata orang, kau menyerap
pengetahuan sekalipun sedang tidur, kalau ada yang
membisikkannya di telingamu.”
“Ya.”
“Ini.” Jauh di seberang kota di tengah malam, terdengar
bisikan samar halaman buku yang dibalik. “Kitab Ayub.”
Bulan bangkit di langit sementara Montag berjalan, bibirnya
bergerak sedikit saja.
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
Dia sedang makan malam pada pukul sembilan ketika pintu
depan berteriak di lorong, dan Mildred berlari dari ruang
duduk, seperti suku pribumi yang melarikan diri dari letusan
Gunung Vesuvius. Mrs. Phelps dan Mrs. Bowles masuk dari
pintu depan dan menghilang ke dalam mulut gunung berapi
itu dengan tangan membawa martini. Montag berhenti makan.
Mereka seperti lampu gantung kristal mengerikan yang
berdenting seribu kali, dia melihat senyuman menyeringai
lebar yang berkobar menembus tembok-tembok rumah, dan
sekarang mereka menjerit-jerit satu sama lain, mengalahkan
hiruk-pikuk di sana.
Montag berdiri di ambang pintu ruang duduk, dengan makanan
masih di dalam mulutnya.
“Semuanya kelihatan cantik, ya!”
118
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Cantik.”
“Kau tampak sehat, Millie!”
“Sehat.”
“Semua tampak senang.”
“Senang.”
Montag berdiri sambil menonton mereka.
“Sabar,” bisik Faber.
“Aku seharusnya tidak di sini,” bisik Montag, seperti berbicara
sendiri. “Aku seharusnya dalam perjalanan kembali ke
tempatmu dengan uang itu.”
“Besok juga bisa. Hati-hati!”
“Acara ini luar biasa, kan?” seru Mildred.
“Luar biasa!”
Di satu tembok, seorang wanita tersenyum sambil meminum
jus jeruk. Bagaimana dia bisa melakukan kedua hal
itu sekaligus, pikir Montag, seperti orang gila. Di temboktembok
lain, rontgen wanita yang sama menunjukkan perjalanan
sempit minuman menyegarkan itu ke perutnya yang
kegirangan! Tiba-tiba saja kamar itu lepas landas seperti roket,
melesat ke awan-awan, lalu terjun ke laut hijau limau
tempat ikan biru memakan ikan merah dan kuning. Semenit
kemudian, Tiga Badut Kartun Putih saling memotong tungkai-tungkai
dengan diiringi gelombang gelak tawa membahana.
Dua menit lagi, dan ruangan itu melesat ke luar kota,
ke mobil-mobil jet yang kebut-kebutan mengitari arena, bertabrakan
dan mundur dan bertabrakan lagi. Montag melihat
beberapa tubuh beterbangan di udara.
“Millie, apakah kau melihat itu?”
“Aku melihatnya, aku melihatnya!”
Montag merogoh ke dalam tembok ruang duduk dan menarik
saklar utama. Gambar-gambar itu memudar dan hi-
119
www.bacaan-indo.blogspot.com
lang, seperti air yang disedot dari mangkuk kristal raksasa
berisi ikan-ikan yang histeris.
Ketiga wanita itu perlahan-lahan menoleh dan memandang
Montag dengan rasa jengkel dan tak suka yang tidak
mereka sembunyikan.
“Menurut kalian, kapan perang akan dimulai?” kata Montag.
“Kulihat suami-suami kalian tidak di sini malam ini.”
“Oh, mereka datang dan pergi, datang dan pergi,” kata
Mrs. Phelps. “Masuk lagi keluar lagi terserahlah, Angkatan
Darat menghubungi Pete kemarin. Dia akan kembali minggu
depan. Itu kata mereka. Perangnya cepat. Empat puluh delapan
jam kata mereka, lalu semua pulang. Itu kata mereka.
Perangnya cepat. Pete dipanggil kemarin dan mereka bilang
dia akan kembali minggu depan. Perangnya...”
Ketiga wanita itu bergerak-gerak gelisah dan memandang
tembok-tembok berwarna lumpur yang kosong itu dengan
gugup.
“Aku tidak khawatir,” kata Mrs. Phelps. “Biar Pete saja
yang khawatir.” Dia cekikikan. “Akan kubiarkan Pete saja
yang khawatir. Aku tidak. Aku tidak khawatir.”
“Kata mereka, selalu suami orang lain yang mati.”
“Aku juga pernah dengar itu. Aku belum pernah kenal
orang mati yang tewas dalam perang. Tewas karena meloncat
dari bangunan, ya, seperti suami Gloria minggu lalu, tapi karena
perang? Tidak.”
“Tidak karena perang,” ujar Mrs. Phelps. “Pokoknya, aku
dan Pete selalu bilang, tidak usah menangis, tidak usah seperti
itu. Ini pernikahan ketiga kami dan kami mandiri. Mandirilah,
kami selalu bilang. Dia bilang, kalau aku mati, kau
teruskan saja hidup dan jangan menangis, tapi menikahlah
lagi, dan jangan pikirkan aku.”
120
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Aku jadi teringat,” kata Mildred. “Apakah kalian menonton
kisah cinta lima menit Clara Dove tadi malam di tembok
kalian? Nah, ceritanya tentang wanita yang…“
Montag diam saja, hanya berdiri memandangi wajah ketiga
wanita itu, seperti dulu dia memandangi wajah orang-orang
suci di gereja asing yang dimasukinya waktu dia masih kecil.
Wajah makhluk-makhluk berlapis enamel itu tidak berarti
baginya, meskipun dia berbicara kepada mereka dan berdiri
di gereja itu lama sekali, berusaha menjadi bagian dari agama
itu, berusaha mengetahui apa agama itu, berusaha menghirup
cukup banyak dupa mentah dan debu khusus tempat itu ke
dalam paru-parunya, lalu ke dalam darahnya, agar tersentuh
dan prihatin oleh makna pria-pria dan wanita-wanita berwarna-warni
dengan mata porselen dan bibir semerah darah
itu. Tapi tidak ada apa-apa, tidak ada apa-apa; rasanya sama
saja dengan berjalan-jalan di toko, dan mata uangnya terasa
aneh dan tak bisa dipakai di sana, dan hatinya dingin, bahkan
sewaktu dia menyentuh kayu dan gips dan tanah liat di sana.
Demikian pula sekarang, di ruang duduknya sendiri, di sana
wanita-wanita ini menggeliat di kursi di bawah tatapannya,
menyalakan rokok, meniup asap, menyentuh rambut mereka
yang dipanggang matahari dan mengamati kuku tangan mereka
yang membara seakan terbakar oleh pandangannya. Wajah
mereka kini seperti dihantui keheningan. Mereka mencondongkan
tubuh ke depan mendengar Montag menelan potongan
makanan terakhir. Mereka mendengarkan napasnya
yang memburu. Ketiga tembok kosong di ruangan itu seperti
kening-kening pucat raksasa-raksasa yang tidur, kosong dari
mimpi. Montag merasa kalau kau menyentuh ketiga kening
melompong ini, kau akan merasakan keringat asin yang halus
di ujung-ujung jarimu. Keringat menggenang tanpa bersuara,
121
www.bacaan-indo.blogspot.com
dan getaran tak terdengar di sekitar dan di dekat dan di dalam
para wanita itu membara penuh ketegangan. Sewaktu-waktu
mereka mungkin akan memperdengarkan desisan panjang
meletup-letup dan meledak.
Montag menggerakkan bibir.
“Ayo kita mengobrol.”
Wanita-wanita itu terlonjak dan menatap dengan tercengang.
“Bagaimana kabar anak-anakmu, Mrs. Phelps?” tanya
Montag.
“Kau tahu aku tidak punya anak! Tuhan tahu, tidak ada
orang waras yang mau punya anak!” jawab Mrs. Phelps, tidak
yakin mengapa dia marah kepada pria ini.
“Menurutku tidak,” kata Mrs. Bowles. “Aku pernah melahirkan
dua anak melalui operasi Caesar. Tidak ada gunanya
mengalami kesakitan hanya untuk punya bayi. Dunia harus
beranak-pinak, kau tahu, umat manusia harus terus ada. Lagi
pula, kadang-kadang mereka mirip denganmu, dan itu menyenangkan.
Dua operasi Caesar memberiku anak, benar.
Oh, dokterku berkata, tidak perlu operasi Caesar; pinggulmu
cukup lebar, semuanya normal, tapi aku memaksa.”
“Caesar atau tidak, anak-anak bisa membangkrutkan keluarga;
kau sudah gila,” tukas Mrs. Phelps.
“Sembilan dari sepuluh hari, aku menaruh anak-anak di
sekolah. Aku hanya perlu berurusan dengan mereka waktu
mereka pulang, tiga hari sebulan; tidak terlalu buruk, kok.
Bawa mereka ke ‘ruang duduk,’ dan nyalakan saklar. Seperti
mencuci baju; masukkan baju kotor dan tutup pintu.” Mrs.
Bowles terkikik. “Mereka tidak pernah marah, malah senang
sekali. Syukurlah, aku bisa bersantai!”
Ketiga wanita itu tertawa, memperlihatkan lidah.
122
www.bacaan-indo.blogspot.com
Mildred duduk sebentar, lalu, ketika melihat Montag masih
di ambang pintu, dia menepukkan kedua tangannya. “Ayo
kita membicarakan politik, biar Guy senang!”
“Boleh juga,” kata Mrs. Bowles. “Aku ikut pemilihan yang
terakhir, seperti semua orang lain, dan aku memilih Presiden
Noble. Menurutku dia salah satu pria paling tampan yang
pernah menjadi presiden.”
“Oh, tapi orang yang mereka usung untuk menjadi saingannya!”
“Tidak begitu menarik, ya? Agak kecil dan biasa-biasa
saja, cukurannya tidak begitu rapi dan sisiran rambutnya juga
tidak bagus.”
“Apakah orang-orang ‘Outs itu sudah gila mengusungnya?
Mana bisa orang kecil pendek begitu bersaing dengan orang
jangkung. Lagi pula—bicaranya seperti bergumam. Aku hampir
tak pernah bisa mendengar omongannya. Dan apa yang
bisa kudengar, tidak bisa kumengerti!”
“Dia juga gendut, dan tidak berusaha mengatur pakaiannya
untuk menyembunyikan itu. Pantas saja Winston Noble
menang telak. Nama mereka juga membantu. Bandingkan
Winston Noble dengan Hubert Hoag selama sepuluh detik
saja, dan kau hampir bisa meramalkan hasilnya.”
“Sialan!” seru Montag. “Kalian tahu apa tentang Hoag
dan Noble!”
“Lho, mereka ada di tembok ruang duduk itu, tidak sampai
enam bulan lalu. Yang satu selalu mengupil; aku gemas
melihatnya.”
“Nah, Mr. Montag,” ujar Mrs. Phelps, “memangnya kau
mau kami memilih pria seperti itu?”
Wajah Mildred berseri. “Kau minggir saja dari pintu, Guy,
dan jangan membuat kami gugup.”
123
www.bacaan-indo.blogspot.com
Tetapi Montag sudah pergi, dan sebentar kemudian kembali
dengan membawa buku.
“Guy!”
“Sialan, sialan, sialan!”
“Kau membawa apa itu; bukankah itu buku? Kusangka
semua pelatihan khusus belakangan ini dilakukan dengan
ilm.” Mrs. Phelps mengerjapkan mata. “Kau sedang belajar
teori petugas kebakaran?”
“Teori, persetan,” kata Montag. “Ini puisi.”
“Montag.” Bisikan.
“Jangan ganggu aku!” Montag merasa dirinya berputar
dalam satu raungan dan desisan dan dengungan yang melingkar-lingkar
luas.
“Montag, tunggu, jangan...”
“Apakah kau mendengar mereka, apakah kau mendengar
monster-monster ini berbicara tentang monster-monster? Ya
Tuhan, cara mereka mengoceh tentang orang-orang dan anakanak
mereka sendiri dan diri mereka sendiri dan cara mereka
berbicara tentang suami-suami mereka dan tentang perang,
gila, aku berdiri di sana dan aku tidak bisa memercayainya!”
“Asal kau tahu, aku tidak mengucapkan sepatah kata pun
tentang perang tadi,” ujar Mrs. Phelps.
“Kalau puisi, aku benci puisi,” kata Mrs. Bowles.
“Apakah kau pernah mendengar puisi?”
“Montag,” suara Faber bernada keras. “Kau akan menghancurkan
segalanya. Diamlah, bodoh!”
Ketiga wanita itu berdiri.
“Duduk!”
Mereka duduk.
“Aku mau pulang,” kata Mrs. Bowles dengan suara gemetar.
“Montag, Montag, kumohon, demi Tuhan, apa yang akan
kaulakukan?” Faber memohon.
124
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Bagaimana kalau kaubacakan saja salah satu puisi dari
buku kecilmu itu.” Mrs. Phelps mengangguk. “Pasti sangat
menarik.”
“Tidak bisa,” Mrs. Bowles melolong. “Kita tidak boleh!”
“Yah, lihatlah Mr. Montag, dia ingin membacanya, aku
tahu itu. Dan kalau kita mendengarkan dengan baik, Mr.
Montag akan senang dan mungkin kita bisa melakukan hal
lain.” Dengan gugup dia melirik tembok-tembok panjang
yang kosong, yang memagari mereka.
“Montag, kalau kau melakukan ini, aku akan memutuskan
hubungan, dan aku akan pergi.” Kumbang itu menyodok
telinganya. “Apa gunanya ini, apa yang akan kaubuktikan!”
“Menakut-nakuti mereka, itu dia, membuat mereka setengah
mati ketakutan!”
Mildred memandangi udara kosong itu. “Guy, kau berbicara
dengan siapa?”
Sebatang jarum perak menusuk otak Montag. “Montag,
dengar, hanya ada satu jalan keluar, katakan ini cuma lelucon,
cepat cari alasan, dan berpura-puralah kau sama sekali tidak
gila. Lalu—berjalanlah ke mesin pembakar di tembokmu, dan
buang buku itu ke sana!”
Mildred sudah mengantisipasi ini dengan suara bergetar.
“Ibu-Ibu, setahun sekali, setiap petugas kebakaran diizinkan
membawa pulang satu buku, dari zaman dahulu, untuk menunjukkan
pada keluarga mereka betapa konyolnya buku itu,
betapa benda semacam itu bisa membuatmu gugup, membuatmu
gila. Kejutan Guy malam ini adalah membacakan satu
sampel pada kalian untuk menunjukkan betapa kacaunya
buku itu, agar tak satu pun dari kita harus repot-repot memusingkan
kepala dengan sampah itu lagi, benar kan, Sayang?”
Montag meremas buku itu.
125
“Katakan ‘ya.’”
Mulut Montag bergerak seperti mulut Faber:
“Ya.”
Mildred merebut buku itu sambil tertawa. “Ini! Bacakan
yang ini. Tidak, kutarik kembali. Ini yang lucu sekali itu,
yang kaubacakan tadi. Ibu-Ibu, kalian tak mungkin mengerti
sepatah kata pun. Bunyinya ‘tam-titam-titam’. Ayo, Guy, halaman
itu, Sayang.”
Montag memandangi halaman yang terbuka.
Seekor lalat menggerakkan sayap dengan lembut di dalam
telinganya. “Bacalah.”
“Apa judulnya, Sayang?”
“Pantai Dover.” Mulutnya mati rasa.
“Sekarang bacakan dengan suara jernih dan pelan-pelan.”
Ruangan itu panas sekali, dia seperti terbakar, sekujur tubuhnya
dingin; mereka duduk di tengah gurun pasir kosong
dengan tiga kursi, sedangkan dia berdiri, berayun-ayun, menunggu
Mrs. Phelps berhenti meluruskan pinggiran roknya
dan Mrs. Bowles melepaskan jari-jari dari rambutnya. Lalu
dia mulai membaca dengan suara rendah tersendat yang makin
lama makin mantap dari baris ke baris, dan suaranya menyebar
ke seluruh gurun itu, ke dalam warna putih, dan di sekeliling
ketiga wanita yang duduk di sana dalam kehampaan
panas yang luas.
www.bacaan-indo.blogspot.com
Lautan Iman
Dulu pun pernah penuh, mengitari pesisir bumi
Terhampar bagai lipit-lipit sabuk terang digulung.
Namun kini aku hanya mendengar
126
Raungannya yang pilu, panjang, menjauh,
Mundur, menuju embusan napas
Angin malam, menuruni tepinya yang luas dan muram
Dan kerikil-kerikil telanjang dunia ini.
Kursi-kursi berkeriut diduduki ketiga wanita itu.
Montag menyelesaikan puisinya:
Ah, kasihku, marilah kita jujur
Kepada satu sama lain! Sebab dunia ini, yang tampak
Terhampar di depan kita bak negeri impian,
Begitu beragam, begitu indah, begitu baru,
Sesungguhnya tidak memiliki suka cita, kasih, maupun terang,
Kepastian, kedamaian, maupun pertolongan dari kepedihan;
Dan kita di sini seperti di dataran gelap
Disapu teriakan tanda bahaya yang tumpang-tindih dalam
pergulatan dan pelarian,
Di mana pasukan-pasukan yang tak tahu apa-apa bertempur
saat malam.
www.bacaan-indo.blogspot.com
Mrs. Phelps menangis.
Orang-orang lain di tengah gurun pasir itu memandanginya;
tangisannya menjadi amat keras, sementara wajahnya
merot-merot tak keruan. Mereka duduk, tidak menyentuhnya,
heran melihatnya mengumbar emosi. Mrs. Phelps tersedu-sedan
tak terkendali. Montag sendiri terpana dan terguncang.
“Sst, sst,” kata Mildred. “Kau tidak apa-apa, Clara, sudah,
Clara, hentikan! Clara, ada apa?”
“Aku… aku,” isak Mrs. Phelps, “tidak tahu, tidak tahu,
aku tidak tahu, oh, oh...”
127
www.bacaan-indo.blogspot.com
Mrs. Bowles berdiri dan memelototi Montag. “Kau lihat?
Aku sudah tahu, itulah yang ingin kubuktikan! Aku sudah
tahu ini akan terjadi! Sejak dulu aku selalu bilang, puisi dan
air mata, puisi dan bunuh diri dan tangisan dan perasaanperasaan
mengerikan, puisi dan sakit-penyakit; semuanya
sampah! Sekarang sudah dibuktikan untukku. Kau jahat, Mr.
Montag, kau jahat!”
Faber berkata, “Sekarang...”
Montag berbalik dan berjalan ke lubang di tembok dan
menjatuhkan buku itu ke dalamnya, melewati bingkai kuningan
itu, ke api yang menunggu.
“Kata-kata bodoh, kata-kata bodoh, kata-kata bodoh yang
jahat dan menyakiti,” kata Mrs. Bowles. “Kenapa orang ingin
menyakiti orang? Apakah belum cukup kepedihan di dunia
ini sehingga kau harus mempermainkan orang dengan hal
semacam itu!”
“Clara, sudah, Clara,” Mildred memohon sambil menarik
lengannya. “Ayo, gembiralah, nyalakan ‘keluarga’ sekarang.
Ayo. Kita tertawa dan bergembira, sudah, berhentilah menangis,
kita akan berpesta!”
“Tidak,” sahut Mrs. Bowles. “Aku mau pulang sekarang.
Kalau kau ingin mengunjungi rumahku dan ‘keluarga’-ku,
boleh-boleh saja. Tapi sampai mati aku tidak akan pernah datang
lagi ke rumah petugas kebakaran gila ini!”
“Pulanglah,” kata Montag lirih, sambil menatapnya luruslurus.
“Pulanglah dan pikirkan suami pertamamu yang kauceraikan
dan suami keduamu yang tewas dalam jet dan suami
ketigamu yang menembak kepalanya sendiri, pulanglah dan
pikirkan berapa kali aborsi yang pernah kaujalani, pulanglah
dan pikirkan itu dan operasi-operasi Caesar sialanmu itu, dan
anak-anakmu yang sangat membencimu! Pulanglah dan pi-
128
www.bacaan-indo.blogspot.com
kirkan bagaimana semua itu bisa terjadi dan apa yang pernah
kaulakukan untuk mencegahnya? Pulang, pulang!” teriaknya.
“Sebelum aku menghajarmu dan melemparmu keluar!”
Pintu-pintu dibanting dan rumah itu pun kosong. Montag
berdiri sendirian dalam udara musim dingin, sementara tembok-tembok
ruang duduk berwarna seperti salju kotor.
Di kamar mandi, air mengucur. Dia mendengar Mildred
mengocok botol pil untuk mengeluarkan isinya.
“Tolol, Montag, tolol, tolol, oh Tuhan kau benar-benar tolol...”
“Diam!” Montag mencabut peluru hijau itu dari telinganya
dan menjejalkannya ke saku.
Peluru itu mendesis samar, “...tolol...tolol...”
