20.12.2020 Views

Ray Bradbury-Fahrenheit

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

www.bacaan-indo.blogspot.com

RAY BRADBURY

FAHRENHEIT


www.bacaan-indo.blogspot.com


www.bacaan-indo.blogspot.com

Fahrenheit 451


Sanksi Pelanggaran Pasal 113

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014

Tentang Hak Cipta

www.bacaan-indo.blogspot.com

(1). Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana

dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan secara komersial dipidana

dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling

banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(2). Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak

cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam

pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk penggunaan secara

komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana

denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3). Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau pemegang hak

melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta sebagaimana dimaksud dalam pasal 9

ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan atau huruf g untuk penggunaan secara komersial

dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda

paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4). Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang

dilakukan dalam bentuk pembajakan dipidana dengan pidana penjara paling lama

10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat

miliar rupiah).


Fahrenheit 451

Fahrenheit 451—

Temperatur yang mampu

membakar kertas buku

dan menghanguskannya...

Ray Bradbury

Alih bahasa:

Lulu Wijaya

www.bacaan-indo.blogspot.com

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta


FAHRENHEIT 451

by Ray Bradbury

Copyright © 1951, 1953, 1967 by Ray Bradbury

and renewed 1979, 1981, 1995 by Ray Bradbury

This edition arranged with Don Congdon Associates, Inc.

through Big Apple Agency, Inc., Labuan, Malaysia

Indonesian edition copyright:

2018 PT Gramedia Pustaka Utama

All rights reserved

Fahrenheit 451

oleh Ray Bradbury

GM 618186012

Hak cipta terjemahan Indonesia:

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

Alih bahasa: Lulu Wijaya

Desain sampul: Eduard Iwan Mangopang

Diterbitkan pertama kali oleh

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

anggota IKAPI, Jakarta, 2018

www.gpu.id

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian

atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

ISBN: 978-602-06-1798-5

978-602-06-1799-2 (Digital)

www.bacaan-indo.blogspot.com

208 hlm; 20 cm

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta

Isi di luar tanggung jawab Percetakan


www.bacaan-indo.blogspot.com

Ini untuk Don Congdon,

Dengan penuh terima kasih


www.bacaan-indo.blogspot.com


www.bacaan-indo.blogspot.com

Daftar Isi

satu

dua

tiga

Perapian dan Salamander

Saringan dan Pasir

Berkobar Menyala-Nyala


www.bacaan-indo.blogspot.com


www.bacaan-indo.blogspot.com


www.bacaan-indo.blogspot.com


satu

Perapian

dan Salamander

MEMBAKAR sungguh menyenangkan.

Sungguh menyenangkan melihat benda-benda dilalap,

menghitam, dan berubah. Dengan mulut pipa kuningan dalam

genggamannya, dengan ular piton besar yang memuntahkan

bensin beracun ke dunia, darah bertalu-talu di dalam kepala,

tangannya seperti tangan dirigen menakjubkan yang memainkan

semua simfoni pengobaran dan pembakaran untuk melumat

sisa-sisa dan puing-puing arang sejarah. Dengan helm

simbolis bernomor 451 di kepalanya yang tenang, dan mata

berpijar seperti lidah api jingga saat membayangkan apa yang

akan terjadi kemudian, dia menyalakan pemantik dan rumah

itu pun dilalap api serakah yang membakar langit sore hingga

merah, kuning, dan hitam. Dia melangkah dalam kerumunan

kunang-kunang. Seperti dalam lelucon lawas itu, yang paling

dia inginkan adalah menjulurkan marshmallow dengan tongkat

ke dalam tungku, sementara buku-buku bersayap merpawww.bacaan-indo.blogspot.com

11


ti yang mengepak-ngepak itu tewas di beranda dan halaman

rumah. Sementara buku-buku itu melayang dalam pusaran

berkelip-kelip dan tertiup angin yang menjadi hitam oleh api.

Montag menyeringai, seringai buas semua orang yang terbakar

dan dipaksa mundur oleh kobaran api.

Dia tahu, setelah kembali ke markas nanti, dia mungkin

akan mengedipkan mata pada diri sendiri, sang aktor keliling,

kulit berlapis jelaga, di dalam cermin. Dan saat tidur,

senyuman membara itu masih terasa, dicengkeram otot-otot

wajahnya, dalam kegelapan. Senyuman itu tak pernah menghilang,

tak pernah, sejauh yang bisa diingatnya.

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

Dia menggantungkan helmnya yang hitam seperti kumbang

dan memolesnya sampai mengilat; dia menggantungkan jaket

tahan apinya dengan rapi; dia mandi dengan nikmat, lalu

sambil bersiul-siul dengan tangan di dalam saku, dia melintasi

lantai atas kantor markas kebakaran dan meloncat turun

ke lubang. Pada saat-saat terakhir, ketika bencana sudah pasti

terjadi, dia mengeluarkan tangan dari dalam saku dan menahan

jatuhnya dengan meraih tiang emas itu. Dia meluncur

sampai berhenti dengan bunyi mendecit, tumit-tumitnya hanya

dua sentimeter dari lantai beton di bawah.

Dia keluar dari markas dan menyusuri jalanan tengah

malam, ke arah kereta bawah tanah, tempat kereta bertenaga

udara yang senyap meluncur sunyi di terowongan yang diminyaki

di bawah tanah, dan mengeluarkannya dengan kepulan

besar udara hangat ke eskalator berubin krem yang naik ke

daerah pinggiran kota.

12


www.bacaan-indo.blogspot.com

Sambil bersiul-siul, dia membiarkan eskalator mengangkatnya

ke udara malam yang sunyi. Dia berjalan ke tikungan

tanpa terlalu memikirkan apa-apa. Tetapi sebelum tiba di tikungan,

dia memperlambat langkah seakan ada angin bertiup

entah dari mana, seakan ada yang memanggil namanya.

Beberapa malam terakhir ini, dia mendapat perasaan yang

amat tak menentu mengenai trotoar tepat di dekat tikungan

ini, saat bergerak dalam cahaya bintang ke arah rumahnya.

Dia merasa sesaat sebelum dia membelok, sudah ada seseorang

di sana. Udara seperti dipenuhi suatu ketenangan khusus,

seakan ada yang menunggu diam-diam, dan tepat sedetik

sebelum dia datang, menjelma menjadi bayangan dan membiarkannya

lewat. Mungkin hidungnya menangkap wangi samar,

mungkin kulit di punggung tangan dan wajahnya merasakan

suhu naik di satu titik ini, di mana orang yang berdiri

mungkin membuat suhu di sekelilingnya naik sampai sepuluh

derajat selama sekejap. Perasaan ini tak bisa dimengerti.

Tiap kali membelok, dia hanya melihat trotoar yang putih,

tidak dipakai, tidak rata, dan mungkin pada suatu malam,

ada sesuatu yang menghilang cepat ke seberang pekarangan

sebelum dia bisa menajamkan penglihatannya atau berbicara.

Tetapi sekarang, malam ini, dia memperlambat langkah

sampai hampir berhenti. Pikiran bawah sadarnya, yang bergerak

untuk membantunya membelok, baru mendengar bisikan

amat samar. Napas? Ataukah atmosfer hanya ditekan

oleh seseorang yang berdiri diam-diam di sana, menunggu?

Dia membelok di tikungan.

Daun-daun musim gugur bertiup di trotoar yang diterangi

sinar bulan sedemikian rupa, sehingga gadis yang sedang

bergerak di sana itu seperti meluncur, membiarkan gerakan

angin dan dedaunan membawanya maju. Kepalanya setengah

13


www.bacaan-indo.blogspot.com

tertunduk memandang sepatunya mengguncang daun-daun

yang berseliweran. Wajahnya tirus dan seputih susu, dan di

wajah itu ada kelaparan lembut yang menyentuh segala sesuatu

dengan keingintahuan tak kenal lelah. Mimiknya hampir

menyerupai kekagetan yang pucat; matanya yang hitam begitu

terpaku pada dunia, sehingga tak ada gerakan yang luput

darinya. Bajunya putih dan berbisik. Montag merasa mendengar

gerakan tangannya sewaktu gadis itu berjalan, dan bunyi

teramat kecil itu sekarang, gerakan putih wajahnya yang

menoleh ketika tersadar dirinya berada dekat sekali dengan

pria yang menunggu di tengah trotoar.

Pohon-pohon di atas mencurahkan hujan kering dengan

bunyi keras. Gadis itu berhenti dan seperti akan mundur karena

terkejut, namun ternyata dia berdiri memandang Montag

dengan mata begitu hitam dan berkilauan dan hidup, sehingga

Montag merasa seperti baru mengatakan sesuatu yang

amat indah. Tetapi dia tahu mulutnya hanya bergerak untuk

mengucap “halo”, dan ketika gadis itu tampak terhipnotis

oleh salamander di lengannya dan perisai burung api di dadanya,

dia pun berbicara lagi.

“Tentu saja,” kata Montag, “kau tetangga baru kami, ya?”

“Dan kau pasti…“ Gadis itu mendongak, matanya beralih

dari simbol-simbol profesi Montag “—si petugas kebakaran.”

Suaranya mengecil.

“Aneh sekali kau mengucapkannya.”

“Aku—aku pasti tahu sekalipun mataku tertutup,” katanya

lambat-lambat.

“Kenapa—bau bensin? Istriku selalu mengomel,” ujar

Montag sambil tertawa. “Tidak bisa hilang sepenuhnya, meski

sudah mandi berkali-kali.”

“Memang tidak,” kata gadis itu, terpukau.

14


www.bacaan-indo.blogspot.com

Montag merasa gadis itu seperti sedang berjalan mengitarinya,

mengamati setiap jengkal tubuhnya, mengguncangnya

tanpa suara, dan mengosongkan saku-sakunya, tanpa dia

sendiri bergerak sedikit pun.

“Bensin,” kata Montag, karena keheningan terus memanjang,

“hanya parfum bagiku.”

“Benarkah seperti itu rasanya?”

“Tentu saja. Mengapa tidak?”

Gadis itu mengambil waktu untuk berpikir sebentar. “Entah.”

Dia berbalik untuk menghadap trotoar yang menuju

rumah mereka. “Bolehkah aku berjalan pulang bersamamu?

Namaku Clarisse McClellan.”

“Clarisse. Guy Montag. Ayo. Kenapa kau berkeliaran malam-malam

begini? Berapa umurmu?”

Mereka berjalan dalam malam yang diembusi angin hangat-sejuk

itu, di trotoar keperakan, ada wangi samar aprikot

segar dan stroberi di udara, dan Montag melihat berkeliling,

sadar bahwa ini mustahil, karena sudah menjelang akhir tahun.

Hanya ada gadis itu yang berjalan bersamanya sekarang,

wajahnya seterang salju dalam sinar bulan, dan dia tahu gadis

itu sedang mempelajari pertanyaan-pertanyaannya, mencari

jawaban terbaik yang bisa diberikan.

“Yah,” kata Clarisse, “umurku tujuh belas tahun dan aku

gila. Kata pamanku, kedua hal itu selalu terjadi bersamaan.

Kalau orang menanyakan umurmu, katanya, selalu jawab

tujuh belas dan gila. Enak, kan, berjalan-jalan malam begini?

Aku suka mencium bau-bau dan memandangi macammacam,

dan kadang-kadang begadang sepanjang malam, berjalan,

dan memandangi matahari terbit.”

Mereka meneruskan berjalan sambil membisu, dan akhir-

15


www.bacaan-indo.blogspot.com

nya dia berkata dengan bersungguh-sungguh, “Tahukah kau,

aku sama sekali tidak takut kepadamu.”

Montag terkejut. “Kenapa kau mesti takut?”

“Banyak sekali orang yang takut. Takut pada petugas kebakaran,

maksudku. Tapi kau ini kan cuma orang...”

Montag melihat dirinya sendiri di mata gadis itu, melayang

dalam dua butir air cemerlang berkilauan, dirinya gelap

dan mungil, tergambar dalam detail-detail halus, kerut-kerut

di sekeliling mulut, segala sesuatu di sana, seakan mata gadis

itu dua keping batu ambar ungu ajaib yang akan menangkapnya

dan menyimpannya utuh-utuh. Wajah Clarisse yang

tertuju kepadanya bak kristal susu rapuh, dan di dalamnya

ada cahaya lembut yang tak pernah padam. Ini bukan cahaya

listrik yang histeris, melainkan—apa? Melainkan cahaya lilin

yang aneh namun nyaman, langka, lembut namun memperindah.

Suatu kali, waktu dia masih kecil, listrik padam dan

ibunya menemukan satu batang lilin terakhir dan menyalakannya,

dan terjadilah satu jam singkat ketika segala sesuatu

seperti ditemukan kembali, penerangan membuat ruang

kehilangan dimensinya yang luas dan menyelimuti mereka

dengan nyaman, dan mereka, ibu dan anak, hanya berdua,

diubahkan, berharap listrik tidak segera menyala lagi...

Kemudian Clarisse McClellan berkata,

“Bolehkah aku bertanya? Sudah berapa lama kau bekerja

sebagai petugas kebakaran?”

“Sejak umurku dua puluh tahun, sepuluh tahun lalu.”

“Apakah kau pernah membaca buku-buku yang kaubakar?”

Montag tertawa. “Itu melanggar hukum!”

“Oh. Tentu saja.”

“Pekerjaannya enak. Senin bakar Millay, Rabu Whitman,

Jumat Faulkner, bakar sampai menjadi abu, lalu bakar abunya.

Itu slogan resmi kami.”

16


www.bacaan-indo.blogspot.com

Mereka berjalan terus, dan gadis itu berkata, “Benarkah

bahwa dulu sekali, petugas kebakaran memadamkan api, dan

bukan membakar?”

“Tidak. Rumah-rumah sejak dulu tahan api, percayalah.”

“Aneh. Kudengar dulu sekali, rumah-rumah terbakar karena

tak sengaja, dan membutuhkan petugas pemadam kebakaran

untuk menghentikan apinya.”

Montag tertawa.

Clarisse meliriknya sekilas. “Kenapa kau tertawa?”

“Entah.” Dia mulai tertawa lagi dan berhenti. “Kenapa?”

“Kau tertawa meskipun aku tidak mengatakan apa-apa

yang lucu, dan kau langsung menjawab. Kau tidak pernah

diam dulu untuk memikirkan apa yang kutanyakan.”

Montag berhenti berjalan. “Kau memang aneh,” katanya

sambil memandang Clarisse. “Apa kau tidak punya rasa hormat?”

“Aku tidak berniat menghina. Mungkin aku hanya terlalu

suka mengamati orang.”

“Yah, apakah ini tidak ada artinya buatmu?” Montag menepuk

angka 451 yang dijahitkan ke lengan bajunya yang berwarna

hitam.

“Ya,” bisik Clarisse. Dia mempercepat langkah. “Pernahkah

kau melihat mobil-mobil jet yang melesat di bulevarbulevar

ke arah situ?”

“Kau mengubah topik!”

“Kadang-kadang kupikir para pengemudi mobil tidak tahu

apa rumput itu, atau bunga, karena mereka tak pernah melihat

rumput dan bunga lambat-lambat,” katanya. “Kalau kau

menunjukkan warna hijau yang kabur kepada seorang pengemudi,

Oh ya! katanya, itu rumput! Warna merah muda

buram? Itu kebun mawar! Warna putih buram itu rumah.

17


www.bacaan-indo.blogspot.com

Warna cokelat buram itu sapi. Pamanku pernah menyetir di

jalan tol pelan-pelan sekali. Dia menyetir dengan kecepatan

64 kilometer per jam dan mereka memenjarakannya dua hari.

Bukankah itu lucu, sekaligus menyedihkan?”

“Kau terlalu banyak berpikir,” kata Montag resah.

“Aku jarang menonton ‘tembok ruang duduk’ atau pergi

ke pacuan atau Taman Ria. Jadi, aku punya banyak waktu

untuk pikiran-pikiran tak keruan. Pernahkah kau melihat papan-papan

reklame sepanjang enam puluh meter di pedesaan

luar kota? Tahukah kau, papan-papan reklame dulu panjangnya

hanya enam meter? Tetapi mobil-mobil mulai lewat begitu

cepat sehingga mereka harus memanjangkan iklan agar

bisa dilihat lebih lama.”

“Aku baru tahu itu!” Montag tertawa mendadak.

“Berani taruhan aku tahu hal lain lagi yang kau tidak tahu.

Ada embun di rumput pada pagi hari.”

Montag tiba-tiba tak bisa mengingat apakah dia sudah mengetahui

ini atau belum, dan ini membuatnya agak jengkel.

“Dan kalau kau melihat ke sana”—Clarisse mengangguk

ke arah langit—“ada wajah orang di bulan.”

Montag sudah lama tidak memandang bulan.

Mereka terus berjalan sambil membisu, Clarisse sambil

merenung, Montag membisu kaku dan risi sambil melemparkan

pandangan-pandangan menuduh ke arah gadis itu.

Ketika mereka tiba di rumah Clarisse, semua lampu di sana

menyala terang-benderang.

“Ada apa di sana?” Montag jarang melihat begitu banyak

lampu rumah.

“Oh, cuma ayah dan ibu dan pamanku duduk-duduk,

mengobrol. Seperti menjadi pejalan kaki, hanya lebih langka.

Pamanku juga pernah ditangkap—apakah sudah kubilang—

karena menjadi pejalan kaki. Oh, kami aneh sekali.”

18


“Tetapi apa yang kalian obrolkan?”

Clarisse tertawa mendengar ini. “Selamat malam!” Dia

mulai berjalan ke arah rumahnya. Lalu dia seperti teringat sesuatu

dan kembali untuk memandang Montag dengan takjub

dan penasaran. “Apakah kau bahagia?” dia bertanya.

“Apakah aku apa?” seru Montag.

Tetapi Clarisse sudah pergi—berlari dalam sinar bulan.

Pintu depannya ditutup pelan-pelan.

* * *

“Bahagia! Omong kosong apa itu.”

Dia berhenti tertawa.

Dia memasukkan tangan ke lubang sarung tangan pintu

depannya dan membiarkan lubang itu mengenali sentuhannya.

Pintu depan membuka.

Tentu saja aku bahagia. Dikiranya apa? Bahwa aku tidak

bahagia? dia bertanya kepada ruang-ruang yang sunyi. Dia

berdiri memandangi jeruji ventilator di aula, dan tiba-tiba

teringat ada sesuatu tersembunyi di balik jeruji itu, sesuatu

yang kini seolah menatapnya. Dia cepat-cepat mengalihkan

pandangan.

Pertemuan aneh, pada malam yang aneh. Dia tak ingat

pernah mengalami hal seperti itu, kecuali suatu siang, setahun

lalu, waktu dia bertemu seorang pria tua di taman dan

mereka mengobrol...

Montag menggeleng. Dia memandang tembok yang kosong.

Wajah gadis itu ada di sana, sangat cantik dalam ingatannya:

mencengangkan, malah. Wajahnya kurus sekali, seperti

jarum jam kecil yang samar-samar terlihat di kamar gewww.bacaan-indo.blogspot.com

19


www.bacaan-indo.blogspot.com

lap pada tengah malam, ketika kau terbangun untuk melihat

jam dan jam itu menunjukkan waktu sampai ke menit dan detiknya,

dengan keheningan putih dan kemilau, penuh kepastian

dan tahu apa yang dapat dikatakannya tentang malam

yang berlalu cepat menuju kegelapan-kegelapan lebih jauh,

tetapi juga bergerak ke arah matahari yang baru.

“Apa?” tanya Montag kepada diri satunya, si dungu bawah

sadar yang sesekali berlari sambil mengoceh tidak jelas, terlepas

dari kemauan, kebiasaan, dan hati nurani.

Dia melihat tembok sekali lagi. Wajah gadis itu juga begitu

mirip cermin. Mustahil; berapa banyak orang yang kaukenal

yang membiaskan cahayamu sendiri kepadamu? Orangorang

lebih sering—dia mencari perumpamaan, menemukannya

dalam pekerjaannya—seperti obor yang berkobar sampai

padam. Seberapa jarang wajah orang-orang lain mengambil

darimu dan melemparkan kembali ekspresi wajahmu sendiri,

pikiranmu sendiri yang paling dalam dan bergetar?

Betapa kuat kemampuan identiikasi gadis itu; dia seperti

orang yang menonton pertunjukan panggung boneka dengan

penuh semangat, menebak setiap getaran kelopak mata, setiap

gerakan tangan, setiap sentilan jari, sedetik sebelum terjadi.

Berapa lama mereka berjalan bersama tadi? Tiga menit?

Lima? Namun betapa luas waktu itu tampaknya sekarang.

Betapa besar sosok gadis itu di panggung di hadapannya;

betapa besar bayangan yang diciptakannya di dinding dengan

tubuhnya yang langsing! Montag merasa kalau matanya

gatal, gadis itu mungkin akan berkedip. Dan kalau otot

rahangnya meregang tanpa kentara, gadis itu akan menguap

jauh sebelum dia sendiri menguap.

Wah, pikirnya, kalau kupikir-pikir sekarang, gadis itu seakan

sudah menungguku di sana, di jalanan, malam-malam...

20


www.bacaan-indo.blogspot.com

Dia membuka pintu kamar tidur.

Rasanya seperti memasuki kamar pualam yang dingin di

mausoleum, setelah bulan terbenam. Kegelapan total, tak sedikit

pun tampak dunia perak di luar, jendela-jendela ditutup

rapat, kamar itu seperti dunia pekuburan yang tak bisa ditembus

bunyi-bunyian kota yang luas. Kamar itu tidak kosong.

Dia mendengarkan.

Dengungan kecil selembut tarian nyamuk di udara, gumaman

elektrik seekor tawon tersembunyi, nyaman di dalam

sarang merah muda yang hangat dan istimewa. Musik

itu hampir-hampir cukup keras, sehingga dia bisa mengikuti

nadanya.

Dia merasakan senyumannya mengendur, luntur, jatuh

dan ambruk seperti kulit lemak, bagaikan sumbu sebatang lilin

fantastis yang terlalu lama menyala dan sekarang ambruk

dan padam. Kegelapan. Dia tidak bahagia. Dia tidak bahagia.

Dia mengucapkan kata-kata ini kepada diri sendiri. Dia

mengenali ini sebagai keadaan sesungguhnya. Dia memakai

kebahagiaannya seperti topeng, dan gadis itu berlari melintasi

pekarangan dengan topeng itu dan tak mungkin dia pergi

mengetuk pintu rumahnya dan memintanya kembali.

Tanpa menyalakan lampu, dia membayangkan seperti

apa rupa kamarnya. Istrinya terbaring di ranjang, tak berselimut

dan dingin, seperti mayat dipamerkan di atas penutup

makam, matanya tertuju ke langit-langit, dipancangkan oleh

benang-benang baja tak terlihat, tak tergoyahkan. Dan di telinganya,

dua Seashell kecil, radio-radio mini yang disumpalkan

erat-erat, dan samudra elektronik bunyi-bunyian, musik

dan obrolan dan musik dan obrolan masuk, masuk ke pantai

pikirannya yang tidak tidur. Kamar itu memang kosong.

Tiap malam gelombang datang dan membawa pergi istrinya

21


www.bacaan-indo.blogspot.com

dengan sapuan ombak bunyi yang besar, mengapungkannya

dengan mata terbelalak sampai pagi. Selama dua tahun terakhir,

tak satu malam pun Mildred tidak berenang di lautan

itu, tidak menyelam ke dalamnya untuk kesekian kali dengan

senang hati.

Kamar itu dingin, namun dia toh merasa tak bisa bernapas.

Dia tak ingin membuka tirai dan pintu-pintu kaca karena

dia tak ingin sinar bulan masuk. Jadi, dengan perasaan

seperti orang yang dalam sejam akan mati kekurangan udara,

dia berjalan meraba-raba ke arah ranjangnya yang terbuka,

terpisah, dan karenanya dingin.

Sedetik sebelum kakinya mengenai benda di lantai, dia sudah

tahu akan menendang benda semacam itu. Perasaannya

mirip dengan tadi, sebelum membelok di tikungan dan nyaris

menabrak jatuh gadis itu. Kakinya mengirimkan getaran

ke depan dan menerima balasan gema dari rintangan kecil di

jalannya saat kaki itu berayun. Kakinya menendang. Benda

itu berdenting sayup dan terguling minggir dalam kegelapan.

Dia berdiri amat tegak dan mendengarkan orang di ranjang

gelap di dalam malam yang sama sekali tak berbentuk.

Napas yang terembus dari lubang hidung itu begitu tipis sehingga

hanya menggetarkan tepi-tepi kehidupan yang paling

jauh, sehelai daun kecil, setangkai bulu hitam, seutas rambut.

Dia tetap tak menginginkan cahaya dari luar. Dia mengeluarkan

pemantiknya, merasakan salamander yang terukir

pada piringan peraknya, menjentiknya...

Dua batu biduri bulan menatapnya dalam cahaya api kecil

yang dipegangnya; dua batu biduri pucat yang terkubur

dalam sungai air jernih yang dialiri kehidupan dunia, tanpa

menyentuh batu-batu itu.

“Mildred!”

22


www.bacaan-indo.blogspot.com

Wajah Mildred seperti pulau berselimut salju di mana

hujan mungkin akan turun, tetapi dia tak merasakan hujan;

di mana awan-awan mungkin akan menghamparkan bayang-bayangnya

yang lewat, tetapi Mildred tak merasakan

bayangan. Hanya ada nyanyian kumbang-kumbang logam

di telinganya yang tertutup rapat, dan matanya kosong, dan

napasnya keluar-masuk dengan lembut, samar-samar, keluarmasuk

dari lubang hidungnya, dan dia tak peduli dari mana

datangnya dan ke mana perginya, dari mana datangnya dan

ke mana perginya.

Benda yang ditendangnya sampai terguling tadi sekarang

berkilauan di bawah pinggiran ranjangnya sendiri. Botol kristal

kecil berisi pil-pil tidur yang tadi pagi berisi tiga puluh

kapsul dan kini tergeletak, terbuka dan kosong dalam cahaya

api mungil itu.

Sementara dia berdiri di sana, langit di atas rumah menjerit.

Terdengar bunyi sobek yang amat dahsyat, seakan ada dua

tangan raksasa menyobek kain linen hitam sepanjang 16.000

kilometer tepat di kelimannya. Montag terbelah menjadi dua.

Dia merasa dadanya dipotong dan dipecah. Pesawat-pesawat

pengebom terbang lewat, terbang lewat, terbang lewat, satu

dua, satu dua, satu dua, ada enam, ada sembilan, ada dua belas,

satu dan satu dan satu dan satu lagi dan satu lagi dan

satu lagi, semua menjerit menggantikannya. Dia membuka

mulutnya sendiri dan membiarkan jeritan mereka turun dan

keluar dari antara gigi-giginya yang menyeringai. Rumah itu

berguncang. Api di tangannya padam. Batu-batu biduri bulan

itu lenyap. Dia merasa tangannya menyambar telepon.

Pesawat-pesawat itu sudah lenyap. Dia merasa bibirnya

bergerak, menggeser corong telepon. “Rumah sakit darurat.”

Bisikan yang mengerikan.

23


Dia merasa bintang-bintang diremukkan oleh bunyi pesawat-pesawat

hitam tadi dan pagi nanti, bumi akan diselimuti

debu mereka seperti salju yang janggal. Itulah pikirannya

yang dungu sementara dia berdiri gemetaran di tengah kegelapan,

membiarkan bibirnya terus bergerak dan bergerak.

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

Mereka membawa sebuah mesin. Mereka membawa dua mesin,

sebenarnya. Salah satu meluncur masuk ke dalam perutmu

seperti ular kobra hitam meluncur masuk ke dalam sumur

gema, mencari semua air tua dan waktu tua yang terkumpul

di sana. Mesin itu menenggak habis bahan hijau yang mengalir

ke permukaan sambil lambat-lambat mendidih. Apakah

mesin itu meminum kegelapan? Apakah dia menyedot semua

racun yang terkumpul tahun demi tahun? Mesin itu makan

dalam keheningan, sesekali mengeluarkan bunyi seperti tercekik

di dalamnya dan mencari-cari tanpa melihat. Mesin itu

punya Mata. Operator mesin yang dingin dapat melihat ke

dalam jiwa orang yang sedang dipompanya dengan memakai

helm optik khusus. Apa yang dilihat Mata? Dia tak menjelaskan.

Dia melihat tetapi tidak melihat apa yang dilihat Mata.

Seluruh prosedur itu agak mirip dengan menggali parit di pekarangan

rumah sendiri. Wanita di ranjang itu tak lebih dari

lapisan keras batu pualam yang mereka capai setelah menggali.

Terus saja, tapi, sodok ke dalam si bodoh itu, sedot kekosongannya,

kalau kekosongan seperti itu bisa dikeluarkan dalam

denyut ular penyedot. Operator berdiri sambil merokok.

Mesin satunya juga bekerja.

Mesin satunya, dijalankan orang yang sama dinginnya,

24


www.bacaan-indo.blogspot.com

yang mengenakan celana terusan antinoda berwarna cokelat

kemerahan. Mesin ini memompa semua darah dari tubuh dan

menggantinya dengan darah baru dan serum.

“Dua-duanya harus dibersihkan,” kata operator sambil

berdiri memandangi wanita yang tak bersuara itu. “Percuma

mencuci perut kalau tidak mencuci darahnya juga. Kalau obat

itu dibiarkan di dalam darah dan darah masuk ke otak seperti

palu, dor, beberapa ribu kali, otak pasti menyerah dan mati

begitu saja.”

“Hentikan!” kata Montag.

“Aku cuma menjelaskan,” kata operator.

“Kau sudah selesai?” tanya Montag.

Mereka menutup kedua mesin itu rapat-rapat. “Selesai.”

Amarah Montag bahkan tak menyentuh mereka. Mereka

berdiri dengan asap rokok meliuk-liuk di sekitar hidung, memasuki

mata tanpa membuat mereka mengedip atau memicing.

“Lima puluh dolar.”

“Pertama-tama, bagaimana kalau kalian beritahu aku apakah

dia akan baik-baik saja?”

“Tentu, dia akan baik-baik saja. Kami sudah memasukkan

semua bahan berbahaya ke dalam koper kami, tidak akan

menyakitinya lagi sekarang. Seperti kubilang tadi, keluarkan

saja yang lama, ganti dengan yang baru, beres sudah.”

“Kalian bukan dokter. Kenapa mereka tidak mengirimkan

dokter dari Unit Gawat Darurat?”

“Ampun!” Rokok operator bergerak di bibirnya. “Kami

mendapatkan sembilan atau sepuluh kasus seperti ini tiap

malam. Begitu banyak sehingga beberapa tahun lalu, kami

mulai membuat mesin-mesin khusus. Dengan lensa optik,

tentu saja, itu yang baru; sisanya sudah kuno. Kau tidak memerlukan

dokter untuk kasus seperti ini; kau hanya perlu dua

25


www.bacaan-indo.blogspot.com

tukang, dan masalah bisa beres dalam setengah jam saja. Dengar”—dia

beranjak ke pintu—“kami harus pergi. Baru ada

telepon masuk dari radio mini. Sepuluh blok dari sini. Hubungi

kami kalau kau memerlukan kami lagi. Jaga agar dia tetap

tenang. Kami sudah memberinya kontrasedatif. Dia akan

bangun dengan perasaan lapar. Selamat tinggal.”

Dan dua pria dengan rokok terselip di mulut mereka yang

lurus itu, dua pria dengan mata seperti mata ular berbisa,

mengambil mesin dan slang mereka, kotak berisi kesedihan

cair dan lumpur kental hitam tak bernama, dan berjalan keluar

dengan santai.

Montag terenyak di kursi dan memandang wanita ini.

Matanya terpejam sekarang, dengan lembut, dan Montag

mengulurkan tangan untuk merasakan kehangatan napas di

telapak tangannya.

“Mildred,” katanya akhirnya.

Kita terlalu banyak, pikirnya. Jumlah kita miliaran dan

itu terlalu banyak. Tak ada yang mengenal siapa pun. Orangorang

tak dikenal datang dan menyerangmu. Orang-orang

tak dikenal datang dan mengeluarkan jantungmu. Orangorang

tak dikenal datang dan mengambil darahmu. Ya Tuhan,

siapa orang-orang itu tadi? Seumur hidupku aku belum

pernah melihat mereka!

Setengah jam berlalu.

Aliran darah di dalam wanita ini baru, dan tampaknya

menghasilkan sesuatu yang baru dalam dirinya. Pipinya

amat merah muda dan bibirnya amat segar dan penuh warna,

tampak lembut dan tenang. Darah orang lain di sana. Andai

daging dan otak dan ingatan orang lain. Andai mereka juga

bisa membawa pikiran Mildred ke tempat cuci dan mengosongkan

saku-sakunya dan menguapi dan membersihkannya

26


www.bacaan-indo.blogspot.com

dan membentuknya ulang dan mengembalikannya pada pagi

hari. Andai saja...

Dia berdiri dan menyibakkan tirai, membuka jendelajendela

lebar-lebar agar hawa malam bisa masuk. Sudah pukul

dua pagi. Apakah baru sejam yang lalu, Clarisse McClellan

di jalanan, dan dia masuk, kamar yang gelap dan kakinya

menendang botol kristal kecil itu? Hanya satu jam, tetapi

kata itu sudah meleleh dan muncul kembali dalam bentuk

baru dan tak berwarna.

Gelak tawa berembus melintasi halaman yang berwarna

bulan dari rumah Clarisse dan ayahnya, ibunya, dan pamannya

yang tersenyum begitu tenang dan serius. Yang terutama,

tawa mereka santai dan penuh perasaan dan sama sekali

tidak dipaksakan, datang dari rumah yang terang-benderang

meski sudah begini larut, sementara rumah-rumah lain menutup

diri dalam kegelapan. Montag mendengar suara-suara

mengobrol, mengobrol, mengobrol, memberi, mengobrol,

menenun, menenun ulang jaring mereka yang seperti menghipnotis.

Montag keluar dari pintu-pintu kaca dan melintasi halaman

tanpa berpikir sedikit pun. Dia berdiri di luar rumah

yang sedang mengobrol itu, di dalam bayang-bayang, berpikir

bahwa dia mungkin akan mengetuk pintu mereka dan

berbisik, “Biarkan aku masuk. Aku tidak akan mengatakan

apa-apa. Aku hanya ingin mendengarkan. Apa yang kalian

katakan?”

Tetapi dia hanya berdiri di sana, sangat kedinginan, wajahnya

bagaikan topeng es, mendengarkan suara seorang pria

(pamannya?) yang meluncur santai,

“Yah, bagaimanapun, ini zaman tisu sekali pakai. Buang

ingusmu pada seseorang, gumpal tisunya, buang di toilet, am-

27


bil tisu lagi, buang ingus, gumpal, buang. Semua orang memanfaatkan

orang lain. Bagaimana mungkin kau bisa mendukung

tim sendiri kalau kau bahkan tidak punya susunan

acaranya atau tahu nama-nama mereka? Ditambah lagi, kaus

warna apa yang mereka pakai sewaktu berlari keluar ke lapangan?”

Montag kembali ke rumahnya sendiri, membiarkan jendela

terbuka lebar, memeriksa Mildred, menyelimutnya dengan

hati-hati, lalu berbaring dengan sinar bulan di tulang pipi dan

di kerut-kerut keningnya, dengan sinar bulan disaring di setiap

matanya untuk membentuk katarak perak di sana.

Satu tetes air hujan. Clarisse. Satu tetes lagi. Mildred. Tetes

ketiga. Paman. Keempat. Api malam ini. Satu, Clarisse.

Dua, Mildred. Tiga, paman. Empat, lima. Satu, Mildred, dua,

Clarisse. Satu, dua tiga, empat, lima, Clarisse, Mildred, paman,

api, obat tidur, pria-pria, tisu sekali pakai, memanfaatkan,

buang ingus, gumpal, buang, Clarisse, Mildred, paman,

api, pil, tisu, buang ingus, gumpal, buang. Satu, dua, tiga,

satu, dua, tiga! Hujan. Badai. Paman tertawa. Halilintar jatuh

di bawah. Seluruh dunia berhamburan turun. Api berkobar

naik dalam gunung berapi. Segala sesuatu tercurah turun

dalam semprotan yang meraung dan aliran yang menyungai

menuju pagi.

“Aku tidak tahu apa-apa lagi,” katanya, dan membiarkan

sebutir pil tidur larut di lidahnya.

www.bacaan-indo.blogspot.com

* * *

Pukul sembilan pagi, ranjang Mildred kosong.

Montag cepat-cepat berdiri, jantungnya berdebar keras, dia

berlari di lorong dan berhenti di pintu dapur.

28


www.bacaan-indo.blogspot.com

Roti melompat keluar dari pemanggang perak, diraih oleh

sebuah tangan logam seperti laba-laba yang lantas menyiraminya

dengan mentega leleh.

Mildred memandangi roti panggang itu diantar ke piringnya.

Kedua telinganya disumpal kumbang elektronik yang terus

mendengung. Mendadak dia mendongak, melihat Montag,

dan mengangguk.

“Kau tidak apa-apa?” tanya Montag.

Mildred sudah ahli membaca bibir setelah sepuluh tahun

berlatih dengan radio mini Seashell-nya. Dia mengangguk

lagi. Dia menyetel pemanggang agar mulai memanggang seiris

roti lagi.

Montag duduk.

Istrinya berkata, “Aku tidak tahu kenapa aku begini lapar.”

“Kau…“

“Aku lapar.”

“Tadi malam,” Montag mulai bercerita.

“Tidurku tidak nyenyak. Badanku sangat tidak enak

sekarang,” kata Mildred. “Ya ampun, aku lapar. Aku tidak

mengerti.”

“Tadi malam…,“ Montag mencoba lagi.

Mildred mengamati bibir Montag dengan santai. “Kenapa

tadi malam?”

“Apa kau tidak ingat?”

“Apa? Apakah kita pesta gila-gilaan atau semacamnya?

Aku seperti pusing karena mabuk. Ya ampun, aku lapar. Ada

siapa di sini tadi malam?”

“Beberapa orang,” jawab Montag.

“Sudah kuduga.” Mildred mengunyah rotinya. “Perutku

pegal-pegal, tapi aku lapar bukan main. Kuharap aku tidak

melakukan hal-hal bodoh di pesta semalam.”

29


“Tidak,” jawab Montag lirih.

Pemanggang mengulurkan seiris roti bersalut mentega dengan

tangan seperti laba-laba. Montag memegangnya, merasa

wajib memakannya.

“Kau sendiri tampak kurang sehat,” ujar istrinya.

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

Menjelang sore, hujan turun dan seluruh dunia gelap dan kelabu.

Montag berdiri di aula rumahnya, mengenakan lencananya

yang dihiasi salamander oranye berkobar. Dia berdiri

lama sekali, memandangi lubang pendingin udara di aula. Di

ruang TV, istrinya berhenti cukup lama dari membaca naskahnya

dan menoleh. “Hei,” katanya. “Dia sedang berpikir!”

“Ya,” kata Montag. “Aku ingin bicara denganmu.” Dia

diam sebentar. “Kau meminum habis semua pil di botolmu

tadi malam.”

“Oh, tidak mungkin,” sahut Mildred, terkejut.

“Botolnya kosong.”

“Tidak mungkin aku melakukan itu. Untuk apa aku melakukannya?”

tukas Mildred.

“Mungkin kau minum dua pil, lalu lupa dan meminum

dua lagi, dan lupa lagi dan minum dua lagi, dan begitu teler

sehingga kau terus minum sampai akhirnya kau menelan tiga

puluh atau empat puluh.”

“Gila,” kata Mildred. “Untuk apa aku melakukan hal

yang begitu konyol?”

“Entah,” jawab Montag.

Jelas Mildred sedang menunggunya pergi. “Aku tidak berbuat

begitu,” katanya. “Tidak akan pernah.”

30


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Baiklah, kalau begitu katamu,” kata Montag.

“Memang begitu kataku.” Mildred kembali membaca naskahnya.

“Ada apa siang ini?” tanya Montag dengan letih.

Mildred tidak menoleh lagi dari naskahnya. “Yah, ada

sandiwara yang akan ditayangkan di TV tembok sepuluh

menit lagi. Mereka mengirimkan naskah peranku tadi pagi.

Aku mengirimkan beberapa tutup kotak. Mereka menulis

skenario dengan satu peran dihilangkan. Ini ide baru. Sang

ibu rumah tangga, yaitu aku, itulah peran yang dihilangkan.

Ketika tiba di bagian dialog-dialog yang tidak ada, mereka

semua memandangku dari ketiga tembok itu dan aku membacakan

dialognya. Di sini, misalnya, orang ini berkata, ‘Apa

pendapatmu tentang gagasan ini, Helen?’ Dan dia memandangku

yang duduk di tengah panggung di sini, lihat? Dan

aku berkata, aku berkata…“ Dia berhenti dan menelusuri satu

baris dalam naskah dengan jarinya. “’Menurutku bagus!’ Lalu

mereka melanjutkan sandiwara sampai dia berkata, ‘Setujukah

kau dengan itu, Helen?’ dan aku berkata, ‘Tentu saja!’

Asyik, ya, Guy?”

Montag berdiri di aula sambil menatapnya.

“Benar-benar asyik,” kata Mildred.

“Tentang apa sandiwara ini?”

“Baru saja kubilang, kan. Ada orang-orang bernama Bob

dan Ruth dan Helen.”

“Oh.”

“Seru sekali. Akan lebih seru lagi kalau kita sudah punya

uang untuk memasang televisi di tembok keempat. Menurutmu

berapa lama lagi kita harus menabung agar bisa menjebol

tembok keempat dan memasang TV tembok keempat? Harganya

hanya dua ribu dolar.”

31


“Itu sepertiga gajiku setahun.”

“Hanya dua ribu dolar,” sahut Mildred. “Dan seharusnya

kau sekali-sekali memikirkan aku. Kalau kita punya tembok

keempat, kamar ini tidak akan terasa seperti kamar kita, tetapi

kamar bermacam-macam orang yang eksotis. Kita bisa

menghemat dalam beberapa hal.”

“Sekarang pun kita sudah menghemat dalam beberapa hal

untuk membayar tembok ketiga. Baru dua bulan lalu dipasang,

ingat?”

“Masa baru dua bulan, ya?” Mildred duduk memandangnya

agak lama. “Yah, sampai nanti, Sayang.”

“Sampai nanti,” kata Montag. Dia berhenti dan berbalik.

“Apakah akhir ceritanya bahagia?”

“Aku belum membaca sejauh itu.”

Montag menghampirinya, membaca halaman terakhir,

mengangguk, melipat naskah dan menyodorkannya kembali

kepada Mildred. Dia berjalan keluar dari rumah, ke dalam

hujan.

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

Hujan mulai menipis dan gadis itu sedang berjalan di tengahtengah

trotoar dengan kepala terdongak, hujan yang masih

tersisa menetes-netes ke wajahnya. Dia tersenyum ketika melihat

Montag.

“Halo!”

Montag membalas seruannya, lalu berkata, “Sedang apa

kau sekarang?”

“Aku masih gila. Hujan rasanya enak. Aku senang sekali

berjalan dalam hujan.”

32


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Kurasa aku tidak mungkin suka,” kata Montag.

“Kalau kaucoba, mungkin saja kau suka.”

“Aku belum pernah mencobanya.”

Clarisse menjilat bibirnya. “Hujan bahkan enak rasanya.”

“Apa yang kaulakukan, berkeliaran mencicipi segala sesuatu?”

tanya Montag.

“Kadang-kadang dua kali.” Dia memandangi sesuatu di

tangannya.

“Ada apa di tanganmu?” tanya Montag.

“Kurasa ini bunga dandelion terakhir tahun ini. Aku tak

menyangka akan menemukannya di halaman pada bulan ini.

Pernahkah kau mendengar bahwa dandelion harus diusapkan

ke dagu? Lihat.” Dia menyentuh dagunya dengan bunga itu

sambil tertawa.

“Kenapa?”

“Kalau warnanya luntur ke wajahku, berarti ada orang

yang kucintai. Luntur, tidak?”

Montag mau tak mau mengamatinya.

“Bagaimana?” tanya Clarisse.

“Dagumu kuning.”

“Bagus! Ayo kita coba kau sekarang.”

“Tidak mungkin bisa denganku.”

“Ini.” Sebelum Montag bisa bergerak, Clarisse sudah menempelkan

bunga dandelion itu ke dagunya. Montag mundur

dan Clarisse tertawa. “Jangan bergerak!”

Dia melihat ke bawah dagu Montag dan mengerutkan kening.

“Bagaimana?” tanya Montag.

“Sayang sekali,” kata gadis itu. “Kau tidak mencintai

siapa-siapa.”

“Ada, kok!”

33


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Tidak kelihatan.”

“Ada orang yang sangat, sangat kucintai!” Montag berusaha

membayangkan wajah yang sesuai dengan kata-kata ini,

tetapi tidak ada. “Sungguh!”

“Oh, tolong jangan memasang tampang begitu.”

“Gara-gara dandelion itu,” tukas Montag. “Kau menghabiskannya

di dagumu sendiri tadi. Karena itulah tidak ada

sisanya lagi untukku.”

“Tentu saja, pasti karena itu. Oh, kau jadi marah, aku bisa

melihatnya; maaf, aku sungguh minta maaf.” Dia menyentuh

siku Montag.

“Tidak, tidak,” sahut Montag cepat. “Aku tidak apa-apa.”

“Aku harus pergi, jadi katakan kau memaafkan aku, aku

tidak ingin kau marah padaku.”

“Aku tidak marah. Kesal, ya.”

“Aku harus menemui psikiaterku sekarang. Mereka memaksaku

ke psikiater. Aku mengarang-ngarang omongan.

Aku tidak tahu pendapatnya tentang diriku. Katanya aku

misterius, seperti bawang bombay! Aku membuatnya sibuk

mengupas lapis demi lapis.”

“Aku cenderung percaya kau memerlukan psikiater,” kata

Montag.

“Kau tidak serius.”

Montag menarik napas, mengembuskannya, dan akhirnya

berkata, “Tidak, aku tidak bersungguh-sungguh.”

“Psikiater itu ingin tahu mengapa aku pergi berjalan-jalan

di hutan-hutan dan mengamati burung dan mengoleksi kupukupu.

Suatu hari akan kutunjukkan koleksiku.”

“Bagus.”

“Mereka ingin tahu, apa saja yang kulakukan untuk mengisi

waktu. Kukatakan kadang-kadang aku hanya duduk dan ber-

34


www.bacaan-indo.blogspot.com

pikir. Tapi aku tidak akan memberitahu mereka apa yang kupikirkan.

Aku sengaja membuat mereka bingung. Dan kadangkadang,

kubilang pada mereka, aku suka mendongak, seperti

ini, dan membiarkan hujan jatuh ke dalam mulutku. Rasanya

persis seperti anggur. Apakah kau pernah mencobanya?”

“Tidak, aku…“

“Kau sudah memaafkan aku, kan?”

“Ya.” Montag memikirkannya. “Ya, sudah. Entah kenapa.

Kau ini aneh, kau menjengkelkan, tetapi mudah dimaafkan.

Katamu umurmu tujuh belas?’

“Yah—bulan depan.”

“Aneh. Aneh sekali. Padahal istriku berumur tiga puluh

tahun, tapi kadang-kadang kau tampak jauh lebih tua. Aku

tak bisa berhenti memikirkannya.”

“Kau sendiri juga aneh, Mr. Montag. Kadang-kadang aku

bahkan lupa kau ini petugas kebakaran. Sekarang, bolehkah

aku membuatmu marah lagi?”

“Silakan.”

“Bagaimana awalnya? Bagaimana kau mulai bekerja sebagai

petugas kebakaran? Bagaimana kau memilih pekerjaanmu

dan bagaimana kau memutuskan untuk mengambil pekerjaan

ini? Kau tidak seperti yang lain. Aku pernah melihat beberapa;

aku tahu. Waktu aku berbicara, kau memandangku. Waktu

aku mengatakan sesuatu tentang bulan tadi malam, kau

memandang bulan. Yang lainnya tidak pernah begitu. Yang

lainnya berjalan pergi dan meninggalkan aku mengoceh sendirian.

Atau mengancamku. Tidak ada lagi yang punya waktu

untuk orang lain. Kau satu dari sedikit orang yang mau

bersabar menanggapiku. Karena itulah aku berpikir, aneh sekali

kau ini petugas kebakaran, rasanya entah kenapa pekerjaan

itu tidak cocok untukmu.”

35


Montag merasa tubuhnya terbagi sendiri menjadi panas

dan dingin, lunak dan keras, gemetaran dan tidak gemetaran,

dua bagian yang saling menggilas.

“Sebaiknya kau cepat-cepat pergi,” katanya.

Maka Clarisse pun berlari dari situ dan meninggalkannya

berdiri di tengah hujan. Setelah lama sekali, barulah dia bergerak.

Kemudian, lambat-lambat sekali, sembari berjalan, Montag

mendongak di tengah hujan, selama beberapa detik, dan

membuka mulutnya...

* * *

Anjing Robot Pemburu tidur tetapi tidak tidur, hidup tetapi

tidak hidup di dalam kandangnya yang mendengung lembut,

bergetar lembut, dan diterangi dengan lembut di sudut markas

yang gelap. Cahaya remang-remang pukul satu pagi, sinar

bulan dari langit terbuka yang dibingkai jendela besar, di

sana-sini menyentuh bagian kuningan dan tembaga dan baja

pada anjing yang samar-samar bergetar itu. Cahaya berpijar

pada potongan-potongan kaca mirah dan rambut-rambut

kapiler yang sensitif di lubang hidungnya yang dilapisi bulu

nilon yang bergetar lembut, lembut, kedelapan kakinya menebar

di bawahnya dengan tapak-tapak berlapis karet.

Montag meluncur menuruni tiang kuningan. Dia keluar

untuk memandangi kota dan awan-awan yang sudah menyingkir,

dan dia menyalakan rokok, dan kembali untuk

membungkuk dan memandangi si Pemburu. Anjing itu seperti

lebah raksasa yang pulang dari suatu ladang di mana

madunya penuh dengan keliaran beracun, kegilaan dan mimwww.bacaan-indo.blogspot.com

36


www.bacaan-indo.blogspot.com

pi buruk, tubuhnya dijejali nektar yang terlalu pekat dan sekarang

sedang tidur untuk menghabiskan kejahatan dari dalam

dirinya.

“Halo,” bisik Montag, seperti biasa terpesona melihat

makhluk yang mati itu, makhluk yang hidup itu.

Pada malam-malam membosankan, yaitu setiap malam,

para petugas meluncur menuruni tiang-tiang kuningan, menyetel

kombinasi angka pada sistem penciuman si Pemburu,

dan melepaskan tikus-tikus di beranda lantai bawah tanah

markas, atau kadang-kadang ayam, kadang-kadang kucing

yang memang harus ditenggelamkan, dan mereka mulai bertaruh,

kucing atau ayam atau tikus mana yang akan ditangkap

dulu oleh si Pemburu. Binatang-binatang itu dilepaskan.

Tiga detik kemudian, permainan selesai, tikus, kucing, atau

ayam yang ditangkap di tengah-tengah beranda lantai bawah

tanah, dicengkeram dalam tapak-tapak lembut sementara jarum

baja berongga sepanjang sepuluh sentimeter menghunjam

dari moncong si Pemburu untuk menyuntikkan morin

atau procaine * berdosis amat besar. Pion kemudian dilempar

ke dalam mesin pembakar. Permainan baru pun dimulai.

Selama ini berlangsung, biasanya Montag menunggu di

lantai atas. Dua tahun lalu, dia masih ikut bertaruh dengan para

petugas lain, dan kalah sehingga ludeslah gajinya seminggu

dan harus berhadapan dengan kemarahan Mildred yang tidak

masuk akal, yang menyembur ke luar lewat pembuluh darah

dan bercak-bercak di kulit. Tetapi sekarang tiap malam dia

berbaring di ranjang susunnya dengan wajah menghadap

ke tembok, mendengarkan gelak tawa terbahak-bahak di

bawah dan derap kaki tikus besar yang berlari terbirit-birit

*

Obat bius lokal.

37


www.bacaan-indo.blogspot.com

seperti senar piano, tikus-tikus kecil yang memekik seperti

biola, dan bayang-bayang besar, gerakan bisu si Pemburu

yang melompat seperti ngengat dalam cahaya menyilaukan,

menemukan dan memegang korbannya, menusukkan jarum

dan kembali ke kandangnya untuk mati, seakan-akan ada

tombol yang diputar.

Montag menyentuh berangusnya.

Si Pemburu menggeram.

Montag meloncat mundur.

Si Pemburu separo berdiri di dalam kandangnya, memandangnya

dengan lampu neon hijau-biru berpijar di dalam

bohlam matanya yang tiba-tiba aktif. Dia menggeram lagi,

bunyi serak aneh yang merupakan kombinasi desis listrik,

bunyi menggoreng, gesekan logam, putaran gigi roda berkarat

dan tua, dipenuhi kecurigaan.

“Jangan, jangan, Nak,” kata Montag dengan jantung berdebar.

Dia melihat jarum perak itu memanjang dua sentimeter

di udara, ditarik, memanjang, ditarik. Geraman mendidih di

dalam binatang itu, dan dia menatap Montag.

Montag mundur. Si Pemburu maju selangkah dari kandangnya.

Montag mencengkeram tiang kuningan dengan

satu tangan. Tiang itu bereaksi dan meluncur naik, membawanya

menembus langit-langit tanpa bersuara. Montag turun

di beranda lantai atas yang hanya diterangi sebagian. Dia

gemetaran dan wajahnya hijau-putih. Di bawah, si Pemburu

sudah berbaring lagi di kedelapan kaki serangganya yang luar

biasa dan berdengung lagi kepada diri sendiri, matanya yang

bersisi banyak tampak tenteram.

Montag berdiri di sebelah lubang turun, membiarkan ketakutannya

berlalu. Di belakangnya, keempat pria yang duduk

mengelilingi meja permainan kartu di bawah lampu ber-

38


www.bacaan-indo.blogspot.com

tudung hijau di sudut memandangnya sekilas, namun tidak

mengatakan apa-apa. Hanya pria yang memakai topi Kapten

dan lambang Burung Api di topinya, akhirnya berbicara dari

seberang ruangan panjang itu, dengan rasa penasaran, dan

kartu-kartu di tangannya yang kurus,

“Montag...?”

“Dia tidak menyukai aku,” kata Montag.

“Apa, si Pemburu?” Kapten mengamati kartu-kartunya.

“Jangan dipikirkan. Dia tidak bisa menyukai atau tidak menyukai

orang. Dia hanya ‘berfungsi.’ Seperti pelajaran balistik.

Dia memiliki trajektori yang kita pilihkan untuknya. Dia

mengikuti instruksi itu. Dia menargetkan dirinya sendiri,

menangkap dirinya sendiri, lalu padam. Dia hanya terdiri

atas kabel tembaga, baterai penyimpanan, dan arus listrik.”

Montag menelan ludah. “Kalkulator-kalkulatornya bisa

disetel dengan kombinasi apa saja, asam amino sekian banyak,

belerang sekian banyak, lemak mentega dan alkali sekian

banyak. Betul?”

“Kita tahu semua itu.”

“Seluruh keseimbangan kimiawi dan persentase pada kita

semua di rumah ini direkam dalam arsip induk di bawah.

Mudah saja untuk menyetel kombinasi sebagian pada ‘ingatan’

si Pemburu, sedikit asam amino, mungkin. Itu bisa menjelaskan

apa yang baru saja dilakukan binatang itu. Bereaksi

terhadapku.”

“Wah,” kata Kapten.

“Jengkel, tapi tidak benar-benar marah. Hanya cukup

‘ingatan’ yang dipasang di dalamnya oleh seseorang, sehingga

dia menggeram waktu aku menyentuhnya.”

“Siapa yang mau berbuat seperti itu?” tanya Kapten. “Kau

tidak punya musuh di sini, Guy.”

39


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Setahuku tidak.”

“Akan kita suruh para teknisi memeriksa si Pemburu besok.”

“Ini bukan pertama kali dia mengancamku,” kata Montag.

“Bulan lalu terjadi dua kali.”

“Akan kita perbaiki. Jangan khawatir.”

Tetapi Montag tidak bergerak dan hanya berdiri sambil

memikirkan jeruji ventilator di aula di rumah, dan apa yang

ada di balik jeruji itu. Kalau seseorang di pangkalan ini tahu

tentang ventilator itu, mungkinkah mereka ‘memberitahu’ si

Pemburu...?

Kapten berjalan ke lubang turun dan memandang Montag

dengan tatapan bertanya.

“Aku hanya sedang berpikir-pikir,” kata Montag, “apa

yang dipikirkan si Pemburu di bawah sana tiap malam? Apakah

dia benar-benar mulai hidup terhadap kita, benarkah?

Aku jadi ngeri memikirkannya.”

“Dia tidak memikirkan apa-apa kalau kita tidak menyuruhnya

berpikir.”

“Itu menyedihkan,” kata Montag lirih, “sebab satu-satunya

yang kita isikan ke dalamnya adalah berburu, menemukan,

dan membunuh. Sayang sekali kalau hanya itu yang diketahuinya.”

Beatty mendengus lembut. “Ah! Dia karya mutakhir, senapan

canggih yang bisa mencari sasaran sendiri dan selalu

menjamin bidikan tepat.”

“Karena itulah,” ujar Montag, “aku tidak ingin menjadi

korbannya yang berikut.”

“Kenapa? Apakah ada yang mengganggu hati nuranimu?”

Montag memandangnya sekilas.

Beatty berdiri di sana, memandang tenang dengan matanya,

sementara mulutnya membuka dan mulai tertawa, amat lirih.

40


* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

Satu dua tiga empat lima enam tujuh hari. Dan tujuh kali

juga dia keluar dari rumah dan Clarisse ada di suatu tempat

di dunia. Sekali dia melihat gadis itu mengguncang-guncang

sebatang pohon walnut, sekali dia melihatnya duduk di halaman

sambil merajut sweter biru, tiga atau empat kali dia menemukan

satu buket bunga yang masih tumbuh di penghujung

musim di berandanya, atau kacang berangan sekantong

kecil, atau daun-daun musim gugur yang disematkan rapi di

selembar kertas putih dan ditancapkan dengan paku payung

ke pintunya. Setiap hari Clarisse menemaninya berjalan ke

tikungan. Kadang hujan turun, kadang cuaca cerah, kadang

angin bertiup kencang, kadang cuaca hangat dan tenang,

dan kadang pula setelah cuaca hangat, udara panas seperti di

tungku pada musim panas, Clarisse dan wajahnya sudah terpanggang

matahari sebelum sore.

“Mengapa,” ujar Montag, suatu kali, di pintu masuk ke kereta

bawah tanah, “aku merasa seperti sudah bertahun-tahun

mengenalmu?”

“Karena aku menyukaimu,” sahut Clarisse, “dan aku tidak

menginginkan apa-apa darimu. Dan karena kita saling

kenal.”

“Kau membuatku merasa sangat tua, seperti seorang

ayah.”

“Sekarang jelaskan,” kata Clarisse, “mengapa kau tidak

punya anak perempuan seperti aku, kalau kau begitu menyayangi

anak-anak?”

“Entah.”

“Kau bercanda!”

41


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Maksudku…“ Dia berhenti dan menggeleng. “Yah, istriku,

dia... dia tidak pernah menginginkan anak sama sekali.”

Gadis itu berhenti tersenyum. “Maafkan aku. Aku benarbenar

menyangka kau sedang mengolokku tadi. Aku bodoh.”

“Tidak, tidak,” ujar Montag. “Pertanyaanmu bagus. Sudah

lama sekali tidak ada yang cukup peduli untuk bertanya.

Pertanyaan bagus.”

“Kita bicara hal lain saja. Pernahkah kau mencium bau

daun-daun tua? Baunya seperti kayu manis, ya? Ini. Ciumlah.”

“Wah, benar juga, memang agak seperti kayu manis.”

Clarisse memandangnya dengan mata hitam dan bening.

“Kau selalu tampak kaget.”

“Aku hanya tidak pernah sempat…“

“Apakah kau melihat papan-papan reklame yang memanjang

itu, seperti yang kubilang?”

“Kurasa. Ya.” Dia terpaksa tertawa.

“Tawamu terdengar jauh lebih menyenangkan daripada

dulu.”

“Benarkah?”

“Jauh lebih ringan.”

Montag merasa santai dan nyaman. “Kenapa kau tidak di

sekolah? Tiap hari aku melihatmu berkeliaran saja.”

“Oh, mereka tidak mencariku,” katanya. “Aku antisosial,

kata mereka. Aku tidak bergaul. Aneh sekali. Aku sangat

bergaul. Semua tergantung pada apa yang kaumaksud dengan

‘bergaul,’ ya kan? Bagiku bergaul itu artinya mengobrol denganmu

tentang hal-hal seperti ini.” Dia mengguncangkan

beberapa kacang berangan yang jatuh dari pohon di halaman

depan. “Atau mengobrol tentang betapa anehnya dunia ini.

Berkumpul dengan orang banyak memang menyenangkan.

Tetapi menurutku bukan bergaul namanya kalau mengum-

42


www.bacaan-indo.blogspot.com

pulkan orang, lalu tidak membiarkan mereka berbicara, ya

kan? Satu jam kelas TV, satu jam basket atau bisbol atau

berlari, satu jam lagi sejarah transkripsi atau melukis, dan

olahraga lagi, tetapi tahukah kau, kita tidak pernah bertanya,

atau setidaknya sebagian besar tidak pernah bertanya; mereka

sekadar menyodorkan semua jawabannya kepadamu, ting,

ting, ting, dan kita duduk saja selama empat jam lagi, mendengarkan

guru ilm. Bagiku itu sama sekali bukan bergaul.

Itu cuma corong yang dituangi banyak air, lalu air itu keluar

dari bawahnya, dan mereka berkata kepada kita itu anggur,

padahal bukan. Mereka membuat kita begitu kecapekan pada

akhir hari, sehingga kita tidak bisa apa-apa lagi selain tidur

atau pergi ke Taman Ria untuk merundungi orang-orang,

memecahkan kaca-kaca jendela di tempat Pemecah Jendela,

atau merusak mobil di tempat Perusak Mobil dengan bola

baja besar itu. Atau keluar naik mobil dan balapan di jalanjalan,

mencoba melihat mereka bisa sampai sedekat apa ke

tiang-tiang lampu, saling menantang siapa yang berani paling

dekat. Kurasa memang benar semua perkataan mereka tentang

aku. Aku tidak punya teman. Rupanya itu membuktikan

aku abnormal. Tetapi semua orang yang kukenal kalau tidak

berteriak-teriak, ya menari-nari seperti orang liar atau saling

memukuli. Apakah kau pernah melihat betapa orang-orang

saling melukai belakangan ini?”

“Kau kedengaran amat sangat tua.”

“Kadang-kadang aku tua renta. Aku takut pada anak-anak

seumurku. Mereka saling membunuh. Apakah dulu selalu begitu

juga? Kata pamanku tidak. Tahun lalu saja, enam temanku

tertembak. Sepuluh orang tewas dalam kecelakaan mobil.

Aku takut pada mereka dan mereka tidak suka padaku karena

aku takut. Kata pamanku, kakekku masih ingat waktu anak-

43


www.bacaan-indo.blogspot.com

anak tidak saling membunuh. Tapi itu sudah lama sekali, ketika

dunia ini berbeda. Mereka percaya akan tanggung jawab,

kata pamanku. Tahukah kau, aku ini bertanggung jawab. Aku

dipukul kalau perlu dihukum, bertahun-tahun lalu. Dan aku

yang berbelanja keperluan rumah dan membersihkan rumah

dengan tangan.

“Tetapi yang paling penting,” katanya, “aku suka mengamati

orang. Kadang-kadang aku naik kereta bawah tanah

sepanjang hari, memandangi mereka dan mendengarkan mereka.

Aku hanya ingin mencari tahu siapa mereka dan apa

yang mereka inginkan dan ke mana mereka mau pergi. Kadang-kadang

aku bahkan pergi ke Taman Ria dan naik mobil-mobil

jet yang berpacu di pinggir kota saat tengah malam,

dan polisi tidak peduli asalkan mobil-mobil itu diasuransikan.

Asal semua orang punya bertumpuk-tumpuk asuransi,

semua orang senang. Kadang-kadang aku mengendap-endap

dan mendengarkan di kereta-kereta bawah tanah. Atau aku

mendengarkan di mesin minuman soda, dan kau tahu tidak?”

“Apa?”

“Orang-orang tidak membicarakan apa-apa.”

“Oh, pasti ada yang mereka bicarakan!”

“Bukan sama sekali tidak ada. Mereka menyebut banyak

mobil atau baju atau kolam renang, biasanya, dan berkata…

alangkah bagusnya! Tetapi mereka semua mengatakan hal-hal

yang sama dan tidak ada yang mengatakan hal yang berbeda

dari siapa pun. Dan biasanya, di kafe-kafe, mereka menyalakan

kotak lelucon, dan biasanya lelucon-leluconnya sama,

atau tembok musik dinyalakan dan semua pola berwarna bergerak

naik-turun, tetapi yang ada hanya warna dan semuanya

abstrak. Dan di museum-museum, apakah kau pernah ke

sana? Semuanya abstrak. Hanya itu yang ada sekarang. Kata

44


pamanku, dulu berbeda. Dulu sekali, kadang-kadang lukisan

mengungkapkan banyak hal, atau bahkan memperlihatkan

orang-orang.”