Dia menggeledah rumah dan menemukan buku-buku
yang disembunyikan Mildred di belakang lemari es. Ada
beberapa yang hilang, dan dia tahu Mildred perlahan-lahan
mulai menghancurkan sendiri dinamit di rumahnya, batang
demi batang. Tetapi Montag tidak marah sekarang, hanya
kelelahan dan bingung dengan diri sendiri. Dia membawa
buku-buku itu ke halaman belakang dan menyembunyikannya
di semak-semak dekat pagar gang. Hanya untuk malam
ini, pikirnya, kalau-kalau Mildred memutuskan untuk membakar
lagi.
Dia masuk lagi ke rumah. “Mildred?” panggilnya di pintu
kamar tidur yang sudah gelap. Tidak ada suara.
Di luar, sambil melintasi halaman, dalam perjalanan ke
tempat kerja, dia berusaha tidak melihat betapa gelap dan lengang
rumah Clarisse McClellan...
Dalam perjalanan ke pusat kota, dia merasa begitu sendirian
dengan kengerian mencekam, sehingga dia mendambakan
kehangatan dan kebaikan aneh yang berasal dari suara akrab
dan lembut yang berbicara di tengah malam. Dalam bebera-
129
www.bacaan-indo.blogspot.com
pa jam dia merasa sudah mengenal Faber seumur hidupnya.
Sekarang dia tahu bahwa dia adalah dua orang, bahwa yang
terutama, dia adalah Montag yang tidak tahu apa-apa, yang
bahkan tidak tahu dirinya tolol, tetapi hanya menduganya.
Dan dia tahu bahwa dia juga pria tua yang berbicara dan terus
berbicara kepadanya sementara kereta tersedot dari satu ujung
kota malam itu ke ujung lain dalam satu gerakan melesat
yang membuatnya mual. Pada hari-hari berikutnya, dan pada
malam-malam ketika tak ada bulan, dan pada malam-malam
yang ada bulan amat terang menyinari bumi, pria tua itu terus
berbicara dan berbicara seperti ini, tetes demi tetes, batu
demi batu, butir demi butir. Pikirannya pun akhirnya tumpah
ruah dan dia bukan lagi Montag, kata pria tua itu kepadanya,
menenangkannya, berjanji. Dia akan menjadi Montag-plus-
Faber, api dan air, lalu, suatu hari, setelah semuanya bercampur
dan mendidih dan diaduk dalam keheningan, tidak akan
ada lagi api maupun air, melainkan anggur. Dari dua hal yang
terpisah dan bertentangan, akan muncul hal ketiga. Dan suatu
hari dia akan mengingat kembali si tolol ini dan mengenali
si tolol ini. Sekarang pun dia bisa merasakan awal perjalanan
panjang itu, berpamitan, meninggalkan dirinya yang dulu.
Enak rasanya mendengarkan kumbang itu mendengung,
getaran nyamuk yang mengantuk dan gumaman halus rapuh
suara pria tua itu, mula-mula mengomelinya, lalu menghiburnya
larut malam itu, sementara dia keluar dari stasiun
bawah tanah yang mengepulkan uap ke arah dunia markas
kebakaran.
“Kasihani mereka, Montag, kasihani mereka. Jangan mengganggu
dan merongrong mereka; belum lama berselang kau
juga salah satu dari mereka. Mereka begitu yakin akan mampu
hidup terus seperti itu selamanya. Tetapi mereka tidak akan
130
www.bacaan-indo.blogspot.com
mampu. Mereka tidak tahu bahwa ini semua satu meteor raksasa
yang berkobar, yang menciptakan api indah di angkasa,
namun suatu hari harus bertabrakan. Mereka hanya melihat
kobarannya, apinya yang indah, sebagaimana kau melihatnya.
“Montag, pria-pria tua yang tetap di rumah, ketakutan,
merawat tulang-tulang rapuh mereka, tidak berhak mengkritik.
Tapi kau nyaris menggagalkan rencana kita yang baru dimulai
ini. Hati-hati! Aku bersamamu, ingat itu. Aku mengerti
mengapa itu terjadi. Harus kuakui, amarahmu yang membabi-buta
itu menyegarkanku. Ya Tuhan, aku merasa begitu
muda tadi! Tapi sekarang—aku ingin kau merasa tua, aku
ingin agar sedikit kepengecutanku tersuling di dalam dirimu
malam ini. Beberapa jam nanti, waktu kau bertemu Kapten
Beatty, berhati-hatilah di sekitarnya, biarkan aku yang mendengarnya
untukmu, biarkan aku yang menganalisa situasi.
Keselamatan adalah tiket kita. Lupakan wanita-wanita malang
yang bodoh itu...”
“Kurasa sudah bertahun-tahun mereka tidak merasa setidak
bahagia ini, gara-gara aku,” kata Montag. “Aku kaget
sekali melihat Mrs. Phelps menangis tadi. Mungkin mereka
benar, mungkin lebih baik tidak menghadapi masalah, melarikan
diri, bersenang-senang. Entah. Aku merasa bersalah…“
“Tidak, kau tidak boleh merasa bersalah! Seandainya tidak
ada perang, seandainya ada kedamaian di dunia ini, aku
pasti bilang, silakan, bersenang-senanglah! Tetapi, Montag, kau
tidak boleh kembali menjadi petugas kebakaran saja. Dunia
ini tidak sehat.”
Montag berkeringat.
“Montag, kau mendengarkan?”
“Kakiku,” kata Montag. “Tidak bisa bergerak. Aku merasa
begitu bodoh. Kakiku tidak mau bergerak!”
131
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Dengarkan. Tenanglah dulu,” kata pria tua itu dengan
lembut. “Aku tahu, aku tahu. Kau takut membuat kekeliruan.
Jangan takut. Kekeliruan bisa dibuat menguntungkan. Astaga,
waktu masih muda, aku menjejalkan kebodohanku kepada
orang lain. Mereka memukuliku habis-habisan. Waktu aku
menginjak usia empat puluh tahun, otakku yang tumpul sudah
terasah sampai runcing. Sekarang, angkat kakimu, dan
masuk ke markas! Kita kembar, kita tidak sendirian lagi, kita
tidak terpisah di ruang duduk berbeda yang tak bisa saling
berhubungan. Kalau kau butuh bantuan saat Beatty menginterogasimu,
aku akan duduk di sini, di dalam gendang telingamu,
sambil mencatat!”
Montag merasa kaki kanannya bergerak, lalu kaki kirinya.
“Pak tua,” katanya, “tetaplah bersamaku.”
Robot Pemburu sudah lenyap. Kandangnya kosong dan
pangkalan itu berdiri dalam keheningan dinding gipsum, Salamander
oranye tidur dengan bensin di dalam perutnya dan
pelontar-pelontar api disilangkan di sisi-sisinya, dan Montag
masuk menembus keheningan itu dan menyentuh tiang
kuningan dan meluncur naik dalam udara gelap, melihat ke
arah kandang kosong di belakangnya, jantungnya berdebar,
berhenti, berdebar. Faber seperti ngengat kelabu yang tertidur
di telinganya saat itu.
Beatty berdiri menunggu di dekat lubang turun, membelakanginya
seakan tidak sedang menunggu.
“Yah,” katanya kepada orang-orang yang sedang bermain
kartu, “ini datang binatang amat aneh yang dalam semua bahasa
disebut orang bodoh.”
Dia mengulurkan tangan ke samping, telapak tangan
menghadap ke atas, meminta hadiah. Montag meletakkan
132
www.bacaan-indo.blogspot.com
buku itu di tangannya. Tanpa melirik judulnya sedikit pun,
Beatty melemparkan buku itu ke keranjang sampah dan menyalakan
rokoknya. “’Orang-orang yang hanya tahu sedikit
adalah orang-orang paling bodoh.’ Selamat datang kembali,
Montag. Kuharap kau akan tetap bersama kami, setelah demammu
hilang dan sakitmu selesai. Mau ikut main poker?”
Mereka duduk dan kartu dibagikan. Di bawah tatapan
Beatty, Montag merasakan tangannya yang bersalah. Jarijarinya
seperti tikus yang telah berbuat jahat dan sekarang
tak pernah beristirahat, selalu bergerak dan menyodok dan
bersembunyi di dalam saku, bergerak dari bawah tatapan Beatty
yang seperti kobaran api alkohol. Kalau terkena embusan
napas Beatty, Montag merasa tangannya mungkin akan layu,
tergeletak miring dan tak pernah bisa dibangunkan lagi; tangannya
akan terkubur di dalam lengan jaketnya sampai dia
mati, terlupakan. Karena inilah tangan yang telah bertindak
sendiri, bukan bagian dirinya, di sinilah hati nurani pertama
kali mengambil wujud untuk mencuri buku, kabur dengan
Ayub dan Rut dan Willie Shakespeare, dan sekarang, di markas,
kedua tangan ini seolah bersarung darah.
Dua kali dalam setengah jam, Montag terpaksa bangkit
dan meninggalkan permainan sebentar, untuk pergi ke toilet
dan mencuci tangan. Sewaktu kembali, dia menyembunyikan
tangannya di bawah meja.
Beatty tertawa. “Perlihatkan tanganmu, Montag. Bukannya
kami tidak memercayaimu, tapi…“
Semua tertawa.
“Yah,” kata Beatty, “krisis sudah berlalu dan semua baikbaik
saja, domba sudah kembali ke kawanannya. Kita semua
domba yang sesekali tersesat. Kebenaran adalah kebenaran,
133
www.bacaan-indo.blogspot.com
sampai akhir penghakiman, kita berseru. Orang yang diiringi
pikiran-pikiran mulia tak pernah sendirian, kita berteriak
pada diri sendiri. ‘Makanan manis dari pengetahuan yang
diucapkan dengan manis,’ kata Sir Philip Sydney * . Tetapi di
pihak lain: ‘Kata-kata seperti daun dan di mana paling subur,
Di bawahnya jarang ditemukan buah akal sehat.’ Alexander
Pope † . Apa pendapatmu tentang itu, Montag?”
“Entah.”
“Hati-hati,” bisik Faber, yang hidup di dunia lain, jauh
dari situ.
“Atau ini? ‘Belajar hanya sedikit itu berbahaya. Hiruplah
sebanyak-banyaknya, atau jangan mencoba mengecap
air mata pengetahuan itu; Di sana air dangkal memabukkan
otak, dan minum banyak-banyak menyegarkan kita kembali.’
Pope. Esai yang sama. Bagaimana menurutmu?”
Montag menggigit bibir.
“Kuberitahu,” kata Beatty sambil tersenyum pada kartukartunya.
“Berarti kau sempat menjadi pemabuk. Membaca
beberapa baris, dan kau langsung jatuh dari tebing. Dor, kau
siap meledakkan dunia, memenggal kepala, menjatuhkan wanita
dan anak-anak, menghancurkan pemerintah. Aku tahu,
aku pernah melalui semua itu.”
“Aku baik-baik saja,” kata Montag gugup.
“Wajahmu jangan memerah begitu. Aku bukan mau memanas-manasimu,
sungguh. Tahukah kau, sejam yang lalu
aku bermimpi. Aku berbaring untuk tidur sebentar dan dalam
mimpi ini, kau dan aku, Montag, berdebat sengit tentang
*
Sir Philip Sydney (1554-1586), penyair dan cendekiawan Inggris.
†
Alexander Pope (1688-1744), penyair Inggris.
134
www.bacaan-indo.blogspot.com
buku. Kau mengamuk, meneriakkan kutipan-kutipan. Aku
dengan tenang membalas setiap seranganmu. ‘Kuasa,’ kataku.
Dan kau, mengutip Dr. Johnson * , berkata, ‘Pengetahuan
lebih dari setara dengan kekerasan!’ Dan aku berkata, ‘Yah,
Dr. Johnson juga berkata, Nak, bahwa ‘Orang bijaksana tak
pernah bersedia meninggalkan kepastian demi ketidakpastian.’
Tetaplah bersama para petugas kebakaran, Montag. Segala
sesuatu di luar itu adalah kekacauan yang menekan!”
“Jangan dengarkan,” bisik Faber. “Dia berusaha membuatmu
bingung. Dia licik. Waspadalah!”
Beatty terkekeh. “Dan kau berkata, mengutip, ‘Kebenaran
akan muncul, pembunuhan tidak bisa ditutupi lama-lama!’ Dan
aku berseru dengan ramah, ‘Ya Tuhan, dia terus-terusan membicarakan
kudanya!’ † Dan ‘Iblis sekalipun bisa mengutip Alkitab
kalau cocok dengan keperluannya.’ Dan kau berteriak, ‘Zaman
ini lebih memuja orang dungu berlapis emas daripada orang suci
bijak berpakaian compang-camping!’ Dan aku berbisik lembut,
‘Martabat kebenaran hilang kalau banyak orang berkeluhkesah.’
Dan kau menjerit, ‘Bangkai mengucurkan darah melihat
pembunuh!’ Dan aku berkata sambil menepuk-nepuk tanganmu,
‘Apakah aku membuatmu sariawan?’ Dan kau menjerit,
‘Pengetahuan adalah kuasa!’ dan ‘Orang kerdil yang duduk di
pundak raksasa bisa melihat lebih jauh daripada si raksasa sendiri!’
dan aku meringkas argumenku dengan ketenangan yang jarang
kutunjukkan, yaitu, ‘Kebodohan yang membuat kita salah
menyangka metafora adalah bukti, menyangka banjir omongan
bertele-tele adalah mata air kebenaran yang hakiki, dan meng-
*
Samuel Johnson (1709-1784), penulis Inggris.
†
Kutipan dari The Merchant of Venice, William Shakespeare.
135
www.bacaan-indo.blogspot.com
anggap diri kita sendiri peramal—kebodohan itu sudah ada dalam
diri kita sejak lahir, Mr. Valery * pernah berkata.’”
Kepala Montag terasa berputar-putar sehingga dia mual.
Dia merasa dipukuli tanpa ampun di kening, mata, hidung,
bibir, dagu dan pundaknya, di tangannya yang terayun-ayun
di atas. Dia ingin berteriak, “Tidak! Tutup mulut, kau membuat
semuanya makin membingungkan, hentikan!” Jari-jari
Beatty yang gemulai teracung untuk mencengkeram pergelangan
tangannya.
“Ya Tuhan, denyut nadimu! Aku membuatmu emosi,
Montag? Demi Yesus, denyut nadimu kedengarannya seperti
hari setelah perang. Ramainya bukan main! Mau kuteruskan?
Aku suka melihatmu panik. Swahili, India, Sastra Inggris,
aku bisa membahas semuanya. Semacam bahasa bisu yang
indah, Willie!” †
“Montag, tunggu!” Ngengat itu mengusap telinga Montag.
“Dia sengaja mengacaukan keadaan!”
“Oh, kau ketakutan setengah mati,” kata Beatty, “karena
aku melakukan sesuatu yang amat jahat dengan menggunakan
buku-buku yang kaupertahankan itu, untuk membantah
setiap perkataan dan argumenmu! Buku-buku bisa menjadi
pengkhianat besar! Kau menyangka mereka mendukungmu,
lalu mereka berbalik melawanmu! Orang lain juga bisa menggunakannya,
dan tinggallah kau tersesat di tengah padang
rumput, di antara gundukan kata benda dan kata kerja dan
kata sifat yang berserakan. Dan di akhir mimpiku, aku datang
naik Salamander dan berkata, ‘Mau ke arah yang sama
*
Paul Valéry (1871-1945), penyair dan ilsuf Prancis.
†
Kutipan dari The Tempest, William Shakespeare.
136
www.bacaan-indo.blogspot.com
denganku?’ Dan kau naik dan kita kembali ke markas dalam
keheningan yang khusyuk, dan segala sesuatu memudar
menjadi kedamaian.” Beatty melepaskan pergelangan tangan
Montag, membiarkan tangannya terkulai lemas di meja. “Tak
ada yang perlu dipermasalahkan, asalkan akhirnya beres.”
Hening. Montag duduk seperti batu putih berukir. Gema
palu terakhir pada tempurung kepalanya perlahan memudar
ke dalam gua hitam tempat Faber menunggu gema menghilang.
Lalu, setelah debu yang tadi beterbangan sudah turun
dalam pikiran Montag, Faber mulai berkata dengan lembut,
“Baiklah, dia sudah berbicara. Kau harus mencernanya. Aku
juga akan berbicara, selama beberapa jam ke depan ini. Dan
kau akan mencernanya. Kau akan mencoba menilai omongan
kami dan mengambil keputusan ke mana kau mau melompat,
atau jatuh. Tetapi aku ingin kau yang mengambil keputusan
itu, bukan aku, bukan juga Kapten. Tetapi ingatlah bahwa
Kapten adalah bagian dari musuh kebenaran dan kemerdekaan
yang paling berbahaya, kawanan ternak mayoritas yang
kokoh dan tak tergoyahkan. Ya Tuhan, betapa kejamnya tirani
mayoritas itu. Kita masing-masing punya pendapat. Dan
sekarang kaulah yang harus memutuskan, dengan telinga
mana kau mau mendengarkan.”
Montag membuka mulut untuk menjawab Faber, dan
terselamatkan dari kekeliruan ini di hadapan yang lain ketika
bel berbunyi. Suara alarm di langit-langit bersenandung. Ada
bunyi tak-tak-tak sewaktu laporan alarm mengetikkan sebuah
alamat, melalui telepon di seberang ruangan. Kapten Beatty,
dengan satu tangan merah muda memegang kartu-kartu
poker, berjalan dengan langkah-langkah lambat dibuat-buat
ke arah telepon dan menyobek alamat setelah laporan selesai
137
www.bacaan-indo.blogspot.com
dicetak. Dia memandangnya sekilas, lalu menjejalkannya ke
saku. Dia kembali dan duduk. Yang lain memandangnya.
“Ini bisa menunggu tepat empat puluh detik sementara
aku meraup semua uang ini dari kalian,” ujar Beatty gembira.
Montag meletakkan kartu-kartunya.
“Capek, Montag? Mau berhenti dari permainan ini?”
“Ya.”
“Tunggu dulu. Yah, kalau dipikir-pikir lagi, kita bisa menyelesaikan
ronde ini nanti. Taruh saja kartu-kartumu menghadap
ke bawah, dan siapkan peralatan. Cepatlah sekarang.”
Dan Beatty berdiri lagi. “Montag, kau tampak kurang sehat?
Aku tidak mau kau terkena demam lagi...”
“Aku akan baik-baik saja.”
“Kau akan baik-baik saja. Ini kasus istimewa. Ayo, cepat!”
Mereka melompat dan meraih tiang kuningan itu, seakan
tiang itu sudut pandangan terakhir di atas ombak tsunami di
bawah, lalu mereka kebingungan ketika tiang kuningan itu
meluncurkan mereka turun ke dalam kegelapan, ke dalam ledakan
dan batuk dan sedotan naga gas yang bangun sambil
meraung!
“Hei!”
Mereka memutar di tikungan diiringi halilintar dan sirene,
diiringi decitan roda-roda, diiringi jeritan karet, diiringi
guncangan muatan bensin di dalam tangki kuningan berkilauan,
seperti makanan di dalam perut raksasa, jari-jari Montag
terlepas dari pembatas perak, terayun ke angkasa yang
dingin, angin menjambak rambutnya, angin bersiul di antara
gigi-giginya, sementara dia terus memikirkan para wanita,
wanita-wanita tak berguna di ruang duduknya malam ini,
wanita-wanita kosong seperti sekam yang biji-biji isinya su-
138
www.bacaan-indo.blogspot.com
dah ditiup pergi oleh angin neon, dan betapa tololnya dia tadi
membacakan buku kepada mereka. Ibarat mencoba memadamkan
kebakaran dengan pistol air, tidak masuk akal dan
tidak waras. Satu amukan ditukar dengan amarah lain. Satu
amarah menggantikan amarah lainnya. Kapan dia akan berhenti
marah dan menjadi diam, sangat diam?
“Ini dia!”
Montag mendongak. Beatty tidak pernah menyetir, tetapi
malam ini dia menyetir, membanting-banting Salamander
memutari tikungan, mencondongkan tubuhnya yang jangkung
di singgasana kursi pengemudi, jaket hitamnya yang sangat
besar mengepak-ngepak ke belakang sehingga dia tampak
seperti kelelawar hitam raksasa yang terbang di atas truk,
di atas angka-angka kuningan itu, memanfaatkan dorongan
angin sepenuhnya.
“Kita berangkat untuk menjaga kebahagiaan dunia, Montag!”
Pipi Beatty yang merah muda dan bercahaya berkilauan
dalam kegelapan pekat, dan dia tersenyum ganas.
“Kita sudah sampai!”
Salamander berhenti dengan bunyi berdentang keras, menurunkan
orang-orang yang meluncur atau meloncat canggung.
Montag berdiri, matanya tertuju nanar ke pagar pembatas
yang dingin dan terang dalam cengkeraman jari-jarinya.
Aku tidak bisa, pikirnya. Bagaimana aku bisa mengerjakan
tugas baru ini, bagaimana aku bisa terus membakar? Aku
tidak bisa memasuki tempat ini.
Beatty, dengan bau mirip angin yang baru saja ditembusnya
secepat kilat, berdiri di belakangnya. “Ayo, Montag.”
Para petugas lain berlari-larian seperti orang cacat karena
sepatu bot mereka yang berat, tak bersuara seperti laba-laba.