“Kata pamanmu, kata pamanmu. Pamanmu pasti orang

yang luar biasa.”

“Memang. Memang. Yah, aku harus pergi. Sampai jumpa,

Mr. Montag.”

“Sampai jumpa.”

“Sampai jumpa...”

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

Satu dua tiga empat lima enam tujuh hari: markas pemadam

kebakaran.

“Montag, kau memanjat tiang itu seperti burung memanjat

pohon.”

Hari ketiga.

“Montag, kulihat kau masuk dari pintu belakang kali ini.

Si Pemburu mengganggumu?”

“Tidak, tidak.”

Hari keempat.

“Montag, ada yang lucu. Baru dengar tadi pagi. Petugas

kebakaran di Seattle, sengaja menyetel Anjing Robot Pemburu

untuk mencari susunan kimiawinya sendiri, lalu melepasnya.

Bunuh diri macam apa itu namanya menurutmu?”

Lima, enam, tujuh hari.

Lalu, Clarisse menghilang. Montag tidak tahu apa yang

aneh pada siang hari itu, tetapi rasa aneh itu timbul karena

tidak melihat Clarisse di dunia ini. Halaman kosong, pohonpohon

kosong, jalanan kosong, dan meskipun mula-mula

45


dia bahkan tidak tahu bahwa dia merindukan Clarisse atau

mencarinya, yang pasti pada waktu dia tiba di kereta bawah

tanah, ada gelepar samar kegelisahan di dalam dirinya. Ada

sesuatu yang janggal, rutinitasnya terganggu. Rutinitas sederhana,

memang, yang diciptakan dalam beberapa hari saja,

namun...? Dia hampir berbalik untuk berjalan lagi, memberi

Clarisse waktu untuk muncul. Dia yakin kalau dia mencoba

rute yang sama, segala sesuatu akan beres. Tetapi hari sudah

malam, dan keretanya sudah datang, rencananya batal.

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

Kepakan kartu, gerakan tangan, kelopak mata, dengung suara

mesin jam di langit-langit markas “... 1.35, Kamis pagi,

4 November,... 1.36...1.37 pagi...” Bunyi tik-tik-tik kartu di

meja berminyak, semua bunyi itu mendatangi Montag, di balik

matanya yang terpejam, di balik benteng yang didirikannya

sementara waktu. Dia bisa merasakan markas itu penuh

kemilau dan sinar dan keheningan, warna-warna kuningan,

warna-warna koin, emas, perak. Orang-orang tak terlihat

di seberang meja mendesah di atas kartu-kartu mereka, menunggu.

“...1.45...” Jam suara itu dengan sendu mengucapkan

waktu yang dingin pada pagi yang dingin di tahun yang lebih

dingin lagi.

“Ada apa, Montag?”

Montag membuka mata.

Sebuah radio bergumam entah di mana. “...perang dapat dinyatakan

sewaktu-waktu. Negara ini siap mempertahankan...”

Markas bergetar ketika sepasukan besar pesawat jet menyiulkan

satu nada melintasi langit pagi yang hitam.

46


www.bacaan-indo.blogspot.com

Montag mengerjapkan mata. Beatty sedang memandangnya,

seakan-akan dia patung museum. Sewaktu-waktu Beatty

mungkin akan berdiri dan berjalan di sekitarnya, menyentuh,

menjelajahi rasa bersalah dan kerisiannya. Bersalah?

Rasa bersalah apa itu?

“Giliranmu, Montag.”

Montag memandang pria-pria ini, yang wajahnya

cokelat terbakar seribu api sungguhan dan sepuluh ribu api

khayalan, yang pekerjaannya membuat pipi mereka merah

dan mata mereka berkobar. Pria-pria ini, yang dengan tenang

memandang api pemantik platinum mereka saat menyalakan

pipa hitam mereka yang selalu membara. Mereka dan rambut

mereka yang sehitam arang dan alis mereka yang berwarna

jelaga dan pipi mereka yang seperti tercoreng abu kebiruan

karena dicukur sampai mulus; tetapi tradisi mereka terlihat.

Montag terlonjak, mulutnya terbuka. Pernahkah dia melihat

petugas kebakaran yang tidak punya rambut hitam, alis

hitam, wajah berkobar, wajah yang dicukur sampai biru

namun terkesan tidak tercukur? Pria-pria ini semuanya

seperti bayangan cermin dirinya sendiri! Apakah semua

petugas kebakaran dipilih berdasarkan penampilan dan juga

minat mereka, kalau begitu? Warna sisa-sisa arang dan abu

di sekitar mereka, dan bau terbakar yang terus mengepul dari

pipa mereka. Kapten Beatty di sana, bangkit dalam gumpalan

awan badai asap tembakau. Beatty membuka sebungkus baru

tembakau, meremas selotipnya menjadi bunyi api.

Montag memandang kartu-kartu di tangannya sendiri.

“Aku—aku baru berpikir. Tentang pembakaran minggu lalu.

Tentang orang yang perpustakaannya kita bereskan. Apa

yang terjadi padanya?”

“Mereka membawanya menjerit-jerit ke rumah sakit jiwa.”

47


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Dia tidak gila.”

Beatty menata kartu-kartunya dengan tenang. “Siapa pun

yang menyangka bisa mengecoh pemerintah dan kita adalah

orang gila.”

“Aku mencoba membayangkan,” kata Montag, “seperti

apa rasanya. Maksudku, kalau petugas kebakaran membakar

rumah kita dan buku-buku kita.”

“Kita tidak punya buku.”

“Tapi kalau kita punya.”

“Kau punya?”

Beatty mengerjapkan mata pelan-pelan.

“Tidak.” Montag melihat ke tembok di belakang mereka,

di sana ada ketikan daftar sejuta buku yang dilarang. Nama

buku-buku itu melompat dalam api, membakar tahun-tahun

di bawah kapak dan slangnya yang bukan menyemprotkan

air, melainkan bensin. “Tidak.” Tetapi di dalam benaknya,

angin sejuk mulai berembus dan meniupi jeruji ventilator di

rumah, dengan lembut, mendinginkan wajahnya. Dan sekali

lagi dia melihat dirinya sendiri di sebuah taman hijau, berbicara

kepada seorang pria tua, pria yang sangat tua, dan angin

dari taman itu juga dingin.

Montag ragu-ragu. “Apa—apakah selalu seperti ini sejak

dulu? Markas, rumah kita? Maksudku, anu, zaman dahulu

kala...”

“Pada zaman dahulu kala!” cetus Beatty. “Omongan macam

apa itu!”

Bodoh, kata Montag dalam hati, kau akan membocorkan

rahasiamu. Di pembakaran terakhir, sebuah buku kumpulan

dongeng, dia sempat melihat satu baris. “Maksudku,” katanya,

“dulu, sebelum rumah-rumah dibuat tahan api…“ Tibatiba

dia merasa ada suara yang jauh lebih muda dan berbicara

48


untuknya. Dia membuka mulutnya, dan Clarisse McClellanlah

yang berkata, “Bukankah petugas kebakaran mencegah

kebakaran, bukannya menyulut api dan membiarkan rumahrumah

terbakar?”

“Ada-ada saja!” Stoneman dan Black mengeluarkan buku

peraturan mereka, yang juga berisi sejarah singkat Petugas

Kebakaran Amerika, dan meletakkannya agar Montag, meskipun

sudah lama tahu isinya, bisa membacanya:

Didirikan tahun 1790 untuk membakar buku-buku berpengaruh

Inggris di Koloni-Koloni. Petugas kebakaran

pertama: Benjamin Franklin.

PERATURAN 1. Tanggapi alarm dengan cepat.

2. Nyalakan api dengan cepat.

3. Bakar segala-galanya.

4. Langsung melapor kembali ke markas.

5. Siap menunggu Alarm-Alarm lainnya.

www.bacaan-indo.blogspot.com

Semua memandang Montag. Dia tidak bergerak.

Alarm berbunyi.

Bel di langit-langit berdering dua ratus kali. Tiba-tiba ada

empat kursi kosong. Kartu-kartu berjatuhan seperti salju. Tiang

kuningan itu gemetar. Para petugas sudah menghilang.

Montag duduk di kursinya. Di bawah, naga oranye terbatuk-batuk

hidup.

Montag meluncur menuruni tiang, seperti orang yang sedang

bermimpi.

Si Anjing Pemburu meloncat di dalam kandangnya, matanya

seperti kobaran api hijau.

“Montag, kau lupa helmmu!”

49


Dia meraih helm dari tembok di belakangnya, berlari,

meloncat, dan mereka pun berangkat, angin malam menghantam-hantam

di sekeliling jeritan sirene dan guntur logam

mereka yang dahsyat!

* * *

Rumah tiga lantai itu terletak di bagian kota yang amat kuno,

dinding-dindingnya mulai mengelupas, umurnya mungkin

sudah seratus tahun, tetapi seperti semua rumah, diberi lapisan

plastik tipis tahan api bertahun-tahun lalu, dan sepertinya

hanya lapisan pengawet ini yang membuatnya masih berdiri.

“Kita sudah sampai!”

Truk berhenti dengan bunyi berdentang keras. Beatty,

Stoneman, dan Black berlari di trotoar, tiba-tiba tampak memuakkan

dan gendut dalam jaket tahan api mereka yang gemuk.

Montag mengikuti.

Mereka mendobrak pintu depan dan mencengkeram seorang

wanita, meskipun wanita itu tidak lari; dia tidak berusaha

melarikan diri. Dia hanya berdiri, tubuhnya berayun-ayun

ke kiri dan ke kanan, matanya terpaku pada kekosongan di

jendela, seakan mereka baru memukul kepalanya keras-keras.

Lidahnya bergerak-gerak di dalam mulut, dan matanya seperti

berusaha mengingat sesuatu, kemudian ingat dan lidahnya

bergerak lagi,

“’Tabahlah, Master Ridley; hari ini kita akan menyalakan

lilin di Inggris, yang dengan karunia Tuhan, aku yakin takkan

pernah padam.’”

“Cukup!” bentak Beatty. “Di mana mereka?”

Dia menampar wajah wanita itu dengan objektiitas mewww.bacaan-indo.blogspot.com

50


www.bacaan-indo.blogspot.com

ngagumkan dan mengulangi pertanyaannya. Mata wanita

tua itu terfokus pada Beatty. “Kau tahu di mana, kalau tidak,

kau tidak mungkin di sini,” katanya.

Stoneman mengulurkan kartu alarm telepon dengan laporan

yang tercantum dalam salinan telepon di belakangnya,

“Ada alasan mencurigai loteng; 11 No. Elm, Kota. E.B.”

“Itu pasti Mrs. Blake, tetanggaku,” kata wanita itu setelah

membaca inisial pada laporan tersebut.

“Ayo, semuanya, kita maju!”

Dalam sekejap mereka sudah berada dalam kegelapan

yang apak, mengayunkan kapak-kapak perak ke pintu-pintu

yang ternyata tidak dikunci, berhamburan masuk seperti

anak kecil yang berguling-guling dan berteriak. “Hei!” Hujan

buku berhamburan di atas Montag sewaktu dia menaiki tangga

curam dengan tubuh gemetaran. Merepotkan sekali! Dulu

rasanya seperti memadamkan lilin, selalu. Polisi maju lebih

dulu dan memplester mulut korban, lalu meringkusnya ke dalam

mobil-mobil hitam mereka yang berkilauan, jadi waktu

kau tiba, kau menemukan rumah yang sudah kosong. Kau tidak

menyakiti siapa-siapa, kau hanya menyakiti benda! Dan

karena benda sebenarnya tak bisa disakiti, karena benda tidak

merasakan apa-apa, dan benda tidak menjerit atau merintih,

sebagaimana wanita ini mungkin akan mulai menjerit dan

berteriak, maka tidak ada yang akan mengusik hati nuranimu

setelahnya. Kau hanya membersihkan rumah. Pekerjaan

tukang sapu, sebetulnya. Segala sesuatu kembali ke tempat

yang sepatutnya. Cepat bensinnya! Siapa yang membawa korek

api!

Tetapi sekarang, malam ini, ada yang keliru. Wanita ini

mengacaukan ritual mereka. Para petugas kebakaran terlalu

berisik, tertawa, bercanda, untuk menutupi kebisuan men-

51


www.bacaan-indo.blogspot.com

cekam penuh tuduhan dari wanita di bawah itu. Wanita itu

membuat kamar-kamar kosong meraungkan tuduhan dan

mengguncang-guncangkan debu tipis rasa bersalah yang tersedot

ke dalam lubang hidung mereka, sementara mereka menyerbu

ke mana-mana. Ini bukan kriket, juga bukan prosedur

yang benar. Montag luar biasa jengkel. Wanita itu seharusnya

tidak di sini, semuanya jadi makin runyam!

Buku-buku membombardir pundaknya, lengannya, wajahnya

yang menengadah. Sebuah buku menyala, seolah patuh,

seperti burung dara putih, di tangannya, sayapnya mengepakngepak.

Dalam cahaya remang-remang yang goyah ini, salah

satu halamannya terbuka dan menyerupai bulu seputih salju,

kata-katanya terlukiskan dengan halus di sana. Dalam hirukpikuk

dan ketergesaan itu, Montag hanya punya waktu sedetik

untuk membaca satu baris, tetapi kalimat itu membara

dalam pikirannya selama semenit berikutnya, seakan dicap

dengan baja berapi. Waktu terlena dalam sinar matahari siang.

Dia menjatuhkan buku itu. Seketika satu buku lagi jatuh ke

tangannya.

“Montag, ke atas sini!”

Tangan Montag menutup seperti mulut, mendekap buku

itu kuat-kuat, dengan pengabdian liar, dengan kegilaan yang

diiringi kekosongan pikiran. Para petugas di atas melemparkan

bersekop-sekop majalah ke udara berdebu. Majalah-majalah

itu jatuh seperti burung-burung yang dibantai, dan wanita

itu berdiri di bawah, seperti gadis cilik, di antara bangkaibangkainya.

Montag tidak melakukan apa-apa. Tangannya telah melakukan

segalanya, tangannya, yang mempunyai otak sendiri,

dengan hati nurani dan keingintahuan dalam setiap jari yang

gemetar, telah menjadi pencuri. Sekarang tangannya meng-

52


www.bacaan-indo.blogspot.com

hunjamkan buku itu kembali ke bawah lengan, menekannya

kuat-kuat ke ketiak yang berkeringat, bergegas keluar dalam

keadaan kosong, memamerkan kekosongannya seperti tukang

sulap! Lihat ini! Tidak ada apa-apa! Lihat!

Montag memandang tangan putih itu dengan terguncang.

Dia mengulurkannya jauh-jauh, seperti orang rabun dekat.

Dia mengamatinya dari dekat, seperti orang buta.

“Montag!”

Dia tersentak.

“Jangan berdiri saja di sana, tolol!”

Buku-buku tergeletak seperti gundukan-gundukan besar

ikan yang dijemur. Para petugas menari-nari dan terpeleset

dan jatuh menimpanya. Judul-judul mengilatkan mata mereka

yang keemasan, jatuh, lenyap.

“Bensin!”

Mereka memompa cairan dingin itu ke tangki-tangki berangka

451 yang diikatkan ke pundak. Mereka mengguyur tiap

buku, memompa bensin memenuhi kamar-kamar.

Mereka bergegas turun, Montag terhuyung-huyung menyusul

di tengah uap bensin.

“Ayo, perempuan!”

Wanita itu berlutut di antara buku-bukunya, menyentuh

kulit dan karton yang basah kuyup, membaca judul-judul berlapis

emas dengan jari-jarinya sementara matanya menuduh

Montag.

“Sampai kapan pun kalian tidak akan mendapatkan bukubukuku,”

katanya.

“Kau tahu hukumnya,” kata Beatty. “Mana akal sehatmu?

Tidak satu pun buku-buku itu saling setuju. Sudah bertahuntahun

kau terkurung di sini dengan Menara Babel. Sadarlah!

Orang-orang di buku-buku itu tak pernah hidup. Ayo!”

53


www.bacaan-indo.blogspot.com

Wanita itu menggeleng.

“Seluruh rumah akan dibakar habis,” kata Beatty.

Para petugas berjalan kikuk ke pintu. Mereka menoleh kepada

Montag yang berdiri di dekat wanita itu.

“Masa kalian mau meninggalkan dia di sini?” protesnya.

“Dia tidak mau ikut.”

“Paksa dia, kalau begitu!”

Beatty mengangkat tangannya yang menyembunyikan

pemantik. “Kita harus kembali ke pangkalan. Lagi pula, fanatik-fanatik

ini selalu mencoba bunuh diri; pola itu sudah

umum.”

Montag meletakkan tangannya di siku wanita itu. “Kau

bisa ikut denganku.”

“Tidak,” jawab wanita itu. “Tapi terima kasih.”

“Kuhitung sampai sepuluh,” kata Beatty. “Satu. Dua.”

“Kumohon,” kata Montag.

“Pergilah,” kata wanita itu.

“Tiga. Empat.”

“Sini.” Montag menarik wanita itu.

Wanita itu menyahut lirih, “Aku ingin di sini saja.”

“Lima. Enam.”

“Kau boleh berhenti menghitung,” kata wanita itu. Dibukanya

sedikit jemari salah satu tangannya, dan di telapaknya

ada benda langsing.

Sebatang korek api.

Melihat itu, para petugas menghambur keluar dan menjauh

dari rumah itu. Untuk menjaga harga dirinya Kapten Beatty

mundur perlahan-lahan dari pintu depan, wajahnya yang

merah muda menjadi cokelat dan mengilap setelah terpapar

seribu api dan keriuhan malam-malam. Ya Tuhan, pikir

Montag, benar sekali! Alarm selalu datang pada malam hari.

54


Tak pernah siang hari! Apakah karena api lebih cantik pada

malam hari? Lebih seru dijadikan tontonan, pertunjukan

yang lebih bagus? Wajah Beatty yang merah muda kini

menunjukkan panik teramat samar di pintu. Tangan si wanita

berkejat pada satu batang korek api itu. Uap bensin mengepul

di sekelilingnya. Montag merasakan buku yang tersembunyi

itu menggedor-gedor seperti jantung di dadanya.

“Pergilah,” kata wanita itu; Montag mundur dan keluar

dari pintu, menyusul Beatty, menuruni tangga, melintasi halaman,

tempat aliran bensin membentuk jalan setapak seperti

jejak seekor siput jahat.

Di beranda depan, tempat dia tadi datang untuk mengamati

mereka dengan tenang—ketenangan yang memancarkan

tuduhan—wanita itu berdiri bergeming.

Beatty menjentikkan jari untuk menyulut bensin.

Dia terlambat. Napas Montag tersentak.

Wanita di beranda itu mengulurkan tangan kepada mereka

semua, penuh kebencian, dan menggoreskan korek api ke

pagar pembatas.

Di sepanjang jalan itu, orang-orang berlari keluar dari

rumah-rumah.

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

Mereka tidak mengatakan apa-apa sepanjang perjalanan

kembali ke markas. Tidak saling pandang. Montag duduk di

kursi depan bersama Beatty dan Black. Mereka bahkan tidak

mengisap pipa. Mereka duduk memandangi bagian depan

Salamander yang perkasa sambil membelok di tikungan dan

terus melaju tanpa bersuara.

55


“Master Ridley,” kata Montag akhirnya.

“Apa?” tanya Beatty.

“Dia berkata, ‘Master Ridley.’ Dia mengatakan sesuatu

yang tidak masuk akal waktu kita masuk. ‘Tabahlah,’ katanya,

‘Master Ridley.’ Sesuatu, sesuatu, sesuatu.”

“’Hari ini kita akan menyalakan lilin di Inggris, yang dengan

karunia Tuhan, aku yakin takkan pernah padam,’” kata

Beatty. Stoneman melirik Kapten, begitu juga Montag, terperanjat.

Beatty mengusap dagunya. “Seseorang bernama Latimer

mengatakan itu kepada seseorang bernama Nicholas Ridley,

sewaktu mereka dibakar hidup-hidup di Oxford, karena ajaran

sesat, pada tanggal 16 Oktober 1555.”

Montag dan Stoneman kembali memandangi jalanan yang

bergerak di bawah roda-roda truk.

“Banyak yang kuketahui sedikit-sedikit,” kata Beatty.

“Kebanyakan kapten pembakaran harus begitu. Kadangkadang

aku sendiri kaget. Awas, Stoneman!”

Stonemen mengerem truk.

“Sialan!” kata Beatty. “Kau melewati tikungan, padahal

kita seharusnya membelok di sana untuk ke markas.”

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

“Siapa itu?”

“Siapa lagi?” ujar Montag sambil bersandar ke pintu yang

tertutup dalam kegelapan.

Istrinya akhirnya berkata, “Yah, nyalakan lampu.”

“Aku tidak ingin lampu menyala.”

“Kemarilah, ke ranjang.”

56


www.bacaan-indo.blogspot.com

Montag mendengar istrinya memutar tubuh dengan tak

sabar; pegas-pegas ranjang berdecit.

“Kau mabuk?” tanya Mildred.

Jadi, tangannya itulah yang mengawali segalanya. Montag

merasakan satu tangan, lalu tangan satunya, melepaskan

jaketnya dan membiarkannya jatuh ke lantai. Dia mengulurkan

celananya ke jurang dan membiarkannya jatuh ke dalam

kegelapan. Telapak tangannya telah terinfeksi, dan tak

lama lagi lengannya juga akan kena. Dia bisa merasakan racun

itu merambah ke pergelangan tangan dan ke dalam siku

dan pundaknya, lalu meloncat dari pundak ke pundak seperti

percikan api melompati celah. Tangannya lapar sekali. Dan

matanya juga mulai lapar, seakan matanya harus melihat sesuatu,

apa saja, segalanya.

Istrinya bertanya, “Kau sedang apa, sih?”

Montag mengambang di angkasa, sementara jari-jarinya

yang dingin dan berkeringat memegang buku itu.

Semenit kemudian, Mildred berkata, “Ayo, jangan berdiri

saja di tengah lantai.”

Montag mengeluarkan bunyi kecil.

“Apa?” tanya Mildred.

Montag mengeluarkan bunyi-bunyi lirih lagi. Dia terhuyung

ke arah ranjang dan dengan kikuk menjejalkan buku itu

ke bawah bantal yang dingin. Dia terempas ke ranjang dan istrinya

terpekik kaget. Dia berbaring di seberang kamar, jauh

dari istrinya, di pulau musim dingin yang dipisahkan oleh

lautan kosong. Mildred berbicara kepadanya, rasanya lama

sekali, dan dia berbicara tentang ini dan itu dan yang diucapkannya

hanyalah kata-kata, seperti kata-kata yang dulu didengar

Montag di kamar bayi seorang temannya, anak berusia

dua tahun yang sedang belajar merangkai kata, mengocehkan

57


kata-kata karangannya, membuat bunyi-bunyian manis di

udara. Tetapi Montag tidak mengatakan apa-apa, dan setelah

lama sekali, karena dia hanya mengeluarkan bunyi-bunyi

kecil, dia merasa Mildred bergerak di kamar itu dan menghampiri

ranjangnya, berdiri memandangnya dan mengulurkan

tangan untuk meraba pipinya. Dia tahu ketika Mildred

menarik tangannya dari wajahnya, tangan itu basah.

* * *

Larut malam, dia melihat ke arah Mildred. Istrinya masih

terjaga. Ada tarian mungil melodi di udara, Seashell-nya tertancap

lagi di telinga dan dia sedang mendengarkan orangorang

yang jauh di tempat-tempat jauh, matanya terbuka

lebar, memandangi angkasa kegelapan di atasnya, di langitlangit.

Bukankah ada lelucon kuno tentang istri yang terlalu banyak

mengobrol di telepon sehingga suaminya yang putus

asa berlari ke toko terdekat di luar, lalu meneleponnya untuk

menanyakan apa menu makan malam? Nah, kalau begitu,

kenapa dia tidak membeli saja stasiun siaran audio-Seashell

untuk dirinya sendiri dan mengobrol dengan istrinya malam-malam,

bergumam, berbisik, berteriak, menjerit, membentak.

Tetapi apa yang akan dibisikkannya, apa yang akan

diteriakkannya? Apa yang bisa dikatakannya?

Dan sekonyong-konyong Mildred begitu asing sehingga

Montag merasa tidak mengenalnya sama sekali. Dia berada

di rumah orang lain, seperti lelucon-lelucon lain itu, tentang

pria mabuk yang pulang malam-malam, membuka kunci pintu

yang salah, masuk ke kamar yang salah, dan tidur bersawww.bacaan-indo.blogspot.com

58


www.bacaan-indo.blogspot.com

ma orang tak dikenal, lalu bangun pagi-pagi dan pergi bekerja

dan dua-duanya tetap tidak menyadari kekeliruan itu.

“Millie...?” bisiknya.

“Apa?”

“Aku tidak bermaksud mengagetkanmu. Aku hanya ingin

tahu...”

“Ya?”

“Kapan kita bertemu? Dan di mana?”

“Kapan kita bertemu untuk apa?” tanya Mildred.

“Maksudku—mulanya.”

Dia tahu Mildred pasti sedang mengerutkan kening di tengah

kegelapan.

Dia menjelaskan pertanyaannya. “Pertama kali kita bertemu,

di mana itu, dan kapan?”

“Lho, kan di…“

Mildred terdiam.

“Aku tidak tahu,” katanya.

Montag kecewa. “Tidak bisakah kau ingat?”

“Sudah lama sekali.”

“Baru sepuluh tahun, itu saja, baru sepuluh!”

“Tidak usah emosi, aku sedang berpikir.” Mildred tertawa,

tawa kecil dan janggal yang makin nyaring. “Lucu, lucu

sekali, tidak ingat di mana atau kapan kau bertemu orang

yang akan menjadi suami atau istrimu.”

Montag berbaring sambil mengurut matanya, keningnya,

dan tengkuknya, lambat-lambat. Dia menekan-nekan matanya

dengan kedua tangan, seakan ingin memaksakan sebuah

kenangan masuk ke sana. Tiba-tiba tak ada yang lebih penting

di dunia ini selain mengetahui di mana dia dulu berkenalan

dengan Mildred.

“Tidak penting.” Mildred bangun, ada di kamar mandi

59


www.bacaan-indo.blogspot.com

sekarang, dan Montag mendengar air mengucur dan bunyi

menelan.

“Tidak, kurasa tidak,” sahutnya.

Dia mencoba menghitung berapa kali Mildred menelan

air, dan dia berpikir tentang kunjungan dua pria berwajah putih

dengan rokok terselip di garis mulut mereka yang lurus,

dan Ular Bermata Elektronik yang memutar turun ke dalam

lapisan demi lapisan malam dan batu dan mata air yang tak

bergerak, dan dia ingin berseru kepada istrinya, berapa banyak

yang kauminum malam ini! Kapsul-kapsul itu! Berapa

banyak yang akan kauminum nanti tanpa setahumu? Dan terus

begitu, setiap jam! Atau mungkin bukan malam ini, besok

malam! Dan aku tidak tidur malam ini atau besok malam atau

malam kapan pun sampai lama sekali, karena sekarang ini

sudah dimulai. Dan dia berpikir tentang Mildred yang tergeletak

di ranjang sementara kedua teknisi itu berdiri tegak memandangnya,

tidak membungkuk penuh keprihatinan, hanya

berdiri tegak dengan lengan terlipat. Dan dia teringat waktu

itu dia berpikir, kalau Mildred mati, dia yakin tidak akan menangis.

Karena kematian Mildred hanyalah kematian seraut

wajah jalanan tak dikenal, sebuah foto di surat kabar, dan

tiba-tiba rasanya sungguh keliru bahwa dia mulai menangis,

bukan karena kematian itu, tetapi karena memikirkan tidak

menangisi suatu kematian, pria hampa yang bodoh di dekat

wanita hampa yang bodoh, sementara ular yang lapar membuat

wanita itu makin hampa saja.

Bagaimana kau bisa menjadi begitu hampa? pikirnya. Siapa

yang mengosongkan isimu? Dan bunga brengsek tempo

hari itu, dandelion itu! Bunga itu telah mengungkapkan segala-galanya,

kan? “Sayang sekali! Kau tidak mencintai siapa

pun!” Dan mengapa tidak?

60


www.bacaan-indo.blogspot.com

Yah, bukankah ada tembok antara dirinya dan Mildred,

kalau mau jujur? Bukan cuma satu tembok, malah, tetapi tiga,

sejauh ini! Tembok-tembok yang mahal pula! Dan para paman,

bibi, sepupu, keponakan laki-laki dan perempuan yang

hidup dalam tembok-tembok itu, gerombolan monyet hutan

yang terus mengoceh tetapi tak pernah mengatakan apa-apa;

tak pernah, tak pernah; mereka hanya berbicara lantang, lantang,

lantang. Sejak awal sekali Montag sudah menyebut mereka

kerabat. “Bagaimana kabar Paman Louis hari ini?” “Siapa?”

“Dan Bibi Maude?” Kenangannya yang paling kuat tentang

Mildred, sesungguhnya, adalah tentang seorang gadis

cilik di hutan tak berpohon (aneh sekali!), atau lebih tepatnya

gadis cilik yang tersesat di dataran tinggi di mana dulunya

ada pohon (kau bisa merasakan kenangan akan bentuk-bentuknya

di sekelilingmu), duduk di tengah “ruang keluarga”.

Ruang keluarga; nama yang bagus sekali. Tak peduli kapan

dia masuk, tembok-tembok itu selalu sedang berbicara kepada

Mildred.

“Harus ada tindakan!”

“Ya, harus ada tindakan!”

“Kalau begitu, jangan cuma berdiri dan berbicara!”

“Ayo kita lakukan!”

“Aku begitu marah sampai mau meludah rasanya!”

Apa sebenarnya maksud mereka? Mildred tak bisa menjelaskan.

Siapa marah pada siapa? Mildred tidak tahu. Apa

yang hendak mereka lakukan? Yah, kata Mildred, tunggu saja

nanti.

Dia sudah menunggu.

Bunyi seperti badai menyembur dari tembok-tembok.

Musik membombardirnya dengan volume begitu dahsyat sehingga

tulang-tulangnya serasa terlepas; rahangnya bergetar,

61


www.bacaan-indo.blogspot.com

matanya terlambung-lambung di dalam kepala. Dia korban

gegar otak. Setelah ini usai, dia merasa seperti baru jatuh dari

tebing, terseret pusaran air dan dimuntahkan ke air terjun

yang meluncur dan terus meluncur ke dalam kehampaan dan

kehampaan dan tidak pernah—benar-benar—menyentuh—

dasarnya—tidak pernah—tidak pernah—benar-benar—tidak

tidak pernah—menyentuh—dasarnya... dan kau meluncur

begitu cepat sehingga kau juga tidak menyentuh sisi-sisinya...

tidak pernah... benar-benar... menyentuh... apa-apa...

Badai mereda. Musik padam.

“Sudah,” kata Mildred.

Dan memang sungguh luar biasa. Sesuatu telah terjadi.

Meskipun orang-orang di dalam tembok-tembok ruangan

itu hampir tak bergerak, dan tidak ada yang benar-benar dituntaskan,

kau mendapat kesan bahwa ada yang menyalakan

mesin cuci atau menyedotmu ke dalam mesin penyedot debu

raksasa. Kau tenggelam dalam musik dan bunyi-bunyian

campur-aduk. Dia keluar dari ruangan itu dalam keadaan berkeringat

dan nyaris pingsan. Di belakangnya, Mildred duduk

di kursinya dan suara-suara itu mulai lagi:

“Yah, semuanya akan beres sekarang,” kata seorang “bibi”.

“Oh, jangan terlalu yakin,” sahut seorang “sepupu”.

“Ayolah, jangan marah!”

“Siapa yang marah?”

“Kau yang marah!”

“Aku?”

“Kau marah!”

“Untuk apa aku marah?”

“Karena!”

“Baik, baik,” seru Montag, “tapi kenapa mereka marah?

Siapa orang-orang ini? Siapa pria itu dan siapa wanita itu?

62


www.bacaan-indo.blogspot.com

Apakah mereka suami-istri, apakah mereka sudah bercerai,

bertunangan, atau apa? Demi Tuhan, tidak ada yang jelas.”

“Mereka—“ kata Mildred—“anu, mereka—begini, mereka

bertengkar. Mereka memang sering bertengkar. Kau seharusnya

mendengarkan. Menurutku mereka suami-istri. Ya, mereka

suami-istri. Kenapa?”

Dan kalau bukan tiga tembok yang sebentar lagi akan

menjadi empat dan impian yang sempurna, maka yang diingatnya

adalah mobil yang terbuka dan Mildred yang menyetir

dengan kecepatan 160 kilometer per jam melintasi kota,

sementara dia berteriak kepada Mildred dan Mildred balas

berteriak dan mereka berusaha mendengar perkataan satu

sama lain, tetapi hanya mendengar jeritan mobil. “Paling tidak,

kurangi kecepatan sampai minimum!” teriak Montag.

“Apa?” seru Milred. “Kurangi kecepatan sampai minimum,

sembilan puluh!” teriaknya. “Sampai apa?” jerit Mildred.

“Kecepatan!” teriak Montag. Dan Mildred menambah kecepatan

menjadi 170 kilometer per jam sehingga napas seakan

tercabik dari mulutnya.

Ketika mereka turun dari mobil, Seashells sudah tertancap

di telinga Mildred.

Hening. Hanya angin yang berembus lembut.

“Mildred.” Montag bergerak sedikit di ranjangnya.

Dia menjulurkan tangan dan mencabut serangga musik

mungil dari telinga istrinya. “Mildred. Mildred?”

“Ya.” Suaranya sayup.

Montag merasa seperti salah satu makhluk yang diselipkan

secara elektronik di antara lubang-lubang pada temboktembok

yang bersuara dan berwarna itu, berbicara, tetapi perkataan

mereka tidak menembus penghalang kristal itu. Dia

hanya bisa berpantomim, berharap Mildred akan menoleh

dan melihatnya. Mereka tak bisa bersentuhan dari balik kaca.

63


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Mildred, tahukah kau gadis yang kuceritakan kepadamu

itu?”

“Gadis yang mana?” Mildred sudah hampir tertidur.

“Gadis tetangga.”

“Gadis tetangga yang mana?”

“Kau tahu, gadis SMA itu. Clarisse, namanya.”

“Oh, ya,” sahut istrinya.

“Sudah beberapa hari aku tidak melihatnya—tepatnya empat

hari. Kau pernah melihatnya?”

“Tidak.”

“Sudah beberapa lama aku ingin berbicara denganmu tentang

dia. Aneh.”

“Oh, aku tahu gadis yang kaumaksud.”

“Sudah kuduga.”

“Dia,” kata Mildred di kamar gelap itu.

“Kenapa dia?” tanya Montag.

“Aku berniat bercerita kepadamu. Lupa. Lupa.”

“Ceritakan saja sekarang. Ada apa?”

“Kurasa dia sudah tiada.”

“Tiada?”

“Seluruh keluarganya pindah entah ke mana. Tapi dia sudah

tiada selama-lamanya. Kurasa dia sudah mati.”

“Tidak mungkin kita membicarakan gadis yang sama.”

“Tidak. Gadis yang sama. McClellan. McClellan. Ditabrak

mobil. Empat hari yang lalu. Aku tidak yakin. Tapi menurutku

dia sudah mati. Pokoknya keluarganya pindah. Entah.

Tapi menurutku dia sudah mati.”

“Masa kau yakin!”

“Tidak, tidak yakin. Cukup yakin.”

“Kenapa kau tidak memberitahuku lebih cepat?”

“Lupa.”

64


“Empat hari yang lalu!”

“Aku lupa sama sekali.”

“Empat hari yang lalu,” kata Montag lirih, sambil berbaring

di ranjangnya.

Mereka berbaring di kamar gelap itu tanpa bergerak, kedua-duanya.

“Selamat malam,” kata Mildred.

Montag mendengar gemerisik samar. Tangan Mildred

bergerak. Radio mini elektrik itu bergerak seperti belalang

sembah di bantal, disentuh tangannya. Sekarang benda itu

ada di telinganya lagi, berdengung.

Dia mendengarkan dan istrinya bernyanyi lirih.

Di luar rumah, sebuah bayangan bergerak, angin musim

gugur mulai berembus, lalu memudar. Tetapi ada sesuatu lagi

dalam keheningan yang didengarnya. Bunyinya seperti napas

diembuskan ke jendela. Seperti gerakan samar asap bercahaya

kehijauan, gerakan satu helai daun Oktober amat besar yang

tertiup melintasi halaman, lalu menghilang.

Si Pemburu, pikirnya. Dia ada di luar malam ini. Di luar

sana sekarang. Kalau aku membuka jendela...

Dia tidak membuka jendela.

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

Paginya, dia demam dan tubuhnya meriang.

“Masa kau sakit,” kata Mildred.

Montag memejamkan mata karena tubuhnya terasa panas.

“Ya.”

“Tapi tadi malam kau baik-baik saja.”

“Tidak, aku tidak baik-baik saja tadi malam.” Dia mendengar

para “kerabat” berteriak-teriak di ruang duduk.

65


www.bacaan-indo.blogspot.com

Mildred berdiri memandanginya dengan rasa ingin tahu.

Dia merasakan Mildred di sana, melihatnya tanpa membuka

mata, rambut Mildred yang dibakar bahan-bahan kimia

sampai menjadi jerami rapuh, matanya yang dilapisi semacam

katarak tak terlihat, tetapi diduga ada jauh di belakang

pupil-pupilnya, bibirnya yang manyun dan merah, tubuhnya

yang sekurus belalang sembah karena diet, dan kulitnya yang

seperti daging asap putih. Dia tak bisa mengingat Mildred

dalam sosok yang berbeda.

“Bisakah kau mengambilkan aspirin dan air?”

“Kau harus bangun,” ujar Mildred. “Sudah tengah hari.

Kau tidur lima jam lebih lama.”

“Bisakah kau mematikan ruang duduk?” tanya Montag.

“Itu keluargaku.”

“Bisakah kau mematikannya untuk orang yang sakit?”

“Aku akan mengecilkan suaranya.”

Mildred keluar dari kamar dan tidak melakukan apa-apa

di ruang duduk, lalu kembali. “Apakah itu lebih baik?”

“Trims.”

“Itu acara favoritku,” kata Mildred.

“Bagaimana aspirinnya?”

“Kau belum pernah sakit.” Mildred keluar lagi.

“Yah, aku sakit sekarang. Aku tidak akan bekerja malam

ini. Tolong teleponkan Beatty.”

“Kau bertingkah aneh semalam.” Mildred kembali sambil

bergumam.

“Di mana aspirinnya?” Montag melirik gelas air yang disodorkan

kepadanya.

“Oh.” Mildred berjalan ke kamar mandi lagi. “Apakah terjadi

sesuatu?”

“Hanya kebakaran.”

66


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Malamku menyenangkan,” kata Mildred di kamar mandi.

“Melakukan apa?”

“Ruang duduk.”

“Ada apa di ruang duduk?”

“Acara.”

“Acara apa?”

“Beberapa yang terbaik.”

“Siapa?”

“Oh, kau tahu, mereka semua.”

“Ya, mereka semua, mereka semua, mereka semua.” Dia

menekan rasa sakit di matanya, dan tiba-tiba bau bensin

membuatnya muntah.

Mildred masuk sambil bersenandung. Terkejut. “Kenapa

kau melakukan itu?”

Montag memandang lantai dengan kesal. “Kami membakar

seorang wanita tua bersama buku-bukunya.”

“Untunglah karpet bisa dicuci.” Mildred mengambil lap

dan mulai menggosok karpet. “Aku pergi ke rumah Helen

tadi malam.”

“Apa kau tidak bisa menonton acara-acara itu di ruang dudukmu

sendiri?”

“Memang bisa, tapi senang juga bertamu.”

Dia pergi ke ruang duduk. Montag mendengarnya bernyanyi.

“Mildred?” serunya.

Mildred kembali sambil bernyanyi dan menjentikkan jari

dengan lembut.

“Apa kau tidak akan menanyai aku tentang semalam?” tanya

Montag.

“Memangnya kenapa semalam?”

“Kami membakar seribu buku. Kami membakar seorang

wanita.”

67


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Lalu?”

Ruang duduk dipenuhi bunyi-bunyi membahana.

“Kami membakar buku-buku Dante dan Swift dan Marcus

Aurelius.”

“Bukankah dia orang Eropa?”

“Kurang-lebih.”

“Bukankah dia radikal?”

“Aku tidak pernah membaca bukunya.”

“Dia radikal.” Mildred memain-mainkan telepon. “Kau

tidak memintaku menelepon Kapten Beatty, kan?”

“Harus!”

“Jangan berteriak!”

“Aku tidak berteriak.” Montag duduk di ranjang, sekonyong-konyong

mengamuk dan wajahnya memerah, tubuhnya

gemetaran. Ruang duduk meraung dalam udara panas.

“Aku tidak bisa meneleponnya. Aku tidak bisa memberitahunya

bahwa aku sakit.”

“Kenapa?”

Karena kau takut, pikirnya. Anak kecil yang pura-pura

sakit, takut menelepon karena setelah berdiskusi sebentar,

percakapan akan seperti ini: “Ya, Kapten, aku sudah merasa

enakan. Aku akan masuk jam sepuluh nanti malam.”

“Kau tidak sakit,” kata Mildred.

Montag terempas kembali ke ranjang. Dia merogoh ke bawah

bantal. Buku yang tersembunyi itu masih di sana.

“Mildred, bagaimana kalau, misalnya, aku berhenti dari

pekerjaanku untuk beberapa lama?”

“Kau ingin kehilangan semua ini? Setelah bertahun-tahun

bekerja, hanya karena suatu malam, seorang wanita dan

buku-bukunya…“

“Kau seharusnya melihat wanita itu, Millie!”

68


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Dia bukan siapa-siapa bagiku; dia seharusnya tidak punya

buku. Itu tanggung jawabnya, dia seharusnya sudah memikirkan

itu. Aku membencinya. Dia membuatmu emosi, dan

tiba-tiba saja kita sudah menggelandang nanti, tidak punya

rumah, tidak punya pekerjaan, tidak punya apa pun.”

“Kau tidak di sana semalam, kau tidak melihat,” kata

Montag. “Pasti ada sesuatu dalam buku-buku, hal-hal yang

tak bisa kita bayangkan, sampai-sampai ada wanita yang mau

tetap di dalam rumah terbakar; pasti ada sesuatu di sana. Kau

tidak mungkin diam saja tanpa alasan.”

“Dia terbelakang.”

“Dia rasional seperti kau dan aku, bahkan mungkin lebih

rasional, dan kami membakarnya.”

“Nasi sudah menjadi bubur.”

“Bukan, bukan bubur; api. Kau pernah melihat rumah terbakar?

Rumah itu membara berhari-hari. Yah, api ini bakal

mengejarku seumur hidup. Ya Tuhan! Sepanjang malam aku

berusaha melupakannya. Aku serasa mau gila.”

“Kau semestinya sudah memikirkan itu sebelum menjadi

petugas kebakaran.”

“Memikirkan!” kata Montag. “Memangnya aku diberi pilihan?

Kakekku dan ayahku petugas kebakaran. Dalam tidurku,

aku berlari mengejar mereka.”

Ruang duduk memainkan lagu berirama disko.

“Hari ini kau ikut giliran kerja pagi,” kata Mildred. “Seharusnya

kau sudah berangkat dua jam yang lalu. Aku baru

sadar.”

“Bukan hanya wanita yang mati itu,” kata Montag. “Semalam

aku memikirkan semua bensin yang kupakai selama

sepuluh tahun terakhir ini. Dan aku memikirkan buku. Dan

untuk pertama kali aku menyadari ada orang di balik seti-

69


www.bacaan-indo.blogspot.com

ap buku itu. Ada orang yang harus memikirkan isinya. Ada

orang yang harus menghabiskan waktu lama sekali untuk

menuliskannya di kertas. Dan aku bahkan tidak pernah memikirkan

ini sebelumnya.” Dia turun dari ranjang.

“Ada orang yang membutuhkan waktu mungkin seumur

hidupnya untuk menuliskan isi pikirannya, melihat dunia

dan hidup di sekelilingnya, lalu aku datang dan dalam dua

menit saja, byaaar! Habislah semuanya.”

“Jangan ganggu aku,” kata Mildred. “Aku kan tidak melakukan

apa-apa.”

“Jangan ganggu aku! Itu gampang, tapi bagaimana aku

bisa tidak mengganggu diriku sendiri? Kita seharusnya tidak

perlu tidak diganggu. Sesekali kita perlu sangat terganggu.

Sudah berapa lama kau tidak sungguh-sungguh terganggu?

Tentang sesuatu yang penting, tentang sesuatu yang nyata?”

Lalu dia diam, karena dia teringat minggu lalu dan dua

batu putih yang menatap langit-langit, dan ular pompa dengan

mata menyelidik dan dua pria berwajah sabun dengan

rokok bergerak-gerak di mulut sewaktu mereka berbicara.

Tetapi itu Mildred yang lain, itu Mildred yang begitu jauh

di dalam Mildred yang ini, dan begitu terganggu, sungguhsungguh

terganggu, karena dua wanita itu belum pernah bertemu.

Montag memalingkan wajah.

Mildred berkata, “Lihat sekarang, gara-gara kau. Di depan

rumah. Lihat siapa yang ke sini.”

“Aku tidak peduli.”

“Ada mobil Burung Api baru datang, dan seorang pria berkemeja

hitam dengan tato ular oranye di lengannya berjalan

ke depan.”

“Kapten Beatty?” tanya Montag.

“Kapten Beatty.”

70


www.bacaan-indo.blogspot.com

Montag tidak bergerak, tetapi berdiri memandangi warna

putih yang dingin pada tembok tepat di depannya.

“Persilakan dia masuk, ya? Beritahu dia, aku sakit.”

“Beritahu saja sendiri!” Mildred berlari beberapa langkah

ke satu arah, lalu beberapa langkah ke arah lain, lalu berhenti,

terbelalak, sementara pengeras suara di pintu depan memanggil

namanya dengan lembut, lembut, Mrs. Montag, Mrs.

Montag, ada orang datang, ada orang datang, Mrs. Montag,

Mrs. Montag, ada orang datang. Meredup.

Montag memastikan buku itu tersembunyi dengan baik

di bawah bantalnya, perlahan-lahan dia naik kembali ke ranjang,

menata selimut menutupi lutut dan dadanya, setengah

duduk, dan setelah beberapa saat, Mildred bergerak dan keluar

dari kamar, dan Kapten Beatty berjalan masuk dengan

tangan di dalam saku.

“Diamkan para ‘kerabatmu’ itu,” kata Beatty sambil melihat-lihat

segala sesuatu di sekelilingnya, kecuali Montag dan

istrinya.

Kali ini Mildred berlari. Suara-suara berceloteh di ruang

duduk berhenti berteriak-teriak.

Kapten Beatty duduk di kursi yang paling nyaman, dengan

mimik tenteram di wajahnya yang kemerahan. Tanpa

terburu-buru dia menyiapkan dan menyalakan pipa kuningannya,

lalu mengembuskan gumpalan asap tebal. “Aku cuma

ingin mampir dan melihat keadaan si sakit.”

“Dari mana kau tahu?”

Beatty menyunggingkan senyuman yang menunjukkan

gusi merah muda seperti permen dan gigi-gigi putih seperti

permen kecil. “Aku sudah melihat macam-macam. Kau berniat

izin tidak masuk.”

Montag duduk di ranjang.

71


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Yah,” kata Beatty, “izin saja, tidak apa-apa!” Dia mengamati

kotak koreknya yang selalu sama, yang di penutupnya

tercantum tulisan DIJAMIN: PEMANTIK INI BISA ME-

NYALAKAN API SATU JUTA KALI, dan mulai menggoreskan

korek kimiawi itu sambil melamun, meniupnya,

menggores, meniup, menggores, mengucapkan beberapa patah

kata, meniup. Dia memandangi lidah api itu. Dia meniup,

lalu memandangi asapnya. “Kapan kau akan sehat?”

“Besok. Mungkin besoknya lagi. Hari pertama minggu

ini.”

Beatty meniup pipanya. “Setiap petugas kebakaran,

cepat atau lambat, mencapai tahap ini. Mereka hanya perlu

mengerti, perlu tahu cara kerja kita. Perlu tahu sejarah profesi

kita. Mereka tidak menanamkannya pada orang-orang baru

seperti dulu. Sayang sekali.” Tiup. “Hanya kepala-kepala tim

kebakaran yang ingat sekarang.” Tiup. “Akan kuceritakan

padamu.”

Mildred bergerak-gerak gelisah.

Beatty mengambil waktu satu menit penuh untuk mengatur

duduknya agar nyaman dan memikirkan kembali apa

yang ingin dikatakannya.

“Kapan dimulainya semua ini, tanyamu, pekerjaan kita

ini, dari mana asalnya, di mana, kapan? Yah, menurutku mulainya

kurang-lebih pada Perang Saudara. Meskipun menurut

buku peraturan kita, profesi ini sudah didirikan sebelumnya.

Faktanya, kita baru hidup rukun setelah bidang fotograi benar-benar

mantap. Kemudian—ilm di awal abad kedua puluh.

Radio. Televisi. Hal-hal itu semakin banyak dikonsumsi.”

Montag duduk di ranjang, tak bergerak.

“Dan karena semakin banyak dikonsumsi, mereka dibuat

lebih sederhana,” kata Beatty. “Dulu, buku hanya menarik

72


www.bacaan-indo.blogspot.com

beberapa orang, di sini, di sana, di mana-mana. Menjadi berbeda

tidak merugikan orang-orang ini. Dunia masih lapang.

Tetapi lalu dunia menjadi penuh dengan mata dan siku dan

mulut. Populasi meningkat dua, tiga, empat kali lipat. Film

dan radio, majalah, buku, terus merosot mutunya sampai

menjadi amat hambar, kau mengerti?”

“Kurasa ya.”

Beatty memandangi pola asap yang ditiupnya ke udara.

“Bayangkan. Manusia abad kesembilan belas dengan kuda,

anjing, gerobak, gerak lambat. Lalu, pada abad kedua puluh,

percepat kameramu. Buku-buku diperpendek. Diringkas.

Rangkuman, Tabloid. Segala sesuatu mengutamakan akhir

yang cepat dan mengagetkan.”

“Akhir yang cepat.” Mildred mengangguk.

“Karya-karya klasik dipotong menjadi acara radio

sepanjang lima belas menit, lalu dipotong lagi untuk mengisi

acara bedah buku sepanjang dua menit, dan akhirnya menjadi

ringkasan kamus sepanjang sepuluh atau dua belas baris.

Tentu saja aku membesar-besarkan. Kamus-kamus itu untuk

referensi. Tetapi banyak orang yang hanya tahu Hamlet (kau

pasti tahu judul ini, Montag; mungkin hanya pernah terdengar

samar-samar olehmu, Mrs. Montag), yang hanya tahu

Hamlet, seperti kubilang tadi, dari ringkasan satu halaman

dalam sebuah buku yang berkata: sekarang akhirnya Anda bisa

membaca semua karya klasik; jangan mau kalah dengan tetanggatetangga

Anda. Kau mengerti? Dari kamar bayi ke perguruan

tinggi dan kembali lagi ke kamar bayi; begitulah tahapan

intelektual dunia selama sedikitnya lima abad terakhir.”

Mildred bangkit dan mulai mengelilingi kamar itu, memunguti

ini dan itu dan meletakkannya lagi. Beatty tidak

mengacuhkannya dan melanjutkan,

73


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Percepat ilmnya, Montag, cepat. Klik, Foto, Lihat, Mata,

Sekarang, Jentik, Di Sini, Di Sana, Cepat, Maju, Naik, Turun,

Masuk, Keluar, Kenapa, Bagaimana, Siapa, Apa, Di Mana, Hm?

Uh! Dor! Plak! Lari, Dar, Der, Dor! Ringkas-ringkas, ringkasringkas-ringkas.

Politik? Satu kolom, dua kalimat, satu tajuk

berita! Lalu, di udara, semua hilang! Putar otak orang begitu

cepat di bawah tangan-tangan penerbit, pemeralat, penyiar

yang terus memompa sehingga mesin pemilah membuang semua

pikiran yang tidak perlu dan membuang-buang waktu!”

Mildred merapikan seprai-seprai. Montag merasa jantungnya

meloncat dan meloncat lagi sewaktu istrinya menepuk

bantalnya. Sekarang Mildred menarik pundaknya, menyuruhnya

bergeser agar dia bisa mengeluarkan bantal, merapikannya,

dan memasukkannya kembali. Dan mungkin berteriak

dan melotot atau hanya merogohkan tangan dan bertanya,

“Apa ini?” dan mengangkat buku yang tersembunyi itu

dengan keluguan mengharukan.

“Sekolah diperpendek, disiplin dikendurkan, ilsafat, sejarah,

dan bahasa dihapus, bahasa Inggris dan mengeja perlahan-lahan…

perlahan-lahan ditelantarkan, akhirnya hampir

sepenuhnya diabaikan. Hidup adalah saat ini, pekerjaan menjadi

penting, kenikmatan ada di mana-mana setelah selesai

bekerja. Untuk apa belajar apa pun selain memencet tombol,

menarik saklar, memasang baut dan paku?”

“Sini kubenahi bantalmu,” ujar Mildred.

“Jangan!” bisik Montag.

“Ritsleting menggantikan kancing, dan manusia kehilangan

perbedaan waktu sebesar itu untuk berpikir waktu berganti

baju di saat fajar, saat yang ilosois, dan melankolis.”

Mildred berkata, “Sini.”

“Minggir,” kata Montag.

74


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Hidup seperti jatuh terpeleset, Montag; segala sesuatu

dor, duk, dan wah!”

“Wah,” kata Mildred sambil merebut bantal.

“Demi Tuhan, jangan ganggu aku!” seru Montag geram.

Beatty terbelalak.

Tangan Mildred terhenti di balik bantal. Jari-jarinya menelusuri

bentuk buku itu, dan ketika dia mulai mengenali

bentuknya, wajahnya tampak heran, lalu terperangah. Mulutnya

terbuka untuk mengucapkan pertanyaan...

“Kosongkan teater-teater kecuali untuk para badut dan

hiasi kamar-kamar dengan tembok-tembok kaca dan warnawarna

indah yang bergerak di tembok-tembok seperti konfeti

atau darah atau sherry atau anggur manis. Kau suka bisbol,

kan, Montag?”

“Bisbol olahraga yang menyenangkan.”

Sekarang Beatty hampir tak terlihat, tinggal suara di balik

tirai asap.

“Apa ini?” tanya Mildred, hampir kegirangan. Montag

mengempaskan tubuh ke lengan istrinya. “Apa yang ada di

sini?”

“Duduk!” bentak Montag. Mildred meloncat minggir dengan

tangan kosong. “Kami sedang mengobrol.”

Beatty melanjutkan seperti tidak terjadi apa-apa. “Kau

suka boling, kan, Montag?”

“Boling, ya.”

“Dan golf?”

“Golf olahraga yang menyenangkan.”

“Basket?”

“Olahraga yang menyenangkan.”

“Biliar? Sepak bola?”

“Olahraga yang menyenangkan, semuanya.”

75


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Makin banyak olahraga untuk semua orang, semangat

berkelompok, seru, dan kau tidak usah berpikir, kan? Atur

dan atur dan super atur olahraga super. Perbanyak kartunkartun

dalam buku. Perbanyak gambar. Minuman otak makin

berkurang dan terus berkurang. Ketidaksabaran. Jalanjalan

tol penuh dengan gerombolan orang yang pergi ke suatu

tempat, ke suatu tempat, ke suatu tempat, tidak ke mana pun.

Pengungsi bensin. Kota-kota kecil berubah menjadi motel,

orang-orang hidup nomadis dan mengalir dari satu tempat ke

tempat lain, mengikuti pasang naik bulan, malam ini hidup

di kamar yang kautiduri tadi siang dan kutiduri tadi malam.”

Mildred keluar dari kamar dan membanting pintu. Para

“bibi” di ruang duduk mulai menertawakan “paman-paman”

di ruang duduk.

“Sekarang kita membahas kelompok-kelompok minoritas

di peradaban kita, ya? Makin besar populasi, makin banyak

minoritas. Jangan sampai menyinggung perasaan para pecinta

anjing, pecinta kucing, dokter, pengacara, pedagang, kepala

organisasi, orang-orang Mormon, Baptis, Unitarian, generasi

kedua orang Cina, Swedia, Itali, Jerman, Texas, Brooklyn, Irlandia,

orang-orang dari Oregon atau Meksiko. Orang-orang

di dalam buku ini, sandiwara ini, seri TV ini tidak dimaksudkan

menggambarkan pelukis, pembuat peta, tukang mesin

sungguhan mana pun. Semakin besar pasarmu, Montag,

semakin sedikit kau berurusan dengan kontroversi, ingat itu!

Semua golongan minoritas amat amat amat kecil yang harus

selalu dimanjakan dan dijaga perasaannya. Para penulis, yang

penuh dengan pikiran-pikiran jahat, tutup mesin tik kalian.

Mereka benar-benar menutupnya. Majalah menjadi campuran

tapioka vanila yang manis. Buku, kata para kritikus yang sangat

sombong, seperti air cucian piring. Pantas saja buku tidak

76


www.bacaan-indo.blogspot.com

laku lagi, kata para kritikus. Tetapi publik tahu apa yang diinginkannya

dan terus berputar dengan gembira, dan membiarkan

buku komik bertahan. Juga majalah-majalah seks tiga

dimensi, tentu saja. Begitulah, Montag. Asalnya bukan dari

pengarahan Pemerintah di atas. Tidak ada perintah, tidak ada

deklarasi, tidak ada sensor, sejak awal, tidak ada! Teknologi,

eksploitasi massal, dan tekanan minoritas yang membuatnya

terjadi, puji Tuhan. Hari ini, berkat mereka, kau bisa selalu

gembira, kau boleh membaca komik, buku-buku pengakuan,

atau jurnal-jurnal dagang.”

“Ya, tapi lalu bagaimana dengan para petugas kebakaran?”

tanya Montag.

“Ah.” Beatty mencondongkan tubuh ke depan di tengah

kabut tipis asap pipanya. “Apa yang lebih mudah dijelaskan

dan lebih wajar? Sekolah menghasilkan lebih banyak pelari,

peloncat, pebalap, tukang mesin, perebut, perampas, penerbang,

dan perenang daripada pengamat, kritikus, orang-orang

berpengetahuan dan pencipta-pencipta yang imajinatif, dan

karena itu tentu saja kata ‘intelektual’ dianggap sama buruknya

dengan kata umpatan. Kau selalu takut pada segala sesuatu

yang asing bagimu. Kau pasti ingat anak di kelasmu

sendiri yang lebih ‘cerdas’ dari rata-rata, yang hampir selalu

bisa menghafal dan menjawab, sedangkan yang lainnya duduk

saja seperti patung batu dan membencinya. Dan bukankah

anak ini yang kaupilih untuk dipukuli dan disiksa seusai

sekolah? Tentu saja. Kita semua harus sama. Tidak semua

orang dilahirkan merdeka dan sama, begitu kata Undang-

Undang, tetapi semua orang harus dibuat sama. Setiap manusia

segambar dengan setiap manusia lainnya; maka semua

gembira, karena tidak ada gunung yang membuat mereka

gentar, yang bisa dibandingkan dengan diri mereka. Nah!

77


www.bacaan-indo.blogspot.com

Buku adalah senjata berpeluru di rumah sebelah. Bakar buku

itu. Tembakkan senjata. Tembus pikiran manusia. Siapa yang

mungkin menjadi sasaran orang yang suka membaca? Aku?

Aku tidak sudi menghadapi mereka semenit pun. Maka setelah

rumah-rumah dibuat sepenuhnya tahan api, di seluruh

dunia (asumsimu malam itu benar) petugas pemadam kebakaran,

dalam fungsinya yang lama, tidak lagi diperlukan.

Mereka diberi pekerjaan baru, sebagai penjaga ketenteraman

batin kita, fokus dari ketakutan kita yang bisa dimaklumi dan

sah—perasaan kalah terhadap orang lain; sensor, hakim, dan

pelaksana resmi. Itulah kau, Montag, dan itulah aku.”

Pintu ruang duduk dibuka dan Mildred berdiri memandangi

mereka di dalam, memandang Beatty, lalu memandang

Montag. Di belakangnya, tembok-tembok kamar dibanjiri

petasan hijau dan kuning dan oranye yang mendesis-desis

dan meletup-letup mengikuti musik yang hampir seluruhnya

terdiri atas drum, tomtom, dan simbal. Mulutnya bergerak

dan dia mengatakan sesuatu, tetapi bunyi musik menutupi

suaranya.

Beatty menepukkan pipanya ke telapak tangan yang merah

muda, mengamati abu seakan-akan abu itu lambang yang

perlu didiagnosis dan dicari maknanya.

“Kau harus mengerti bahwa peradaban kita begitu luas, sehingga

kita harus memastikan golongan-golongan minoritas

tidak marah dan terprovokasi. Tanyalah dirimu sendiri, Apa

yang paling kita inginkan di negara ini? Orang ingin bahagia,

ya kan? Bukankah seumur hidupmu kau selalu mendengar

itu? Aku ingin bahagia, kata orang-orang. Nah, tidakkah mereka

bahagia? Bukankah kita membuat mereka terus bergerak,

bukankah kita memberi mereka kesenangan? Hanya itu

tujuan hidup kita, kan? Kenikmatan, godaan? Dan kau harus

78


www.bacaan-indo.blogspot.com

mengakui bahwa budaya kita menyediakan banyak sekali kenikmatan

dan godaan.”

“Ya.”

Montag bisa membaca gerakan bibir Mildred di ambang

pintu. Dia berusaha tidak memandang mulut istrinya itu, karena

mungkin saja Beatty akan menoleh dan membaca gerakan

itu juga.

“Orang-orang berwarna tidak menyukai Little Black Sambo.

Bakar saja. Orang-orang kulit putih tidak gembira membaca

Uncle Tom’s Cabin. Bakar saja. Ada yang menulis buku

tentang tembakau dan kanker paru-paru? Orang-orang yang

merokok menangis? Bakar saja buku itu. Ketenteraman,

Montag. Kedamaian, Montag. Kalau mau berkelahi, di luar

saja. Lebih bagus lagi, di dalam mesin pembakar. Upacara

pemakaman tidak bahagia dan berbau kair? Hapuskan saja

sekalian. Lima menit setelah orang mati, dia dibawa ke Big

Flue, Mesin-Mesin Pembakar yang dihubungkan dengan helikopter

ke seluruh negara. Sepuluh menit setelah meninggal,

dia tinggal sejumput debu hitam. Tidak usah bertengkar

tentang orang dengan makam. Lupakan saja mereka. Bakar

semua, bakar segalanya. Api itu terang dan api itu bersih.”

Petasan memudar di ruang duduk di belakang Mildred.

Pada saat yang sama, dia berhenti berbicara; kebetulan yang

ajaib. Montag menahan napas.

“Ada gadis tetangga,” katanya lambat-lambat. “Dia sudah

tidak ada sekarang, kurasa, mati. Aku bahkan tidak ingat wajahnya.

Tapi dia berbeda. Bagaimana—bagaimana dia bisa ada?”

Beatty tersenyum. “Di sana-sini, itu pasti terjadi. Clarisse

McClellan? Kami punya catatan tentang keluarganya.

Kami sudah mengawasi mereka dengan cermat. Keturunan

dan lingkungan memang aneh. Kau tidak bisa melenyapkan

79


www.bacaan-indo.blogspot.com

orang-orang yang aneh-aneh hanya dalam beberapa tahun.

Lingkungan rumah bisa menggagalkan banyak hal yang berusaha

kauajarkan di sekolah. Karena itulah tiap tahun kami

terus menurunkan batasan umur masuk taman kanak-kanak,

sampai-sampai sekarang bayi pun boleh mulai bersekolah.

Kami sempat beberapa kali mendapat informasi keliru tentang

keluarga McClellan, waktu mereka tinggal di Chicago.

Kami tidak pernah menemukan buku. Pamannya memiliki

riwayat meragukan; antisosial. Kalau gadis itu? Dia bom

waktu. Keluarganya menumbuhkan alam bawah sadarnya,

aku yakin itu, setelah melihat laporan sekolahnya. Dia tidak

ingin tahu bagaimana sesuatu terjadi, tapi mengapa. Itu bisa

memalukan. Kau bertanya Mengapa tentang banyak hal, dan

akhirnya kau tidak akan bahagia kalau terus begitu. Gadis

malang itu lebih baik mati.”

“Ya, mati.”

“Untungnya, orang-orang aneh seperti dia jarang ada.

Kami tahu bagaimana menumpas kecenderungan mereka sejak

dini, biasanya. Kau tidak bisa membangun rumah tanpa

paku dan kayu. Kalau tidak ingin rumah dibangun, sembunyikan

paku dan kayu. Kalau tidak ingin orang tidak bahagia

secara politik, jangan beri dia dua sisi pertanyaan yang akan

membuatnya bingung; beri dia satu sisi saja. Lebih baik lagi,

jangan beri apa-apa sama sekali. Biarkan dia lupa bahwa perang

itu ada. Kalau pemerintah tidak eisien, terlalu banyak

orang berkedudukan senior, dan gila pajak, semua itu masih

lebih baik daripada kalau orang-orang mengkhawatirkannya.