139
Akhirnya Montag mendongak dan menoleh.
Beatty mengamati wajahnya.
“Ada masalah, Montag?”
“Kenapa,” kata Montag lambat-lambat, “kita berhenti di
depan rumahku.”
www.bacaan-indo.blogspot.com
140
tiga
Berkobar Menyala-Nyala
www.bacaan-indo.blogspot.com
Lampu-lampu dinyalakan dan pintu-pintu rumah dibuka
di sepanjang jalan itu untuk menonton karnaval dipersiapkan.
Montag dan Beatty menatap rumah di depan mereka,
yang satu dengan perasaan puas yang sinis, yang satunya lagi
dengan perasaan tak percaya.
“Yah, kata Beatty, “inilah akibat perbuatanmu. Montag
ingin terbang di dekat matahari, dan setelah sayap-sayapnya
terbakar, dia malah bertanya-tanya mengapa. Bukankah aku
sudah memberimu peringatan cukup jelas waktu kukirimkan
si Pemburu ke tempatmu?”
Seluruh wajah Montag kebas dan terasa datar; kepalanya
serasa berubah menjadi ukiran batu di tempat gelap di dekat
pintu, dibingkai pinggiran bunga-bunga cerah.
Beatty mendengus. “Oh, tidak! Kau tidak terkecoh omongan
si kecil tolol itu, kan? Bunga, kupu-kupu, daun, matahari
terbenam, ya ampun! Semua itu ada dalam berkasnya. Gila.
Sasaranku tepat sekali. Lihat wajahmu yang mual itu. Beberapa
helai rumput dan perempat bulan. Omong kosong saja.
141
www.bacaan-indo.blogspot.com
Memangnya dia pernah menghasilkan apa dengan omonganomongan
seperti itu?”
Montag duduk di sepatbor Naga yang dingin, menggerakkan
kepala satu sentimeter ke kiri, satu sentimeter ke kanan,
kiri, kanan, kiri, kanan, kiri...
“Dia melihat segala-galanya. Dia tidak melakukan apa
pun kepada siapa pun. Dia tidak mengganggu siapa-siapa.”
“Tidak mengganggu, apanya! Dia merongrongmu, kan?
Dia salah satu orang sok suci yang selalu menutup mulut dengan
sikap kaget dan menganggap diri mereka lebih mulia
daripada orang lain, satu-satunya bakat mereka adalah membuatmu
merasa bersalah. Persetan, mereka bangkit seperti
matahari tengah malam untuk membuatmu berkeringat di
ranjangmu!”
Pintu depan dibuka; Mildred menuruni undak-undakan,
berlari, satu koper dipegang erat-erat dengan tangannya yang
kaku, seperti bermimpi, sementara taksi kumbang mendesis
di pinggir jalan.
“Mildred!”
Mildred berlari lewat dengan tubuh, kaki, wajah dibedaki
sampai putih, mulutnya tak terlihat, tanpa lipstik.
“Mildred, kau yang melaporkan ini?”
Mildred menjejalkan koper ke dalam kumbang yang menunggu
itu, masuk, dan duduk sambil bergumam, “Kasihan
keluarga, kasihan keluarga, oh semuanya habis, semuanya,
semuanya hilang sekarang...”
Beatty mencengkeram pundak Montag sementara kumbang
itu melesat di jalan dan mencapai 112 kilometer per jam,
lalu lenyap.
Terdengar benturan keras seperti bagian-bagian mimpi
berjatuhan, terbuat dari kaca bengkok, cermin, dan prisma-
142
www.bacaan-indo.blogspot.com
prisma kristal. Montag berkeliaran seakan-akan datang lagi
badai yang tak dimengerti yang menggiringnya, dan melihat
Stoneman dan Black menghunus kapak, memecahkan kacakaca
jendela untuk menyediakan ventilasi silang.
Geseran seekor ngengat kepala maut pada layar hitam
yang dingin. “Montag, ini Faber. Kau bisa mendengarku?
Apa yang terjadi?”
“Ini sedang terjadi kepadaku,” kata Montag.
“Kejutan yang mengerikan,” kata Beatty. “Karena semua
orang zaman sekarang ini tahu, seratus persen yakin, tidak
akan pernah terjadi apa-apa kepada aku. Yang lain mati, aku
terus hidup. Tidak ada konsekuensi dan tidak ada tanggung
jawab. Padahal ada. Tapi tidak usah kita bicarakan, ya? Saat
konsekuensi itu menemukanmu, sudah terlambat, kan, Montag?”
“Montag, bisakah kau meloloskan diri dari sana, lari?” tanya
Faber.
Montag berjalan tetapi tidak merasakan kakinya menyentuh
semen, lalu rumput-rumput malam. Beatty menjentikkan
pemantiknya di dekat situ, dan lidah api kecil berwarna
oranye itu menarik pandangannya yang terpesona.
“Apa yang membuat api begitu indah? Tak peduli berapa
usia kita, apa yang membuat kita tertarik padanya?” Beatty
meniup api itu hingga padam, lalu menyalakannya lagi. “Ini
gerak abadi; sesuatu yang ingin diciptakan manusia, namun
tak pernah mereka ciptakan. Atau gerak hampir abadi. Kalau
kaubiarkan terus bergerak, hidup kita pun akan terbakar
habis. Apa itu api? Misteri. Ilmuwan memberi kita ocehan
tak jelas tentang gesekan dan molekul. Tetapi mereka tidak
benar-benar tahu. Keindahan sesungguhnya adalah api itu
menghancurkan tanggung jawab dan konsekuensi. Begitu
143
www.bacaan-indo.blogspot.com
suatu beban mulai terlalu merepotkan, lempar saja ke dalam
tungku. Sekarang, Montag, kau ini beban. Dan api akan melepaskan
pundakku darimu, tuntas, cepat, pasti; tidak ada
yang akan membusuk nanti. Antibiotik, estetik, praktis.”
Montag berdiri sambil melihat ke dalam rumah yang aneh
ini, yang tampak janggal karena malam sudah larut, karena
gumaman suara para tetangga, karena kaca yang berhamburan,
dan di lantai, dengan sampul tercabik dan bertebaran
seperti bulu-bulu angsa, buku-buku luar biasa yang tampak
begitu konyol dan seperti tak ada nilainya dipertaruhkan, karena
ini bukan apa-apa selain huruf-huruf cetak hitam dan
kertas menguning dan jilidan yang mulai terburai.
Mildred, tentu saja. Pasti dia mengamati Montag menyembunyikan
buku-buku di taman dan membawanya masuk
kembali. Mildred. Mildred.
“Aku ingin kau melakukan pekerjaan ini sendirian, Montag.
Bukan dengan bensin dan korek api, tetapi satu demi
satu, dengan pelontar api. Ini rumahmu, jadi kau yang harus
membereskannya.”
“Montag, tidak bisakah kau lari, cepat pergi dari situ!”
“Tidak!” seru Montag tak berdaya. “Si Pemburu! Karena
si Pemburu!”
Faber mendengarnya, dan Beatty mendengarnya, menyangka
perkataan ini ditujukan kepadanya. “Ya, si Pemburu
ada di dekat-dekat sini, jadi jangan mencoba macam-macam.
Siap?”
“Siap.” Montag menyentakkan pengaman pada pelontar api.
“Api!”
Semburan besar api yang menggumpal meloncat keluar
untuk menjilati buku-buku itu dan menabrakkannya ke
tembok. Dia melangkah ke dalam kamar tidur dan menyem-
144
www.bacaan-indo.blogspot.com
burkan api dua kali, dan dua ranjang kecil itu pun terbakar
dalam bisikan besar mendesis, dengan panas dan emosi dan
cahaya lebih kuat dari yang diperkirakannya. Dia membakar
tembok-tembok kamar tidur dan lemari kosmetik karena dia
ingin mengubah segalanya, kursi-kursi, meja-meja, dan di ruang
makan, peralatan makan dan mangkuk-mangkuk plastik,
segala sesuatu yang menunjukkan dia pernah tinggal di dalam
rumah kosong ini dengan wanita asing yang besok akan
melupakannya, yang sudah pergi dan sudah melupakannya
sekarang, mendengarkan Seashell Radio yang membanjiri
dan terus membanjirinya sementara dia naik taksi melintasi
kota, sendirian. Dan seperti dulu, nikmat rasanya membakar,
Montag merasa dirinya menyeruak dalam api, merebut,
mencabik, menyobek bersama kobaran api, dan membuang
masalah tak bermakna ini. Kalau tak ada solusi, berarti juga
tak ada masalah. Apilah yang terbaik untuk segala-galanya.
“Buku-bukunya, Montag!”
Buku-buku itu menandak-nandak dan menari-nari seperti
burung-burung dipanggang, sayap berkobar dengan bulu-bulu
merah dan kuning.
Lalu dia tiba di ruang duduk, tempat monster-monster besar
dungu berbaring tidur dengan pikiran-pikiran putih dan
mimpi-mimpi bersalju mereka. Dia menembakkan bola api
ke setiap tembok yang kosong dan ruang hampa mendesis
kepadanya. Kekosongan itu menimbulkan siulan yang lebih
kosong lagi, jeritan tak berarti. Dia mencoba memikirkan ruang
hampa tempat sosok-sosok kosong tak bermakna itu pernah
tampil, tapi tak mampu. Dia menahan napas agar ruang
hampa itu tak bisa memasuki paru-parunya. Dia memutuskan
kekosongannya yang mengerikan, mundur, dan memberi
seluruh ruangan itu hadiah berupa satu bunga pembakaran
145
besar kuning terang. Pelapis plastik tahan api yang menutupi
segalanya tercabik lebar dan rumah itu mulai bergetar oleh
lidah api.
“Kalau kau sudah selesai,” ujar Beatty di belakangnya.
“Kau ditahan.”
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
Rumah itu ambruk dalam arang merah dan abu hitam. Ia
membaringkan diri dalam abu api merah muda abu-abu dan
segumpal asap terbang di atasnya, naik dan melambai lambatlambat
maju-mundur di langit. Saat itu pukul setengah empat
pagi. Orang-orang kembali ke dalam rumah; tenda-tenda besar
sirkus sudah ambruk ke dalam batu bara dan puing-puing,
dan pertunjukan sudah selesai.
Montag berdiri dengan pelontar api di tangannya yang
lunglai, genangan keringat membasahi ketiaknya, wajahnya
tercoreng jelaga. Petugas-petugas kebakaran yang lain menunggu
di belakangnya, di tengah kegelapan, wajah mereka
diterangi samar-samar oleh fondasi yang membara.
Dua kali Montag mencoba berbicara sebelum akhirnya
berhasil menata pikirannya.
“Apakah istriku yang melaporkan?”
Beatty mengangguk “Tetapi teman-temannya sudah melapor
sebelum dia, meski aku tidak menanggapi. Pokoknya,
kau pasti ketahuan juga. Bodoh sekali mengutip puisi dengan
sembarangan. Itu perbuatan orang sok yang bodoh. Asal tahu
beberapa baris puisi saja, orang menganggap dirinya sudah
menjadi Penguasa Segala Ciptaan. Kau kira kau bisa berjalan
di atas air dengan buku-bukumu. Yah, dunia baik-baik saja
146
www.bacaan-indo.blogspot.com
tanpa buku. Lihat akibatnya padamu, terbenam di lumpur
sampai ke bibirmu. Kalau aku mengaduk lumpur itu dengan
jari kelingkingku, kau pasti tenggelam!”
Montag tidak mampu bergerak. Gempa bumi besar datang
bersama api dan meratakan rumah dan Mildred ada di bawah
sana dan seluruh hidupnya ada di bawah sana dan dia
tak mampu bergerak. Gempa itu masih berguncang dan jatuh
dan gemetar di dalamnya dan dia terus saja berdiri, lututnya
separo ditekuk karena membawa beban berat keletihan dan
kebingungan dan amarah, membiarkan Beatty memukulnya
tanpa menggerakkan tangan.
“Montag, dasar tolol, Montag, benar-benar tolol; mengapa
sebenarnya kaulakukan itu?”
Montag tidak mendengar, dia berada jauh dari situ, dia
berlari dengan pikirannya, dia sudah hilang, meninggalkan
tubuh yang mati dan berselimut jelaga ini berayun-ayun di
depan orang gila lainnya.
“Montag, cepat pergi dari situ!” kata Faber.
Montag mendengarkan.
Beatty menghantam kepalanya sehingga dia terhuyung ke
belakang. Peluru hijau tempat suara Faber berbisik dan berseru
jatuh ke trotoar. Beatty memungutnya sambil menyeringai.
Dia memegangnya di telinganya sendiri, separo di dalam,
separo di luar.
Montag mendengar suara dari jauh itu berseru, “Montag,
apakah kau tidak apa-apa?”
Beatty mematikan peluru hijau itu dan menjejalkannya
ke saku. “Yah—rupanya urusan ini lebih menarik dari yang
kuperkirakan. Aku melihatmu menelengkan kepala, mendengarkan.
Mula-mula kusangka kau memakai Seashell. Tapi
147
www.bacaan-indo.blogspot.com
waktu kau menjadi pintar setelahnya, aku mulai bertanyatanya.
Kami akan melacak ini dan mengunjungi temanmu.”
“Tidak!” seru Montag.
Dia menyentakkan pengaman pada pelontar api. Beatty
langsung melirik ke jari-jari Montag, dan matanya agak
melebar. Montag melihat kekagetan di sana, dan dia sendiri
melirik tangannya untuk melihat apa lagi perbuatan mereka
sekarang. Setelahnya, saat mengingat-ingat, dia tak pernah
bisa menentukan apakah tangannya atau reaksi Beatty kepada
tangannya itu yang memberinya dorongan terakhir ke
arah pembunuhan. Gemuruh longsor terakhir berjatuhan di
sekitar telinganya, tidak menyentuhnya.
Beatty menyunggingkan senyuman paling menawan.
“Nah, itu satu cara untuk menarik penonton. Todongkan senjata
kepada seseorang dan paksa dia mendengarkan pidatomu.
Berpidatolah. Apa topiknya kali ini? Kenapa tidak kausendawakan
Alkitab kepadaku, orang sok? ‘Ancaman-ancamanmu
tidak membuatku takut, Cassius, karena aku dipersenjatai
kejujuran yang begitu kuat sehingga ancamanmu melewatiku
begitu saja seperti angin, yang tidak kuhormati!’ Bagaimana?
Silakan, ayo, sastrawan gadungan, tarik pelatuknya.” Dia
maju satu langkah ke arah Montag.
Montag hanya berkata, “Kita tidak pernah membakar dengan
benar...”
“Serahkan itu, Guy,” kata Beatty sambil tersenyum kaku.
Kemudian dia menjadi kobaran api yang menjerit-jerit, patung
yang meloncat-loncat, terentang dan mengoceh tak keruan,
bukan lagi manusia dan tidak lagi dikenal, hanya api yang
menggelepar di halaman sementara Montag menembakkan
api cair dalam satu semburan terus-menerus kepadanya. Terdengar
desisan seperti banyak sekali air ludah menghantam
148
www.bacaan-indo.blogspot.com
kompor merah panas, bergelembung dan berbuih seakan ada
garam ditaburkan ke atas siput hitam raksasa yang menyebabkan
pencairan mengerikan dan buih kuning menggelegak.
Montag memejamkan mata, berteriak, berteriak, dan berjuang
menarik tangannya ke telinga untuk menutup dan mengenyahkan
suara itu. Beatty menggelepar berguling-guling,
lalu meringkuk seperti boneka lilin dan tergeletak bisu.
Kedua petugas kebakaran yang lain tidak bergerak.
Montag berhasil menahan muntah cukup lama untuk menodongkan
pelontar api. “Berbalik!”
Mereka berbalik, wajah mereka seperti daging yang disiram
air mendidih, mengucurkan keringat; dia memukul kepala
mereka sampai helm mereka terlepas dan mereka ambruk.
Mereka jatuh dan tergeletak tak bergerak.
Satu helai daun musim gugur tertiup.
Dia berbalik dan Robot Anjing Pemburu ada di sana.
Si Pemburu berada di tengah halaman, muncul dari bayang-bayang,
bergerak dengan gerakan meluncur begitu mulus,
sehingga rasanya seperti ada awan pekat asap hitam abuabu
meniupinya tanpa suara.
Robot itu meloncat satu kali, terakhir kali, ke udara
dan meluncur turun ke arah Montag dari jarak satu meter
di atas kepalanya, kaki-kakinya yang seperti laba-laba
terulur, jarum procaine menyentak keluar dari satu giginya
yang garang. Montag menangkapnya dengan semburan
api, satu bunga besar merekah yang meliuk-liuk dalam
kelopak-kelopak kuning dan biru dan oranye melilit anjing
logam itu, menyelimutinya dalam lapisan baru sewaktu dia
menghantam Montag dan membuatnya terpental mundur
tiga meter dan menabrak batang pohon, membawa pelontar
api. Dia merasakan si Pemburu terhuyung dan mencengkeram
149
www.bacaan-indo.blogspot.com
kakinya dan menusukkan jarum itu sesaat sebelum api melalap
si Pemburu di udara, meledakkan tulang-tulang logamnya
di sendi-sendinya, dan meledakkan bagian dalamnya dalam
satu semburan merah seperti roket yang terpancang ke jalan.
Montag terbaring sambil memandangi makhluk mati-hidup
itu menggelepar di udara, lalu mati. Sekarang pun, makhluk
itu seperti ingin kembali kepadanya dan menyelesaikan
suntikan tadi, yang sudah mulai bekerja di kakinya. Dia
merasakan lega bercampur ngeri, seperti orang yang mundur
tepat waktu sehingga hanya lututnya yang ditabrak sepatbor
mobil yang melaju dengan kecepatan 144 kilometer per jam.
Dia takut berdiri, takut takkan bisa menapakkan kaki sama
sekali, karena kakinya sekarang terbius. Mati rasa dalam mati
rasa yang digali ke dalam mati rasa...
Dan sekarang...?
Jalanan kosong, rumah terbakar seperti dekor panggung
kuno, rumah-rumah lain gelap, si Pemburu di sini, Beatty di
sana, ketiga petugas kebakaran yang lain di tempat lain, dan
Salamander...? Dia memandangi truk yang amat besar itu.
Itu juga harus disingkirkan.
Yah, pikirnya, coba kita lihat seberapa parah keadaanmu.
Berdirilah sekarang. Pelan-pelan, pelan-pelan... nah.
Dia berdiri dan hanya memiliki satu kaki. Kaki satunya
seperti sebatang kayu pinus hangus yang diseretnya untuk
menebus dosa yang tidak jelas. Kalau dia menumpukan berat
badannya pada kaki itu, dia merasa seperti ada seribu jarum
perak berhamburan di sepanjang betisnya, menghunjam lututnya.
Dia menangis. Ayo! Ayo, kau, kau tidak boleh terus
di sini!
Beberapa lampu rumah dinyalakan lagi di jalan itu, entah
150
karena insiden-insiden yang baru terjadi, atau karena keheningan
yang janggal setelah pertarungan tadi, Montag tidak
tahu. Dia terpincang-pincang di sekitar reruntuhan rumahnya,
menyentakkan kakinya yang mati rasa kalau tertinggal,
berbicara dan merintih dan meneriakkan perintah kepada
kakinya dan memakinya dan memohon agar membantunya
sekarang, karena situasi genting. Dia mendengar beberapa
orang berseru di tengah kegelapan dan berteriak-teriak. Dia
tiba di halaman belakang dan gang. Beatty, pikirnya, kau bukan
masalah sekarang. Kau selalu berkata, jangan hadapi masalah,
bakar saja masalah itu. Yah, sekarang aku sudah melakukan
kedua-duanya. Selamat tinggal, Kapten.
Dan dia pun menyusuri gang, terpincang-pincang di tengah
kegelapan.
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
Dia merasa seperti ada senapan meletus di dalam kakinya tiap
kali dia menapakkan kaki itu dan dia berpikir, kau bodoh, dasar
bodoh, benar-benar bodoh, dasar dungu, benar-benar dungu,
dan bodoh, dasar bodoh, benar-benar bodoh; lihat kekacauan
ini dan di mana pelnya, lihat kekacauan ini, dan apa yang kaulakukan?
Kesombongan, sialan, dan amarah, dan kau merusak
semuanya, sejak awal kau sudah memuntahi semua orang dan
dirimu sendiri. Tetapi segalanya terjadi sekaligus, segalanya
tumpang tindih, Beatty, wanita-wanita itu, Mildred, Clarisse,
semuanya. Tapi jangan cari-cari alasan, jangan cari-cari alasan.
Bodoh, dasar bodoh, sana serahkan dirimu!
Tidak, kita akan menyelamatkan apa yang masih bisa kita
selamatkan, kita akan melakukan apa yang masih bisa kita
151
www.bacaan-indo.blogspot.com
lakukan. Kalau kita harus terbakar, ayo kita bawa beberapa
orang lagi untuk dibakar bersama kita. Di sini!
Dia teringat buku-buku itu dan berputar balik. Siapa tahu.