Kedamaian, Montag. Beri orang-orang kontes yang bisa mereka

menangkan dengan mengingat lirik lagu-lagu populer

atau nama ibukota negara-negara bagian, atau berapa banyak

jagung yang tumbuh di Iowa tahun lalu. Jejali mereka dengan

data yang tak bisa terbakar, sumpal mereka sampai benar-

80


benar penuh dengan ‘fakta’ sehingga mereka merasa kekenyangan,

tetapi ‘cemerlang’ karena memiliki begitu banyak

informasi. Lalu mereka akan merasa seolah berpikir, mereka

akan merasa bergerak tanpa bergerak. Dan mereka akan bahagia,

karena fakta-fakta semacam itu tidak berubah. Jangan

beri mereka pengetahuan yang terombang-ambing seperti

ilsafat atau sosiologi untuk menyatukan semua data itu. Itu

jalan menuju melankolia. Siapa pun yang bisa membongkar

tembok TV dan memasangnya lagi, dan sekarang ini kebanyakan

orang bisa, lebih bahagia daripada siapa pun yang

mencoba memakai penggaris untuk mengukur dan menyamakan

alam semesta, yang tidak akan bisa diukur atau disamakan

tanpa membuat manusia merasa seperti binatang dan

kesepian. Aku tahu, aku sudah mencobanya; persetan semua

itu. Jadi, datangkan saja kelab-kelab dan pesta-pestamu, para

pemain akrobat dan tukang sulap, para pencari ketegangan,

mobil jet, helikopter sepeda motor, seks dan heroin, lebih banyak

lagi segala yang berkaitan dengan releks otomatis. Kalau

dramanya jelek, kalau ilmnya tidak menyampaikan apaapa,

kalau sandiwara terasa hampa, sengat aku dengan Theremin,

keras-keras. Aku akan merasa merespons sandiwara itu,

sekalipun hanya reaksi sentuhan terhadap getaran. Tapi aku

tak peduli. Aku hanya suka hiburan yang mantap.”

Beatty berdiri. “Aku harus pergi. Ceramah sudah selesai.

Kuharap aku sudah memperjelas keadaan. Yang harus kauingat,

Montag, kita ini Happiness Boys * , Dixie Duo † , kau dan

www.bacaan-indo.blogspot.com

*

Sebuah acara radio yang populer pada awal 1920-an, diasuh oleh dua

penyanyi, yaitu Billy Jones dan Ernie Hare, yang menyanyikan lagu-lagu

jenaka.

Nama grup musik yang ternama sekitar tahun 1919, beranggotakan

Eubie Blake dan Noble Sissle.

81


www.bacaan-indo.blogspot.com

aku dan yang lain-lainnya. Kita berdiri menghadapi gelombang

kecil mereka yang ingin membuat semua orang tidak

bahagia dengan teori dan pemikiran yang bertentangan. Kitalah

benteng pertahanan dalam memerangi situasi genting ini.

Bertahanlah. Jangan biarkan banjir melankoli dan falsafah

suram menenggelamkan dunia kita. Kita bergantung kepadamu.

Menurutku, kau tidak sadar betapa pentingnya kau ini,

kita ini, bagi dunia kita yang bahagia, saat ini.”

Beatty menyalami tangan Montag yang lunglai. Montag

masih duduk, seakan rumah itu runtuh di sekelilingnya dan

dia tak mampu bergerak di ranjang. Mildred sudah menghilang

dari pintu.

“Satu hal terakhir,” ujar Beatty. “Paling tidak satu kali dalam

kariernya, setiap petugas kebakaran merasa gatal. Apa isi

buku-buku itu, pikirnya. Oh, ingin rasanya menggaruk rasa

gatal itu, ya? Nah, Montag, percayalah, aku pernah harus

membaca beberapa buku, untuk lebih memahami pekerjaanku

ini, dan buku-buku itu tidak berisi apa-apa! Tidak ada yang

bisa kauajarkan atau kaupercayai. Isinya tentang orang-orang

yang tidak ada, hasil khayalan, kalau buku iksi. Dan kalau

noniksi, lebih buruk lagi, seorang profesor yang menyebut

profesor lain tolol, seorang ilsuf yang menjerit-jerit kepada

ilsuf lain. Mereka semua berlari-larian, memadamkan bintang-bintang

dan meredupkan matahari. Setelah membacanya,

kau malah tersesat.”

“Kalau begitu, bagaimana kalau ada petugas kebakaran

yang secara tak sengaja, tanpa bermaksud apa-apa, membawa

pulang sebuah buku?”

Montag berkejut. Pintu yang terbuka itu menatapnya dengan

mata besar dan hampa.

“Kesalahan yang wajar. Keingintahuan semata,” kata

82


Beatty. “Kami tidak cemas atau marah berlebihan. Kami

membiarkan petugas kebakaran itu menyimpan buku itu

selama 24 jam. Kalau dia tidak membakarnya dalam waktu

24 jam, kamilah yang datang membakarkannya.”

“Tentu saja.” Mulut Montag terasa kering.

“Nah, Montag. Maukah kau mengambil giliran lain, yang

lebih malam, hari ini? Mungkin kau akan datang malam ini?”

“Entah,” jawab Montag.

“Apa?” Beatty tampak agak kaget.

Montag memejamkan mata. “Aku akan masuk nanti.

Mungkin.”

“Kami akan merasa kehilangan kalau kau tidak datang,”

kata Beatty, memasukkan pipa ke sakunya dengan wajah merenung.

Aku tidak akan pernah masuk lagi, pikir Montag.

“Cepatlah sehat, dan tetap sehat,” kata Beatty.

Dia berbalik dan keluar dari pintu yang terbuka.

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

Dari jendela, Montag memandang Beatty menyetir mobil

beetle-nya yang berwarna seperti api kuning berkilauan dan

roda-roda hitam seperti arang.

Di seberang jalan, sampai ke ujungnya, rumah-rumah lain

berdiri dengan sisi-sisi depan yang datar. Apa kata Clarisse

siang itu? “Tidak ada beranda depan. Kata pamanku dulu ada

beranda depan. Dan orang-orang kadang duduk di sana pada

malam hari, mengobrol kalau ingin mengobrol, sambil duduk

di kursi goyang, dan tidak mengobrol kalau sedang tidak ingin

mengobrol. Kadang-kadang mereka duduk-duduk saja sambil

83


memikirkan banyak hal, merenungkan semuanya. Kata pamanku,

para arsitek menghapus beranda depan karena tidak

tampak bagus. Tapi kata pamanku itu cuma rasionalisasi;

alasan sesungguhnya, tersembunyi di baliknya, mungkin karena

mereka tidak ingin orang duduk-duduk seperti itu, tidak

melakukan apa-apa, berayun-ayun, mengobrol; itu jenis kehidupan

bermasyarakat yang salah. Orang-orang terlalu banyak

mengobrol. Kebun juga. Sudah tidak banyak lagi kebun yang

bisa dijadikan tempat duduk-duduk. Dan lihat perabotannya.

Sudah tidak ada lagi kursi goyang. Terlalu nyaman. Suruh

orang-orang berdiri dan berlari-lari. Kata pamanku... dan...

pamanku... dan... pamanku...” Suaranya memudar.

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

Montag berbalik dan memandang istrinya yang duduk di tengah

ruang duduk sambil berbicara dengan seorang pembawa

acara, yang juga berbicara kepadanya. “Mrs. Montag,” kata

pembawa acara itu. Ini, itu, dan entah apa lagi. “Mrs. Montag…“

Apa lagi, dan apa lagi. Sambungan konverter, yang

mereka beli seharga seratus dolar, secara otomatis menambahkan

namanya tiap kali si pembawa acara berbicara kepada

pemirsanya yang anonim, meninggalkan ruang kosong

di tempat suku-suku kata yang tepat bisa diisikan. Sebuah

spot-wavex-scrambler khusus juga menyebabkan gambarnya

yang ditayangkan, di daerah dekat bibirnya, bergerak-gerak

menyuarakan huruf hidup dan huruf mati dengan sempurna.

Dia seorang teman, tak diragukan lagi, seorang teman karib.

“Mrs. Montag—lihatlah ke sini sekarang.”

Istrinya menoleh. Meskipun jelas tidak mendengarkan.

84


www.bacaan-indo.blogspot.com

Montag berkata, “Tidak masuk hari ini bisa dengan mudah

berlanjut menjadi tidak masuk besok, bisa dengan mudah

berlanjut menjadi tidak pernah bekerja lagi di markas pembakaran

selama-lamanya.”

“Tapi kau akan masuk kerja malam ini, kan?” tanya Mildred.

“Aku belum memutuskan. Saat ini aku ingin sekali menghancurkan

macam-macam dan membunuh.”

“Pakai saja beetle-nya.”

“Tidak, terima kasih.”

“Kunci beetle ada di atas nakas. Aku suka ngebut kalau

sedang merasa begitu. Naikkan saja kecepatan sampai sekitar

150, dan kau akan merasa enak sekali. Kadang-kadang aku

menyetir semalaman dan pulang dan kau juga tidak tahu. Di

daerah pedesaan asyik sekali. Bisa menabrak kelinci, kadang

menabrak anjing. Bawa saja beetle-nya.”

“Tidak, aku tidak mau, kali ini. Aku ingin bertahan pada

hal aneh ini. Astaga, hal ini mulai menguasaiku. Aku tidak

tahu hal apa ini. Aku sangat tidak bahagia, aku sangat marah,

dan aku tidak tahu kenapa. Aku merasa bertambah gemuk.

Aku merasa gemuk. Aku merasa selama ini memendam banyak

hal, dan tidak tahu apa saja itu. Aku bahkan mungkin

akan mulai membaca buku.”

“Mereka akan memenjarakanmu, kan?” Mildred memandangnya

seakan-akan dia berada di balik dinding kaca.

Montag mulai mengenakan baju sambil mondar-mandir

gelisah di kamar tidur. “Ya, dan mungkin itu gagasan bagus.

Sebelum aku melukai seseorang. Apakah kau mendengar

omongan Beatty tadi? Apakah kau mendengarkannya? Dia

tahu semua jawabannya. Dia benar. Kebahagiaan itu penting.

Kesenangan di atas segalanya. Tapi aku terus duduk saja sambil

berkata dalam hati, Aku tidak bahagia, aku tidak bahagia.”

85


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Aku bahagia.” Mulut Mildred berseri. “Dan bangga karenanya.”

“Aku akan melakukan sesuatu,” kata Montag. “Aku bahkan

belum tahu apa itu, tapi aku akan melakukan sesuatu

yang besar.”

“Aku sudah bosan mendengarkan omong kosong ini,” kata

Mildred sambil berpaling darinya, kembali mendengarkan si

pembawa acara.

Montag menyentuh pengendali volume di tembok dan si

pembawa acara kini tak bersuara.

“Millie?” Dia diam sebentar. “Ini rumahmu, juga rumahku.

Menurutku adil kalau aku memberitahumu sesuatu sekarang.

Aku seharusnya memberitahumu sejak dulu, tapi aku

bahkan belum mengakuinya pada diriku sendiri. Aku punya

sesuatu yang ingin kuperlihatkan, sesuatu yang kusimpan

dan kusembunyikan selama setahun ini, sesekali, aku tidak

tahu mengapa, pokoknya aku melakukannya dan tidak pernah

memberitahumu.”

Dia meraih kursi bersandaran tegak dan perlahan-lahan,

dengan tenang, menggerakkannya ke lorong di dekat pintu

depan, naik ke kursi itu dan berdiri sejenak seperti patung di

pedestal, sementara istrinya berdiri di bawahnya, menunggu.

Lalu dia mengangkat tangan dan menarik jeruji sistem pendingin

udara dan merogoh jauh ke dalam, ke sebelah kanan,

menggeser satu lembaran logam lagi, dan mengeluarkan sebuah

buku. Tanpa melihat buku itu, dia menjatuhkannya ke

lantai. Dia mengangkat tangan lagi dan mengeluarkan dua

buku, menurunkan tangannya dan menjatuhkan kedua buku

itu ke lantai. Dia terus menggerakkan tangannya dan menjatuhkan

buku-buku, buku kecil, buku agak besar, buku ber-

86


www.bacaan-indo.blogspot.com

warna kuning, merah, hijau. Setelah selesai, dia memandangi

sekitar dua puluh buku yang tergeletak di dekat kaki istrinya.

“Maafkan aku,” katanya. “Aku tidak berpikir. Tapi sekarang

kelihatannya kita berdua sama-sama terlibat dalam hal

ini.”

Mildred mundur, seakan mendadak berhadapan dengan

segerombolan tikus yang muncul dari lantai. Montag bisa

mendengar napasnya memburu dan wajahnya menjadi pucat,

matanya membelalak nanar. Mildred mengucapkan nama

Montag, dua kali, tiga kali. Lalu sambil mengerang, dia berlari

maju, meraih sebuah buku dan berlari ke arah pembakar

sampah dapur.

Montag menangkap Mildred yang menjerit-jerit. Dia memeganginya,

dan Mildred berusaha meronta melepaskan diri

sambil mencakar-cakar.

“Jangan, Millie, jangan! Tunggu! Hentikan! Kau tidak

tahu... hentikan!” Dia menampar wajah Mildred, mencengkeramnya

lagi, dan mengguncangnya.

Mildred mengucapkan namanya dan mulai menangis.

“Millie!” katanya. “Dengarkan. Bisa dengarkan aku sebentar,

tidak? Kita tidak boleh melakukan apa-apa. Kita tidak

boleh membakar ini. Aku ingin melihat-lihat, melihat isinya

setidaknya satu kali. Lalu kalau benar perkataan Kapten, kita

bakar semuanya bersama-sama, percayalah, akan kita bakar

bersama-sama. Kau harus membantuku.” Dia menatap wajah

Mildred, meraih dagunya, dan memegangnya erat-erat. Dia

tidak hanya menatap Milred, tetapi juga mencari dirinya sendiri

dan apa yang harus dilakukannya, di wajah istrinya itu.

“Tak peduli kita suka atau tidak, kita sudah terlibat. Selama

ini aku tidak pernah menuntut macam-macam darimu, tapi

aku meminta sekarang, aku memohon. Kita harus mulai dari

87


www.bacaan-indo.blogspot.com

suatu tempat, mencari tahu mengapa kita begini kacau, kau

dan obatmu malam-malam, dan mobil, aku dan pekerjaanku.

Kita sedang menuju jurang, Millie. Ya Tuhan, aku tidak ingin

jatuh. Ini tidak akan mudah. Kita tidak punya petunjuk apaapa,

tapi mungkin kita bisa mempelajari apa saja yang kita

ketahui, menyelidikinya, dan saling membantu. Aku sangat

membutuhkanmu sekarang, kau tidak bisa membayangkannya.

Kalau kau mencintaiku sedikit saja, kau pasti mau bersabar

sebentar, dua puluh empat, empat puluh delapan jam, itu

saja yang kuminta, lalu semua akan selesai, aku berjanji, aku

bersumpah! Dan kalau ada sesuatu di sini, satu hal kecil saja

di antara segala kekacauan ini, mungkin kita bisa meneruskannya

kepada orang lain.”

Mildred tidak melawan lagi, jadi Montag melepaskannya.

Mildred terenyak menjauh darinya dan menggeleser turun di

tembok, dan duduk di lantai sambil memandangi buku-buku

itu. Kakinya menyentuh salah satu buku, dan dia melihat ini

dan menarik kakinya.

“Wanita itu, malam itu, Millie, kau tidak ada di sana.

Kau tidak melihat wajahnya. Dan Clarisse. Kau tidak pernah

berbicara dengannya. Aku berbicara dengannya. Dan orangorang

seperti Beatty takut kepadanya. Aku tidak bisa memahaminya.

Kenapa mereka mesti takut kepada orang seperti

dia? Tapi aku terus menempatkannya di sebelah para petugas

kebakaran di Markas semalam, dan aku tiba-tiba sadar bahwa

aku tidak menyukai mereka sedikit pun, dan aku tidak

menyukai diriku sama sekali. Dan kupikir mungin lebih baik

kalau para petugas kebakaran sendiri dibakar.”

“Guy!”

Pintu depan memanggil dengan suara lembut,

88


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Mrs. Montag, Mrs. Montag, ada yang datang, ada yang

datang, Mrs. Montag, Mrs. Montag, ada yang datang.”

Suaranya lembut.

Mereka berbalik dan memandang pintu, dan bukubuku

berjatuhan di mana-mana, di mana-mana bertumpuk-tumpuk.

“Beatty!” kata Mildred.

“Tidak mungkin dia.”

“Dia kembali!” bisik Mildred.

Pintu depan memanggil lagi dengan lembut. “Ada yang

datang...”

“Kita tidak akan membuka pintu.” Montag merapatkan

tubuh ke dinding, lalu perlahan-lahan merosot sampai berjongkok

dan mulai menyenggol-nyenggol buku-buku itu dengan

bingung, dengan ibu jarinya, telunjuknya. Dia gemetaran

dan dia ingin sekali menjejalkan buku-buku itu ke dalam

ventilator lagi, tetapi dia tahu dia tak sanggup menghadapi

Beatty lagi. Dia meringkuk, lalu duduk, dan suara di pintu

depan itu berbicara lagi, nadanya makin mendesak. Montag

memungut sebuah buku kecil dari lantai. “Di mana kita mulai?”

Dia membuka buku itu di tengah-tengah dan memandangnya.

“Kita mulai dengan memulai saja, kurasa.”

“Dia akan masuk,” kata Mildred, “dan membakar kita dan

buku-buku ini!”

Suara di pintu depan memudar dengan cepat. Hening.

Montag merasakan keberadaan seseorang di balik pintu, menunggu,

mendengarkan. Lalu langkah-langkah kaki menjauh,

menyusuri jalan setapak dan melintasi halaman.

“Ayo kita lihat, apa ini,” kata Montag.

Dia mengucapkan kata-kata itu dengan tersendat dan

89


perasaan risi amat kuat. Dia membaca puluhan halaman di

sana-sini dan akhirnya tiba di sini:

“Menurut perhitungan, 11.000 orang pernah beberapa kali

lebih rela mati daripada memecahkan telur di ujungnya yang

lebih kecil.”

Mildred duduk di seberang lorong, berhadapan dengannya.

“Apa artinya itu? Tidak ada artinya! Kapten benar!”

“Ini,” kata Montag. “Kita mulai lagi, dari awal.”

www.bacaan-indo.blogspot.com

90


dua

Saringan

dan Pasir

www.bacaan-indo.blogspot.com

Mereka membaca sepanjang siang yang lama itu, sementara

hujan dingin bulan November jatuh dari langit ke

atas rumah yang sunyi. Mereka duduk di lorong karena ruang

duduk begitu kosong dan kelabu, karena tembok-temboknya

tidak diterangi konfeti oranye dan kuning, petasan roket, dan

wanita-wanita bergaun jala emas, dan pria-pria dalam setelan

beledu hitam yang menarik kelinci-kelinci gendut dari topitopi

perak. Ruang duduk itu mati, dan Mildred terus memandang

ke sana dengan mimik hampa, sementara Montag

mondar-mandir, lalu kembali dan berjongkok dan membaca

sebuah halaman sampai sepuluh kali, keras-keras.

“Kita tidak tahu, kapan tepatnya persahabatan terbentuk.

Seperti mengisi sebuah wadah tetes demi tetes, akhirnya ada

setetes yang membuat isinya meluber; demikian pula dalam

serangkaian perbuatan baik, setidaknya ada satu perbuatan

yang membuat hati kita berlimpah.”

91


www.bacaan-indo.blogspot.com

Montag duduk mendengarkan hujan.

“Itukah yang ada pada gadis tetangga itu? Selama ini aku

mati-matian memikirkannya.”

“Dia sudah mati. Kita bicarakan orang yang masih hidup

saja, demi Tuhan.”

Montag tidak menoleh ke arah istrinya sewaktu berjalan

dengan tubuh gemetaran ke dapur; di sana dia berdiri lama

sekali, memandangi hujan menerpa jendela, lalu kembali ke

lorong dalam cahaya abu-abu, menunggu gemetarannya hilang.

Dia membuka buku lain lagi.

“’Topik favorit itu, Diriku Sendiri.’”

Montag menyipitkan mata ke arah tembok. “’Topik favorit

itu, Diriku Sendiri.”’

“Yang itu aku mengerti,” kata Mildred.

“Tetapi topik favorit Clarisse bukan dirinya sendiri,

melain kan semua orang lain, dan aku. Setelah sekian tahun

lamanya, dia orang pertama yang benar-benar kusukai. Dia

orang pertama yang bisa kuingat, yang memandangku seakan

aku bernilai.” Montag mengangkat kedua buku itu. “Orangorang

ini sudah lama mati, tapi aku tahu kata-kata mereka,

dengan satu dan lain cara, menunjuk kepada Clarisse.”

Di luar pintu depan, di tengah hujan, terdengar bunyi mengais

samar.

Montag terpaku. Dia melihat Mildred melesat kembali ke

tembok dengan napas tersentak.

“Ada orang—di pintu—kenapa suara pintu tidak memberitahu

kita…“

“Aku mematikannya tadi.”

Di bawah kusen pintu, bunyi mendengus lamban dan menyelidik,

embusan uap listrik.

92


www.bacaan-indo.blogspot.com

Mildred tertawa. “Cuma anjing, ternyata! Mau kuusir?”

“Tetap di tempatmu!”

Hening. Hujan dingin turun. Dan bau listrik biru bertiup

dari bawah pintu yang terkunci.

“Ayo kita kembali bekerja,” kata Montag lirih.

Mildred menendang sebuah buku. “Buku bukan orang.

Kau membaca dan aku melihat berkeliling, tapi tidak ada

siapa pun!”

Dia memandang ruang duduk yang mati dan kelabu seperti

air samudra yang mungkin akan dipenuhi kehidupan jika

matahari elektronik dinyalakan.

“Nah,” kata Mildred, “’keluarga’-ku juga orang. Mereka

memberitahuku banyak hal; aku tertawa, mereka tertawa! Dan

warna-warnanya!”

“Ya, aku tahu!”

“Lagi pula, kalau Kapten Beatty tahu tentang buku-buku

itu…“ Mildred memikirkan ini. Wajahnya menjadi takjub,

lalu ngeri. “Dia mungkin akan datang dan membakar rumah

kita dan ‘keluarga’-ku. Celaka! Pikirkan investasi kita. Kenapa

aku mesti membaca? Untuk apa?”

“Untuk apa! Kenapa!” tukas Montag. “Aku melihat ular

paling aneh beberapa malam yang lalu. Ular itu mati tapi

hidup. Bisa melihat tapi tak bisa melihat. Kau ingin melihat

ular itu? Ada di Rumah Sakit Darurat, tempat mereka memasukkan

laporan tentang semua sampah yang dikeluarkan ular

itu darimu! Kau mau ke sana dan memeriksa arsip mereka?

Mungkin kau bisa mencarinya di bawah nama Guy Montag,

atau mungkin di bawah kategori Ketakutan atau Perang. Apakah

kau mau pergi ke rumah yang dibakar semalam? Dan

menggaru abu untuk mencari tulang-belulang wanita yang

membakar rumahnya sendiri! Bagaimana dengan Clarisse

93


www.bacaan-indo.blogspot.com

McClellan, di mana kita mencarinya? Kamar mayat! Dengarkan!”

Pesawat-pesawat pengebom melintasi langit dan melintasi

langit di atas rumah itu, terengah, bergumam, bersiul seperti

kipas raksasa tak terlihat, memutar-mutar dalam kehampaan.

“Demi Tuhan,” kata Montag. “Setiap jam banyak sekali

benda sialan itu di langit! Bagaimana pesawat-pesawat

pengebom itu bisa naik ke sana setiap detik dalam hidup

kita! Kenapa tidak ada yang ingin membicarakan ini! Kita

sudah memulai dan memenangkan dua perang atom sejak

tahun 2022! Apakah karena kita begitu senang di rumah

sehingga kita melupakan dunia? Apakah karena kita begitu

kaya sedangkan seluruh dunia begitu miskin sehingga kita

tidak peduli mereka miskin? Aku pernah mendengar kabar

burung; dunia kelaparan, tetapi kita makan sampai kenyang.

Benarkah bahwa dunia bekerja keras sedangkan kita bermain

saja? Karena itukah kita begitu dibenci? Aku juga pernah

mendengar kabar burung tentang kebencian, muncul sesekali

setelah lama sekali, selama bertahun-tahun ini. Apakah kau

tahu sebabnya? Yang pasti, aku tidak tahu! Mungkin bukubuku

ini bisa membawa kita separo keluar dari gua. Mungkin

buku-buku ini bisa mencegah kita membuat kesalahankesalahan

yang sama! Aku tidak ingin mendengar bajinganbajingan

dungu di ruang dudukmu itu membicarakannya! Ya

Tuhan, Millie, tidakkah kau mengerti? Satu jam sehari, dua

jam, dengan buku-buku ini, dan mungkin...”

Telepon berdering. Mildred menyambar telepon.

“Ann!” Dia tertawa. “Ya, Badut Putih tampil malam ini!”

Montag berjalan ke dapur dan membanting buku itu.

“Montag,” katanya, “kau bodoh sekali. Lalu bagaimana ini?

Apakah kita serahkan buku-buku ini, dan melupakannya?”

94


www.bacaan-indo.blogspot.com

Dia membuka buku itu untuk membacanya di tengah suara

tawa Mildred.

Mildred yang malang, pikirnya. Montag yang malang, kau

juga tidak mengerti isinya. Tetapi di mana kau bisa mencari

bantuan, di mana kau bisa mencari guru kalau sudah begini

terlambat?

Tunggu. Dia memejamkan mata. Ya, tentu saja. Lagi-lagi

dia memikirkan taman hijau setahun lalu. Pikiran ini sudah

sering hinggap di benaknya belakangan, tetapi sekarang dia

teringat pada hari itu, di taman kota, dia melihat pria tua

berjas hitam menyembunyikan sesuatu, cepat-cepat, di balik

mantelnya.

...Pria tua itu meloncat berdiri, seakan hendak lari. Dan

Montag berkata, “Tunggu!”

“Aku tidak melakukan apa-apa!” seru pria tua itu, gemetaran.

“Tidak ada yang menuduhmu berbuat apa-apa.”

Sejenak mereka duduk sambil membisu dalam cahaya

lembut berwarna hijau, lalu Montag berbicara tentang cuaca,

dan pria tua itu menanggapi dengan suara lemah. Pertemuan

itu sunyi dan aneh. Pria tua itu mengaku pensiunan profesor

Sastra Inggris yang kehilangan pekerjaan empat puluh tahun

silam, ketika perguruan tinggi seni liberal terakhir ditutup

karena kekurangan murid dan pendana. Namanya Faber, dan

setelah ketakutannya terhadap Montag hilang, dia pun berbicara

dengan suara ritmis, memandangi langit dan pohon dan

taman hijau, dan sejam kemudian, dia mengatakan sesuatu

kepada Montag dan Montag merasa yang didengarnya adalah

puisi tak berima. Kemudian pria tua itu makin berani dan

mengatakan sesuatu lagi, dan itu juga puisi. Faber menaruh

tangannya di atas saku jas sebelah kiri dan mengucapkan

95


kata-kata ini dengan lembut, Montag tahu kalau dia mengulurkan

tangan, dia mungkin akan mengeluarkan buku puisi

dari mantel pria itu. Tetapi dia tidak mengulurkan tangan.

Tangannya tetap di lutut, mati rasa dan tak berguna. “Aku

tidak membicarakan hal-hal, Sir,” kata Faber. “Aku membicarakan

makna hal-hal. Aku duduk di sini dan tahu bahwa aku

hidup.”

Hanya itu saja, sebenarnya. Satu jam yang diisi dengan

monolog, puisi, komentar, kemudian tanpa ada yang mengucapkan

fakta bahwa Montag seorang petugas kebakaran,

Faber, dengan agak gemetar, menuliskan alamatnya pada

secarik kertas. “Untuk arsipmu,” katanya, “kalau-kalau kau

memutuskan mau marah padaku.”

“Aku tidak marah,” kata Montag, heran.

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

Mildred tertawa terpingkal-pingkal di lorong.

Montag masuk ke kamar tidurnya dan memeriksa isi map

arsipnya di bagian: PENYELIDIKAN MENYUSUL (?).

Nama Faber ada di sana. Dia belum melaporkannya dan belum

menghapusnya.

Dia menghubungi nomor itu dengan telepon sekunder.

Telepon di ujung sana memanggil nama Faber berkali-kali

sebelum sang profesor menjawab dengan suara sayup. Montag

memperkenalkan diri, dan ditanggapi dengan keheningan

lama. “Ya, Mr. Montag?”

“Profesor Faber, aku punya pertanyaan agak aneh. Ada berapa

Alkitab masih tersisa di negara ini?”

“Aku tidak mengerti maksudmu!”

96


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Aku ingin tahu apakah masih ada Alkitab yang tersisa.”

“Ini perangkap! Aku tidak bisa berbicara dengan sembarang

orang di telepon!”

“Ada berapa buku Shakespeare dan Plato?”

“Tidak ada! Kau sudah tahu itu, seperti aku. Tidak ada!”

Faber memutuskan hubungan.

Montag meletakkan telepon. Tidak ada. Hal ini tentu saja

sudah diketahuinya dari daftar di markas. Tetapi entah kenapa

dia ingin mendengarnya langsung dari Faber.

Di lorong, wajah Mildred dipenuhi gairah. “Temantemanku

mau datang!”

Montag memperlihatkan sebuah buku kepadanya. “Ini

Perjanjian Lama dan Baru, dan...”

“Jangan mulai lagi!”

“Ini mungkin yang terakhir di bagian dunia ini.”

“Kau harus mengembalikannya nanti malam, kan? Kapten

Beatty tahu kau menyimpannya, kan?”

“Menurutku dia tidak tahu buku mana yang kucuri. Tapi

bagaimana aku memilih penggantinya? Apakah sebaiknya

aku menyerahkan buku Mr. Jefferson? Mr. Thoreau? Mana

yang paling tidak bernilai? Kalau aku memilih pengganti dan

Beatty tetap tahu buku mana yang kucuri, dia akan menduga

kita punya satu perpustakaan besar di sini!”

Mulut Mildred berkedut. “Kau lihat apa yang kaulakukan?

Kau akan menghancurkan kita! Siapa yang lebih penting, aku

atau Alkitab itu?” Dia mulai menjerit sekarang, duduk seperti

boneka lilin yang meleleh karena panasnya sendiri.

Montag bisa mendengar suara Beatty. “Duduklah, Montag.

Perhatikan. Pelan-pelan, seperti kelopak bunga. Bakar

halaman pertama, bakar halaman kedua. Tiap halaman menjadi

kupu-kupu hitam. Indah, ya? Bakar halaman ketiga, mu-

97


www.bacaan-indo.blogspot.com

lai dari yang kedua dan seterusnya, merokok tak henti-henti,

bab demi bab, semua makna konyol kata-kata itu, semua

janji palsu, semua pemikiran yang dicontek dari orang lain

dan falsafah-falsafah yang sudah usang.” Beatty duduk sambil

berkeringat pelan, sementara lantai dipenuhi kerumunan

ngengat hitam yang tewas dalam satu badai.

Jeritan Mildred berhenti secepat dimulainya tadi. “Hanya

satu hal yang bisa kulakukan,” kata Montag. “Sebelum aku

memberikan buku itu kepada Beatty malam ini, aku harus

membuat duplikatnya.”

“Kau akan ada di sini untuk Badut Putih malam ini, dan

teman-temanku yang mampir?” seru Mildred.

Montag berhenti di pintu, membelakanginya. “Millie?”

Hening. “Apa?”

“Millie? Apakah Badut Putih mencintaimu?”

Tidak ada jawaban.

“Millie, apakah”—Montag menjilat bibir—“apakah ‘keluarga’-

mu mencintaimu, sangat mencintaimu, mencintaimu sepenuh

hati dan jiwa mereka, Millie?”

Dia merasa Millie mengerjapkan mata lambat-lambat di

tengkuknya. “Mengapa kau menanyakan hal konyol seperti

itu?”

Montag ingin menangis, tetapi mata maupun mulutnya

tidak mau bereaksi.

“Kalau kau melihat anjing itu di luar,” kata Mildred, “tendangkan

dia untukku.”

Montag ragu-ragu, mendengarkan di pintu. Dia membuka

pintu dan melangkah keluar.

Hujan sudah berhenti dan matahari mulai terbenam di langit

yang bersih. Jalanan dan halaman dan beranda kosong.

Dia mengembuskan napas, mendesah keras.

98


www.bacaan-indo.blogspot.com

Dia membanting pintu.

Dia berada di kereta bawah tanah.

Aku mati rasa, pikirnya. Sejak kapan wajahku mulai mati

rasa, sebenarnya? Juga tubuhku? Malam itu, waktu aku menendang

botol pil di tengah kegelapan, seperti menendang

tambang yang terkubur.

Mati rasa ini akan hilang, pikirnya. Perlu waktu, tapi aku

pasti bisa, atau Faber akan membantuku. Seseorang, entah

siapa entah di mana, akan mengembalikan wajahku yang

lama dan tanganku yang lama, seperti dulu lagi. Bahkan juga

senyumanku, pikirnya, senyuman lama yang terpatri, yang

sudah lenyap. Aku tersesat tanpa senyuman itu.

Kereta bawah tanah melesat melewatinya, ubin krem,

hitam pekat, ubin krem, hitam pekat, angka-angka dan

kegelapan, kegelapan lagi dan jumlahnya menambah sendiri.

Waktu kecil, dia pernah duduk di gundukan pasir kuning

dekat laut, di tengah hari musim panas yang biru dan gerah,

berusaha mengisi penyaring dengan pasir, karena sepupunya

yang kejam berkata, “Isi penyaring ini, nanti kau mendapat

sepuluh sen!” Dan semakin cepat dia menuang, semakin cepat

pasir itu jatuh menembus penyaring dengan bunyi berbisik

panas. Tangannya lelah, pasir itu mendidih, dan penyaring

kosong. Sambil duduk di tengah bulan Juli, tanpa suara,

air matanya mengalir di pipi.

Sekarang, sementara kereta bawah tanah membawanya

melewati terowongan-terowongan kota yang mati, mengguncangnya

hingga tersadar, dia teringat logika mengerikan penyaring

itu, dan dia menunduk dan melihat bahwa dia membawa

Alkitab itu dalam keadaan terbuka. Ada orang-orang

di kereta cepat itu, tetapi dia memegang buku itu di tangannya

dan pikiran konyol itu terlintas di benaknya, kalau kau

99


www.bacaan-indo.blogspot.com

membaca dengan cepat, dan membaca semuanya, mungkin

sebagian pasir akan tertinggal di penyaring. Tetapi dia membaca

dan kata-kata berjatuhan menembusnya, dan dia berpikir

bahwa beberapa jam lagi akan ada Beatty, dan aku harus

menyerahkan buku ini, jadi tidak boleh ada kalimat yang lolos

dariku, setiap baris harus dihafalkan. Aku akan memaksa

diriku menghafalnya.

Dia mencengkeram buku itu erat-erat.

Trompet-trompet meraung.

“Pasta Gigi Denham.”

Diam, pikir Montag. Perhatikanlah bunga bakung di

padang.

“Pasta Gigi Denham.”

Yang tumbuh tanpa bekerja…

“Pasta Gigi…“

Perhatikanlah bunga bakung di padang, diam, diam.

“Denham!”

Dia membuka buku itu dan membolak-balik halamannya

dengan cepat dan merabanya seperti orang buta, mengamati

bentuk masing-masing huruf tanpa berkedip.

“Denham. Ejaannya: D-E-N—“

Yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa...

Bisikan ganas pasir panas menembus penyaring yang kosong.

“Denham bisa!”

Perhatikanlah bunga bakung, bunga bakung, bunga bakung...

“Pasta Gigi Denham.”

“Diam, diam, diam!” Ini permohonan, teriakan yang begitu

mencekam sehingga Montag tanpa sadar berdiri, sementara

para penumpang yang kaget di gerbong yang berisik itu

100


www.bacaan-indo.blogspot.com

menatapnya, mundur menjauhi pria dengan wajah sinting dan

lapar ini, mulutnya yang kering dan berceloteh tak keruan,

buku yang mengepak-ngepak di kepalan tangannya. Orangorang

yang baru saja duduk sambil mengetuk-ngetukkan kaki

mengikuti irama Pasta Gigi Denham, Pasta Gigi Denham,

Deterjen Gigi Keren Merek Denham, Pasta Gigi Pasta Gigi

Pasta Gigi Denham, satu dua, satu dua tiga, satu dua, satu

dua tiga. Orang-orang yang mulutnya samar-samar berkedut

menyuarakan Pasta Gigi Pasta Gigi Pasta Gigi. Sebagai pembalasan,

radio kereta memuntahkan banjir musik dari kaleng,

tembaga, perak, krom, dan kuningan. Orang-orang dihajar

sampai patuh, mereka tidak bisa lari ke mana pun; kereta udara

raksasa itu meluncur di terowongannya di bawah tanah.

“Bunga bakung di padang.”

“Denham’s.”

“Bunga bakung, kataku!”

Orang-orang menatapnya.

“Panggil penjaga.”

“Orang itu sudah gi…“

“Knoll View!”

Kereta mendesis sampai berhenti.

“Knoll View!” Teriakan.

“Denham.” Bisikan.

Mulut Montag hampir tak bergerak. “Bunga bakung...”

Pintu kereta bersiul membuka. Montag berdiri. Pintu

terbuka, dan menutup cepat. Baru saat itulah dia melompat

melewati penumpang-penumpang lain sambil menjerit

dalam hati, melesat melewati pintu yang meluncur tepat

sebelum menutup. Dia berlari di ubin putih melewati

terowongan-terowongan, tak mengacuhkan eskalator

karena dia ingin merasakan kakinya bergerak, lengannya

101


berayun, paru-parunya mengencang, mengendur, merasakan

kerongkongannya perih terkena udara. Sebuah suara melayang

mengikutinya, “Denham Denham Denham,” kereta mendesis

seperti ular. Kereta lenyap di dalam lubangnya.

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

“Siapa?”

“Montag di sini.”

“Kau mau apa?”

“Biarkan aku masuk.”

“Aku tidak berbuat apa-apa!”

“Aku sendirian, sialan!”

“Kau bersumpah?”

“Aku bersumpah!”

Pintu depan terbuka pelan-pelan. Faber mengintip keluar,

tampak sangat tua dalam cahaya dan amat rapuh dan sangat

ketakutan. Pria tua itu seperti sudah bertahun-tahun tidak

keluar rumah. Dia mirip sekali dengan tembok-tembok gips

putih di dalam. Ada warna putih di kulit mulut dan pipinya,

rambutnya putih dan matanya sudah pudar, dengan warna

putih dalam kebiruan samar. Lalu matanya hinggap pada

buku di tangan Montag, dan dia tidak tampak begitu tua lagi,

juga tidak begitu rapuh. Perlahan-lahan ketakutannya menghilang.

“Maaf. Kita harus berhati-hati.”

Dia memandang buku yang dikepit Montag dan tidak bisa

berhenti. “Berarti benar.”

Montag melangkah masuk. Pintu ditutup.

“Duduklah.” Faber mundur, seakan takut buku itu lenyap

102


www.bacaan-indo.blogspot.com

kalau dia berhenti memandangnya. Di belakangnya, pintu

kamar tidur terbuka, dan di dalam kamar itu, banyak sekali

mesin dan perkakas baja berserakan di meja. Montag hanya

melihat sekilas, karena begitu Faber melihat perhatiannya

teralihkan, dia cepat-cepat berbalik dan menutup pintu kamar

mandi, dan berdiri sambil memegangi kenop pintu dengan

tangan gemetaran. Pandangannya kembali, dengan takuttakut,

ke arah Montag, yang sekarang duduk dengan buku itu

di pangkuannya. “Buku itu—di mana kau…?”

“Aku mencurinya.”

Untuk pertama kali, Faber mendongak dan melihat lurus

ke wajah Montag. “Kau berani.”

“Tidak,” sahut Montag. “Istriku sekarat. Seorang temanku

sudah mati. Seseorang yang mungkin dulu temanku dibakar

tidak sampai 24 jam yang lalu. Hanya kau orang yang kukenal

yang mungkin bisa membantuku. Melihat. Melihat...”

Tangan Faber di lututnya terasa gatal. “Boleh kulihat?”

“Maaf.” Montag menyodorkan buku itu kepadanya.

“Sudah lama. Aku bukan orang religius. Tetapi sudah

lama.” Faber membolak-balik halaman buku, sesekali berhenti

untuk membaca. “Masih sebagus yang kuingat. Ya Tuhan,

betapa mereka telah mengubahnya di ‘ruang-ruang duduk’

kita zaman sekarang ini. Kristus adalah anggota ‘keluarga’ sekarang.

Aku sering bertanya-tanya apakah Tuhan mengenali

putraNya sendiri setelah mereka mengagung-agungkannya

seperti itu, atau malah merendahkannya? Dia seperti permen

saja sekarang, serba manis dan muluk kalau tidak sedang menyebut-nyebut

produk komersial tertentu secara terselubung,

yang pasti diperlukan semua penyembah.” Faber mengendus

buku itu. “Tahukah kau, bau buku seperti pala atau rempah-rempah

dari negeri asing? Waktu kecil, aku suka sekali

103


www.bacaan-indo.blogspot.com

menciumi bau buku. Astaga, dulu banyak sekali buku indah,

sebelum kita membiarkan mereka hilang.” Faber membalikbalik

halaman buku. “Mr. Montag, kau sedang memandang

seorang pengecut. Dulu sekali, aku sudah melihat arah keadaan.

Aku tidak mengatakan apa-apa. Aku salah satu orang

tak bersalah yang seharusnya bisa angkat suara ketika tidak

ada yang mau mendengarkan mereka yang ‘bersalah,’ tapi

aku tidak berbicara, karena itu aku pun bersalah. Dan ketika

akhirnya mereka menetapkan struktur untuk membakar

buku, menggunakan para pemadam kebakaran, aku mendengus

beberapa kali dan berhenti, karena pada waktu itu sudah

tidak ada orang lain yang mendengus atau berteriak bersamaku.

Sekarang, sudah terlambat.” Faber menutup Alkitab.

“Yah—bagaimana kalau kau bercerita, kenapa kau datang ke

sini?”

“Tidak ada lagi yang mendengarkan. Aku tidak bisa berbicara

kepada tembok karena tembok-tembok itu meneriaki

aku. Aku tidak bisa berbicara kepada istriku; dia mendengarkan

tembok. Aku hanya menginginkan seseorang untuk

mendengar perkataanku. Dan mungkin kalau aku berbicara

cukup lama, perkataanku akan mulai masuk akal. Dan aku

ingin kau mengajarku memahami apa yang kubaca.”

Faber mengamati wajah Montag yang kurus dan pipinya

yang kebiruan. “Bagaimana kau sampai terguncang? Apa

yang membuatmu ragu-ragu?”

“Entah. Kami memiliki segala yang kami perlukan untuk

berbahagia, tapi kami tidak bahagia. Ada yang kurang. Aku

melihat berkeliling. Satu-satunya yang aku tahu pasti sudah

tidak ada adalah buku-buku yang kubakar selama sepuluh

atau dua belas tahun ini. Jadi, kupikir mungkin buku bisa

membantu.”

104


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Kau terlalu berpikiran romantis,” kata Faber. “Lucu,

sebetulnya, seandainya keadaan tidak begitu serius. Bukan

buku yang kaubutuhkan, melainkan beberapa hal yang

dulu ada di dalam buku. Hal-hal yang sama bisa saja ada di

‘keluarga-keluarga ruang duduk’ hari ini. Detail dan kesadaran

tak berbatas yang sama bisa dipancarkan melalui radio dan

televisor, tetapi tidak ada. Tidak, tidak, sama sekali bukan

buku yang kaucari! Carilah di mana saja, dalam piringanpiringan

hitam tua, ilm-ilm lama, dan teman-teman lama;

carilah dalam alam dan carilah di dalam dirimu sendiri. Buku

hanyalah satu jenis wadah tempat kita menyimpan banyak

hal yang tidak ingin kita lupakan. Buku sama sekali tidak

ada ajaibnya. Keajaiban itu hanya ada di dalam apa yang

disampaikan buku-buku itu, bagaimana mereka menjahit

petak-petak semesta menjadi satu kain untuk kita. Tentu saja

kau tidak mungkin tahu ini, tentu saja kau masih tak bisa

memahami maksudku sewaktu aku mengatakan semua ini.

Secara naluriah, kau benar, itulah yang penting. Ada tiga hal

yang kurang.

“Nomor satu: Tahukah kau mengapa buku-buku seperti

ini begitu penting? Karena mereka memiliki kualitas. Dan

apa arti kualitas itu? Bagiku, artinya tekstur. Buku ini memiliki

pori-pori. Memiliki banyak sisi. Buku ini bisa ditelaah di

bawah mikroskop. Kau akan menemukan kehidupan di bawah

lensa mikroskop, yang mengalir lewat, banyak sekali tak

habis-habis. Semakin banyak porinya, semakin tepat detaildetail

hidup per sentimeter persegi yang bisa kaucatat pada

selembar kertas, semakin ‘menyastra’ juga dirimu. Pokoknya,

itu deinisiku. Detail yang penting. Detail yang segar. Penulis

yang bagus sering menyentuh kehidupan. Penulis yang biasabiasa

saja hanya mengusapnya sekilas. Penulis yang buruk

105


www.bacaan-indo.blogspot.com

memerkosa kehidupan dan membiarkannya menjadi makanan

lalat.

“Jadi, mengertikah kau sekarang, mengapa buku dibenci

dan ditakuti? Buku memperlihatkan pori-pori di wajah kehidupan.

Orang-orang yang nyaman hanya menginginkan wajah

mulus, tak berpori, tak berbulu, tak berekspresi. Kita hidup

pada masa ketika bunga berusaha hidup dari bunga lain,

bukannya tumbuh dari hujan yang cukup dan tanah humus

hitam. Petasan sekalipun, meski amat cantik, berasal dari reaksi

kimia bumi. Tetapi entah kenapa kita menyangka kita

bisa tumbuh, makan dari bunga dan petasan, tanpa melengkapi

siklus kembali kepada realita. Tahukah kau legenda Herkules

dan Anteus, pegulat raksasa itu, yang kekuatannya luar

biasa asalkan dia berdiri teguh di muka bumi? Tetapi ketika

dia diangkat ke udara oleh Herkules, sehingga kakinya tidak

lagi menapak bumi, dia pun tewas dengan mudah. Kalau tidak

ada suatu makna dalam legenda itu bagi kita hari ini, di

kota ini, pada zaman kita ini, berarti aku sudah benar-benar

tidak waras. Nah, itulah hal pertama yang kita butuhkan.

Kualitas, tekstur informasi.”

“Dan yang kedua?”

“Waktu bersantai.”

“Oh, tapi kami punya banyak waktu bersantai.”

“Waktu senggang, ya. Tapi waktu untuk berpikir? Kalau

kau tidak menyetir dengan kecepatan 160 kilometer per jam,

begitu cepat sehingga kau tidak bisa memikirkan apa-apa selain

bahaya, maka kau bermain atau duduk di kamar, tidak

bisa berbantah dengan televisor empat tembok. Mengapa?

Televisor itu ‘sungguhan.’ Ada di depanmu, dan berdimensi.

Televisor itu mendiktekan apa yang harus kaupikirkan dan

menyuarakannya keras-keras. Berarti dia pasti benar. Kelihat-

106


www.bacaan-indo.blogspot.com

annya sangat benar. Dia mengantarmu begitu cepat ke kesimpulan-kesimpulannya

sendiri sehingga otakmu tidak sempat

memprotes, ‘Omong kosong!’”

“Hanya ‘keluarga’ yang ‘orang.’”

“Maaf?”

“Istriku berkata buku tidak ‘sungguhan.’”

“Syukurlah. Kau bisa menutup buku dan berkata, ‘Tunggu

sebentar.’ Kau bersikap seperti Tuhan terhadap buku.

Tapi siapa yang bisa melepaskan diri dari cengkeraman yang

menjeratmu ketika kau menjatuhkan benih di ruang duduk

TV? Televisor itu menumbuhkan bentuk apa pun yang diinginkannya

terhadapmu! Tontonan itu lingkungan yang

sama nyata dengan dunia sungguhan. Tontonan itu menjadi

dan adalah kebenaran. Buku bisa dikalahkan dengan logika.

Tetapi dengan segenap pengetahuan dan skeptisismeku, aku

belum pernah bisa berdebat dengan orkes simfoni yang terdiri

atas seratus alat musik, berwarna, tiga dimensi, dan yang

berada di dalam dan menjadi bagian dari ruang-ruang duduk

yang luar biasa itu. Sebagaimana kaulihat, ruang dudukku

tidak lebih dari empat tembok gips. Dan di sini.” Dia menunjukkan

dua penyumbat telinga kecil dari karet. “Untuk

telingaku, tiap kali aku naik jet bawah tanah.”

“Pasta Gigi Denham; mereka tidak bekerja, dan tidak memintal,”

kata Montag dengan mata terpejam. “Ke mana kita

dari sini? Apakah buku akan membantu kita?”

“Hanya kalau hal ketiga yang diperlukan bisa diberikan

kepada kita. Nomor satu, seperti kataku tadi, adalah kualitas

informasi. Nomor dua: waktu bersantai untuk mencernanya.

Dan nomor tiga: hak untuk melaksanakan tindakan-tindakan

berdasarkan apa yang kita pelajari dari interaksi nomor satu

dan nomor dua. Dan menurutku seorang pria yang sangat tua

107


www.bacaan-indo.blogspot.com

dan seorang petugas kebakaran yang mulai meragukan hidupnya

tidak bisa berbuat banyak dalam kondisi sudah sangat

terlambat ini...”

“Aku bisa mendapatkan buku-buku.”

“Kau mengambil risiko.”

“Itulah bagusnya kalau kita sekarat; karena sudah tidak

rugi apa-apa lagi, kita bisa mengambil risiko apa saja yang

kita inginkan.”

“Nah, ucapanmu itu menarik,” ujar Faber sambil tertawa,

“tanpa membacanya dulu!”

“Apakah hal-hal seperti itu ada di dalam buku? Tapi perkataan

itu muncul begitu saja di dalam benakku!”

“Lebih bagus lagi. Kau tidak menghiasnya agar terdengar

lebih keren untukku atau siapa pun, bahkan untuk dirimu

sendiri.”

Montag mencondongkan tubuh ke depan. “Tadi siang aku

berpikir, kalau buku-buku itu memang berharga, kita mungkin

bisa mencari mesin cetak dan mencetak beberapa jilid lagi…“

“Kita?”

“Kau dan aku.”

“Oh, tidak!” Faber duduk tegak.

“Tapi biar kujelaskan dulu rencanaku…“

“Kalau kau memaksa menjelaskannya, aku harus memintamu

pergi.”

“Tapi apakah kau tidak tertarik?”

“Tidak kalau kau memulai omongan yang mungkin akan

membuatku dibakar. Satu-satunya jalan aku mungkin bersedia

mendengarkanmu adalah kalau… entah bagaimana… struktur

petugas kebakaran itu sendiri bisa dibakar. Kalau kau menyarankan

kita mencetak buku dan menyembunyikannya di

markas-markas pembakaran di seluruh negara ini, sehingga

108


www.bacaan-indo.blogspot.com

benih-benih kecurigaan tersebar di antara para penggila api

itu, barulah aku akan bilang, bravo!”

“Sembunyikan buku-buku di tempat yang bisa ditemukan,

laporkan alarm, dan saksikan markas-markas pembakaran

dibakar, itukah maksudmu?”

Faber menaikkan alis dan memandang Montag, seakanakan

sedang melihat seorang yang baru. “Aku hanya bercanda

tadi.”

“Kalau menurutmu rencana itu pantas dicoba, aku percaya

saja padamu bahwa itu mungkin berguna.”

“Kau tidak bisa menjamin hal-hal seperti itu! Bagaimanapun,

saat kita memiliki semua buku yang kita butuhkan, kita

masih bersikeras mencari tebing tertinggi untuk melompat.

Tapi kita memang perlu beristirahat sebentar. Kita memang

membutuhkan pengetahuan. Dan mungkin seribu tahun

lagi, kita bisa memilih tebing-tebing yang lebih kecil untuk

melompat. Buku-buku ada untuk mengingatkan kita betapa

dungunya kita ini. Mereka adalah pengawal khusus Caesar,

yang berbisik saat pawai meraung di sepanjang jalan, ‘Ingat,

Caesar, Anda manusia yang bisa mati.’ Sebagian besar orang

tidak bisa berlari ke sana-sini, berbicara dengan semua orang,

mengetahui semua kota di dunia, kita tidak punya waktu,

uang, atau teman sebanyak itu. Hal-hal yang kaucari, Montag,

ada di dunia ini, tetapi 99 persen di antaranya hanya bisa

kaualami di dalam buku, itu satu-satunya cara bagi orang

rata-rata. Jangan meminta jaminan. Dan jangan mencari

keselamatan dari satu hal, orang, mesin, atau perpustakaan

mana pun. Selamatkan dirimu sendiri, dan kalau kau tenggelam,

setidaknya matilah dengan mengetahui bahwa kau menuju

pantai.”

Faber berdiri dan mulai mondar-mandir di ruangan itu.

109


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Jadi, bagaimana?” tanya Montag.

“Kau benar-benar serius?”

“Sangat serius.”

“Harus kuakui, itu rencana yang sangat licik, .” Faber melihat

ke arah pintu kamar tidurnya dengan gugup. “Melihat

markas-markas pembakaran terbakar di seluruh negeri, dihancurkan

sebagai sarang pengkhianatan terhadap negara. Si

salamander melahap ekornya sendiri! Ho, Tuhan!”

“Aku punya daftar tempat tinggal para petugas kebakaran

di mana-mana. Dengan semacam kedok…“

“Kau tidak boleh memercayai orang, itulah bagian kotornya.

Kau dan aku dan siapa lagi yang akan menyalakan api?”

“Apakah tidak ada profesor-profesor lain seperti dirimu,

mantan penulis, sejarahwan, ahli bahasa...?”

“Yang sudah mati atau uzur?”

“Makin tua makin baik; mereka akan luput dari perhatian.

Kau tahu puluhan orang, akuilah!”

“Oh, aktor-aktor saja banyak yang sudah bertahun-tahun

tidak memerankan Pirandello atau Shaw atau Shakespeare karena

drama-drama mereka terlalu sadar akan dunia. Kita bisa

memanfaatkan amarah mereka. Dan kita bisa menggunakan

murka jujur para sejarahwan yang sudah empat puluh tahun

tidak menuliskan satu kalimat pun. Benar, kita bisa mengadakan

kelas yang mengajarkan berpikir dan membaca.”

“Ya!”

“Tetapi itu hanya mengerikiti pinggiran masalahnya. Seluruh

kultur ini sudah rusak. Kerangkanya perlu dilelehkan dan

dibentuk ulang. Demi Tuhan, ini tidak sekadar memungut

buku yang kauletakkan setengah abad yang lalu. Ingatlah,

para petugas kebakaran jarang sekali diperlukan. Masyarakat

berhenti membaca atas kemauan mereka sendiri. Kalian para

110


www.bacaan-indo.blogspot.com

petugas kebakaran sesekali menyediakan tontonan, membakar

bangunan-bangunan, dan orang-orang berkerumun untuk

menyaksikan kobaran api yang indah, tetapi sebenarnya

ini cuma atraksi sampingan kecil, dan hampir tak diperlukan

untuk menjaga ketertiban. Sedikit sekali orang yang masih

ingin memberontak. Dan di antara sedikit orang itu, sebagian

besar, seperti aku sendiri, mudah ditakut-takuti. Bisakah kau

menari lebih cepat daripada Badut Putih, berteriak lebih keras

daripada ‘Mr. Gimmick’ dan ‘keluarga-keluarga’ di ruang

duduk? Kalau bisa, rencanamu akan terwujud, Montag. Yang

pasti, kau ini bodoh. Orang-orang senang, kok.”

“Bunuh diri! Membunuh!”

Selama mereka berbicara, pertempuran antara pesawatpesawat

pengebom terus bergeser ke timur, dan baru sekarang

keduanya berhenti dan mendengarkan, merasakan bunyi jet

membahana bergetar di dalam diri mereka sendiri.

“Sabar, Montag. Biarkan perang mematikan ‘keluargakeluarga’

itu. Peradaban kita sudah mulai membanting dirinya

sendiri sampai pecah berkeping-keping. Mundurlah dari

proses seleksi ini.”

“Harus ada orang yang siap ketika semua ini meledak.”

“Apa? Orang-orang yang mengutip Milton? Yang mengatakan,

aku ingat Sophocles? Mengingatkan mereka yang selamat

bahwa manusia juga punya sisi baik? Mereka hanya akan

memunguti batu untuk melempari satu sama lain. Montag,

pulanglah. Tidurlah. Untuk apa menyia-nyiakan jam-jam

terakhir hidupmu dengan berpacu di dalam sangkarmu, menyangkal

bahwa kau ini tupai?”

“Berarti kau tidak peduli lagi?”

“Aku begitu peduli sampai-sampai aku sakit.”

“Dan kau tidak mau membantuku?”

111


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Selamat malam, selamat malam.”

Tangan Montag memungut Alkitab itu. Dia melihat apa

yang dilakukan tangannya, dan tampak terkejut.

“Bagaimana kalau ini kauambil saja?”

Kata Faber, “Aku rela mengorbankan lengan kananku.”

Montag berdiri dan menunggu hal berikutnya terjadi.

Tangannya bergerak sendiri, seperti dua orang yang bekerja

bersama-sama, dan mulai menyobeki halaman-halaman buku

itu. Tangannya mencabik lembar kosong paling depan, lalu

halaman pertama, lalu halaman kedua.

“Bodoh, apa yang kaulakukan!” Faber melompat berdiri,

seakan baru dipukul. Dia menerkam Montag. Montag mendorongnya

dan membiarkan tangannya terus bekerja. Enam

lembar lagi jatuh ke lantai. Dia memungut kertas-kertas itu

dan meremasnya di bawah tatapan Faber.

“Jangan, oh, jangan!” ujar pria tua itu.

“Siapa yang bisa melarangku? Aku petugas kebakaran.

Aku bisa membakarmu!”

Pria tua itu berdiri dan menatapnya. “Kau tidak akan melakukannya.”

“Aku bisa saja!”

“Buku itu. Jangan disobek lagi.” Faber terenyak ke

kursi, wajahnya pucat pasi, mulutnya gemetaran. “Jangan

membuatku merasa lebih letih lagi. Apa yang kauinginkan?”

“Aku ingin kau mengajarku.”

“Baiklah, baiklah.”

Montag meletakkan buku itu. Dia mulai membuka lembar-lembar

yang tadi diremasnya dan meratakannya, sementara

pria tua itu memperhatikannya dengan letih.

Faber menggeleng, seakan baru bangun.

112


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Montag, apakah kau punya uang?”

“Sedikit. Empat, lima ratus dolar. Kenapa?”

“Bawalah. Aku kenal orang yang mencetakkan koran universitas

kami setengah abad yang lalu. Tahun itu aku masuk

kelas pada awal semester baru dan mendapati hanya satu mahasiswa

mendaftar untuk kelas Drama dari Aeschylus hingga

O’Neill. Kau mengerti? Betapa mirip dengan patung es yang

indah, meleleh terkena sinar matahari. Aku ingat korankoran

berguguran seperti ngengat-ngengat raksasa. Tidak ada

yang menginginkan koran-koran itu kembali. Tidak ada yang

merindukan mereka. Lalu ketika Pemerintah melihat betapa

menguntungkan kalau orang-orang hanya membaca tentang

kisah asmara dan baku hantam, mereka mengukuhkan situasi

ini dengan para pemakan apimu itu. Jadi, Montag, ada

tukang cetak yang menganggur. Kita bisa memulai beberapa

buku, dan menunggu perang untuk mendobrak jalan hidup

yang sudah mengakar ini, dan memberi dorongan yang kita

perlukan. Beberapa bom, dan ‘keluarga-keluarga’ di temboktembok

rumah akan tutup mulut, seperti tikus! Dalam keheningan

itu, bisikan kita mungkin akan terdengar.”

Keduanya berdiri memandangi buku di meja.

“Aku sudah mencoba mengingatnya,” kata Montag. “Tapi

langsung hilang begitu aku menoleh. Ya Tuhan, aku ingin

sekali mengatakan sesuatu pada Kapten. Dia sudah cukup

banyak membaca, jadi dia selalu bisa menjawab semua pertanyaan,

atau kelihatannya bisa menjawab. Suaranya lembut.

Aku khawatir dia akan membujukku agar kembali seperti

dulu lagi dengan omongannya. Baru seminggu yang lalu, aku

berpikir, sambil memompa slang bensin: Wah, asyik sekali!”

Pria tua itu mengangguk. “Mereka yang tidak memba-

113


www.bacaan-indo.blogspot.com

ngun harus membakar. Cerita tua, sama tuanya dengan sejarah

dan anak berandalan.”

“Jadi, itulah aku.”

“Setiap orang sedikit banyak seperti itu.”

Montag beranjak ke pintu depan. “Bisakah kau membantuku

dengan cara apa saja malam ini, dengan Kapten? Aku

perlu payung untuk menghindari hujan. Aku takut akan

tenggelam kalau dia berhasil memengaruhiku lagi.”

Pria tua itu tidak mengatakan apa-apa, hanya melirik sekali

lagi, dengan gugup, ke kamar tidurnya. Montag menangkap

lirikannya itu. “Kenapa?”

Pria tua itu menarik napas panjang, menahannya, lalu

mengembuskannya. Dia menarik napas lagi, dengan mata

terpejam dan mulut tegang, dan akhirnya mengembuskan

napas. “Montag...”

Pria tua itu akhirnya berbalik dan berkata, “Ikutlah. Sebetulnya

aku sudah akan membiarkanmu berjalan keluar dari

rumahku tadi. Aku memang pengecut tua yang bodoh.”

Faber membuka pintu kamar tidur dan mengajak Montag

masuk ke sebuah kamar kecil; di sana ada meja, di atasnya

ada sejumlah perkakas logam, bergeletakan di antara bermacam-macam

kawat setipis rambut, kumparan-kumparan mungil,

spul dan kristal.

“Apa ini?” tanya Montag.

“Bukti bahwa aku luar biasa pengecut. Sudah bertahuntahun

aku hidup sendirian, melemparkan gambar-gambar ke

tembok-tembok dengan imajinasiku. Mengotak-atik elektronika,

transmisi radio, itulah hobiku sejak dulu. Sifat pengecutku

begitu kuat, menunjang semangat revolusioner yang

hidup dalam bayangannya, sehingga aku terpaksa merancang

ini.”

114


www.bacaan-indo.blogspot.com

Dia memungut benda logam hijau kecil yang tidak lebih

besar daripada peluru berkaliber .22.

“Aku membayar semua ini—dengan apa? Bermain saham,

tentu saja, perlindungan terakhir di dunia bagi orang intelek

berbahaya yang menganggur. Yah, aku memainkan pasar dan

membangun semua ini, dan aku menunggu. Dengan gemetaran

aku menunggu lama sekali, menunggu seseorang berbicara

denganku. Aku tidak berani berbicara dengan siapa

pun. Hari itu, di taman, waktu kita duduk bersama, aku tahu

suatu hari kau mungkin akan singgah, entah membawa api

atau persahabatan, sulit ditebak. Sudah berbulan-bulan benda

kecil ini siap. Tapi aku hampir membiarkanmu pergi tadi, saking

takutnya aku!”

“Kelihatannya seperti Radio Seashell.”

“Dan lebih dari itu! Benda ini bisa mendengarkan! Kalau

kau memasangnya di telingamu, Montag, aku bisa duduk

nyaman di rumah, menghangatkan tulang-tulangku yang

ketakutan, mendengar dan menganalisis dunia para petugas

kebakaran, menemukan kelemahan-kelemahannya, tanpa

menghadang bahaya. Aku Ratu Lebah yang aman di sarang.

Kau menjadi lebah pekerja, telinga yang berkeliaran. Akhirnya,

aku bisa menyebarkan telinga ke semua bagian kota, dengan

banyak orang, mendengarkan dan mengevaluasi. Kalau

para lebah pekerja mati, aku masih aman di rumah, memelihara

ketakutanku dengan kenyamanan maksimal dan risiko

minimal. Kaulihat betapa kecil bahaya yang kuhadapi, betapa

hinanya aku?”

Montag memasukkan peluru hijau itu ke dalam telinganya.

Pria tua itu memasukkan benda serupa ke dalam telinganya

sendiri dan menggerakkan bibirnya.

“Montag!”

115


Suara itu terdengar di dalam kepala Montag.

“Aku mendengarmu!”

Pria tua itu tertawa. “Kau juga terdengar jelas!” Faber berbisik,

tetapi suara di dalam kepala Montag jelas. “Pergilah ke

pangkalan kalau sudah waktunya. Aku akan mengikutimu.

Kita dengarkan Kapten Beatty ini bersama-sama. Bisa saja

dia salah satu dari kita. Siapa tahu. Aku akan mengajarmu

apa yang harus kaukatakan. Akan kita tampilkan pertunjukan

bagus untuknya. Apakah kau membenciku karena kepengecutan

elektronikku ini? Lihat, ini aku mengutusmu ke

dalam malam, sedangkan aku tetap di belakang layar dengan

memasang telinga agar kepalamu yang dipenggal.”