Dia menemukan beberapa buku di tempat dia meninggalkannya,
di dekat pagar taman. Syukurlah, ada beberapa yang
tidak ditemukan Mildred. Empat buku masih tersembunyi di
tempat yang dipilihnya. Suara-suara melolong di tengah malam
dan lampu sorot berseliweran. Salamander-Salamander
lain meraung-raung, truk-truknya ada di kejauhan, dan sirene
polisi membelah kota dengan sirene mereka.
Montag mengambil keempat buku itu dan melompat, menyentak,
melompat menyusuri gang dan tiba-tiba jatuh seakan
kepalanya putus dan hanya tubuhnya yang tergeletak di
sini. Sesuatu di dalam mengguncangnya sehingga berhenti
dan membuatnya lunglai. Dia terbaring di tempatnya jatuh
dan terisak, kakinya terlipat, wajahnya dibenamkan tanpa
melihat ke tengah kerikil.
Beatty ingin mati.
Di tengah tangisannya, Montag tahu inilah kebenarannya.
Beatty ingin mati tadi. Dia berdiri saja di sana, tidak
benar-benar berusaha menyelamatkan diri, hanya berdiri,
berkelakar, memanas-manasi, pikir Montag, dan pikiran ini
cukup untuk menahan isakannya dan membiarkannya berhenti
untuk menarik napas. Betapa aneh, betapa aneh, begitu
ingin mati sehingga kau membiarkan seseorang berjalan di
sekelilingmu dengan membawa senjata, lalu bukannya tutup
mulut dan tetap hidup, kau malah terus membentaki orang
dan mengolok-olok mereka sampai mereka mengamuk, lalu...
Di kejauhan, derap kaki berlari.
Montag duduk tegak. Ayo pergi dari sini. Ayo, bangun,
berdiri, kau tidak boleh duduk saja! Tetapi dia masih mena-
152
www.bacaan-indo.blogspot.com
ngis dan itu harus diselesaikan. Tangisannya mulai reda sekarang.
Dia tidak ingin membunuh siapa-siapa tadi, termasuk
Beatty sekalipun. Dagingnya mencengkeram dan menciut seakan
dibenamkan dalam larutan asam. Dia merasa mual. Dia
melihat Beatty, obor, tidak bergerak, terkejat-kejat di rumput.
Dia menggigit buku-buku jarinya. Maafkan aku, maafkan
aku, oh Tuhan, maaf...
Dia mencoba merapikan semua fakta ini, mencoba kembali
ke pola hidup normal beberapa hari yang lalu, sebelum
saringan dan pasir, Pasta Gigi Denham, suara-suara ngengat,
kunang-kunang, alarm dan rekreasi, terlalu banyak yang terjadi
dalam beberapa hari saja, bahkan terlalu banyak untuk
seluruh hidupnya.
Kaki-kaki berlari di ujung gang.
“Berdiri!” katanya pada diri sendiri. “Sialan, berdiri!”
katanya pada kakinya, dan dia berdiri. Rasa sakit itu seperti
pasak-pasak yang ditancapkan ke tempurung lututnya, lalu
tinggal jarum jahit, lalu tinggal peniti biasa, dan setelah dia
terpincang-pincang lagi sejauh lima puluh kali loncatan kecil,
mengisi tangannya dengan serpihan kayu dari pagar papan,
rasa tertusuk-tusuk itu hanya seperti ada yang menyiramkan
air mendidih ke kakinya. Dan kakinya akhirnya menjadi
miliknya lagi. Tadi dia takut berlari akan mematahkan
pergelangan kakinya yang terasa kendur. Sekarang, sambil
menyedot seluruh malam ke dalam mulutnya yang terbuka
dan meniupkannya keluar dengan pucat, dengan segenap kehitaman
yang berat tersisa di dalam dirinya sendiri, dia pun
mulai berlari-lari kecil dengan kecepatan tetap. Dia membawa
buku-buku itu.
Dia memikirkan Faber.
Faber ada di sana tadi, dalam gumpalan tar beruap yang
153
www.bacaan-indo.blogspot.com
sekarang tidak memiliki nama maupun identitas. Dia juga
membakar Faber. Dia sekonyong-konyong amat terkejut memikirkan
ini, sehingga dia merasa seolah-olah Faber sungguh-sungguh
sudah mati, dipanggang seperti kecoak dalam
kapsul hijau kecil yang dijejalkan dan hilang di dalam saku
orang yang sudah tinggal kerangka tulang-belulang yang disambung
dengan urat-urat aspal.
Kau harus ingat, bakar mereka atau mereka akan membakarmu,
pikirnya. Pada saat ini, sesederhana itulah keadaannya.
Dia merogoh-rogoh saku, uangnya ada di sana, dan di dalam
saku yang satunya dia menemukan Seashell yang biasa,
tempat kota itu sedang mengobrol sendiri dalam pagi hitam
dan dingin.
“Pemberitahuan Polisi. Dicari: Buronan di kota. Melakukan
pembunuhan dan kejahatan terhadap negara. Nama: Guy
Montag. Pekerjaan: Petugas kebakaran. Terakhir dilihat...”
Dia berlari terus sejauh enam blok di gang itu, lalu gang
itu membuka ke sebuah jalan raya lebar dan kosong yang dibagi
menjadi sepuluh jalur. Jalan itu tampak seperti sungai tak
berperahu yang membeku dalam cahaya terang lampu-lampu
bohlam listrik putih; kau bisa tenggelam kalau mencoba menyeberanginya,
pikir Montag; terlalu lebar, terlalu terbuka.
Jalan itu seperti panggung luas tanpa pemandangan, mengundangnya
untuk berlari melintas, mudah terlihat dalam penerangan
benderang itu, mudah ditangkap, mudah ditembak.
Seashell mendengung di telinganya.
“...perhatikan kalau ada orang berlari... perhatikan kalau
ada orang berlari... perhatikan kalau ada orang yang sendirian,
berjalan kaki... perhatikan...”
Montag mundur ke dalam bayang-bayang. Tepat di de-
154
www.bacaan-indo.blogspot.com
pannya ada SPBU, dua bongkah besar salju porselen bersinar
di sana, dan dua kumbang perak masuk dan berhenti untuk
mengisi bensin. Sekarang dia harus tampil bersih dan rapi
kalau ingin berjalan, bukan berlari, berjalan tenang melintasi
bulevar luas itu. Akan lebih aman lagi kalau dia mencuci
muka dan menyisir rambut sebelum melanjutkan perjalanan
ke mana...?
Ya, pikirnya, sedang berlari ke mana aku ini?
Tidak ke mana-mana. Tidak ada tempat yang bisa ditujunya,
sebenarnya tidak ada teman yang bisa dimintai bantuan.
Kecuali Faber. Kemudian dia sadar bahwa dia memang sedang
berlari ke arah rumah Faber, secara naluriah. Tetapi Faber tak
bisa menyembunyikannya; mencoba menyembunyikannya
sama saja bunuh diri. Tetapi dia tahu bahwa dia tetap akan
menemui Faber, untuk beberapa menit saja. Di tempat Faber
dia mungkin bisa menguatkan kembali keyakinannya yang
luntur dengan cepat luntur kemampuannya untuk bertahan
hidup. Dia hanya ingin tahu bahwa ada orang seperti Faber di
dunia ini. Dia ingin melihat pria itu hidup dan tidak dibakar
seperti tubuh yang dikurung dalam tubuh lain. Dan sebagian
uangnya harus ditinggalkan dengan Faber, tentu saja, untuk
dipakainya setelah Montag melarikan diri. Mungkin dia bisa
mencapai daerah terbuka dan hidup di dekat sungai-sungai
atau di dekat jalan-jalan tol, di ladang-ladang dan bukit-bukit.
Sebuah bisikan keras yang berputar-putar membuatnya
menengadah ke langit.
Helikopter-helikopter polisi naik begitu jauh sehingga dia
merasa seakan ada yang meniup kepala abu-abu setangkai bunga
dandelion kering sampai putus. Dua lusin helikopter itu
berkelebat, melayang-layang, tidak pasti, lima kilometer dari
155
sana, seperti kupu-kupu yang kebingungan bertemu dengan
musim gugur, lalu melesat turun ke darat, satu demi satu, di
sini, di sana, dengan lembut memijati jalanan, tempat mereka
kembali menjadi kumbang, lalu memekik di sepanjang bulevar-bulevar,
atau melompat kembali ke udara dengan sama
mendadaknya, meneruskan pencarian.
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
Dan ini dia SPBU, para petugasnya sibuk melayani pelanggan.
Montag datang dari belakang dan memasuki toilet pria.
Dari tembok aluminium, dia mendengar suara radio berkata,
“Perang telah dinyatakan.” Bensin dipompa di luar. Orangorang
di dalam kumbang-kumbang berbicara dan para petugas
SPBU berbicara tentang truk-truk, bensin, utang yang belum
lunas. Montag berdiri sambil berusaha memaksa dirinya
merasa syok akibat pernyataan tenang dari radio itu, namun
tidak ada yang terjadi. Perang harus menunggu dia menemukannya
dalam arsip pribadinya, satu-dua jam dari sekarang.
Dia mencuci tangan dan wajahnya dan menghanduki diri
sampai kering, hampir tak bersuara. Dia keluar dari kamar
kecil dan menutup pintu dengan hati-hati dan berjalan memasuki
kegelapan dan akhirnya berdiri lagi di pinggiran bulevar
yang kosong.
Terhampar di sana, sebuah permainan yang harus dimenangkannya,
arena boling luas dalam pagi yang sejuk. Bulevar
itu sebersih permukaan arena, dua menit sebelum munculnya
beberapa korban tak bernama dan beberapa pembunuh
tak dikenal. Udara di atas dan di sekitar sungai beton yang
luas itu bergetar oleh kehangatan tubuh Montag seorang; luar
156
www.bacaan-indo.blogspot.com
biasa betapa suhu tubuhnya bisa menyebabkan seluruh dunia
di dekatnya bergetar. Dia sasaran bercahaya; dia tahu ini, dia
merasakan ini. Dan sekarang dia harus mulai berjalan.
Tiga blok dari sana, beberapa lampu mobil membara.
Montag menarik napas panjang. Paru-parunya seperti sapu
yang terbakar di dalam dada. Mulutnya kering-kerontang karena
berlari tadi. Kerongkongannya seperti besi berdarah dan
ada baja berkarat di telapak kakinya.
Bagaimana dengan lampu-lampu di sana itu? Begitu kau
mulai berjalan, kau harus menaksir seberapa cepat kumbangkumbang
itu bisa sampai di sana. Yah, seberapa jauh jarak ke
trotoar satunya? Tampaknya sekitar seratus meter. Mungkin
tidak sampai seratus, tetapi tetap hitung dengan angka itu
saja, hitung bahwa kalau dia berjalan sangat lambat, dengan
kecepatan santai, mungkin dia akan membutuhkan tiga puluh,
empat puluh detik untuk tiba di sana. Kumbang-kumbang
itu? Begitu mulai, mereka bisa melewati tiga blok dalam
waktu sekitar lima belas detik. Jadi, seandainya di tengahtengah
saja dia mulai berlari...?
Dia menapakkan kaki kanan ke depan, lalu kaki kiri, lalu
kaki kanan. Dia berjalan di jalan kosong itu.
Meskipun jalan itu kosong melompong, kau tidak bisa benar-benar
yakin dapat menyeberang dengan selamat, karena
sebuah mobil bisa saja tiba-tiba muncul dari tanjakan empat
blok dari sana dan melewatimu sebelum kau sempat bernapas
dua belas kali.
Dia memutuskan untuk tidak menghitung langkahnya.
Dia tidak melihat ke kiri maupun ke kanan. Cahaya lampulampu
penerang di atas begitu terang dan menelanjangi seperti
matahari tengah hari, dan sama panasnya.
Dia mendengarkan bunyi mobil menambah kecepatan dua
157
www.bacaan-indo.blogspot.com
blok dari situ, di sebelah kanannya. Lampu-lampu depannya
yang bisa digerakkan, tiba-tiba tersentak ke depan dan ke belakang,
dan hinggap pada Montag.
Jalan terus.
Montag tertegun, mencengkeram buku-bukunya, dan memaksa
diri agar tidak mematung. Secara naluriah, dia lari dengan
cepat beberapa langkah, lalu berbicara keras-keras pada
diri sendiri, kemudian melambat untuk berjalan lagi. Dia
sekarang sudah di tengah jalan, tetapi raungan dari mesinmesin
kumbang mengaing makin tinggi sewaktu mereka menambah
kecepatan.
Polisi, tentu saja. Mereka melihatku. Tetapi pelan-pelan
sekarang, pelan-pelan, diam, jangan menoleh, jangan melihat,
jangan tampak resah. Berjalan, begitu, berjalan, berjalan.
Kumbang itu melaju. Kumbang itu meraung. Kumbang itu
menambah kecepatan. Kumbang itu merintih. Kumbang itu
melesat. Kumbang itu meluncur. Kumbang itu datang dalam
satu lintasan melengking yang ditembakkan dari senapan tak
terlihat. Kecepatannya mencapai 193 kilometer per jam. Kecepatannya
mencapai 209 kilometer per jam, paling sedikit.
Montag mengatupkan rahang kuat-kuat. Panas lampu-lampu
depan yang melesat itu serasa membakar pipinya, menggetarkan
kelopak matanya dan mengucurkan keringat asam dari
sekujur tubuhnya.
Dia mulai berjalan terseok-seok seperti orang tolol dan berbicara
pada diri sendiri, lalu tekadnya runtuh dan dia mulai
berlari. Dia menjulurkan kaki sejauh mungkin dan turun lalu
maju dan turun dan balik dan maju dan turun dan balik. Ya
Tuhan! Ya Tuhan! Dia menjatuhkan sebuah buku, menghentikan
langkah, nyaris berbalik, berubah pikiran, terus berlari,
menjerit dalam kehampaan yang dingin, sementara kumbang
158
www.bacaan-indo.blogspot.com
itu melesat mengejar makanannya, enam puluh meter, tiga
puluh meter dari sana, 27 meter, 24 meter, 21 meter, Montag
terengah-engah, mengayun-ayunkan tangan dengan panik,
kaki naik turun maju, naik turun maju, makin dekat, makin
dekat, menjerit, memanggil, matanya berkobar putih sekarang
sementara kepalanya terkejat-kejat berkeliling untuk
menghadapi sorot lampu menyilaukan itu, sekarang kumbang
itu ditelan sinar lampunya sendiri, sekarang kumbang
itu tak lebih dari obor yang melaju ke arahnya; hanya bunyi,
hanya terang. Sekarang—hampir menabraknya!
Dia tersandung dan jatuh.
Mati aku! Habislah semuanya.
Tetapi jatuh itu ternyata berpengaruh. Sekejap sebelum
tiba di tempatnya, kumbang liar itu mengerem dan menyingkir.
Lalu lenyap. Montag tergeletak tiarap, kepala menghadap
ke bawah. Gelak tawa sayup-sayup melayang kembali bersama
asap buangan biru dari kumbang itu.
Tangan kanannya terjulur ke depan, rata. Di ujung jari
tengahnya— dia melihatnya sekarang, sewaktu mengangkat
tangan itu—samar-samar tampak satu milimeter bekas ban
hitam di tempat ban kumbang tadi menyentuhnya sewaktu
lewat. Dia memandangi garis hitam itu dengan rasa tak percaya
sambil berdiri.
Itu tadi bukan polisi, pikirnya.
Dia memandang bulevar itu. Kosong sekarang. Satu mobil
berisi anak-anak dari segala usia, mungkin, dari usia dua belas
sampai enam belas tahun, keluar sambil bersiul-siul, berteriak,
bersorak, mereka tadi melihat seorang pria, pemandangan
yang sangat biasa, seorang pria yang berjalan-jalan, sesuatu
yang langka, dan mereka berkata, “Ayo kita tabrak dia,” tanpa
tahu dia itu si buron Mr. Montag; mereka hanya sejumlah
159
www.bacaan-indo.blogspot.com
anak yang keluar untuk menghabiskan malam sepanjang delapan
ratus atau sembilan ratus kilometer dalam beberapa jam
yang diterangi sinar bulan, wajah mereka sedingin es terkena
angin, dan pulang atau tidak pulang saat fajar menyingsing,
hidup atau tidak hidup, itulah inti petualangan mereka.
Mereka bisa saja membunuhku tadi, pikir Montag dengan
tubuh goyah, udara masih terkoyak dan bergetar di sekitarnya
dalam debu, menyentuh pipinya yang memar. Tanpa
alasan apa pun, mereka sanggup membunuhku tadi.
Dia berjalan ke arah trotoar di seberang, menyuruh setiap
kakinya maju dan terus maju. Entah bagaimana dia memungut
buku-bukunya yang tadi jatuh; dia tidak ingat membungkuk
dan menyentuh buku-buku itu. Dia terus memindahkannya
dari satu tangan ke tangan lain, seakan buku-buku itu kartukartu
poker yang tidak bisa dimengertinya.
Mungkinkah mereka yang membunuh Clarisse?
Dia berhenti dan pikirannya mengatakan ini lagi, keraskeras.
Mungkinkah mereka yang membunuh Clarisse?!
Dia ingin berlari mengejar mereka sambil berteriak-teriak.
Matanya berair.
Yang menyelamatkannya tadi adalah waktu dia jatuh
tersungkur. Pengemudi mobil itu, ketika melihat Montag jatuh,
secara naluriah mempertimbangkan kemungkinan bahwa
menggilas tubuh manusia dalam kecepatan setinggi itu
mungkin akan membuat mobil terbalik dan menghamburkan
para penumpangnya keluar. Seandainya Montag tadi tetap
menjadi sasaran yang tegak...?
Napas Montag tersentak.
Jauh di bulevar, empat blok dari situ, kumbang tadi melambat,
berputar balik dengan dua roda, dan sekarang melesat
160
kembali ke sana, miring di sisi jalan yang salah, dan menambah
kecepatan.
Tetapi Montag sudah menghilang, tersembunyi aman di
dalam kegelapan gang yang dicarinya selama perjalanan panjang
yang sudah dimulainya satu jam, atau mungkinkah satu
menit, yang lalu? Dia berdiri bergidik di tengah malam, melihat
kumbang itu lewat dan meluncur kembali ke tengah jalan,
gelak tawa berputar-putar di udara sekitarnya, lenyap.
Dari sana, sementara Montag bergerak-gerak dalam kegelapan,
dia bisa melihat helikopter jatuh, jatuh seperti butirbutir
salju pertama dalam musim dingin yang akan datang...
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
Rumah itu sunyi.
Montag menghampirinya dari belakang, merayap melewati
wangi pekat bunga dafodil dan mawar dan rumput basah
yang dilembapkan malam. Dia menyentuh pintu kawat
di belakang, mendapati pintu itu terbuka, menyelinap masuk,
bergerak melintasi beranda, mendengarkan.
Mrs. Black, apakah kau tertidur di dalam sana? pikirnya.
Ini tidak bagus, tetapi suamimu melakukannya kepada orang
lain dan tak pernah bertanya dan tak pernah berpikir dan
tak pernah cemas. Dan sekarang, karena kau istri petugas
kebakaran, maka sekarang rumahmu dan giliranmu, untuk
semua rumah yang dibakar suamimu dan orang-orang yang
disakitinya tanpa berpikir.
Rumah itu tidak menjawab.
Dia menyembunyikan buku-buku itu di dapur dan bergerak
dari rumah itu lagi ke gang, dan menoleh dan melihat
rumah itu masih gelap dan sunyi, tidur.
161
Dalam perjalanan melintasi kota, sementara helikopterhelikopter
beterbangan seperti kertas tercabik-cabik di langit,
dia menelepon, melaporkan alarm di kios telepon umum yang
sepi, di depan toko yang sudah tutup malam itu. Lalu dia berdiri
di tengah udara malam yang dingin, menunggu, dan di
kejauhan dia mendengar sirene-sirene kebakaran menyala
dan melaju, dan Salamander-Salamander datang… datang untuk
membakar rumah Mr. Black sementara dia sedang keluar
bekerja, untuk menyuruh istrinya berdiri gemetaran dalam
udara pagi sementara atap ambruk dan jatuh ke dalam api.
Tetapi sekarang, wanita itu masih tertidur.
Selamat malam, Mrs. Black, pikirnya.
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Faber!”
Satu ketukan lagi, sebuah bisikan, dan penantian lama.
Lalu, setelah semenit, sebuah lampu kecil berpijar di dalam
rumah Faber yang kecil. Setelah sunyi sebentar lagi, pintu belakang
dibuka.
Mereka berdiri saling pandang dalam cahaya remangremang
itu, Faber dan Montag, seakan masing-masing tidak
memercayai keberadaan yang satunya. Lalu Faber bergerak
dan mengulurkan tangan dan mencengkeram Montag dan
menyeretnya masuk dan menyuruhnya duduk dan kembali
dan berdiri di ambang pintu, mendengarkan. Sirene-sirene
meraung di kejauhan pagi itu. Dia masuk dan menutup pintu.
Montag berkata, “Aku bodoh sekali sejak awal. Aku tidak
bisa lama di sini. Aku akan pergi entah ke mana.”
“Setidaknya kau bersikap bodoh tentang hal-hal yang
162
www.bacaan-indo.blogspot.com
benar,” kata Faber. “Kusangka kau sudah mati tadi. “Kapsul
audio yang kuberikan kepadamu…“
“Terbakar.”
“Aku mendengar Kapten berbicara kepadamu dan tibatiba
semua diam. Hampir saja aku keluar untuk mencarimu.”
“Kapten sudah mati. Dia menemukan kapsul audio itu, dia
mendengar suaramu, dia berniat melacaknya. Aku membunuhnya
dengan pelontar api.”
Faber duduk dan untuk beberapa saat tidak berbicara.
“Ya Tuhan, bagaimana ini terjadi?” kata Montag. “Padahal
malam itu semua baik-baik saja, tiba-tiba aku sudah tenggelam.
Berapa kali orang bisa terbenam dan masih hidup?
Aku tidak bisa bernapas. Beatty sudah mati, dan dia pernah
menjadi temanku, dan Millie sudah pergi, kusangka dia istriku,
tapi sekarang aku tidak tahu. Dan rumahku terbakar
habis. Pekerjaanku lenyap dan aku menjadi buron, dan aku
menaruh buku di rumah seorang petugas kebakaran dalam
perjalanan ke sini. Ya Tuhan, apa saja yang telah kulakukan
seminggu ini!”
“Kau melakukan apa yang harus kaulakukan. Ini seharusnya
sudah lama terjadi.”
“Ya, aku percaya itu, kalau tidak ada apa-apa lagi yang kupercayai.
Ini sudah menunggu untuk terjadi. Aku sudah lama
bisa merasakannya, aku seperti memendam sesuatu, aku melakukan
satu hal sambil merasakan hal lain. Ya Tuhan, semua
itu ada di sana. Sungguh heran hal yang kupendam itu
tidak terlihat pada tubuhku, seperti lemak. Dan sekarang aku
di sini, mengacaukan hidupmu juga. Mereka mungkin akan
mengikutiku ke sini.”
“Untuk pertama kali setelah bertahun-tahun, aku merasa
hidup,” kata Faber. “Aku merasa sedang melakukan hal yang
163
www.bacaan-indo.blogspot.com
seharusnya sudah sejak lama kulakukan. Selama sejenak itu,
aku tidak takut. Mungkin karena akhirnya aku melakukan
hal yang benar. Mungkin karena aku telah melakukan sesuatu
yang gegabah dan tidak ingin tampak seperti pengecut
di matamu. Kurasa aku harus melakukan hal-hal yang lebih
brutal lagi, menyingkapkan kedokku agar aku tidak jatuh dalam
tugasku ini dan ketakutan lagi. Apa rencanamu?”
“Terus berlari.”
“Kau tahu perang sedang berlangsung?”
“Aku sudah dengar.”
“Astaga, lucu ya?” kata pria tua itu. “Rasanya perang itu
jauh sekali, karena kita memiliki masalah sendiri.”
“Aku belum sempat berpikir.” Montag menyodorkan seratus
dolar. “Aku ingin ini kausimpan, gunakan dengan cara
apa pun yang bisa membantumu setelah aku pergi.”
“Tapi…“
“Aku mungkin akan mati sebelum tengah hari; gunakan
ini.”
Faber mengangguk. “Sebaiknya kau menuju sungai kalau
bisa, ikuti arahnya, dan kalau kau bisa mencapai rel kereta
tua yang menuju pedesaan, ikuti rel itu. Meskipun hampir
segala sesuatu diangkut dengan transportasi udara zaman sekarang
ini, dan sebagian besar rel kereta tidak dipakai lagi,
rel-relnya masih ada, berkarat. Kudengar masih ada perkemahan-perkemahan
gelandangan di seluruh negeri, di sanasini;
perkemahan berjalan istilahnya, dan kalau kau terus
berjalan cukup jauh dan membuka mata tajam-tajam, kata
mereka banyak penyandang gelar Harvard di rel-rel di antara
tempat ini dan Los Angeles. Sebagian besar dicari dan diburu
di kota-kota. Mereka bertahan hidup, kurasa. Jumlah mereka
tidak banyak, dan kurasa pemerintah tidak menganggap
164
www.bacaan-indo.blogspot.com
mereka bahaya yang cukup besar, sehingga tidak repot-repot
berusaha melacak mereka. Kau mungkin bisa tinggal bersama
mereka untuk sementara waktu dan menghubungiku di St.
Louis. Aku akan berangkat naik bus pukul lima pagi ini, untuk
menemui tukang cetak yang sudah pensiun di sana, aku
sendiri akhirnya akan keluar dari persembunyian. Uang ini
akan digunakan untuk tujuan yang baik. Terima kasih, dan
semoga Tuhan memberkatimu. Apakah kau mau tidur dulu
sebentar.”
“Sebaiknya aku pergi.”
“Kita periksa dulu.”
Dia cepat-cepat mengajak Montag ke kamar tidur dan
menggeser sebuah bingkai lukisan, menampakkan layar televisi
sebesar kartu pos di baliknya. “Aku selalu menginginkan
sesuatu yang sangat kecil, sesuatu yang bisa kucapai dengan
berjalan, sesuatu yang bisa kututupi dengan telapak tanganku,
kalau perlu, sesuatu yang tidak bisa meneriakiku, dan tidak
besar mencolok. Jadi, ini dia.” Dia menyalakan televisi
itu.
“Montag,” kata televisi itu, yang menjadi terang. “M-O-
N-T-A-G.” Nama itu dieja sebuah suara. “Guy Montag. Masih
dalam pelarian. Helikopter-helikopter polisi sedang aktif
mencarinya. Anjing Pemburu baru telah didatangkan dari
distrik lain…“
Montag dan Faber saling pandang.
“—Anjing Pemburu tidak pernah gagal. Sejak pertama kali
digunakan untuk melacak buruan, ciptaan yang luar biasa ini
belum pernah membuat kesalahan. Malam ini, jaringan ini
boleh berbangga mendapatkan kesempatan untuk mengikuti
si Pemburu dengan helikopter kamera begitu dia mulai mengejar
target…“
165
www.bacaan-indo.blogspot.com
Faber menuangkan dua gelas wiski. “Kita akan membutuhkan
ini.”
Mereka minum.
“—hidungnya begitu sensitif sehingga Anjing Pemburu
Robot dapat mengingat dan mengenali sepuluh ribu indeks
bau dari sepuluh ribu orang tanpa harus disetel ulang!”
Faber gemetar, dan melihat ke sekeliling rumahnya, melihat
tembok-tembok, pintu, kenop pintu, dan kursi yang
sekarang diduduki Montag. Montag melihat pandangannya.
Mereka berdua cepat-cepat melihat ke seluruh rumah dan
Montag merasa lubang hidungnya melebar, dan dia tahu dia
sedang berusaha melacak dirinya sendiri, dan hidungnya
tiba-tiba cukup tajam untuk merasakan jalan yang tadi diambilnya
dalam udara kamar itu, dan keringat dari tangannya
tergantung dari kenop pintu, tak terlihat namun sama banyak
dengan permata pada lampu gantung kecil, dia ada di manamana,
di dalam dan di atas segala sesuatu, dia seperti awan
bercahaya, hantu yang membuat bernapas menjadi mustahil.
Dia melihat Faber menahan napas, mungkin karena takut
menyedot hantu itu ke dalam tubuhnya sendiri, dicemari embusan
bayangan dan bau seorang pria dalam pelarian.
“Anjing Pemburu Robot sekarang mendarat dengan helikopter
di lokasi Pembakaran!”
Dan di layar kecil itu, tampak rumah yang terbakar, dan
kerumunan orang, dan sesuatu yang ditutupi kain turun dari
langit, berkibar-kibar, muncul helikopter seperti bunga yang
cacat.
Jadi, mereka berusaha habis-habisan, pikir Montag. Sirkus
harus terus tampil, sekalipun perang akan dimulai dalam
sejam...
166
www.bacaan-indo.blogspot.com
Dia menonton adegan itu, terpesona, tak ingin bergerak.
Rasanya adegan itu begitu jauh dan bukan bagian darinya;
yang dilihatnya ini sandiwara yang terpisah dan tersendiri,
ajaib ditonton, bukan tanpa kenikmatan yang aneh. Itu semua
karena aku, pikir kalian, itu semua terjadi hanya untuk
aku, demi Tuhan.
Kalau mau, dia bisa berlama-lama di sini, dalam kenyamanan,
mengikuti seluruh perburuan ini, melalui tahapantahapannya
dengan cepat, menyusuri gang-gang, melintasi
jalan-jalan, melewati jalan-jalan kecil panjang dan sempit,
melintasi lapangan dan taman-taman bermain, sesekali
berhenti sebentar untuk iklan-iklan yang perlu, memasuki
gang-gang lainnya ke rumah Mr. dan Mrs. Black yang sedang
terbakar, dan seterusnya sampai akhirnya ke rumah,
tempat Faber dan dirinya sendiri sedang duduk dan minum
sementara si Anjing Pemburu mengendus jejak terakhir, bisu
seperti embusan maut sendiri, mengerem sampai berhenti di
depan jendela di sana itu. Lalu, kalau dia mau, Montag mungkin
akan berdiri, berjalan ke jendela, sambil tetap mengawasi
layar TV, membuka jendela, menjulurkan tubuh ke luar,
melihat ke belakang, melihat dirinya sendiri didramatisir,
digambarkan, dibumbui, berdiri di sana, diterangi di dalam
layar televisi kecil yang terang itu dari luar, sebuah drama
untuk ditonton dengan objektif, sementara dia tahu bahwa
di ruang-ruang duduk lain, sosoknya tampak besar sesuai
ukuran sesungguhnya, dengan warna lengkap, dimensinya
sempurna! Dan kalau kau memasang mata dengan cermat,
dengan segera dia bisa melihat dirinya sendiri, sekejap sebelum
semuanya gelap, ditusuk untuk kesenangan entah berapa
banyak penghuni ruang duduk sipil yang dibangunkan dari
tidur beberapa menit yang lalu oleh raungan panik sirene dari
167
www.bacaan-indo.blogspot.com
tembok-tembok ruang keluarga mereka untuk datang menonton
pertandingan akbar ini, perburuan, karnaval tunggal.
Apakah dia akan sempat berpidato? Sewaktu si Pemburu
menangkapnya, di hadapan sepuluh atau dua puluh atau
tiga puluh juta orang, tidakkah mungkin dia akan meringkas
seluruh hidupnya selama seminggu terakhir ini dalam satu
kalimat atau satu kata yang akan lama mereka kenang setelah
si Pemburu berbalik menjepitnya dengan rahang seperti
penjepit logam, dan berjalan pergi dalam kegelapan, sementara
kamera diam, memandangi makhluk itu menjauh sampai
akhirnya lenyap, penutup adegan yang dramatis! Apa yang
dapat dikatakannya dalam satu kata saja, beberapa patah kata,
yang akan menampar wajah mereka semua dan membangunkan
mereka?
“Di situ,” bisik Faber.
Dari sebuah helikopter, sesuatu meluncur keluar, bukan
mesin, bukan binatang, tidak mati, tidak hidup, kemilau dengan
cahaya hijau pucat. Makhluk itu berdiri di dekat puingpuing
rumah Montag yang mengepulkan asap, dan para petugas
mengambilkan pelontar api yang tadi dibuangnya dan
meletakkannya di bawah moncong si Pemburu. Terdengar
bunyi mendesir, “klik-klik-klik”, dengungan.
Montag menggeleng, berdiri dan menghabiskan sisa minumannya.
“Sudah waktunya. Aku minta maaf untuk ini.”
“Untuk apa? Aku? Rumahku? Semua ini sudah sepantasnya
kudapatkan. Larilah, demi Tuhan. Mungkin aku bisa
memperlambat mereka di sini…“
“Tunggu. Tidak ada gunanya kalau kau ketahuan. Setelah
aku pergi, bakar selimut yang tadi kududuki. Bakar kursi di
ruang keluarga, di mesin pembakar di tembokmu. Lap perabotan
dengan alkohol, lap kenop-kenop pintu. Bakar karpet
168
www.bacaan-indo.blogspot.com
hias di ruang duduk. Nyalakan pendingin ruangan maksimal
di semua kamar dan semprotkan obat pengusir ngengat kalau
kau punya. Lalu nyalakan penyiram tamanmu setinggi
mungkin, dan bilas trotoar-trotoar. Kalau beruntung, mungkin
kita bisa setidaknya menghapus jejak di sini.”
Faber menjabat tangannya. “Akan kutangani. Semoga
berhasil. Kalau kita berdua sama-sama sehat, minggu depan,
seminggu setelahnya, hubungi aku, Pengiriman Umum, St.
Louis. Aku menyesal tidak ada jalan agar aku bisa ikut denganmu
kali ini, melalui earphone. Memakainya tadi bagus
untuk kita berdua. Tetapi peralatanku terbatas. Kau lihat, aku
tidak pernah menyangka akan menggunakannya. Dasar kakek
tua bodoh. Tidak berpikir. Bodoh, bodoh. Jadi, aku tidak
punya peluru hijau lain, tipe yang tepat, untuk masuk ke kepalamu.
Pergilah sekarang!”
“Satu hal lagi. Cepat. Koper, ambil, isi dengan baju-bajumu
yang paling kotor, jas lusuh, makin kotor makin baik, kemeja,
beberapa sepatu kets dan kaus kaki...”
Faber pergi dan kembali lagi dalam semenit. Mereka menutup
koper kardus itu dengan lakban transparan. “Untuk
menyimpan bau tua Mr. Faber di dalam sini, tentu saja,” kata
Faber, berkeringat setelah mengerjakan itu.
Montag menyirami bagian luar koper itu dengan wiski.
“Aku tidak mau si Pemburu menemukan dua bau sekaligus.
Bolehkah kubawa wiski ini? Aku akan memerlukannya nanti.
Ya Tuhan, kuharap ini manjur!”
Mereka berjabat tangan lagi, dan sambil beranjak keluar,
menoleh ke arah TV. Si Pemburu sudah menuju ke sana, diikuti
kamera-kamera helikopter yang terbang di atas, diam,
diam, mengendus-endus angin malam yang kencang. Si Pemburu
berlari di gang pertama.
169
“Selamat tinggal!”
Dan Montag pun keluar dengan tangkas dari pintu belakang,
berlari membawa koper yang separo kosong itu. Di
belakangnya, dia mendengar sistem penyiram halaman menyala,
memenuhi udara gelap dengan hujan yang berjatuhan
lembut, kemudian menjadi hujan deras yang menerpa semuanya,
membilas trotoar-trotoar lalu surut ke dalam gang. Dia
membawa beberapa tetes air hujan ini di wajahnya. Dia merasa
mendengar pria tua itu menyerukan “selamat tinggal,”
tetapi dia tidak yakin.
Dia berlari cepat sekali menjauhi rumah itu, ke arah sungai.
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
Montag berlari.
Dia bisa merasakan si Pemburu, seperti musim dingin,
datang, dingin, kering dan cepat, seperti angin yang tidak
menggoyangkan rumput, tidak menggetarkan jendela atau
membuyarkan bayang-bayang daun di trotoar-trotoar putih
yang dilewatinya. Si Pemburu tidak menyentuh dunia ini.
Dia membawa kebisuannya, jadi kau bisa merasakan keheningan
itu meningkatkan tekanan yang makin kuat di belakangmu
di seluruh kota. Montag merasa tekanan itu menggunung,
dan berlari.
Dia berhenti untuk menarik napas, di tengah jalan ke sungai,
untuk mengintip dari jendela-jendela yang diterangi
remang-remang di rumah-rumah yang terbangun, dan melihat
siluet orang-orang di dalam menonton tembok-tembok
ruang duduk mereka, dan di tembok-tembok itu, si Pemburu,
170
www.bacaan-indo.blogspot.com
seperti gumpalan uap neon, merayap maju, di sini dan hilang,
di sini dan hilang! Sekarang, di Elm Terrace, Lincoln, Oak,
Park, dan di gang ke arah rumah Faber.
Lewati rumah itu, pikir Montag, jangan berhenti, ayo terus,
jangan membelok!
Di tembok ruang duduk, rumah Faber, dengan sistem penyiram
halaman yang berdenyut dalam udara malam.
Si Pemburu berhenti sebentar, bergetar.
Jangan! Montag memegangi langkan jendela. Ke sini! Ke
sini!
Jarum procaine itu tersentak keluar dan masuk, keluar dan
masuk. Satu butir benih obat mimpi jatuh dari jarum itu saat
menghilang ke dalam moncong si Pemburu.
Montag menahan napas, seperti tinju yang terkepal, di dalam
dadanya.
Si Anjing Pemburu berbalik dan berlari dari rumah Faber,
kembali ke gang.
Montag menyentakkan pandangan ke langit. Helikopterhelikopter
itu lebih dekat, seperti kerumunan serangga yang
membuntuti satu sumber cahaya.
Dengan susah payah Montag mengingatkan diri lagi bahwa
ini bukan episode iktif untuk ditonton dalam pelariannya
ke sungai; ini permainan caturnya sendiri, langkah demi
langkah.
Dia berteriak untuk memberi dorongan menjauh dari jendela
rumah terakhir ini, dan tontonan memikat yang sedang
berlangsung di dalam sana! Persetan! Dan dia pun berlari dan
menghilang! Gang, jalan, gang, jalan, dan bau sungai. Kaki
maju, kaki turun, kaki maju dan turun. Dua puluh juta Montag
berlari, sebentar lagi, kalau kamera-kamera itu menangkapnya.
Dua puluh juta Montag berlari, berlari seperti ilm-
171
www.bacaan-indo.blogspot.com
ilm lawak kuno yang buram tentang polisi-polisi dungu, polisi,
perampok, pengejar dan yang dikejar, pemburu dan yang
diburu, dia sudah melihatnya ribuan kali. Sekarang di belakangnya
ada dua puluh juta Anjing Pemburu yang melolong
tanpa suara, melesat melintasi ruang-ruang duduk, melesat
seperti bola biliar dari tembok kanan ke tembok tengah ke
tembok kiri, hilang, tembok kanan, tembok tengah, tembok
kiri, hilang!
Montag menghunjamkan Seashell ke telinganya:
“Polisi menyarankan agar semua penghuni daerah Elm
Terrace bertindak sebagai berikut: Setiap orang di setiap rumah
di setiap jalan harap membuka pintu depan atau pintu
belakang atau melihat dari jendela. Buronan tidak bisa lolos
jika setiap orang selama semenit berikut melihat dari rumahnya.
Siap!”
Tentu saja! Kenapa mereka tidak melakukan ini dari tadi!
Wah, selama bertahun-tahun, bukankah permainan ini sudah
dicoba! Semua berdiri, semua keluar! Dia tak mungkin
luput! Satu-satunya orang yang berlari sendirian di kota di
tengah malam, satu-satunya orang yang memakai kakinya!
“Pada hitungan kesepuluh! Satu! Dua!”
Dia merasakan kota itu bangkit.
“Tiga!”
Dia merasakan kota itu berpaling pada ribuan pintunya.
“Empat!”
Orang-orang berjalan sambil tidur di lorong-lorong rumah
mereka.
“Lima!”
Dia merasakan tangan mereka di kenop-kenop pintu!
Bau sungai sejuk dan seperti hujan padat. Kerongkongannya
seperti karat hangus dan matanya terseka kering karena
172
www.bacaan-indo.blogspot.com
berlari. Dia berteriak seakan-akan teriakan ini akan memacunya,
melontarkannya melewati seratus meter terakhir.
“Enam, tujuh, delapan!”
Kenop-kenop diputar pada lima ribu pintu.
“Sembilan!”
Dia berlari menjauh dari deretan rumah terakhir, di lereng
yang menurun ke arah suatu kehitaman padat yang bergerak.
“Sepuluh!”
Pintu-pintu dibuka.
Dia membayangkan beribu-ribu wajah melihat ke halaman,
ke gang-gang, dan ke langit, wajah-wajah yang disembunyikan
tirai, wajah-wajah yang pucat dan ketakutan melihat
malam, seperti binatang abu-abu yang mengintip dari guagua
elektrik, wajah-wajah dengan mata kelabu tak berwarna,
lidah kelabu dan pikiran-pikiran kelabu yang melongok dari
daging wajah yang mati rasa.
Tetapi dia sudah tiba di sungai.
Dia menyentuhnya, hanya untuk memastikan sungai itu
sungguh-sungguh ada. Dia melangkah masuk dan melepaskan
semua pakaiannya di tengah kegelapan itu sampai dia telanjang
bulat, membasahi tubuh, lengan, kaki dan kepalanya
dengan minuman keras; meminumnya dan menyedot sedikit
ke dalam hidungnya. Lalu dia mengenakan pakaian dan sepatu
tua Faber. Dia membuang pakaiannya sendiri ke dalam sungai
dan memandangi pakaian itu terseret arus. Lalu, sambil
membawa koper itu, dia berjalan di sungai sampai tidak bisa
lagi menginjak dasarnya dan dia diseret dalam kegelapan.