“Kita semua punya tugas masing-masing,” kata Montag.

Dia meletakkan Alkitab di tangan pria tua itu. “Ini. Aku

akan mencoba mengembalikan buku lain untuk menggantikannya.

Besok…“

“Aku akan menemui tukang cetak yang menganggur itu,

ya; setidaknya itu bisa kulakukan.”

“Selamat malam, Profesor.”

“Bukan selamat malam. Aku akan menyertaimu selama

sisa malam ini, seperti nyamuk cuka yang menggelitik kupingmu

waktu kau membutuhkan aku. Tetapi pokoknya, selamat

malam dan semoga berhasil.”

Pintu dibuka dan ditutup. Montag berada di jalan gelap

lagi, memandangi dunia.

www.bacaan-indo.blogspot.com

* * *

Kau bisa merasakan perang bersiap-siap di langit malam itu.

Dari cara awan-awan bergerak menyingkir lalu kembali, dan

116


www.bacaan-indo.blogspot.com

dari jutaan bintang yang berenang di antara awan-awan, seperti

piringan-piringan musuh, dan perasaan bahwa langit

mungkin akan runtuh menimpa kota dan mengubahnya

menjadi debu kapur, dan bulan dilalap api merah; begitulah

malam itu rasanya.

Montag berjalan dari kereta bawah tanah dengan uang di

sakunya (dia baru mampir ke bank yang buka sepanjang malam

tiap malam, dilayani teller robot), dan sambil berjalan,

dia mendengarkan Radio Seashell di satu telinganya... “Kita

telah memobilisasi satu juta orang. Kemenangan pasti segera

kita raih bila perang datang...” Musik dengan cepat mengguyur

suara itu, dan suara itu pun lenyap.

“Sepuluh juta orang dimobilisasi,” suara Faber berbisik di

telinga satunya. “Tapi katakan saja satu juta. Biar lebih gembira.”

“Faber?”

“Ya?”

“Aku tidak berpikir. Aku hanya melakukan perintah,

seperti biasa. Kau menyuruhku mengambil uang, dan aku

mengambilnya. Aku tidak benar-benar memikirkannya sendiri.

Kapan aku akan mulai memikirkan segala sesuatu sendiri?”

“Kau sudah mulai, dengan mengatakan apa yang baru saja

kaukatakan. Kau harus percaya saja padaku.”

“Aku juga percaya saja pada yang lain!”

“Ya, dan lihat arah mana yang kita tuju. Kau harus berjalan

tanpa melihat untuk beberapa waktu. Ini tanganku, untuk

kaupegang.”

“Aku tidak ingin berpindah ke pihak lain, lalu hanya

disuruh-suruh. Buat apa pindah kalau hanya seperti itu.”

“Cepat sekali kau menjadi bijaksana!”

117


Montag merasa kakinya menggerakkannya ke trotoar, ke

arah rumahnya. “Teruslah berbicara.”

“Bagaimana kalau aku membaca? Aku akan membaca

agar kau bisa ingat. Aku hanya tidur lima jam tiap malam.

Tidak ada kegiatan. Kalau kau mau, aku akan membaca untukmu

sampai kau tertidur tiap malam. Kata orang, kau menyerap

pengetahuan sekalipun sedang tidur, kalau ada yang

membisikkannya di telingamu.”

“Ya.”

“Ini.” Jauh di seberang kota di tengah malam, terdengar

bisikan samar halaman buku yang dibalik. “Kitab Ayub.”

Bulan bangkit di langit sementara Montag berjalan, bibirnya

bergerak sedikit saja.

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

Dia sedang makan malam pada pukul sembilan ketika pintu

depan berteriak di lorong, dan Mildred berlari dari ruang

duduk, seperti suku pribumi yang melarikan diri dari letusan

Gunung Vesuvius. Mrs. Phelps dan Mrs. Bowles masuk dari

pintu depan dan menghilang ke dalam mulut gunung berapi

itu dengan tangan membawa martini. Montag berhenti makan.

Mereka seperti lampu gantung kristal mengerikan yang

berdenting seribu kali, dia melihat senyuman menyeringai

lebar yang berkobar menembus tembok-tembok rumah, dan

sekarang mereka menjerit-jerit satu sama lain, mengalahkan

hiruk-pikuk di sana.

Montag berdiri di ambang pintu ruang duduk, dengan makanan

masih di dalam mulutnya.

“Semuanya kelihatan cantik, ya!”

118


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Cantik.”

“Kau tampak sehat, Millie!”

“Sehat.”

“Semua tampak senang.”

“Senang.”

Montag berdiri sambil menonton mereka.

“Sabar,” bisik Faber.

“Aku seharusnya tidak di sini,” bisik Montag, seperti berbicara

sendiri. “Aku seharusnya dalam perjalanan kembali ke

tempatmu dengan uang itu.”

“Besok juga bisa. Hati-hati!”

“Acara ini luar biasa, kan?” seru Mildred.

“Luar biasa!”

Di satu tembok, seorang wanita tersenyum sambil meminum

jus jeruk. Bagaimana dia bisa melakukan kedua hal

itu sekaligus, pikir Montag, seperti orang gila. Di temboktembok

lain, rontgen wanita yang sama menunjukkan perjalanan

sempit minuman menyegarkan itu ke perutnya yang

kegirangan! Tiba-tiba saja kamar itu lepas landas seperti roket,

melesat ke awan-awan, lalu terjun ke laut hijau limau

tempat ikan biru memakan ikan merah dan kuning. Semenit

kemudian, Tiga Badut Kartun Putih saling memotong tungkai-tungkai

dengan diiringi gelombang gelak tawa membahana.

Dua menit lagi, dan ruangan itu melesat ke luar kota,

ke mobil-mobil jet yang kebut-kebutan mengitari arena, bertabrakan

dan mundur dan bertabrakan lagi. Montag melihat

beberapa tubuh beterbangan di udara.

“Millie, apakah kau melihat itu?”

“Aku melihatnya, aku melihatnya!”

Montag merogoh ke dalam tembok ruang duduk dan menarik

saklar utama. Gambar-gambar itu memudar dan hi-

119


www.bacaan-indo.blogspot.com

lang, seperti air yang disedot dari mangkuk kristal raksasa

berisi ikan-ikan yang histeris.

Ketiga wanita itu perlahan-lahan menoleh dan memandang

Montag dengan rasa jengkel dan tak suka yang tidak

mereka sembunyikan.

“Menurut kalian, kapan perang akan dimulai?” kata Montag.

“Kulihat suami-suami kalian tidak di sini malam ini.”

“Oh, mereka datang dan pergi, datang dan pergi,” kata

Mrs. Phelps. “Masuk lagi keluar lagi terserahlah, Angkatan

Darat menghubungi Pete kemarin. Dia akan kembali minggu

depan. Itu kata mereka. Perangnya cepat. Empat puluh delapan

jam kata mereka, lalu semua pulang. Itu kata mereka.

Perangnya cepat. Pete dipanggil kemarin dan mereka bilang

dia akan kembali minggu depan. Perangnya...”

Ketiga wanita itu bergerak-gerak gelisah dan memandang

tembok-tembok berwarna lumpur yang kosong itu dengan

gugup.

“Aku tidak khawatir,” kata Mrs. Phelps. “Biar Pete saja

yang khawatir.” Dia cekikikan. “Akan kubiarkan Pete saja

yang khawatir. Aku tidak. Aku tidak khawatir.”

“Kata mereka, selalu suami orang lain yang mati.”

“Aku juga pernah dengar itu. Aku belum pernah kenal

orang mati yang tewas dalam perang. Tewas karena meloncat

dari bangunan, ya, seperti suami Gloria minggu lalu, tapi karena

perang? Tidak.”

“Tidak karena perang,” ujar Mrs. Phelps. “Pokoknya, aku

dan Pete selalu bilang, tidak usah menangis, tidak usah seperti

itu. Ini pernikahan ketiga kami dan kami mandiri. Mandirilah,

kami selalu bilang. Dia bilang, kalau aku mati, kau

teruskan saja hidup dan jangan menangis, tapi menikahlah

lagi, dan jangan pikirkan aku.”

120


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Aku jadi teringat,” kata Mildred. “Apakah kalian menonton

kisah cinta lima menit Clara Dove tadi malam di tembok

kalian? Nah, ceritanya tentang wanita yang…“

Montag diam saja, hanya berdiri memandangi wajah ketiga

wanita itu, seperti dulu dia memandangi wajah orang-orang

suci di gereja asing yang dimasukinya waktu dia masih kecil.

Wajah makhluk-makhluk berlapis enamel itu tidak berarti

baginya, meskipun dia berbicara kepada mereka dan berdiri

di gereja itu lama sekali, berusaha menjadi bagian dari agama

itu, berusaha mengetahui apa agama itu, berusaha menghirup

cukup banyak dupa mentah dan debu khusus tempat itu ke

dalam paru-parunya, lalu ke dalam darahnya, agar tersentuh

dan prihatin oleh makna pria-pria dan wanita-wanita berwarna-warni

dengan mata porselen dan bibir semerah darah

itu. Tapi tidak ada apa-apa, tidak ada apa-apa; rasanya sama

saja dengan berjalan-jalan di toko, dan mata uangnya terasa

aneh dan tak bisa dipakai di sana, dan hatinya dingin, bahkan

sewaktu dia menyentuh kayu dan gips dan tanah liat di sana.

Demikian pula sekarang, di ruang duduknya sendiri, di sana

wanita-wanita ini menggeliat di kursi di bawah tatapannya,

menyalakan rokok, meniup asap, menyentuh rambut mereka

yang dipanggang matahari dan mengamati kuku tangan mereka

yang membara seakan terbakar oleh pandangannya. Wajah

mereka kini seperti dihantui keheningan. Mereka mencondongkan

tubuh ke depan mendengar Montag menelan potongan

makanan terakhir. Mereka mendengarkan napasnya

yang memburu. Ketiga tembok kosong di ruangan itu seperti

kening-kening pucat raksasa-raksasa yang tidur, kosong dari

mimpi. Montag merasa kalau kau menyentuh ketiga kening

melompong ini, kau akan merasakan keringat asin yang halus

di ujung-ujung jarimu. Keringat menggenang tanpa bersuara,

121


www.bacaan-indo.blogspot.com

dan getaran tak terdengar di sekitar dan di dekat dan di dalam

para wanita itu membara penuh ketegangan. Sewaktu-waktu

mereka mungkin akan memperdengarkan desisan panjang

meletup-letup dan meledak.

Montag menggerakkan bibir.

“Ayo kita mengobrol.”

Wanita-wanita itu terlonjak dan menatap dengan tercengang.

“Bagaimana kabar anak-anakmu, Mrs. Phelps?” tanya

Montag.

“Kau tahu aku tidak punya anak! Tuhan tahu, tidak ada

orang waras yang mau punya anak!” jawab Mrs. Phelps, tidak

yakin mengapa dia marah kepada pria ini.

“Menurutku tidak,” kata Mrs. Bowles. “Aku pernah melahirkan

dua anak melalui operasi Caesar. Tidak ada gunanya

mengalami kesakitan hanya untuk punya bayi. Dunia harus

beranak-pinak, kau tahu, umat manusia harus terus ada. Lagi

pula, kadang-kadang mereka mirip denganmu, dan itu menyenangkan.

Dua operasi Caesar memberiku anak, benar.

Oh, dokterku berkata, tidak perlu operasi Caesar; pinggulmu

cukup lebar, semuanya normal, tapi aku memaksa.”

“Caesar atau tidak, anak-anak bisa membangkrutkan keluarga;

kau sudah gila,” tukas Mrs. Phelps.

“Sembilan dari sepuluh hari, aku menaruh anak-anak di

sekolah. Aku hanya perlu berurusan dengan mereka waktu

mereka pulang, tiga hari sebulan; tidak terlalu buruk, kok.

Bawa mereka ke ‘ruang duduk,’ dan nyalakan saklar. Seperti

mencuci baju; masukkan baju kotor dan tutup pintu.” Mrs.

Bowles terkikik. “Mereka tidak pernah marah, malah senang

sekali. Syukurlah, aku bisa bersantai!”

Ketiga wanita itu tertawa, memperlihatkan lidah.

122


www.bacaan-indo.blogspot.com

Mildred duduk sebentar, lalu, ketika melihat Montag masih

di ambang pintu, dia menepukkan kedua tangannya. “Ayo

kita membicarakan politik, biar Guy senang!”

“Boleh juga,” kata Mrs. Bowles. “Aku ikut pemilihan yang

terakhir, seperti semua orang lain, dan aku memilih Presiden

Noble. Menurutku dia salah satu pria paling tampan yang

pernah menjadi presiden.”

“Oh, tapi orang yang mereka usung untuk menjadi saingannya!”

“Tidak begitu menarik, ya? Agak kecil dan biasa-biasa

saja, cukurannya tidak begitu rapi dan sisiran rambutnya juga

tidak bagus.”

“Apakah orang-orang ‘Outs itu sudah gila mengusungnya?

Mana bisa orang kecil pendek begitu bersaing dengan orang

jangkung. Lagi pula—bicaranya seperti bergumam. Aku hampir

tak pernah bisa mendengar omongannya. Dan apa yang

bisa kudengar, tidak bisa kumengerti!”

“Dia juga gendut, dan tidak berusaha mengatur pakaiannya

untuk menyembunyikan itu. Pantas saja Winston Noble

menang telak. Nama mereka juga membantu. Bandingkan

Winston Noble dengan Hubert Hoag selama sepuluh detik

saja, dan kau hampir bisa meramalkan hasilnya.”

“Sialan!” seru Montag. “Kalian tahu apa tentang Hoag

dan Noble!”

“Lho, mereka ada di tembok ruang duduk itu, tidak sampai

enam bulan lalu. Yang satu selalu mengupil; aku gemas

melihatnya.”

“Nah, Mr. Montag,” ujar Mrs. Phelps, “memangnya kau

mau kami memilih pria seperti itu?”

Wajah Mildred berseri. “Kau minggir saja dari pintu, Guy,

dan jangan membuat kami gugup.”

123


www.bacaan-indo.blogspot.com

Tetapi Montag sudah pergi, dan sebentar kemudian kembali

dengan membawa buku.

“Guy!”

“Sialan, sialan, sialan!”

“Kau membawa apa itu; bukankah itu buku? Kusangka

semua pelatihan khusus belakangan ini dilakukan dengan

ilm.” Mrs. Phelps mengerjapkan mata. “Kau sedang belajar

teori petugas kebakaran?”

“Teori, persetan,” kata Montag. “Ini puisi.”

“Montag.” Bisikan.

“Jangan ganggu aku!” Montag merasa dirinya berputar

dalam satu raungan dan desisan dan dengungan yang melingkar-lingkar

luas.

“Montag, tunggu, jangan...”

“Apakah kau mendengar mereka, apakah kau mendengar

monster-monster ini berbicara tentang monster-monster? Ya

Tuhan, cara mereka mengoceh tentang orang-orang dan anakanak

mereka sendiri dan diri mereka sendiri dan cara mereka

berbicara tentang suami-suami mereka dan tentang perang,

gila, aku berdiri di sana dan aku tidak bisa memercayainya!”

“Asal kau tahu, aku tidak mengucapkan sepatah kata pun

tentang perang tadi,” ujar Mrs. Phelps.

“Kalau puisi, aku benci puisi,” kata Mrs. Bowles.

“Apakah kau pernah mendengar puisi?”

“Montag,” suara Faber bernada keras. “Kau akan menghancurkan

segalanya. Diamlah, bodoh!”

Ketiga wanita itu berdiri.

“Duduk!”

Mereka duduk.

“Aku mau pulang,” kata Mrs. Bowles dengan suara gemetar.

“Montag, Montag, kumohon, demi Tuhan, apa yang akan

kaulakukan?” Faber memohon.

124


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Bagaimana kalau kaubacakan saja salah satu puisi dari

buku kecilmu itu.” Mrs. Phelps mengangguk. “Pasti sangat

menarik.”

“Tidak bisa,” Mrs. Bowles melolong. “Kita tidak boleh!”

“Yah, lihatlah Mr. Montag, dia ingin membacanya, aku

tahu itu. Dan kalau kita mendengarkan dengan baik, Mr.

Montag akan senang dan mungkin kita bisa melakukan hal

lain.” Dengan gugup dia melirik tembok-tembok panjang

yang kosong, yang memagari mereka.

“Montag, kalau kau melakukan ini, aku akan memutuskan

hubungan, dan aku akan pergi.” Kumbang itu menyodok

telinganya. “Apa gunanya ini, apa yang akan kaubuktikan!”

“Menakut-nakuti mereka, itu dia, membuat mereka setengah

mati ketakutan!”

Mildred memandangi udara kosong itu. “Guy, kau berbicara

dengan siapa?”

Sebatang jarum perak menusuk otak Montag. “Montag,

dengar, hanya ada satu jalan keluar, katakan ini cuma lelucon,

cepat cari alasan, dan berpura-puralah kau sama sekali tidak

gila. Lalu—berjalanlah ke mesin pembakar di tembokmu, dan

buang buku itu ke sana!”

Mildred sudah mengantisipasi ini dengan suara bergetar.

“Ibu-Ibu, setahun sekali, setiap petugas kebakaran diizinkan

membawa pulang satu buku, dari zaman dahulu, untuk menunjukkan

pada keluarga mereka betapa konyolnya buku itu,

betapa benda semacam itu bisa membuatmu gugup, membuatmu

gila. Kejutan Guy malam ini adalah membacakan satu

sampel pada kalian untuk menunjukkan betapa kacaunya

buku itu, agar tak satu pun dari kita harus repot-repot memusingkan

kepala dengan sampah itu lagi, benar kan, Sayang?”

Montag meremas buku itu.

125


“Katakan ‘ya.’”

Mulut Montag bergerak seperti mulut Faber:

“Ya.”

Mildred merebut buku itu sambil tertawa. “Ini! Bacakan

yang ini. Tidak, kutarik kembali. Ini yang lucu sekali itu,

yang kaubacakan tadi. Ibu-Ibu, kalian tak mungkin mengerti

sepatah kata pun. Bunyinya ‘tam-titam-titam’. Ayo, Guy, halaman

itu, Sayang.”

Montag memandangi halaman yang terbuka.

Seekor lalat menggerakkan sayap dengan lembut di dalam

telinganya. “Bacalah.”

“Apa judulnya, Sayang?”

“Pantai Dover.” Mulutnya mati rasa.

“Sekarang bacakan dengan suara jernih dan pelan-pelan.”

Ruangan itu panas sekali, dia seperti terbakar, sekujur tubuhnya

dingin; mereka duduk di tengah gurun pasir kosong

dengan tiga kursi, sedangkan dia berdiri, berayun-ayun, menunggu

Mrs. Phelps berhenti meluruskan pinggiran roknya

dan Mrs. Bowles melepaskan jari-jari dari rambutnya. Lalu

dia mulai membaca dengan suara rendah tersendat yang makin

lama makin mantap dari baris ke baris, dan suaranya menyebar

ke seluruh gurun itu, ke dalam warna putih, dan di sekeliling

ketiga wanita yang duduk di sana dalam kehampaan

panas yang luas.

www.bacaan-indo.blogspot.com

Lautan Iman

Dulu pun pernah penuh, mengitari pesisir bumi

Terhampar bagai lipit-lipit sabuk terang digulung.

Namun kini aku hanya mendengar

126


Raungannya yang pilu, panjang, menjauh,

Mundur, menuju embusan napas

Angin malam, menuruni tepinya yang luas dan muram

Dan kerikil-kerikil telanjang dunia ini.

Kursi-kursi berkeriut diduduki ketiga wanita itu.

Montag menyelesaikan puisinya:

Ah, kasihku, marilah kita jujur

Kepada satu sama lain! Sebab dunia ini, yang tampak

Terhampar di depan kita bak negeri impian,

Begitu beragam, begitu indah, begitu baru,

Sesungguhnya tidak memiliki suka cita, kasih, maupun terang,

Kepastian, kedamaian, maupun pertolongan dari kepedihan;

Dan kita di sini seperti di dataran gelap

Disapu teriakan tanda bahaya yang tumpang-tindih dalam

pergulatan dan pelarian,

Di mana pasukan-pasukan yang tak tahu apa-apa bertempur

saat malam.

www.bacaan-indo.blogspot.com

Mrs. Phelps menangis.

Orang-orang lain di tengah gurun pasir itu memandanginya;

tangisannya menjadi amat keras, sementara wajahnya

merot-merot tak keruan. Mereka duduk, tidak menyentuhnya,

heran melihatnya mengumbar emosi. Mrs. Phelps tersedu-sedan

tak terkendali. Montag sendiri terpana dan terguncang.

“Sst, sst,” kata Mildred. “Kau tidak apa-apa, Clara, sudah,

Clara, hentikan! Clara, ada apa?”

“Aku… aku,” isak Mrs. Phelps, “tidak tahu, tidak tahu,

aku tidak tahu, oh, oh...”

127


www.bacaan-indo.blogspot.com

Mrs. Bowles berdiri dan memelototi Montag. “Kau lihat?

Aku sudah tahu, itulah yang ingin kubuktikan! Aku sudah

tahu ini akan terjadi! Sejak dulu aku selalu bilang, puisi dan

air mata, puisi dan bunuh diri dan tangisan dan perasaanperasaan

mengerikan, puisi dan sakit-penyakit; semuanya

sampah! Sekarang sudah dibuktikan untukku. Kau jahat, Mr.

Montag, kau jahat!”

Faber berkata, “Sekarang...”

Montag berbalik dan berjalan ke lubang di tembok dan

menjatuhkan buku itu ke dalamnya, melewati bingkai kuningan

itu, ke api yang menunggu.

“Kata-kata bodoh, kata-kata bodoh, kata-kata bodoh yang

jahat dan menyakiti,” kata Mrs. Bowles. “Kenapa orang ingin

menyakiti orang? Apakah belum cukup kepedihan di dunia

ini sehingga kau harus mempermainkan orang dengan hal

semacam itu!”

“Clara, sudah, Clara,” Mildred memohon sambil menarik

lengannya. “Ayo, gembiralah, nyalakan ‘keluarga’ sekarang.

Ayo. Kita tertawa dan bergembira, sudah, berhentilah menangis,

kita akan berpesta!”

“Tidak,” sahut Mrs. Bowles. “Aku mau pulang sekarang.

Kalau kau ingin mengunjungi rumahku dan ‘keluarga’-ku,

boleh-boleh saja. Tapi sampai mati aku tidak akan pernah datang

lagi ke rumah petugas kebakaran gila ini!”

“Pulanglah,” kata Montag lirih, sambil menatapnya luruslurus.

“Pulanglah dan pikirkan suami pertamamu yang kauceraikan

dan suami keduamu yang tewas dalam jet dan suami

ketigamu yang menembak kepalanya sendiri, pulanglah dan

pikirkan berapa kali aborsi yang pernah kaujalani, pulanglah

dan pikirkan itu dan operasi-operasi Caesar sialanmu itu, dan

anak-anakmu yang sangat membencimu! Pulanglah dan pi-

128


www.bacaan-indo.blogspot.com

kirkan bagaimana semua itu bisa terjadi dan apa yang pernah

kaulakukan untuk mencegahnya? Pulang, pulang!” teriaknya.

“Sebelum aku menghajarmu dan melemparmu keluar!”

Pintu-pintu dibanting dan rumah itu pun kosong. Montag

berdiri sendirian dalam udara musim dingin, sementara tembok-tembok

ruang duduk berwarna seperti salju kotor.

Di kamar mandi, air mengucur. Dia mendengar Mildred

mengocok botol pil untuk mengeluarkan isinya.

“Tolol, Montag, tolol, tolol, oh Tuhan kau benar-benar tolol...”

“Diam!” Montag mencabut peluru hijau itu dari telinganya

dan menjejalkannya ke saku.

Peluru itu mendesis samar, “...tolol...tolol...”

Dia menggeledah rumah dan menemukan buku-buku

yang disembunyikan Mildred di belakang lemari es. Ada

beberapa yang hilang, dan dia tahu Mildred perlahan-lahan

mulai menghancurkan sendiri dinamit di rumahnya, batang

demi batang. Tetapi Montag tidak marah sekarang, hanya

kelelahan dan bingung dengan diri sendiri. Dia membawa

buku-buku itu ke halaman belakang dan menyembunyikannya

di semak-semak dekat pagar gang. Hanya untuk malam

ini, pikirnya, kalau-kalau Mildred memutuskan untuk membakar

lagi.

Dia masuk lagi ke rumah. “Mildred?” panggilnya di pintu

kamar tidur yang sudah gelap. Tidak ada suara.

Di luar, sambil melintasi halaman, dalam perjalanan ke

tempat kerja, dia berusaha tidak melihat betapa gelap dan lengang

rumah Clarisse McClellan...

Dalam perjalanan ke pusat kota, dia merasa begitu sendirian

dengan kengerian mencekam, sehingga dia mendambakan

kehangatan dan kebaikan aneh yang berasal dari suara akrab

dan lembut yang berbicara di tengah malam. Dalam bebera-

129


www.bacaan-indo.blogspot.com

pa jam dia merasa sudah mengenal Faber seumur hidupnya.

Sekarang dia tahu bahwa dia adalah dua orang, bahwa yang

terutama, dia adalah Montag yang tidak tahu apa-apa, yang

bahkan tidak tahu dirinya tolol, tetapi hanya menduganya.

Dan dia tahu bahwa dia juga pria tua yang berbicara dan terus

berbicara kepadanya sementara kereta tersedot dari satu ujung

kota malam itu ke ujung lain dalam satu gerakan melesat

yang membuatnya mual. Pada hari-hari berikutnya, dan pada

malam-malam ketika tak ada bulan, dan pada malam-malam

yang ada bulan amat terang menyinari bumi, pria tua itu terus

berbicara dan berbicara seperti ini, tetes demi tetes, batu

demi batu, butir demi butir. Pikirannya pun akhirnya tumpah

ruah dan dia bukan lagi Montag, kata pria tua itu kepadanya,

menenangkannya, berjanji. Dia akan menjadi Montag-plus-

Faber, api dan air, lalu, suatu hari, setelah semuanya bercampur

dan mendidih dan diaduk dalam keheningan, tidak akan

ada lagi api maupun air, melainkan anggur. Dari dua hal yang

terpisah dan bertentangan, akan muncul hal ketiga. Dan suatu

hari dia akan mengingat kembali si tolol ini dan mengenali

si tolol ini. Sekarang pun dia bisa merasakan awal perjalanan

panjang itu, berpamitan, meninggalkan dirinya yang dulu.

Enak rasanya mendengarkan kumbang itu mendengung,

getaran nyamuk yang mengantuk dan gumaman halus rapuh

suara pria tua itu, mula-mula mengomelinya, lalu menghiburnya

larut malam itu, sementara dia keluar dari stasiun

bawah tanah yang mengepulkan uap ke arah dunia markas

kebakaran.

“Kasihani mereka, Montag, kasihani mereka. Jangan mengganggu

dan merongrong mereka; belum lama berselang kau

juga salah satu dari mereka. Mereka begitu yakin akan mampu

hidup terus seperti itu selamanya. Tetapi mereka tidak akan

130


www.bacaan-indo.blogspot.com

mampu. Mereka tidak tahu bahwa ini semua satu meteor raksasa

yang berkobar, yang menciptakan api indah di angkasa,

namun suatu hari harus bertabrakan. Mereka hanya melihat

kobarannya, apinya yang indah, sebagaimana kau melihatnya.

“Montag, pria-pria tua yang tetap di rumah, ketakutan,

merawat tulang-tulang rapuh mereka, tidak berhak mengkritik.

Tapi kau nyaris menggagalkan rencana kita yang baru dimulai

ini. Hati-hati! Aku bersamamu, ingat itu. Aku mengerti

mengapa itu terjadi. Harus kuakui, amarahmu yang membabi-buta

itu menyegarkanku. Ya Tuhan, aku merasa begitu

muda tadi! Tapi sekarang—aku ingin kau merasa tua, aku

ingin agar sedikit kepengecutanku tersuling di dalam dirimu

malam ini. Beberapa jam nanti, waktu kau bertemu Kapten

Beatty, berhati-hatilah di sekitarnya, biarkan aku yang mendengarnya

untukmu, biarkan aku yang menganalisa situasi.

Keselamatan adalah tiket kita. Lupakan wanita-wanita malang

yang bodoh itu...”

“Kurasa sudah bertahun-tahun mereka tidak merasa setidak

bahagia ini, gara-gara aku,” kata Montag. “Aku kaget

sekali melihat Mrs. Phelps menangis tadi. Mungkin mereka

benar, mungkin lebih baik tidak menghadapi masalah, melarikan

diri, bersenang-senang. Entah. Aku merasa bersalah…“

“Tidak, kau tidak boleh merasa bersalah! Seandainya tidak

ada perang, seandainya ada kedamaian di dunia ini, aku

pasti bilang, silakan, bersenang-senanglah! Tetapi, Montag, kau

tidak boleh kembali menjadi petugas kebakaran saja. Dunia

ini tidak sehat.”

Montag berkeringat.

“Montag, kau mendengarkan?”

“Kakiku,” kata Montag. “Tidak bisa bergerak. Aku merasa

begitu bodoh. Kakiku tidak mau bergerak!”

131


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Dengarkan. Tenanglah dulu,” kata pria tua itu dengan

lembut. “Aku tahu, aku tahu. Kau takut membuat kekeliruan.

Jangan takut. Kekeliruan bisa dibuat menguntungkan. Astaga,

waktu masih muda, aku menjejalkan kebodohanku kepada

orang lain. Mereka memukuliku habis-habisan. Waktu aku

menginjak usia empat puluh tahun, otakku yang tumpul sudah

terasah sampai runcing. Sekarang, angkat kakimu, dan

masuk ke markas! Kita kembar, kita tidak sendirian lagi, kita

tidak terpisah di ruang duduk berbeda yang tak bisa saling

berhubungan. Kalau kau butuh bantuan saat Beatty menginterogasimu,

aku akan duduk di sini, di dalam gendang telingamu,

sambil mencatat!”

Montag merasa kaki kanannya bergerak, lalu kaki kirinya.

“Pak tua,” katanya, “tetaplah bersamaku.”

Robot Pemburu sudah lenyap. Kandangnya kosong dan

pangkalan itu berdiri dalam keheningan dinding gipsum, Salamander

oranye tidur dengan bensin di dalam perutnya dan

pelontar-pelontar api disilangkan di sisi-sisinya, dan Montag

masuk menembus keheningan itu dan menyentuh tiang

kuningan dan meluncur naik dalam udara gelap, melihat ke

arah kandang kosong di belakangnya, jantungnya berdebar,

berhenti, berdebar. Faber seperti ngengat kelabu yang tertidur

di telinganya saat itu.

Beatty berdiri menunggu di dekat lubang turun, membelakanginya

seakan tidak sedang menunggu.

“Yah,” katanya kepada orang-orang yang sedang bermain

kartu, “ini datang binatang amat aneh yang dalam semua bahasa

disebut orang bodoh.”

Dia mengulurkan tangan ke samping, telapak tangan

menghadap ke atas, meminta hadiah. Montag meletakkan

132


www.bacaan-indo.blogspot.com

buku itu di tangannya. Tanpa melirik judulnya sedikit pun,

Beatty melemparkan buku itu ke keranjang sampah dan menyalakan

rokoknya. “’Orang-orang yang hanya tahu sedikit

adalah orang-orang paling bodoh.’ Selamat datang kembali,

Montag. Kuharap kau akan tetap bersama kami, setelah demammu

hilang dan sakitmu selesai. Mau ikut main poker?”

Mereka duduk dan kartu dibagikan. Di bawah tatapan

Beatty, Montag merasakan tangannya yang bersalah. Jarijarinya

seperti tikus yang telah berbuat jahat dan sekarang

tak pernah beristirahat, selalu bergerak dan menyodok dan

bersembunyi di dalam saku, bergerak dari bawah tatapan Beatty

yang seperti kobaran api alkohol. Kalau terkena embusan

napas Beatty, Montag merasa tangannya mungkin akan layu,

tergeletak miring dan tak pernah bisa dibangunkan lagi; tangannya

akan terkubur di dalam lengan jaketnya sampai dia

mati, terlupakan. Karena inilah tangan yang telah bertindak

sendiri, bukan bagian dirinya, di sinilah hati nurani pertama

kali mengambil wujud untuk mencuri buku, kabur dengan

Ayub dan Rut dan Willie Shakespeare, dan sekarang, di markas,

kedua tangan ini seolah bersarung darah.

Dua kali dalam setengah jam, Montag terpaksa bangkit

dan meninggalkan permainan sebentar, untuk pergi ke toilet

dan mencuci tangan. Sewaktu kembali, dia menyembunyikan

tangannya di bawah meja.