* * *
173
www.bacaan-indo.blogspot.com
Dia sudah mengikuti arus sejauh tiga ratus meter ketika si
Pemburu tiba di sungai. Di atas, helikopter-helikopter melayang
dengan baling-baling berkeletak-keletak keras. Cahaya
membanjiri sungai dan Montag menyelam di bawah penerangan
benderang itu, seolah matahari baru muncul dari balik
awan-awan. Dia merasa sungai menyeretnya makin jauh, ke
dalam kegelapan. Lalu cahaya-cahaya itu kembali ke darat,
helikopter-helikopter membelok ke atas kota lagi, seperti baru
menemukan jejak lain. Mereka pergi. Si Anjing Pemburu pergi.
Sekarang yang ada hanya sungai yang dingin dan Montag
yang mengapung dalam ketenangan mendadak, jauh dari
kota dan cahaya dan pengejaran, jauh dari segala sesuatu.
Dia merasa seperti baru meninggalkan panggung dan banyak
aktor. Dia merasa seperti baru meninggalkan pemanggilan
arwah agung dan hantu-hantu yang bergumam. Dia
sedang berpindah dari sebuah non-realita menakutkan ke dalam
realita yang terasa tidak nyata karena baru.
Tanah hitam meluncur melewatinya dan dia memasuki
daerah pedesaan di antara bukit-bukit. Untuk pertama kali
setelah dua belas tahun, bintang-bintang bermunculan di
atasnya, membentuk lingkaran api berarak-arak. Dia melihat
himpunan dahsyat bintang-bintang terbentuk di langit dan
mengancam akan berguling dan meremukkannya.
Dia mengapung telentang setelah kopernya terisi penuh
dan tenggelam; sungai itu hangat dan mengalir lamban, menjauh
dari orang-orang yang makan bayang-bayang untuk sarapan,
uap pada siang hari dan uap air untuk makan malam.
Sungai itu sungguh-sungguh nyata; memegangnya dengan
nyaman dan memberinya waktu, waktu senggang, untuk
merenungkan bulan ini, tahun ini, dan tahun-tahun seumur
174
www.bacaan-indo.blogspot.com
hidupnya. Dia mendengarkan jantungnya melambat. Pikirannya
berhenti berhamburan bersama darahnya.
Dia melihat bulan yang rendah di langit. Bulan di sana,
dan cahaya bulan disebabkan oleh apa? Oleh matahari, tentu
saja. Dan apa yang menerangi matahari? Apinya sendiri. Dan
matahari terus bersinar, hari demi hari, berkobar dan berkobar.
Matahari dan waktu. Matahari dan waktu dan berkobar.
Berkobar. Sungai itu melambung-lambungkannya dengan
lembut. Berkobar. Matahari dan setiap jam di bumi. Semua
itu menyatu dan menjadi satu hal dalam pikirannya. Setelah
terapung lama sekali di darat dan terapung sebentar di sungai,
dia tahu mengapa dia tidak boleh berkobar lagi seumur
hidupnya.
Matahari berkobar setiap hari. Membakar Waktu. Dunia
bergegas dalam lingkaran dan berputar pada sumbunya dan
waktu toh sibuk membakar tahun-tahun dan orang-orang,
tanpa bantuan apa pun darinya. Jadi, kalau dia membakar segala
sesuatu bersama para petugas kebakaran dan matahari
membakar Waktu, berarti segala sesuatu dibakar!
Salah satu dari mereka harus berhenti membakar. Matahari
sudah pasti tidak akan berhenti. Jadi, kelihatannya yang
harus berhenti adalah Montag dan orang-orang yang sampai
beberapa jam lalu masih bekerja dengannya. Di suatu tempat,
menabung dan menyisihkan harus dimulai lagi dan seseorang
harus menabung dan menyimpan, entah dengan cara apa, dalam
buku-buku, dalam arsip-arsip, dalam kepala orang-orang,
dengan cara apa saja asalkan aman, bebas dari ngengat, gegat,
karat dan jamur, dan orang-orang yang membawa korek
api. Dunia penuh dengan pembakaran dalam segala jenis dan
ukuran. Sekarang masyarakat harus segera bersatu padu melawan
pembakaran.
175
www.bacaan-indo.blogspot.com
Dia merasa tumitnya menabrak daratan, menyentuh kerikil
dan batu, menggeser pasir. Sungai telah menggerakkannya
ke arah pantai.
Dia memandang makhluk hitam besar tanpa mata atau
cahaya itu, tanpa bentuk, hanya memiliki ukuran yang membentang
sampai seribu kilometer, tanpa ingin berhenti, dengan
bukit-bukit berumput dan hutan-hutan menantinya.
Dia ragu-ragu meninggalkan aliran sungai yang menenangkan.
Dia menyangka si Pemburu akan ada di sana. Pohon-pohon
mungkin mendadak bergoyang ditiup angin kencang
helikopter-helikopter.
Tetapi hanya ada angin musim gugur yang normal jauh di
atas sana, berlalu seperti sungai. Mengapa si Pemburu tidak
berlari? Mengapa pencarian membelok ke tengah kota? Montag
mendengarkan. Tidak ada apa-apa. Tidak ada apa-apa.
Millie, pikirnya. Pedesaan yang begitu luas di sini. Dengarkanlah!
Tidak ada apa-apa dan tidak ada apa-apa. Begitu
banyak keheningan, Millie, kira-kira bagaimana reaksimu di
sini? Apakah kau akan berteriak Diam, diam! Millie, Millie.
Dan dia merasa sedih.
Millie tidak ada di sini dan si Pemburu tidak ada di sini,
tetapi bau rumput kering yang ditiup dari ladang yang jauh
membawa Montag ke daratan. Dia teringat peternakan yang
dikunjunginya waktu dia masih kecil sekali, satu dari segelintir
kesempatan di mana dia mendapati bahwa di suatu tempat
di balik ketujuh cadar non-realita, di balik tembok-tembok
ruang-ruang duduk, dan di seberang parit kaleng kota itu,
sapi-sapi mengunyah rumput dan babi-babi duduk di kolamkolam
hangat pada tengah hari dan anjing-anjing menggonggong
memanggil domba-domba putih di bukit.
Sekarang, bau rumput kering, gerakan air, membuatnya
176
www.bacaan-indo.blogspot.com
berpikir tentang tidur di jerami segar di lumbung sunyi, jauh
dari jalan-jalan tol yang berisik, di belakang rumah pertanian
yang tenang, dan di bawah kincir angin kuno yang mendesir
seperti bunyi tahun-tahun yang berlalu di atas. Dia berbaring
di loteng lumbung yang tinggi itu sepanjang malam, mendengarkan
binatang-binatang dan serangga dan pepohonan di
kejauhan, gerak-gerik dan getaran kecil.
Pada malam hari, pikirnya, di bawah loteng, dia akan
mendengar bunyi seperti kaki-kaki bergerak, mungkin. Dia
akan tegang dan duduk. Bunyi itu akan menjauh. Dia akan
berbaring dan melihat keluar dari jendela loteng, ketika malam
sangat larut, dan melihat lampu-lampu padam di rumah
peternakan itu sendiri, sampai seorang wanita amat muda
dan cantik duduk di jendela yang tidak diterangi sambil mengepang
rambutnya. Akan sulit melihatnya, tetapi wajahnya
seperti wajah gadis yang sudah lama sekali di masa lalunya,
sudah begitu lama, gadis yang tahu cuaca dan tak pernah dibakar
kunang-kunang, gadis yang tahu makna bunga dandelion
yang digosokkan ke dagumu. Lalu gadis itu akan menghilang
dari jendela yang hangat dan muncul lagi di lantai atas, di
kamarnya yang putih terkena cahaya bulan. Lalu, dia sendiri
akan berbaring di loteng lumbung, diiringi bunyi kematian,
bunyi jet-jet membelah langit menjadi dua bagian hitam di
balik cakrawala, tersembunyi dan aman, sambil memandangi
bintang-bintang baru yang aneh di pinggiran bumi itu, terbirit-birit
melarikan diri dari warna fajar yang lembut.
Paginya, dia sebetulnya tidak memerlukan tidur, sebab semua
wangi dan pemandangan hangat dari malam pedesaan
yang lengkap pasti sudah mengistirahatkan dan menidurkannya
sementara matanya terbuka lebar dan mulutnya, begitu
dia ingat untuk mengujinya, membentuk separo senyuman.
177
www.bacaan-indo.blogspot.com
Dan di bawah tangga loteng yang menunggu, di sanalah
hal yang luar biasa itu. Dia akan turun dengan hati-hati, dalam
cahaya merah muda dini hari, sadar sepenuhnya akan
dunia sehingga dia akan merasa takut, dan berdiri di atas keajaiban
kecil itu, dan akhirnya membungkuk untuk menyentuhnya.
Segelas susu segar dingin, dan beberapa apel dan pir di
kaki tangga.
Hanya ini yang diinginkannya sekarang. Suatu tanda bahwa
dunia yang luas ini akan menerimanya dan memberinya
waktu lama yang dia perlukan untuk memikirkan segala sesuatu
yang perlu dipikirkannya.
Segelas susu, sebutir apel, sebuah pir.
Dia melangkah dari sungai.
Daratan menghambur ke arahnya, seperti ombak tsunami.
Dia digempur kegelapan dan alam pedesaan dan jutaan bau
dalam angin yang membekukan tubuhnya. Dia jatuh terjengkang
di bawah lengkung kegelapan yang memecah dan bunyi
dan bau, telinganya meraung. Dia berputar cepat. Bintangbintang
terjun di atas penglihatannya seperti meteor-meteor
yang berpijar. Dia ingin terjun kembali ke dalam sungai dan
membiarkan sungai itu menimangnya dengan aman entah
ke mana. Tanah gelap yang bangkit ini seperti hari di masa
kanak-kanaknya, waktu dia berenang, lalu entah dari mana,
ombak terbesar yang bisa diingatnya menghantamnya dengan
lumpur garam dan kegelapan hijau, air membakar mulut
dan hidungnya, memelintir perutnya, menjerit-jerit! Terlalu
banyak air!
Terlalu banyak daratan.
Dari tembok hitam di hadapannya, terdengar bisikan. Sebentuk
sosok. Di dalam sosok itu, dua mata. Malam memandangnya.
Hutan melihatnya.
178
www.bacaan-indo.blogspot.com
Si Pemburu!
Setelah begitu lama berlari dan bergegas dan berkeringat
dan setengah terbenam, setelah dia sampai sejauh ini, berjuang
sekeras ini, dan menyangka dirinya sudah aman dan
mendesah lega dan naik ke daratan akhirnya, dan ternyata...
Si Pemburu!
Montag mengeluarkan satu teriakan tersiksa terakhir, seakan-akan
ini beban yang terlalu berat untuk siapa pun.
Sosok itu melesat pergi. Mata itu menghilang. Tumpukan
daun beterbangan seperti hujan kering.
Montag sendirian di tengah belantara.
Seekor rusa. Dia mencium bau kesturi pekat seperti parfum
yang bercampur darah dan embusan napas binatang itu
yang menggumpal, bau kapulaga dan lumut dan ragweed memenuhi
malam yang luas ini, di mana-mana pohon-pohon
menyerbunya, mundur, berlari, mundur, mengikuti denyut
jantung di belakang matanya.
Pasti ada miliaran daun di daratan ini; dia berjalan mengarungi
dedaunan itu, sungai kering yang berbau seperti cengkeh
panas dan debu hangat. Dan bau-bau lainnya! Ada bau
seperti kentang potong dari semua daratan itu, mentah dan
dingin dan putih karena hampir sepanjang malam diterangi
bulan. Ada bau seperti acara dari botol dan bau seperti peterseli
di meja di rumah. Ada bau kuning samar seperti mustar
dari stoples. Ada bau seperti bunga anyelir dari halaman
sebelah. Dia meletakkan tangannya dan merasakan ilalang
bangkit seperti anak kecil mengusapnya. Jari-jarinya berbau
seperti akar manis.
Dia berdiri sambil bernapas, dan semakin menghirup daratan
itu, semakin dia diisi dengan detail-detail daratan itu.
Dia tidak kosong. Ada lebih dari cukup di sini untuk memenuhi
dirinya. Akan selalu ada lebih dari cukup.
179
Dia berjalan di tengah genangan dangkal dedaunan sambil
tersandung-sandung.
Dan di tengah-tengah dunia asing ini, ada sesuatu yang
dikenalinya.
Kakinya menabrak sesuatu yang berdentang samar.
Dia menggerakkan tangan di tanah, satu meter ke sana,
satu meter ke sini.
Rel kereta.
Rel yang keluar dari kota dan berkarat melintasi daratan,
melewati hutan yang sekarang kosong di dekat sungai.
Di sinilah jalan ke tempat entah mana yang ditujunya. Di
sinilah satu-satunya hal yang dikenalinya, jimat ajaib yang
mungkin diperlukannya untuk sementara, yang harus disentuhnya,
dirasakan di bawah kakinya, sementara dia terus
maju ke semak-semak duri dan danau penuh bau dan rasa dan
sentuhan, di antara bisikan dan embusan daun.
Dia berjalan di rel kereta itu.
Dan dia terkejut menyadari bahwa dia sekonyong-konyong
amat yakin akan satu fakta yang tak bisa dibuktikannya.
Dulu, dulu sekali, Clarisse pernah berjalan di sini, di tempat
dia sekarang berjalan.
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
Setengah jam kemudian, Montag kedinginan, dan bergerak
dengan hati-hati di rel itu, sangat peka akan seluruh tubuhnya,
wajahnya, mulutnya, matanya yang dijejali kegelapan,
telinganya dijejali bunyi, kakinya digelitik biji berduri dan
jelatang, dia melihat api di depan.
Api itu lenyap, lalu muncul lagi, seperti mata yang
180
www.bacaan-indo.blogspot.com
berkedip. Dia berhenti, takut kalau-kalau api itu padam
kena embusan napasnya. Tetapi api itu di sana dan dia
menghampirinya dengan waspada, dari jauh. Hampir lima
belas menit kemudian barulah dia berada sangat dekat dengan
api itu, kemudian dia berdiri memandanginya dari tempat
tersembunyi. Gerakan kecil itu, warna putih dan merah itu,
api yang aneh karena maknanya amat berbeda baginya.
Api ini bukan membakar, api ini menghangatkan.
Dia melihat banyak tangan terulur ke kehangatan api itu,
tangan tanpa pangkal, tersembunyi dalam kegelapan. Di atas
tangan-tangan itu, wajah-wajah diam yang hanya bergerak
dan tersentak dan berpijar bersama cahaya api. Dia tidak tahu
api bisa tampak seperti ini. Seumur hidup dia belum pernah
berpikir bahwa api bisa memberi, tidak hanya mengambil.
Bahkan baunya pun berbeda.
Dia tidak tahu berapa lama dia berdiri, tetapi ada perasaan
konyol namun nikmat karena mengenali dirinya sendiri sebagai
binatang yang datang dari hutan, tertarik oleh api itu. Dia
seperti makhluk yang terbuat dari semak dan mata cair, bulu
dan moncong dan kuku, dan makhluk dengan tanduk dan darah
yang akan berbau seperti musim gugur kalau darahnya
diperah ke tanah. Dia berdiri lama sekali, mendengarkan kemertak
hangat lidah-lidah api.
Ada keheningan yang berkumpul mengelilingi api itu, dan
keheningan itu ada di wajah orang-orang itu, dan waktu juga
ada di sana, waktu yang cukup untuk duduk di dekat rel berkarat
di bawah pohon-pohon, memandangi dunia dan menelitinya
dengan mata, seakan-akan dunia terikat ke tengah api
unggun itu, sepotong baja yang sedang dibentuk orang-orang
itu. Bukan hanya apinya yang berbeda. Keheningan itu juga.
181
www.bacaan-indo.blogspot.com
Montag bergerak ke arah keheningan istimewa yang berkaitan
dengan seluruh dunia ini.
Kemudian suara-suara itu mulai terdengar dan mereka
berbicara, dan dia tak bisa mendengar satu pun perkataan mereka,
tetapi bunyinya naik-turun pelan-pelan dan suara-suara
itu membolak-balik dunia dan mengamatinya; suara-suara itu
mengenal daratan dan pepohonan dan kota yang memasang
rel di dekat sungai. Suara-suara itu membicarakan segala sesuatu,
tidak ada yang tak bisa mereka bicarakan, dia tahu dari
irama dan gerakan dan getar terus-menerus keingintahuan
dan ketakjuban di dalamnya.
Lalu salah satu orang itu mendongak dan melihatnya,
mungkin untuk pertama kali atau untuk ketujuh kali, dan sebuah
suara berseru kepada Montag,
“Baiklah, kau boleh keluar sekarang!”
Montag mundur kembali ke tengah bayang-bayang.
“Tidak apa-apa,” kata suara itu. “Kau diterima di sini.”
Montag berjalan lambat-lambat ke arah api dan lima pria
tua yang duduk di sana berpakaian celana denim biru tua dan
jaket dan kemeja biru tua. Dia tidak tahu harus mengatakan
apa kepada mereka.
“Duduklah,” kata orang yang tampaknya pemimpin kelompok
kecil itu. “Mau kopi?”
Dia memandang campuran gelap yang mengepulkan asap
itu dituang ke cangkir kaleng yang bisa dilipat, yang langsung
disodorkan kepadanya. Dia menyeruput minuman itu dengan
hati-hati dan merasakan pria-pria itu memandangnya dengan
penasaran. Bibirnya terbakar, tetapi rasanya enak. Wajahwajah
di sekelilingnya berjenggot, tetapi jenggot mereka bersih,
rapi, dan tangan mereka bersih. Tadi mereka berdiri se-
182
www.bacaan-indo.blogspot.com
perti hendak menyambut tamu, dan sekarang mereka duduk
lagi. Montag menyeruput kopi.
“Terima kasih,” katanya. “Terima kasih banyak.”
“Sama-sama, Montag. Namaku Granger.” Dia mengulurkan
botol kecil berisi cairan tak berwarna. “Minumlah ini
juga. Ini akan mengubah indeks kimiawi keringatmu. Setengah
jam lagi, baumu akan seperti dua orang lain. Karena Si
Pemburu mengejarmu, lebih baik kauhabiskan.”
Montag meminum cairan pahit itu.
“Kau akan berbau busuk seperti bobcat, tapi tidak apa-apa,”
kata Granger.
“Kau tahu namaku,” kata Montag.
Granger mengangguk ke arah TV baterai portabel di dekat
api. “Kami menonton pengejaran tadi. Kami menduga
kau akan pergi ke selatan lewat sungai. Waktu kami dengar
kau bercebar-cebur di hutan seperti rusa mabuk, kami tidak
bersembunyi seperti biasanya. Kami menduga kau berada di
sungai waktu kamera-kamera helikopter berputar balik ke
kota. Ada yang aneh di situ. Pengejaran masih terus berlanjut.
Tapi ke arah sebaliknya.”
“Ke arah sebaliknya?”
“Ayo kita lihat.”
Granger menyalakan TV portabel itu. Gambar yang muncul
seperti mimpi buruk diciutkan, mudah dioper dari satu
tangan ke tangan lain, di hutan, warna dan gerakan berpindah-pindah
cepat dan terus mendesir. Sebuah suara berseru,
“Pengejaran berlanjut ke utara di kota! Helikopter-helikopter
polisi bertemu di Avenue 87 dan Elm Grove Park!”
Granger mengangguk. “Mereka bersandiwara. Kau berhasil
menghilangkan jejak di sungai. Mereka tidak bisa mengakui
itu. Mereka tahu mereka tidak bisa terlalu lama menahan
183
www.bacaan-indo.blogspot.com
perhatian pemirsa. Pertunjukan ini harus berakhir dengan
eisien, secepatnya! Kalau mereka mulai mencari di seluruh
sungai, bisa-bisa mereka memerlukan waktu semalaman.
Jadi, mereka mulai mencari kambing hitam untuk menciptakan
akhir yang dramatis. Perhatikan. Mereka akan menangkap
Montag lima menit lagi!”
“Tetapi bagaimana…“
“Perhatikan.”
Kamera yang melayang di tengah sebuah helikopter kini
berayun menyusuri jalan kosong:
“Kau lihat itu?” bisik Granger. “Itu kau; tepat di ujung
jalan itu korban kita. Kau lihat kameranya mendekat? Menciptakan
suasana. Ketegangan. Memperlihatkan lokasi keseluruhan.
Pada saat ini, ada orang malang yang sedang keluar
berjalan-jalan. Orang yang langka. Orang aneh. Jangan sangka
polisi tidak tahu kebiasaan orang-orang aneh semacam
itu, orang-orang yang berjalan tiap pagi hanya karena mereka
suka, atau karena mengidap insomnia. Pokoknya, polisi
sudah mengintainya berbulan-bulan, bertahun-tahun. Siapa
tahu informasi semacam itu suatu hari akan berguna. Dan
hari ini, ternyata informasi itu benar-benar sangat berguna.
Menyelamatkan muka mereka. Astaga, lihat di sana!”
Pria-pria di sekeliling api itu membungkuk ke depan.
Di layar, seorang pria membelok di jalan. Anjing Pemburu
Robot melesat maju ke arah layar, tiba-tiba saja. Lampu-lampu
helikopter menyorotkan selusin pilar terang-benderang
yang membentuk sangkar yang mengurung pria itu.
Sebuah suara berseru, “Itu Montag! Pencarian selesai!”
Pria tak bersalah itu berdiri kebingungan, sebatang rokok
menyala di tangannya. Dia memandangi si Pemburu, tidak
tahu makhluk apa itu. Dia mungkin tak pernah tahu. Dia
184
www.bacaan-indo.blogspot.com
melihat ke langit dan sirene-sirene yang meraung. Kamera
bergegas turun. Si Pemburu meloncat ke udara dengan irama
dan pemilihan waktu amat indah. Jarumnya keluar. Jarum itu
sesaat terhenti dalam pandangan mereka, seakan untuk memberi
waktu bagi sekian banyak pemirsa untuk menikmati segalanya,
kengerian di wajah korban, jalanan yang kosong, binatang
baja yang seperti peluru mendekati sasarannya.
“Montag, jangan bergerak!” kata suara dari langit.
Kamera hinggap pada korban, bersamaan dengan si Pemburu.
Kedua-duanya menangkap orang itu bersamaan. Korban
diterkam si Pemburu dan kamera dalam cengkeraman
laba-laba yang erat. Dia menjerit. Dia menjerit. Dia menjerit!
Hitam.
Hening.
Kegelapan.
Montag berteriak dalam keheningan itu dan membuang
muka.
Hening.
Kemudian, setelah selang beberapa waktu di mana orangorang
itu duduk saja mengelilingi api dengan wajah tanpa
ekspresi, seorang pembawa acara di layar yang gelap berkata,
“Pengejaran selesai, Montag sudah mati; kejahatan terhadap
masyarakat telah dibalas.”
Kegelapan.
“Sekarang kami membawa Anda sekalian ke Sky Room di
Hotel Lux untuk acara Tepat-Sebelum-Fajar selama setengah
jam, sebuah program…“
Granger mematikan TV.
“Mereka tidak memperlihatkan wajah pria itu dengan fokus
jelas. Kau lihat tadi? Sahabat-sahabat karibmu sekalipun
tak mungkin bisa membedakan itu kau atau bukan. Mereka
185
www.bacaan-indo.blogspot.com
memainkan kamera cukup lincah untuk mendorong orang
berimajinasi sendiri. Gila,” bisiknya. “Gila.”
Montag tidak mengatakan apa-apa, tetapi sekarang, sambil
mengingat-ingat kembali, dia duduk dengan mata tertuju
ke layar hitam itu, tubuhnya gemetaran.
Grange menyentuh lengan Montag. “Selamat datang
kembali dari kematian.” Montag mengangguk. Granger melanjutkan.
“Sekalian saja kau berkenalan dengan kami semua,
sekarang. Ini Fred Clement, mantan kepala Fakultas Thomas
Hardy di Cambridge selama beberapa tahun sebelum fakultas
itu menjadi Sekolah Teknik Atom. Yang ini Dr. Simmons
dari U.C.L.A., spesialis Ortega y Gasset; Profesor West ini
dulunya pakar etika—yang sekarang dianggap topik purba—
untuk Universitas Columbia, bertahun-tahun lalu. Ini Pendeta
Padover, dia sering berceramah tiga puluh tahun lalu
dan kehilangan jemaatnya dalam waktu seminggu karena
pandangan-pandangannya. Sudah beberapa lama dia berkelana
dengan kami. Aku sendiri: Aku menulis buku berjudul:
Jari-Jari di Dalam Sarung Tangan: Hubungan yang Pantas Antara
Individu dengan Masyarakat, dan sekarang aku di sini! Selamat
datang, Montag!”
“Aku tidak cocok berada bersama kalian,” kata Montag
akhirnya, lambat-lambat. “Aku selama ini tolol sekali.”
“Kami sudah terbiasa dengan itu. Kita semua membuat
kesalahan-kesalahan yang benar, kalau tidak, tidak mungkin
kita di sini. Waktu kami semua masih individu yang terpisah-pisah,
satu-satunya yang kami miliki adalah amarah.
Aku memukul seorang petugas kebakaran waktu dia datang
untuk membakar perpustakaanku bertahun-tahun lalu. Sejak
itu aku terus berlari. Kau ingin bergabung dengan kami,
Montag?”
186
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Ya.”
“Apa yang bisa kautawarkan pada kami?”
“Tidak ada. Kusangka aku sudah menyimpan sebagian Kitab
Pengkhotbah dan mungkin sedikit Wahyu, tapi itu pun
sudah tidak ada sekarang.”
“Kitab Pengkhotbah lumayan. Di mana tadinya?”
“Di sini.” Montag menyentuh kepalanya.
“Ah.” Granger tersenyum dan mengangguk.
“Kenapa? Bukankah itu tidak apa-apa?” tanya Montag.
“Lebih bagus malah: sempurna!” Granger berpaling kepada
Pendeta. “Apakah kita punya Kitab Pengkhotbah?”
“Satu. Seseorang bernama Harris di Youngstown.”
“Montag.” Granger memegang pundak Montag erat-erat.
“Berjalanlah dengan hati-hati. Jaga kesehatanmu. Kalau terjadi
apa-apa kepada Harris, kaulah Kitab Pengkhotbah. Lihat,
dalam semenit terakhir saja kau sudah begitu penting!”
“Tapi aku sudah lupa!”
“Tidak, tidak ada yang benar-benar hilang. Kami punya
cara-cara untuk membersihkan otakmu.”
“Tapi aku sudah berusaha mengingat!”
“Jangan berusaha. Ingatanmu akan kembali nanti, pada
waktu kita membutuhkannya. Kita semua punya ingatan
fotograis, seumur hidup kita belajar menutupi hal-hal yang
sebenarnya ada di dalam sana. Simmons ini sudah dua puluh
tahun mempelajari hal tersebut, dan sekarang kami sudah
menguasai metodenya sehingga bisa mengingat apa saja setelah
membacanya satu kali. Suatu hari, Montag, inginkah kau
membaca Republik karya Plato?”
“Tentu saja!”
“Aku ini Republik karya Plato. Ingin membaca Marcus Aurelius?
Mr. Simmons adalah Marcus.”
187
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Apa kabar?” ujar Mr. Simmons.
“Halo,” sahut Montag.
“Kuperkenalkan kau kepada Jonathan Swift, penulis buku
politik jahat itu, Perjalanan Gulliver! Dan orang ini adalah
Charles Darwin, dan yang ini Schopenhauer, dan yang ini
Einstein, dan yang di dekatku ini Mr. Albert Schweitzer, ilsuf
yang sangat baik hati. Itulah kami, Montag. Aristophanes
dan Mahatma Gandhi dan Buddha Gautama dan Confucius
dan Thomas Love Peacock dan Thomas Jefferson dan Mr.
Lincoln. Kami juga Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes.”
Semua tertawa pelan.
“Tidak mungkin,” kata Montag.
“Sungguh,” sahut Granger sambil tersenyum. “Kami juga
pembakar buku. Kami membaca buku-buku, lalu membakarnya
karena takut buku-buku itu ditemukan. Menggunakan
mikroilm terlalu merepotkan; kami selalu mengembara,
kami tidak ingin harus mengubur ilm lalu kembali lagi untuk
mengambilnya. Selalu ada kemungkinan akan ketahuan.
Lebih baik buku-buku itu disimpan di dalam kepala kami, di
sana tak ada yang bisa melihat atau mencurigainya. Kami semua
ini penggalan-penggalan sejarah dan kesusastraan dan
hukum internasional, Byron, Tom Paine, Machiavelli atau
Kristus, semua ada di dalam sini. Dan sekarang hari sudah
larut. Dan perang sudah dimulai. Dan kami berada di luar
sini, dan kota ada di sana, dibungkus dalam mantel seribu
warnanya sendiri. Bagaimana menurutmu, Montag?”
“Kurasa aku buta mencoba melakukan caraku sendiri, menaruh
buku-buku di rumah petugas-petugas kebakaran, lalu
melaporkan mereka.”
“Kau melakukan apa yang harus kaulakukan. Bila dilancarkan
dalam skala nasional, siasat itu mungkin bisa sangat
188
www.bacaan-indo.blogspot.com
berhasil. Tetapi cara kami lebih sederhana, dan menurut
kami, lebih baik. Satu-satunya yang ingin kami lakukan adalah
menjaga agar pengetahuan, yang menurutku akan kami
perlukan itu, tetap utuh dan aman. Kami belum berniat memprovokasi
atau membuat marah siapa-siapa. Sebab kalau kami
dihancurkan, pengetahuan itu pun mati, mungkin untuk selamanya.
Kami ini warga teladan, dengan cara kami sendiri
yang khusus; kami menyusuri rel-rel tua, kami tidur di bukit-bukit
pada malam hari, dan orang-orang kota membiarkan
kami. Sesekali kami pernah dicegat dan digeledah, tetapi
kami tidak membawa apa-apa yang melanggar hukum. Organisasi
kami leksibel, sangat longgar, dan terpecah-pecah. Beberapa
dari kami sudah menjalani operasi plastik pada wajah
dan sidik jari. Pada saat ini kami mempunyai pekerjaan yang
mengerikan: kami menunggu perang dimulai dan berakhir,
sama cepatnya. Pekerjaan ini tidak menyenangkan, tetapi
kami tidak punya kuasa dalam hal ini, kami hanya minoritas
kecil yang berteriak-teriak di padang belantara. Setelah
perang usai, mungkin kami bisa agak berguna di dunia ini.”
“Apakah kau benar-benar berpendapat mereka akan mendengarkan
setelahnya?”
“Kalau tidak, kita hanya perlu menunggu. Kita akan menurunkan
buku-buku itu kepada anak-anak kita, dari mulut
ke mulut, dan membiarkan anak-anak kita menunggu penerus
selanjutnya. Tentu saja selama masa penantian itu akan
banyak yang hilang. Tetapi kau tidak bisa memaksa orang
mendengarkan. Mereka harus berubah pikiran dengan sendirinya
bila sudah tiba waktunya, bertanya-tanya apa yang
terjadi dan mengapa dunia meledak di bawah mereka. Tidak
mungkin abadi.”
“Berapa banyak jumlah kalian?”
189
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Ribuan di jalan-jalan, rel-rel yang tidak dipakai lagi, malam
ini, penampilan seperti gelandangan, otak seperti perpustakaan.
Mula-mula ini tidak direncanakan. Setiap orang punya
buku yang ingin diingatnya, yang lalu diingatnya. Lalu,
selama kurang-lebih dua puluh tahun, kami saling bertemu,
mengembara, dan membangun jaringan longgar ini dan menyusun
rencana. Satu hal terpenting yang harus kami tanamkan
kuat-kuat dalam diri kami adalah kami ini tidak penting,
kami tidak boleh sok pintar; kami tidak boleh merasa lebih
tinggi daripada siapa pun di dunia ini. Kami tidak lebih dari
sampul untuk buku, dan di luar itu kami tidak istimewa. Beberapa
di antara kami tinggal di kota-kota kecil. Bab Satu dari
Walden karya Thoreau ada di Green River, Bab Dua ada di
Willow Farm, Maine. Malahan ada satu kota di Maryland,
penghuninya hanya 27 orang, tidak akan pernah ada bom menyentuh
kota itu, dan merekalah semua esai lengkap karya
seseorang bernama Bertrand Russell. Pungut saja kota itu,
kurang-lebih, dan bolak-balik halamannya, sekian halaman
per orang. Dan setelah perang selesai, suatu hari, entah tahun
berapa, buku-buku itu bisa ditulis lagi, orang-orang akan dipanggil,
satu demi satu, untuk mengatakan apa yang mereka
ketahui dan kita akan mencetak semuanya sampai datang lagi
Zaman Kegelapan baru, di mana kita mungkin harus mengulangi
lagi semua ini. Tetapi itulah hebatnya manusia; dia tidak
pernah begitu kecewa atau begitu muak sehingga dia berhenti
mengulangi semuanya lagi, karena dia tahu betul bahwa
itu penting dan layak dilakukan.”
“Apa yang kita lakukan malam ini?” tanya Montag.
“Menunggu,” jawab Granger. “Dan pindah sedikit mengikuti
arah sungai, untuk berjaga-jaga saja.”
Dia mulai melemparkan debu dan tanah ke dalam api.
190
Orang-orang yang lain membantu, dan Montag membantu,
dan di sana, di tengah hutan, mereka semua menggerakkan
tangan, memadamkan api bersama-sama.
* * *
Mereka berdiri di dekat sungai, diterangi cahaya bintang.
Montag melihat jarum jam tangan kedap airnya yang bercahaya.
Lima. Pukul lima pagi. Satu tahun lagi berlalu dalam
satu jam, dan fajar menanti di seberang sungai.
“Mengapa kalian memercayaiku?” tanya Montag.
Seorang pria bergerak di tengah kegelapan.
“Tampangmu sudah cukup. Kau sudah beberapa lama
tidak bercermin. Lebih dari itu, kota ini tak pernah terlalu
memedulikan kami, sehingga tidak mungkin repot-repot melancarkan
pengejaran seperti itu untuk menemukan kami.
Beberapa orang nyentrik dengan puisi-puisi di dalam kepala
mereka tidak bisa mengganggu, dan mereka tahu itu dan
kami tahu itu; semua orang tahu itu. Selama mayoritas populasi
tidak berkeliaran membacakan Magna Carta dan Undang-Undang
Dasar, tidak apa-apa. Para petugas kebakaran
sudah cukup untuk memeriksa itu sekali-sekali. Tidak, kotakota
tidak mengganggu kami. Dan kau tampak tak keruan.”
Mereka berjalan di sepanjang tepi sungai, ke arah selatan.
Montag mencoba melihat wajah orang-orang itu, wajah-wajah
tua yang diingatnya dari cahaya api tadi, berkerut-kerut dan
lelah. Dia mencari terang, tekad, kemenangan atas hari esok
yang tampaknya nyaris tidak ada. Mungkin dia mengharapkan
wajah mereka berkobar dan berkilauan memancarkan pengetahuan
yang mereka bawa, bersinar seperti lentera-lentewww.bacaan-indo.blogspot.com
191
ra, penuh cahaya yang berada di dalam diri mereka. Tetapi semua
cahaya itu asalnya dari api perkemahan tadi, dan orangorang
ini tampaknya tidak berbeda dari orang lain mana pun
yang telah berlari dalam adu lari yang panjang, menjalani
pencarian lama, melihat hal-hal baik dihancurkan, dan sekarang,
di penghujung hari, berkumpul untuk menunggu akhir
pesta dan dipadamkannya lampu-lampu. Mereka sama sekali
tidak yakin bahwa hal-hal yang mereka bawa di dalam kepala
mereka mungkin akan membuat setiap fajar di masa depan
menyinarkan cahaya yang lebih murni, mereka tidak yakin
akan apa pun selain bahwa buku-buku disimpan di balik mata
mereka yang tenang, buku-buku itu menunggu, dengan halaman-halaman
lengkap, untuk para pelanggan yang mungkin
baru akan datang bertahun-tahun lagi, sebagian dengan jarijari
bersih, sebagian lagi dengan jari-jari kotor.
Montag menyipitkan mata ke wajah-wajah mereka sementara
mereka berjalan.
“Jangan menilai buku dari sampulnya,” kata seseorang.
Dan mereka semua tertawa pelan sambil melangkah
mengikuti arah arus sungai.
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
Terdengar pekikan dan jet-jet dari kota sudah menghilang di
atas, jauh sebelum mereka mendongak. Montag melihat ke
arah kota, di ujung sungai sana, tinggal kemilau samar sekarang.
“Istriku ada di sana.”
“Aku turut menyesal mendengarnya. Kota-kota pasti akan
kesulitan selama beberapa hari ini,” kata Granger.
192
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Aneh, aku tidak merindukannya, aneh aku tidak terlalu
merasa apa-apa,” kata Montag. “Sekalipun dia mati, aku baru
sadar tadi, kurasa aku tidak akan sedih. Ini tidak benar. Pasti
ada yang tidak beres denganku.”
“Dengarkan,” kata Granger sambil meraih tangannya,
dan berjalan bersamanya, menyingkirkan semak-semak agar
dia bisa lewat. “Waktu aku masih kecil, kakekku meninggal,
dan dia seorang pematung. Dia juga sangat baik hati, memiliki
banyak kasih yang ingin diberikannya kepada dunia, dan
dia membantu membersihkan wilayah kumuh di kota kami;
dia membuatkan mainan-mainan untuk kami dan dia berbuat
banyak sekali semasa hidupnya; dia selalu sibuk dengan
tangannya. Dan ketika dia meninggal, aku tiba-tiba sadar
bahwa aku bukan menangisi dirinya sama sekali, melainkan
hal-hal yang pernah dilakukannya. Aku menangis karena dia
takkan pernah lagi melakukan hal-hal itu, dia takkan pernah
memahat sepotong kayu lagi atau membantu kami memelihara
burung dara dan burung merpati di halaman belakang
atau bermain biola dengan gaya khasnya, atau bercanda dengan
kami dengan gaya khasnya. Dia bagian dari kami dan
ketika dia meninggal, semua perbuatan itu berhenti begitu
saja dan tidak ada yang bisa melakukannya dengan cara persis
seperti caranya. Dia seorang individu. Dia orang penting.
Aku tak pernah pulih dari kematiannya. Aku sering berpikir,
betapa banyak pahatan indah yang tak pernah lahir karena
dia meninggal. Betapa banyak lelucon yang tidak pernah didengar
dunia ini, dan betapa banyak merpati pos yang tidak
pernah disentuh tangannya. Dia membentuk dunia ini. Dia
melakukan hal-hal kepada dunia. Sepuluh juta perbuatan baik
terenggut dari dunia ini pada malam dia meninggal.”
193
www.bacaan-indo.blogspot.com
Montag berjalan sambil membisu. “Millie, Millie,” bisiknya.
“Millie.”
“Apa?”
“Istriku, istriku. Millie yang malang, Millie yang malang.
Aku tidak bisa mengingat apa-apa. Aku memikirkan tangannya,
tapi aku tidak melihat tangannya melakukan apa-apa.
Hanya tergantung saja di sisi tubuhnya, atau di pangkuannya,
atau memegang rokok, itu saja.”
Montag menoleh dan melihat ke belakang.
Apa yang kauberikan kepada kota itu, Montag?
Abu.
Apa yang diberikan yang lain kepada satu sama lain?
Kehampaan.
Granger berdiri sambil melihat ke belakang bersama Montag.
“Semua orang harus meninggalkan sesuatu setelah dia
mati, kata kakekku. Seorang anak, atau buku, atau lukisan,
atau rumah, atau tembok yang dibangun atau sepasang sepatu
yang dibuatnya. Atau kebun yang ditanamnya. Sesuatu yang
kausentuh dengan caramu agar jiwamu punya tujuan ketika
kau berpulang, dan agar ketika orang-orang melihat pohon
atau bunga yang kautanam itu, kau ada di sana. Tidak masalah
apa yang kaulakukan, katanya, asalkan kau mengubah sesuatu
dari sebelum kau menyentuhnya, menjadi sesuatu yang
seperti dirimu setelah kau melepaskan tanganmu. Perbedaan
antara orang yang hanya memotong rumput dan tukang kebun
sejati terletak dalam sentuhan mereka, katanya. Si pemotong
rumput bisa dianggap tak pernah ada di sana; si tukang
kebun akan ada di sana selamanya.”
Granger menggerakkan tangannya. “Kakekku pernah
memperlihatkan beberapa ilm tentang roket V-2, lima puluh
tahun lalu. Pernahkah kau melihat awan berbentuk jamur
194
www.bacaan-indo.blogspot.com
yang terbentuk dari bom atom, dari jarak 320 kilometer di atas
tanah? Seperti jarum saja, kecil sekali. Dikelilingi belantara.
“Kakekku memainkan ilm roket V-2 itu selusin kali,
lalu berharap suatu hari kota-kota kita akan lebih terbuka
dan membiarkan alam hijau dan tanah dan belantara makin
masuk, untuk mengingatkan orang bahwa kita diberi sedikit
ruang di bumi ini dan bahwa kita bertahan hidup di padang
belantara ini, yang bisa mengambil kembali apa yang telah diberikannya,
semudah meniupkan napasnya atas kita atau mengirimkan
lautan untuk memberitahu kita bahwa kita tidaklah
begitu besar. Ketika kita lupa betapa dekat belantara itu
pada malam hari, kata kakekku, suatu hari belantara itu akan
masuk dan mengambil kita, karena pada waktu itu kita sudah
lupa betapa mengerikan dan betapa nyata alam itu sesungguhnya.
Kau mengerti?” Granger berpaling kepada Montag.
“Kakekku sudah bertahun-tahun meninggal, tetapi kalau kau
membuka tempurung kepalaku, demi Tuhan, di dalam keruwetan
otakku kau akan menemukan benjolan-benjolan besar
bekas cap jempolnya. Dia menyentuhku. Seperti kukatakan
tadi, dia pematung. ‘Aku membenci seorang Romawi bernama
Status Quo!’ katanya. ‘Jejali matamu dengan keajaiban,’
katanya, ‘hiduplah seolah kau akan mati sepuluh detik lagi.
Lihatlah dunia. Dunia ini lebih fantastis daripada mimpi
mana pun yang dibuat atau dibayarkan oleh pabrik-pabrik.
Jangan meminta jaminan apa-apa, jangan meminta keamanan,
tidak pernah ada binatang seperti itu. Dan kalaupun ada,
binatang itu pasti berkerabat dengan kukang besar yang bergelantungan
terbalik di pohon sepanjang hari setiap hari,
menghabiskan hidupnya dengan tidur. Persetan itu,’ katanya,
‘guncangkan pohon itu, biar kukang itu jatuh terjengkang.”
“Lihat!” seru Montag.
195
www.bacaan-indo.blogspot.com
Dan perang dimulai dan berakhir dalam detik itu.
Setelahnya, orang-orang di sekeliling Montag tak bisa mengatakan
dengan pasti, apakah sebenarnya mereka melihat
sesuatu. Mungkin hanya sekelumit cahaya dan gerakan di langit.
Mungkin bom-bom ada di sana, dan jet-jet, enam belas
kilometer, delapan kilometer, satu kilometer di atas, hanya
sepersekian detik, seperti benih ditaburkan ke langit oleh tangan
besar yang menyemai, dan bom-bom melayang dengan
kecepatan mengerikan, namun juga kelambanan mendadak,
ke atas kota pagi hari yang baru mereka tinggalkan. Bombardir
itu tampaknya sudah selesai, begitu jet-jet melihat sasaran
mereka, dan memberitahu kru pengebom pada kecepatan delapan
ribu kilometer per jam; secepat bisikan sabit, perang itu
selesai sudah. Begitu peluncur bom disentakkan, selesailah
sudah. Sekarang, tiga detik penuh, seluruh waktu yang ada
dalam sejarah, sebelum bom jatuh, kapal-kapal musuh sudah
berada jauh di penghujung dunia yang tampak oleh mata, seperti
peluru-peluru yang mungkin tidak dipercayai keberadaannya
oleh penghuni suatu pulau primitif, karena tak terlihat;
tetapi hati tiba-tiba hancur, tubuh jatuh dalam gerakan-gerakan
terpisah dan darah terkejut karena mendadak terbebas di
udara; otak menghamburkan beberapa ingatannya yang berharga,
dan mati, dengan keheranan.
Ini tidak boleh dipercaya. Ini hanya aksi. Montag melihat
tinju logam raksasa berkelebat di atas kota yang jauh itu, dan
dia tahu ini akan disusul jeritan jet-jet, yang setelahnya akan
mengatakan, porak-porandalah, jangan biarkan masih ada batu
yang bertumpuk, hancurlah. Matilah.
Sekejap, Montag menahan bom-bom itu di langit, sementara
pikiran dan tangannya terulur tak berdaya ke arah mereka.
“Lari!” teriaknya kepada Faber. Kepada Clarisse, “Lari!”
196
www.bacaan-indo.blogspot.com
Kepada Mildred, “Pergilah, pergilah dari situ!” Tetapi dia
teringat bahwa Clarisse sudah mati. Dan Faber memang sudah
keluar; di suatu tempat di lembah-lembah yang dalam di
pedesaan, bus pukul lima pagi sedang dalam perjalanan dari
satu kesengsaraan ke kesengsaraan lainnya. Meskipun belum
tiba, masih mengambang di udara, kesengsaraan itu sudah
pasti, sepasti yang bisa dibuat manusia. Sebelum bus itu menempuh
lima puluh meter lagi di jalan tol, tujuannya sudah
menjadi tak bermakna, dan titik keberangkatannya berubah
dari kota metropolitan menjadi tempat pembuangan sampah.
Dan Mildred...
Pergi dari sana, lari!
Montag melihat Mildred di dalam kamar hotelnya di suatu
tempat sekarang, dalam waktu setengah detik yang tersisa
sementara bom-bom berada satu meter, tiga puluh sentimeter,
dua setengah sentimeter dari bangunannya. Dia melihat Mildred
mencondongkan tubuh ke arah tembok-tembok besar
yang berkilauan penuh warna dan gerakan, di mana keluarganya
berbicara dan berbicara dan berbicara kepadanya, di mana
keluarganya berceloteh dan mengobrol dan mengucapkan namanya
dan tersenyum kepadanya dan tidak menyinggungnyinggung
bom yang sekarang berada dua sentimeter, lalu
satu sentimeter, lalu setengah sentimeter dari puncak hotel.
Mencondongkan tubuh ke tembok seakan-akan segenap kelaparan
dari pencarian itu akan menemukan rahasia keresahan
yang membuatnya tak bisa tidur di sana. Mildred menjulurkan
tubuh dengan resah dengan gugup, seakan hendak terjun,
jatuh, tercebur ke dalam gerombolan warna-warna pekat untuk
tenggelam dalam kebahagiaannya yang terang.
Bom pertama jatuh.
“Mildred!”
197
www.bacaan-indo.blogspot.com
Mungkin, siapa yang akan tahu? Mungkin stasiun-stasiun
siaran besar dengan sorotan warna dan cahaya dan percakapan
dan obrolan mereka yang paling dulu lenyap.
Montag, jatuh terjengkang, ambruk, melihat atau merasakan,
atau menyangka dia melihat atau merasakan temboktembok
menjadi gelap dalam wajah Millie, mendengar Millie
menjerit, karena dalam waktu sepersekian detik yang tersisa,
Millie melihat wajahnya sendiri terpantul di sana, dalam cermin
dan bukan dalam bola kristal, dan wajahnya begitu liar
dan hampa, sendirian di dalam ruangan itu, tidak menyentuh
apa-apa, kelaparan dan memakan dirinya sendiri, sehingga
dia akhirnya mengenali wajah itu sebagai wajahnya sendiri
dan cepat-cepat menengadah melihat langit-langit sementara
langit-langit itu dan seluruh struktur hotel runtuh menimpanya,
menyeretnya beserta satu juta kilogram batu bata, logam,
gips dan kayu, untuk bertemu dengan orang-orang lain di dalam
sarang-sarang di bawah, semuanya turun dengan cepat
ke gudang bawah tanah di mana ledakan itu menyingkirkan
mereka dengan caranya sendiri yang tak masuk akal.
Aku ingat. Montag memegangi tanah. Aku ingat. Chicago.
Chicago, dulu sekali. Millie dan aku. Di situlah kami berkenalan!
Aku ingat sekarang. Chicago. Dulu sekali.
Hantaman itu mengguncang udara di atas dan di sepanjang
sungai, menjungkalkan orang-orang seperti barisan kartu domino,
menyemprotkan air dalam semburan-semburan yang
mengangkat, dan meniup debu dan membuat pohon-pohon
di atas mereka berkabung dengan angin kencang yang berembus
ke selatan. Montag menekankan tubuhnya ke bawah,
meringkuk seperti bola, matanya tertutup rapat. Dia berkedip
satu kali. Dan dalam sekejap itu melihat kota, bukan bom, di
udara. Kota dan bom itu telah bertukar tempat. Dalam satu
198
detik lagi yang terasa mustahil, kota berdiri, dibangun kembali
dan tak dapat dikenali, lebih tinggi dari yang pernah diharapkan
atau diperjuangkannya, lebih tinggi dari manusia
membangunnya, didirikan akhirnya dalam tetes-tetes beton
yang hancur dan percik-percik logam yang tercabik menjadi
mural yang tergantung seperti longsor terbalik, sejuta warna,
sejuta keanehan, sebuah pintu di mana seharusnya ada jendela,
atas menggantikan bawah, sisi menggantikan belakang,
kemudian kota itu jungkir balik dan jatuh mati.
Bunyi kematiannya baru terdengar setelah itu.
* * *
www.bacaan-indo.blogspot.com
Montag, tergeletak, mata terpejam direkatkan debu, semen
debu tipis yang basah sekarang di dalam mulutnya yang tertutup,
napasnya tersengal-sengal dan dia menangis, sambil
berpikir lagi sekarang, aku ingat, aku ingat, aku ingat satu
hal lagi. Apa? Ya, ya, bagian dari Pengkhotbah. Bagian dari
Pengkhotbah dan Wahyu. Bagian dari kitab itu, bagian darinya,
cepat sekarang, cepat sebelum hilang, sebelum guncangan
ini luntur, sebelum angin reda. Kitab Pengkhotbah. Ini.
Dia mengatakannya kepada diri sendiri dalam hati, berbaring
menempel ke bumi yang gemetar, dia mengucapkan kata-kata
itu berulang kali dan kata-kata itu terucap sempurna tanpa
dia harus bersusah-payah dan tidak ada Pasta Gigi Denham
di mana pun, hanya sang Pengkhotbah sendirian, berdiri di
dalam pikirannya, memandangnya...
“Sudah,” sebuah suara berkata.
Pria-pria itu tergeletak dengan napas terengah-engah seperti
ikan diletakkan di rumput. Mereka berpegangan pada
199
www.bacaan-indo.blogspot.com
tanah seperti anak-anak berpegangan pada benda-benda yang
akrab dengan mereka, tak peduli seberapa dingin atau mati,
tak peduli apa yang telah terjadi atau akan terjadi, jari-jari
mereka mencakar tanah, dan mereka semua berteriak-teriak
agar gendang telinga mereka tidak pecah, untuk menjaga agar
kewarasan mereka tidak meledak, mulut-mulut mereka terbuka,
Montag berteriak kepada mereka, memprotes angin yang
mencabik wajah mereka dan mengoyak bibir mereka, membuat
hidung mereka berdarah.
Montag memandangi pusaran debu turun dan keheningan
total hinggap di dunia mereka. Dan sambil berbaring di sana,
dia merasa seperti melihat setiap butir debu dan setiap helai
rumput, dan merasa mendengar setiap tangisan dan teriakan
dan bisikan yang bangkit di dunia sekarang. Keheningan menyelimuti
dalam debu yang bergeser, dan segenap waktu yang
mereka butuhkan untuk melihat-lihat di sekeliling mereka,
untuk mengumpulkan realita hari ini ke dalam pancaindra
mereka.
Montag memandang sungai. Kita akan mengarungi sungai.
Dia memandang rel-rel kereta api tua. Atau kita akan
ke sana. Atau kita akan berjalan di jalan tol sekarang, dan kita
akan punya waktu untuk menyerap berbagai hal ke dalam diri
kita. Dan suatu hari, setelah hal-hal itu lama mengendap di
dalam kita, mereka akan keluar dari tangan dan mulut kita.
Dan akan banyak yang salah dari apa yang kita ingat itu, tetapi
masih cukup banyak yang benar. Pokoknya kita akan mulai
berjalan hari ini dan melihat dunia dan cara dunia berjalanjalan
dan berbicara, rupa dunia yang sesungguhnya. Dan aku
ingin melihat segalanya sekarang. Dan meski tak ada satu
pun bagian dari dunia itu yang merupakan diriku saat masuk
ke dalamnya, setelah beberapa lama semuanya akan menyatu
200
www.bacaan-indo.blogspot.com
di dalam dan akan menjadi aku. Lihatlah dunia di luar sana,
ya Tuhan, ya Tuhan, lihatlah dunia di luar sana, di luar diriku,
jauh di luar wajahku dan satu-satunya jalan untuk menyentuhnya
adalah dengan meletakkannya di mana dunia itu
akhirnya menjadi aku, di mana dunia itu ada dalam darah, di
mana dunia itu memompa sekitar seribu kali sepuluh ribu sehari.
Aku akan memegangnya agar dunia itu tak pernah lari.
Aku akan memegang dunia erat-erat suatu hari. Sekarang
satu jariku sudah memegangnya; aku akan mulai dari sini.
Angin reda.
Pria-pria yang lain berbaring sebentar, di perbatasan antara
tidur dan bangun, belum siap bangkit dan memulai tugastugas
hari itu, api dan makanannya, ribuan detailnya, yaitu
menaruh kaki di depan kaki dan tangan di depan tangan.
Mereka berbaring sambil mengedip-ngedipkan kelopak mata
mereka yang berdebu. Kau bisa mendengar mereka bernapas
cepat, lalu lebih lambat, lalu lambat...
Montag duduk tegak.
Tetapi dia tidak bergerak lebih jauh. Orang-orang yang
lain berbuat sama. Matahari sedang menyentuh cakrawala
hitam dengan ujung merah samar. Udara dingin dan memancarkan
bau hujan yang mendekat.
Tanpa bersuara, Granger bangkit, meraba lengan dan kakinya,
mengumpat, mengumpat tanpa henti dengan suara lirih,
air mata menetes-netes dari wajahnya. Dia terseok-seok
ke sungai untuk melihat ke arah hulu.
“Datar,” katanya, lama setelahnya. “Kota tampak seperti
setumpuk bubuk pengembang kue. Kota itu sudah lenyap.”
Dan lama setelahnya. “Kira-kira berapa banyak yang tahu itu
tadi akan terjadi? Kira-kira berapa banyak yang terkejut?”
Dan di seluruh dunia, pikir Montag, berapa banyak lagi
201
www.bacaan-indo.blogspot.com
kota yang mati? Dan di negara kita ini, berapa banyak? Seratus,
seribu?
Seseorang menggesek korek api dan menyentuhkannya
ke secarik kertas kering yang diambil dari saku mereka, dan
menjejalkan ini ke bawah sedikit rumput dan daun, dan setelah
beberapa saat, menambahkan ranting-ranting mungil
yang basah dan meletup-letup tetapi akhirnya mengobarkan
api, dan api itu membesar pada dini hari itu, sementara matahari
muncul dan orang-orang itu perlahan-lahan berbalik
dari melihat ke hulu sungai dan bergerak ke arah api, dengan
kikuk, tanpa mengatakan apa-apa, dan matahari mewarnai
tengkuk leher mereka sewaktu mereka membungkuk.
Granger membuka bungkusan kain minyak yang berisi
daging asap. “Kita makan sedikit. Lalu kita berputar balik
dan berjalan ke arah hulu sungai. Mereka pasti membutuhkan
kita di sana.”
Seseorang mengeluarkan penggorengan kecil dan daging
asap ditaruh di situ dan penggorengan itu diletakkan di atas
api. Tak lama kemudian, daging asap itu mulai menggelepar
dan menari-nari di penggorengan dan letupannya memenuhi
udara pagi dengan aromanya. Orang-orang memandang ritual
ini sambil membisu.
Granger memandangi api. “Burung Api.”
“Apa?”
“Dulu, sebelum masa Kristus, ada burung sialan bodoh
yang disebut Burung Api, setiap beberapa ratus tahun dia
membangun api unggun dan membakar dirinya sendiri. Dia
pasti bersepupu dengan Manusia. Tetapi tiap kali membakar
diri, dia muncul lagi dari abu, dia terlahir kembali. Dan tampaknya
kita sedang melakukan hal yang sama, berkali-kali,
tetapi kita memiliki satu hal yang tidak pernah dimiliki si
202
www.bacaan-indo.blogspot.com
Burung Api. Kita tahu hal konyol yang baru kita lakukan.
Kita tahu semua hal konyol yang sudah kita lakukan selama
seribu tahun dan selama kita tahu itu dan selalu membawanya
di mana kita bisa melihatnya, suatu hari kita akan berhenti
membangun api unggun pemakaman itu dan meloncat
ke tengah-tengahnya. Kita mengambil beberapa orang lagi
yang ingat, di setiap generasi.”
Dia menarik penggorengan dari api, membiarkan daging
agak dingin, lalu mereka memakannya, pelan-pelan, sambil
merenung.
“Sekarang, ayo kita ke hulu,” kata Granger. “Dan berpeganglah
pada satu pikiran: Kalian tidak penting. Kalian bukan
apa-apa. Suatu hari, beban yang kita bawa ini mungkin
akan membantu seseorang. Tetapi dulu sekali, pada waktu
kita memiliki buku-buku itu pun, kita tidak memanfaatkan
apa yang kita peroleh darinya. Kita terus saja menghina
orang mati. Kita terus meludahi kuburan semua orang miskin
yang mati mendahului kita. Kita akan bertemu dengan
banyak orang yang kesepian seminggu, sebulan, dan setahun
ke depan ini. Dan kalau mereka menanyai kita apa yang kita
lakukan, kalian boleh berkata, Kami sedang mengingat. Di
situlah kita akan menang dalam jangka panjangnya. Dan
suatu hari kita akan ingat begitu banyak sehingga kita akan
membangun sekop uap terbesar dalam sejarah dan menggali
kuburan terbesar sepanjang masa dan membuang perang ke
dalam kuburan itu dan menutupnya. Ayo sekarang, kita akan
mendirikan pabrik cermin dulu dan tidak memproduksi apaapa
lagi selain cermin selama setahun berikut ini, dan memandangnya
baik-baik.”
Mereka selesai makan dan memadamkan api. Hari makin
terang di sekeliling mereka, seakan ada lampu merah muda
203
www.bacaan-indo.blogspot.com
yang ditambahi sumbunya. Di pohon-pohon, burung-burung
yang tadi cepat-cepat terbang pergi sekarang kembali dan bertengger
di dahan-dahan.
Montag mulai berjalan dan tak lama kemudian mendapati
yang lain sudah menyusul di belakangnya, menuju utara. Dia
terkejut, dan bergerak ke pinggir agar Granger bisa lewat,
tetapi Granger memandangnya dan mengangguk, menyuruhnya
maju terus. Montag terus berjalan. Dia memandang
sungai dan langit dan rel yang mulai berkarat yang mengarah
ke tempat pertanian-pertanian berada, di sana ada lumbunglumbung
yang penuh dengan rumput kering, di sana banyak
orang semalam berjalan lewat dalam perjalanan dari kota. Di
kemudian hari, satu atau enam bulan lagi, sudah pasti tidak
lebih dari setahun setelahnya, dia akan berjalan lagi di sini,
sendirian, dan terus berjalan sampai dia menyusul orangorang
itu.
Tetapi sekarang mereka harus berjalan sepanjang pagi
sampai tengah hari, dan kalau mereka membisu, itu karena
mereka harus memikirkan segala-galanya, dan banyak yang
harus mereka ingat. Mungkin pagi nanti, kalau matahari
sudah naik dan menghangatkan mereka, mereka akan mulai
berbicara, atau sekadar mengatakan hal-hal yang mereka
ingat, supaya yakin mereka ada di sana, agar benar-benar yakin
bahwa hal-hal itu aman di dalam diri mereka. Montag
merasakan gejolak lamban kata-kata, yang mendidih perlahan-lahan.
Dan waktu tiba gilirannya, apa yang bisa dikatakannya,
apa yang bisa ditawarkannya pada hari seperti ini,
untuk membuat perjalanan mereka sedikit lebih mudah? Untuk
segala sesuatu ada waktunya. Ya. Ada waktu untuk merombak,
dan ada waktu untuk membangun. Ya. Ada waktu
204
untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara. Ya, semua
itu. Tetapi apa lagi. Apa lagi? Sesuatu, sesuatu...
Dan di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan
yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun
pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.
Ya, pikir Montag, itulah yang akan kusimpan untuk tengah
hari. Untuk tengah hari...
Waktu kami tiba di kota.
www.bacaan-indo.blogspot.com
205
Catatan
tentang Penulis
www.bacaan-indo.blogspot.com
Ray Bradbury adalah
penulis lebih dari tiga
lusin buku, termasuk The
Martian Chronicles, The Illustrated
Man, Dandelion Wine,
dan Something Wicked This
Way Comes, juga ratusan cerita
pendek. Dia pernah menulis
untuk teater, bioskop,
dan TV, termasuk skenario
untuk ilm Moby Dick karya
John Huston dan naskah
ilm televisi The Halloween Tree yang memenangkan Emmy
Award, dan mengadaptasi 65 cerita karyanya untuk The Ray
Bradbury Theater di televisi. Dia adalah penerima National
Book Foundation’s Medal for Distinguished Contribution to
American Letters tahun 2000, Pulitzer Prize Special Citation
tahun 2007, dan banyak penghargaan lainnya. Ray Bradbury
wafat pada tanggal 5 Juni 2012 di Los Angeles.
https://bit.ly/2LpOt8W
www.bacaan-indo.blogspot.com
“Bakar sampai menjadi abu, lalu bakar abunya.
Itu slogan resmi kami.”
Guy Montag adalah petugas kebakaran. Pekerjaannya:
membakar buku, semua buku, sebab buku adalah sumber
segala kekacauan dan ketidakbahagiaan, sehingga harus
dimusnahkan. Si Anjing Pemburu yang bekerja di
Departemen Kebakaran dan dilengkapi jarum suntik
mematikan, dan dikawal helikopter, siap melacak para
pembangkang yang menantang aturan, orang-orang yang
nekat menyimpan dan membaca buku, di tengah
masyarakat yang telah dibius dan diperbudak media,
obat-obatan, dan konformitas.
Tetapi Montag tidak bahagia, dan perkawinannya
tidak harmonis. Apakah ada buku-buku yang
disembunyikan di rumahnya?
www.bacaan-indo.blogspot.com
NOVEL
Harga P. Jawa Rp 58.000
15+
9 786020 617985
978-602-06-1799-2 DIGITAL