Beatty tertawa. “Perlihatkan tanganmu, Montag. Bukannya

kami tidak memercayaimu, tapi…“

Semua tertawa.

“Yah,” kata Beatty, “krisis sudah berlalu dan semua baikbaik

saja, domba sudah kembali ke kawanannya. Kita semua

domba yang sesekali tersesat. Kebenaran adalah kebenaran,

133


www.bacaan-indo.blogspot.com

sampai akhir penghakiman, kita berseru. Orang yang diiringi

pikiran-pikiran mulia tak pernah sendirian, kita berteriak

pada diri sendiri. ‘Makanan manis dari pengetahuan yang

diucapkan dengan manis,’ kata Sir Philip Sydney * . Tetapi di

pihak lain: ‘Kata-kata seperti daun dan di mana paling subur,

Di bawahnya jarang ditemukan buah akal sehat.’ Alexander

Pope † . Apa pendapatmu tentang itu, Montag?”

“Entah.”

“Hati-hati,” bisik Faber, yang hidup di dunia lain, jauh

dari situ.

“Atau ini? ‘Belajar hanya sedikit itu berbahaya. Hiruplah

sebanyak-banyaknya, atau jangan mencoba mengecap

air mata pengetahuan itu; Di sana air dangkal memabukkan

otak, dan minum banyak-banyak menyegarkan kita kembali.’

Pope. Esai yang sama. Bagaimana menurutmu?”

Montag menggigit bibir.

“Kuberitahu,” kata Beatty sambil tersenyum pada kartukartunya.

“Berarti kau sempat menjadi pemabuk. Membaca

beberapa baris, dan kau langsung jatuh dari tebing. Dor, kau

siap meledakkan dunia, memenggal kepala, menjatuhkan wanita

dan anak-anak, menghancurkan pemerintah. Aku tahu,

aku pernah melalui semua itu.”

“Aku baik-baik saja,” kata Montag gugup.

“Wajahmu jangan memerah begitu. Aku bukan mau memanas-manasimu,

sungguh. Tahukah kau, sejam yang lalu

aku bermimpi. Aku berbaring untuk tidur sebentar dan dalam

mimpi ini, kau dan aku, Montag, berdebat sengit tentang

*

Sir Philip Sydney (1554-1586), penyair dan cendekiawan Inggris.

Alexander Pope (1688-1744), penyair Inggris.

134


www.bacaan-indo.blogspot.com

buku. Kau mengamuk, meneriakkan kutipan-kutipan. Aku

dengan tenang membalas setiap seranganmu. ‘Kuasa,’ kataku.

Dan kau, mengutip Dr. Johnson * , berkata, ‘Pengetahuan

lebih dari setara dengan kekerasan!’ Dan aku berkata, ‘Yah,

Dr. Johnson juga berkata, Nak, bahwa ‘Orang bijaksana tak

pernah bersedia meninggalkan kepastian demi ketidakpastian.’

Tetaplah bersama para petugas kebakaran, Montag. Segala

sesuatu di luar itu adalah kekacauan yang menekan!”

“Jangan dengarkan,” bisik Faber. “Dia berusaha membuatmu

bingung. Dia licik. Waspadalah!”

Beatty terkekeh. “Dan kau berkata, mengutip, ‘Kebenaran

akan muncul, pembunuhan tidak bisa ditutupi lama-lama!’ Dan

aku berseru dengan ramah, ‘Ya Tuhan, dia terus-terusan membicarakan

kudanya!’ † Dan ‘Iblis sekalipun bisa mengutip Alkitab

kalau cocok dengan keperluannya.’ Dan kau berteriak, ‘Zaman

ini lebih memuja orang dungu berlapis emas daripada orang suci

bijak berpakaian compang-camping!’ Dan aku berbisik lembut,

‘Martabat kebenaran hilang kalau banyak orang berkeluhkesah.’

Dan kau menjerit, ‘Bangkai mengucurkan darah melihat

pembunuh!’ Dan aku berkata sambil menepuk-nepuk tanganmu,

‘Apakah aku membuatmu sariawan?’ Dan kau menjerit,

‘Pengetahuan adalah kuasa!’ dan ‘Orang kerdil yang duduk di

pundak raksasa bisa melihat lebih jauh daripada si raksasa sendiri!’

dan aku meringkas argumenku dengan ketenangan yang jarang

kutunjukkan, yaitu, ‘Kebodohan yang membuat kita salah

menyangka metafora adalah bukti, menyangka banjir omongan

bertele-tele adalah mata air kebenaran yang hakiki, dan meng-

*

Samuel Johnson (1709-1784), penulis Inggris.

Kutipan dari The Merchant of Venice, William Shakespeare.

135


www.bacaan-indo.blogspot.com

anggap diri kita sendiri peramal—kebodohan itu sudah ada dalam

diri kita sejak lahir, Mr. Valery * pernah berkata.’”

Kepala Montag terasa berputar-putar sehingga dia mual.

Dia merasa dipukuli tanpa ampun di kening, mata, hidung,

bibir, dagu dan pundaknya, di tangannya yang terayun-ayun

di atas. Dia ingin berteriak, “Tidak! Tutup mulut, kau membuat

semuanya makin membingungkan, hentikan!” Jari-jari

Beatty yang gemulai teracung untuk mencengkeram pergelangan

tangannya.

“Ya Tuhan, denyut nadimu! Aku membuatmu emosi,

Montag? Demi Yesus, denyut nadimu kedengarannya seperti

hari setelah perang. Ramainya bukan main! Mau kuteruskan?

Aku suka melihatmu panik. Swahili, India, Sastra Inggris,

aku bisa membahas semuanya. Semacam bahasa bisu yang

indah, Willie!” †

“Montag, tunggu!” Ngengat itu mengusap telinga Montag.

“Dia sengaja mengacaukan keadaan!”

“Oh, kau ketakutan setengah mati,” kata Beatty, “karena

aku melakukan sesuatu yang amat jahat dengan menggunakan

buku-buku yang kaupertahankan itu, untuk membantah

setiap perkataan dan argumenmu! Buku-buku bisa menjadi

pengkhianat besar! Kau menyangka mereka mendukungmu,

lalu mereka berbalik melawanmu! Orang lain juga bisa menggunakannya,

dan tinggallah kau tersesat di tengah padang

rumput, di antara gundukan kata benda dan kata kerja dan

kata sifat yang berserakan. Dan di akhir mimpiku, aku datang

naik Salamander dan berkata, ‘Mau ke arah yang sama

*

Paul Valéry (1871-1945), penyair dan ilsuf Prancis.

Kutipan dari The Tempest, William Shakespeare.

136


www.bacaan-indo.blogspot.com

denganku?’ Dan kau naik dan kita kembali ke markas dalam

keheningan yang khusyuk, dan segala sesuatu memudar

menjadi kedamaian.” Beatty melepaskan pergelangan tangan

Montag, membiarkan tangannya terkulai lemas di meja. “Tak

ada yang perlu dipermasalahkan, asalkan akhirnya beres.”

Hening. Montag duduk seperti batu putih berukir. Gema

palu terakhir pada tempurung kepalanya perlahan memudar

ke dalam gua hitam tempat Faber menunggu gema menghilang.

Lalu, setelah debu yang tadi beterbangan sudah turun

dalam pikiran Montag, Faber mulai berkata dengan lembut,

“Baiklah, dia sudah berbicara. Kau harus mencernanya. Aku

juga akan berbicara, selama beberapa jam ke depan ini. Dan

kau akan mencernanya. Kau akan mencoba menilai omongan

kami dan mengambil keputusan ke mana kau mau melompat,

atau jatuh. Tetapi aku ingin kau yang mengambil keputusan

itu, bukan aku, bukan juga Kapten. Tetapi ingatlah bahwa

Kapten adalah bagian dari musuh kebenaran dan kemerdekaan

yang paling berbahaya, kawanan ternak mayoritas yang

kokoh dan tak tergoyahkan. Ya Tuhan, betapa kejamnya tirani

mayoritas itu. Kita masing-masing punya pendapat. Dan

sekarang kaulah yang harus memutuskan, dengan telinga

mana kau mau mendengarkan.”

Montag membuka mulut untuk menjawab Faber, dan

terselamatkan dari kekeliruan ini di hadapan yang lain ketika

bel berbunyi. Suara alarm di langit-langit bersenandung. Ada

bunyi tak-tak-tak sewaktu laporan alarm mengetikkan sebuah

alamat, melalui telepon di seberang ruangan. Kapten Beatty,

dengan satu tangan merah muda memegang kartu-kartu

poker, berjalan dengan langkah-langkah lambat dibuat-buat

ke arah telepon dan menyobek alamat setelah laporan selesai

137


www.bacaan-indo.blogspot.com

dicetak. Dia memandangnya sekilas, lalu menjejalkannya ke

saku. Dia kembali dan duduk. Yang lain memandangnya.

“Ini bisa menunggu tepat empat puluh detik sementara

aku meraup semua uang ini dari kalian,” ujar Beatty gembira.

Montag meletakkan kartu-kartunya.

“Capek, Montag? Mau berhenti dari permainan ini?”

“Ya.”

“Tunggu dulu. Yah, kalau dipikir-pikir lagi, kita bisa menyelesaikan

ronde ini nanti. Taruh saja kartu-kartumu menghadap

ke bawah, dan siapkan peralatan. Cepatlah sekarang.”

Dan Beatty berdiri lagi. “Montag, kau tampak kurang sehat?

Aku tidak mau kau terkena demam lagi...”

“Aku akan baik-baik saja.”

“Kau akan baik-baik saja. Ini kasus istimewa. Ayo, cepat!”

Mereka melompat dan meraih tiang kuningan itu, seakan

tiang itu sudut pandangan terakhir di atas ombak tsunami di

bawah, lalu mereka kebingungan ketika tiang kuningan itu

meluncurkan mereka turun ke dalam kegelapan, ke dalam ledakan

dan batuk dan sedotan naga gas yang bangun sambil

meraung!

“Hei!”

Mereka memutar di tikungan diiringi halilintar dan sirene,

diiringi decitan roda-roda, diiringi jeritan karet, diiringi

guncangan muatan bensin di dalam tangki kuningan berkilauan,

seperti makanan di dalam perut raksasa, jari-jari Montag

terlepas dari pembatas perak, terayun ke angkasa yang

dingin, angin menjambak rambutnya, angin bersiul di antara

gigi-giginya, sementara dia terus memikirkan para wanita,

wanita-wanita tak berguna di ruang duduknya malam ini,

wanita-wanita kosong seperti sekam yang biji-biji isinya su-

138


www.bacaan-indo.blogspot.com

dah ditiup pergi oleh angin neon, dan betapa tololnya dia tadi

membacakan buku kepada mereka. Ibarat mencoba memadamkan

kebakaran dengan pistol air, tidak masuk akal dan

tidak waras. Satu amukan ditukar dengan amarah lain. Satu

amarah menggantikan amarah lainnya. Kapan dia akan berhenti

marah dan menjadi diam, sangat diam?

“Ini dia!”

Montag mendongak. Beatty tidak pernah menyetir, tetapi

malam ini dia menyetir, membanting-banting Salamander

memutari tikungan, mencondongkan tubuhnya yang jangkung

di singgasana kursi pengemudi, jaket hitamnya yang sangat

besar mengepak-ngepak ke belakang sehingga dia tampak

seperti kelelawar hitam raksasa yang terbang di atas truk,

di atas angka-angka kuningan itu, memanfaatkan dorongan

angin sepenuhnya.

“Kita berangkat untuk menjaga kebahagiaan dunia, Montag!”

Pipi Beatty yang merah muda dan bercahaya berkilauan

dalam kegelapan pekat, dan dia tersenyum ganas.

“Kita sudah sampai!”

Salamander berhenti dengan bunyi berdentang keras, menurunkan

orang-orang yang meluncur atau meloncat canggung.

Montag berdiri, matanya tertuju nanar ke pagar pembatas

yang dingin dan terang dalam cengkeraman jari-jarinya.

Aku tidak bisa, pikirnya. Bagaimana aku bisa mengerjakan

tugas baru ini, bagaimana aku bisa terus membakar? Aku

tidak bisa memasuki tempat ini.

Beatty, dengan bau mirip angin yang baru saja ditembusnya

secepat kilat, berdiri di belakangnya. “Ayo, Montag.”

Para petugas lain berlari-larian seperti orang cacat karena

sepatu bot mereka yang berat, tak bersuara seperti laba-laba.

139


Akhirnya Montag mendongak dan menoleh.

Beatty mengamati wajahnya.

“Ada masalah, Montag?”

“Kenapa,” kata Montag lambat-lambat, “kita berhenti di

depan rumahku.”

www.bacaan-indo.blogspot.com

140


tiga

Berkobar Menyala-Nyala

www.bacaan-indo.blogspot.com

Lampu-lampu dinyalakan dan pintu-pintu rumah dibuka

di sepanjang jalan itu untuk menonton karnaval dipersiapkan.

Montag dan Beatty menatap rumah di depan mereka,

yang satu dengan perasaan puas yang sinis, yang satunya lagi

dengan perasaan tak percaya.

“Yah, kata Beatty, “inilah akibat perbuatanmu. Montag

ingin terbang di dekat matahari, dan setelah sayap-sayapnya

terbakar, dia malah bertanya-tanya mengapa. Bukankah aku

sudah memberimu peringatan cukup jelas waktu kukirimkan

si Pemburu ke tempatmu?”

Seluruh wajah Montag kebas dan terasa datar; kepalanya

serasa berubah menjadi ukiran batu di tempat gelap di dekat

pintu, dibingkai pinggiran bunga-bunga cerah.

Beatty mendengus. “Oh, tidak! Kau tidak terkecoh omongan

si kecil tolol itu, kan? Bunga, kupu-kupu, daun, matahari

terbenam, ya ampun! Semua itu ada dalam berkasnya. Gila.

Sasaranku tepat sekali. Lihat wajahmu yang mual itu. Beberapa

helai rumput dan perempat bulan. Omong kosong saja.

141


www.bacaan-indo.blogspot.com

Memangnya dia pernah menghasilkan apa dengan omonganomongan

seperti itu?”

Montag duduk di sepatbor Naga yang dingin, menggerakkan

kepala satu sentimeter ke kiri, satu sentimeter ke kanan,

kiri, kanan, kiri, kanan, kiri...

“Dia melihat segala-galanya. Dia tidak melakukan apa

pun kepada siapa pun. Dia tidak mengganggu siapa-siapa.”

“Tidak mengganggu, apanya! Dia merongrongmu, kan?

Dia salah satu orang sok suci yang selalu menutup mulut dengan

sikap kaget dan menganggap diri mereka lebih mulia

daripada orang lain, satu-satunya bakat mereka adalah membuatmu

merasa bersalah. Persetan, mereka bangkit seperti

matahari tengah malam untuk membuatmu berkeringat di

ranjangmu!”

Pintu depan dibuka; Mildred menuruni undak-undakan,

berlari, satu koper dipegang erat-erat dengan tangannya yang

kaku, seperti bermimpi, sementara taksi kumbang mendesis

di pinggir jalan.

“Mildred!”

Mildred berlari lewat dengan tubuh, kaki, wajah dibedaki

sampai putih, mulutnya tak terlihat, tanpa lipstik.

“Mildred, kau yang melaporkan ini?”

Mildred menjejalkan koper ke dalam kumbang yang menunggu

itu, masuk, dan duduk sambil bergumam, “Kasihan

keluarga, kasihan keluarga, oh semuanya habis, semuanya,

semuanya hilang sekarang...”

Beatty mencengkeram pundak Montag sementara kumbang

itu melesat di jalan dan mencapai 112 kilometer per jam,

lalu lenyap.

Terdengar benturan keras seperti bagian-bagian mimpi

berjatuhan, terbuat dari kaca bengkok, cermin, dan prisma-

142


www.bacaan-indo.blogspot.com

prisma kristal. Montag berkeliaran seakan-akan datang lagi

badai yang tak dimengerti yang menggiringnya, dan melihat

Stoneman dan Black menghunus kapak, memecahkan kacakaca

jendela untuk menyediakan ventilasi silang.

Geseran seekor ngengat kepala maut pada layar hitam

yang dingin. “Montag, ini Faber. Kau bisa mendengarku?

Apa yang terjadi?”

“Ini sedang terjadi kepadaku,” kata Montag.

“Kejutan yang mengerikan,” kata Beatty. “Karena semua

orang zaman sekarang ini tahu, seratus persen yakin, tidak

akan pernah terjadi apa-apa kepada aku. Yang lain mati, aku

terus hidup. Tidak ada konsekuensi dan tidak ada tanggung

jawab. Padahal ada. Tapi tidak usah kita bicarakan, ya? Saat

konsekuensi itu menemukanmu, sudah terlambat, kan, Montag?”

“Montag, bisakah kau meloloskan diri dari sana, lari?” tanya

Faber.

Montag berjalan tetapi tidak merasakan kakinya menyentuh

semen, lalu rumput-rumput malam. Beatty menjentikkan

pemantiknya di dekat situ, dan lidah api kecil berwarna

oranye itu menarik pandangannya yang terpesona.

“Apa yang membuat api begitu indah? Tak peduli berapa

usia kita, apa yang membuat kita tertarik padanya?” Beatty

meniup api itu hingga padam, lalu menyalakannya lagi. “Ini

gerak abadi; sesuatu yang ingin diciptakan manusia, namun

tak pernah mereka ciptakan. Atau gerak hampir abadi. Kalau

kaubiarkan terus bergerak, hidup kita pun akan terbakar

habis. Apa itu api? Misteri. Ilmuwan memberi kita ocehan

tak jelas tentang gesekan dan molekul. Tetapi mereka tidak

benar-benar tahu. Keindahan sesungguhnya adalah api itu

menghancurkan tanggung jawab dan konsekuensi. Begitu

143


www.bacaan-indo.blogspot.com

suatu beban mulai terlalu merepotkan, lempar saja ke dalam

tungku. Sekarang, Montag, kau ini beban. Dan api akan melepaskan

pundakku darimu, tuntas, cepat, pasti; tidak ada

yang akan membusuk nanti. Antibiotik, estetik, praktis.”

Montag berdiri sambil melihat ke dalam rumah yang aneh

ini, yang tampak janggal karena malam sudah larut, karena

gumaman suara para tetangga, karena kaca yang berhamburan,

dan di lantai, dengan sampul tercabik dan bertebaran

seperti bulu-bulu angsa, buku-buku luar biasa yang tampak

begitu konyol dan seperti tak ada nilainya dipertaruhkan, karena

ini bukan apa-apa selain huruf-huruf cetak hitam dan

kertas menguning dan jilidan yang mulai terburai.

Mildred, tentu saja. Pasti dia mengamati Montag menyembunyikan

buku-buku di taman dan membawanya masuk

kembali. Mildred. Mildred.

“Aku ingin kau melakukan pekerjaan ini sendirian, Montag.

Bukan dengan bensin dan korek api, tetapi satu demi

satu, dengan pelontar api. Ini rumahmu, jadi kau yang harus

membereskannya.”

“Montag, tidak bisakah kau lari, cepat pergi dari situ!”

“Tidak!” seru Montag tak berdaya. “Si Pemburu! Karena

si Pemburu!”

Faber mendengarnya, dan Beatty mendengarnya, menyangka

perkataan ini ditujukan kepadanya. “Ya, si Pemburu

ada di dekat-dekat sini, jadi jangan mencoba macam-macam.

Siap?”

“Siap.” Montag menyentakkan pengaman pada pelontar api.

“Api!”

Semburan besar api yang menggumpal meloncat keluar

untuk menjilati buku-buku itu dan menabrakkannya ke

tembok. Dia melangkah ke dalam kamar tidur dan menyem-

144


www.bacaan-indo.blogspot.com

burkan api dua kali, dan dua ranjang kecil itu pun terbakar

dalam bisikan besar mendesis, dengan panas dan emosi dan

cahaya lebih kuat dari yang diperkirakannya. Dia membakar

tembok-tembok kamar tidur dan lemari kosmetik karena dia

ingin mengubah segalanya, kursi-kursi, meja-meja, dan di ruang

makan, peralatan makan dan mangkuk-mangkuk plastik,

segala sesuatu yang menunjukkan dia pernah tinggal di dalam

rumah kosong ini dengan wanita asing yang besok akan

melupakannya, yang sudah pergi dan sudah melupakannya

sekarang, mendengarkan Seashell Radio yang membanjiri

dan terus membanjirinya sementara dia naik taksi melintasi

kota, sendirian. Dan seperti dulu, nikmat rasanya membakar,

Montag merasa dirinya menyeruak dalam api, merebut,

mencabik, menyobek bersama kobaran api, dan membuang

masalah tak bermakna ini. Kalau tak ada solusi, berarti juga

tak ada masalah. Apilah yang terbaik untuk segala-galanya.

“Buku-bukunya, Montag!”

Buku-buku itu menandak-nandak dan menari-nari seperti

burung-burung dipanggang, sayap berkobar dengan bulu-bulu

merah dan kuning.

Lalu dia tiba di ruang duduk, tempat monster-monster besar

dungu berbaring tidur dengan pikiran-pikiran putih dan

mimpi-mimpi bersalju mereka. Dia menembakkan bola api

ke setiap tembok yang kosong dan ruang hampa mendesis

kepadanya. Kekosongan itu menimbulkan siulan yang lebih

kosong lagi, jeritan tak berarti. Dia mencoba memikirkan ruang

hampa tempat sosok-sosok kosong tak bermakna itu pernah

tampil, tapi tak mampu. Dia menahan napas agar ruang

hampa itu tak bisa memasuki paru-parunya. Dia memutuskan

kekosongannya yang mengerikan, mundur, dan memberi

seluruh ruangan itu hadiah berupa satu bunga pembakaran

145


besar kuning terang. Pelapis plastik tahan api yang menutupi

segalanya tercabik lebar dan rumah itu mulai bergetar oleh

lidah api.

“Kalau kau sudah selesai,” ujar Beatty di belakangnya.

“Kau ditahan.”

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

Rumah itu ambruk dalam arang merah dan abu hitam. Ia

membaringkan diri dalam abu api merah muda abu-abu dan

segumpal asap terbang di atasnya, naik dan melambai lambatlambat

maju-mundur di langit. Saat itu pukul setengah empat

pagi. Orang-orang kembali ke dalam rumah; tenda-tenda besar

sirkus sudah ambruk ke dalam batu bara dan puing-puing,

dan pertunjukan sudah selesai.

Montag berdiri dengan pelontar api di tangannya yang

lunglai, genangan keringat membasahi ketiaknya, wajahnya

tercoreng jelaga. Petugas-petugas kebakaran yang lain menunggu

di belakangnya, di tengah kegelapan, wajah mereka

diterangi samar-samar oleh fondasi yang membara.

Dua kali Montag mencoba berbicara sebelum akhirnya

berhasil menata pikirannya.

“Apakah istriku yang melaporkan?”

Beatty mengangguk “Tetapi teman-temannya sudah melapor

sebelum dia, meski aku tidak menanggapi. Pokoknya,

kau pasti ketahuan juga. Bodoh sekali mengutip puisi dengan

sembarangan. Itu perbuatan orang sok yang bodoh. Asal tahu

beberapa baris puisi saja, orang menganggap dirinya sudah

menjadi Penguasa Segala Ciptaan. Kau kira kau bisa berjalan

di atas air dengan buku-bukumu. Yah, dunia baik-baik saja

146


www.bacaan-indo.blogspot.com

tanpa buku. Lihat akibatnya padamu, terbenam di lumpur

sampai ke bibirmu. Kalau aku mengaduk lumpur itu dengan

jari kelingkingku, kau pasti tenggelam!”

Montag tidak mampu bergerak. Gempa bumi besar datang

bersama api dan meratakan rumah dan Mildred ada di bawah

sana dan seluruh hidupnya ada di bawah sana dan dia

tak mampu bergerak. Gempa itu masih berguncang dan jatuh

dan gemetar di dalamnya dan dia terus saja berdiri, lututnya

separo ditekuk karena membawa beban berat keletihan dan

kebingungan dan amarah, membiarkan Beatty memukulnya

tanpa menggerakkan tangan.

“Montag, dasar tolol, Montag, benar-benar tolol; mengapa

sebenarnya kaulakukan itu?”

Montag tidak mendengar, dia berada jauh dari situ, dia

berlari dengan pikirannya, dia sudah hilang, meninggalkan

tubuh yang mati dan berselimut jelaga ini berayun-ayun di

depan orang gila lainnya.

“Montag, cepat pergi dari situ!” kata Faber.

Montag mendengarkan.

Beatty menghantam kepalanya sehingga dia terhuyung ke

belakang. Peluru hijau tempat suara Faber berbisik dan berseru

jatuh ke trotoar. Beatty memungutnya sambil menyeringai.

Dia memegangnya di telinganya sendiri, separo di dalam,

separo di luar.

Montag mendengar suara dari jauh itu berseru, “Montag,

apakah kau tidak apa-apa?”

Beatty mematikan peluru hijau itu dan menjejalkannya

ke saku. “Yah—rupanya urusan ini lebih menarik dari yang

kuperkirakan. Aku melihatmu menelengkan kepala, mendengarkan.

Mula-mula kusangka kau memakai Seashell. Tapi

147


www.bacaan-indo.blogspot.com

waktu kau menjadi pintar setelahnya, aku mulai bertanyatanya.

Kami akan melacak ini dan mengunjungi temanmu.”

“Tidak!” seru Montag.

Dia menyentakkan pengaman pada pelontar api. Beatty

langsung melirik ke jari-jari Montag, dan matanya agak

melebar. Montag melihat kekagetan di sana, dan dia sendiri

melirik tangannya untuk melihat apa lagi perbuatan mereka

sekarang. Setelahnya, saat mengingat-ingat, dia tak pernah

bisa menentukan apakah tangannya atau reaksi Beatty kepada

tangannya itu yang memberinya dorongan terakhir ke

arah pembunuhan. Gemuruh longsor terakhir berjatuhan di

sekitar telinganya, tidak menyentuhnya.

Beatty menyunggingkan senyuman paling menawan.

“Nah, itu satu cara untuk menarik penonton. Todongkan senjata

kepada seseorang dan paksa dia mendengarkan pidatomu.

Berpidatolah. Apa topiknya kali ini? Kenapa tidak kausendawakan

Alkitab kepadaku, orang sok? ‘Ancaman-ancamanmu

tidak membuatku takut, Cassius, karena aku dipersenjatai

kejujuran yang begitu kuat sehingga ancamanmu melewatiku

begitu saja seperti angin, yang tidak kuhormati!’ Bagaimana?

Silakan, ayo, sastrawan gadungan, tarik pelatuknya.” Dia

maju satu langkah ke arah Montag.

Montag hanya berkata, “Kita tidak pernah membakar dengan

benar...”

“Serahkan itu, Guy,” kata Beatty sambil tersenyum kaku.

Kemudian dia menjadi kobaran api yang menjerit-jerit, patung

yang meloncat-loncat, terentang dan mengoceh tak keruan,

bukan lagi manusia dan tidak lagi dikenal, hanya api yang

menggelepar di halaman sementara Montag menembakkan

api cair dalam satu semburan terus-menerus kepadanya. Terdengar

desisan seperti banyak sekali air ludah menghantam

148


www.bacaan-indo.blogspot.com

kompor merah panas, bergelembung dan berbuih seakan ada

garam ditaburkan ke atas siput hitam raksasa yang menyebabkan

pencairan mengerikan dan buih kuning menggelegak.

Montag memejamkan mata, berteriak, berteriak, dan berjuang

menarik tangannya ke telinga untuk menutup dan mengenyahkan

suara itu. Beatty menggelepar berguling-guling,

lalu meringkuk seperti boneka lilin dan tergeletak bisu.

Kedua petugas kebakaran yang lain tidak bergerak.

Montag berhasil menahan muntah cukup lama untuk menodongkan

pelontar api. “Berbalik!”

Mereka berbalik, wajah mereka seperti daging yang disiram

air mendidih, mengucurkan keringat; dia memukul kepala

mereka sampai helm mereka terlepas dan mereka ambruk.

Mereka jatuh dan tergeletak tak bergerak.

Satu helai daun musim gugur tertiup.

Dia berbalik dan Robot Anjing Pemburu ada di sana.

Si Pemburu berada di tengah halaman, muncul dari bayang-bayang,

bergerak dengan gerakan meluncur begitu mulus,

sehingga rasanya seperti ada awan pekat asap hitam abuabu

meniupinya tanpa suara.

Robot itu meloncat satu kali, terakhir kali, ke udara

dan meluncur turun ke arah Montag dari jarak satu meter

di atas kepalanya, kaki-kakinya yang seperti laba-laba

terulur, jarum procaine menyentak keluar dari satu giginya

yang garang. Montag menangkapnya dengan semburan

api, satu bunga besar merekah yang meliuk-liuk dalam

kelopak-kelopak kuning dan biru dan oranye melilit anjing

logam itu, menyelimutinya dalam lapisan baru sewaktu dia

menghantam Montag dan membuatnya terpental mundur

tiga meter dan menabrak batang pohon, membawa pelontar

api. Dia merasakan si Pemburu terhuyung dan mencengkeram

149


www.bacaan-indo.blogspot.com

kakinya dan menusukkan jarum itu sesaat sebelum api melalap

si Pemburu di udara, meledakkan tulang-tulang logamnya

di sendi-sendinya, dan meledakkan bagian dalamnya dalam

satu semburan merah seperti roket yang terpancang ke jalan.

Montag terbaring sambil memandangi makhluk mati-hidup

itu menggelepar di udara, lalu mati. Sekarang pun, makhluk

itu seperti ingin kembali kepadanya dan menyelesaikan

suntikan tadi, yang sudah mulai bekerja di kakinya. Dia

merasakan lega bercampur ngeri, seperti orang yang mundur

tepat waktu sehingga hanya lututnya yang ditabrak sepatbor

mobil yang melaju dengan kecepatan 144 kilometer per jam.

Dia takut berdiri, takut takkan bisa menapakkan kaki sama

sekali, karena kakinya sekarang terbius. Mati rasa dalam mati

rasa yang digali ke dalam mati rasa...

Dan sekarang...?

Jalanan kosong, rumah terbakar seperti dekor panggung

kuno, rumah-rumah lain gelap, si Pemburu di sini, Beatty di

sana, ketiga petugas kebakaran yang lain di tempat lain, dan

Salamander...? Dia memandangi truk yang amat besar itu.

Itu juga harus disingkirkan.

Yah, pikirnya, coba kita lihat seberapa parah keadaanmu.

Berdirilah sekarang. Pelan-pelan, pelan-pelan... nah.

Dia berdiri dan hanya memiliki satu kaki. Kaki satunya

seperti sebatang kayu pinus hangus yang diseretnya untuk

menebus dosa yang tidak jelas. Kalau dia menumpukan berat

badannya pada kaki itu, dia merasa seperti ada seribu jarum

perak berhamburan di sepanjang betisnya, menghunjam lututnya.

Dia menangis. Ayo! Ayo, kau, kau tidak boleh terus

di sini!

Beberapa lampu rumah dinyalakan lagi di jalan itu, entah

150


karena insiden-insiden yang baru terjadi, atau karena keheningan

yang janggal setelah pertarungan tadi, Montag tidak

tahu. Dia terpincang-pincang di sekitar reruntuhan rumahnya,

menyentakkan kakinya yang mati rasa kalau tertinggal,

berbicara dan merintih dan meneriakkan perintah kepada

kakinya dan memakinya dan memohon agar membantunya

sekarang, karena situasi genting. Dia mendengar beberapa

orang berseru di tengah kegelapan dan berteriak-teriak. Dia

tiba di halaman belakang dan gang. Beatty, pikirnya, kau bukan

masalah sekarang. Kau selalu berkata, jangan hadapi masalah,

bakar saja masalah itu. Yah, sekarang aku sudah melakukan

kedua-duanya. Selamat tinggal, Kapten.

Dan dia pun menyusuri gang, terpincang-pincang di tengah

kegelapan.

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

Dia merasa seperti ada senapan meletus di dalam kakinya tiap

kali dia menapakkan kaki itu dan dia berpikir, kau bodoh, dasar

bodoh, benar-benar bodoh, dasar dungu, benar-benar dungu,

dan bodoh, dasar bodoh, benar-benar bodoh; lihat kekacauan

ini dan di mana pelnya, lihat kekacauan ini, dan apa yang kaulakukan?

Kesombongan, sialan, dan amarah, dan kau merusak

semuanya, sejak awal kau sudah memuntahi semua orang dan

dirimu sendiri. Tetapi segalanya terjadi sekaligus, segalanya

tumpang tindih, Beatty, wanita-wanita itu, Mildred, Clarisse,

semuanya. Tapi jangan cari-cari alasan, jangan cari-cari alasan.

Bodoh, dasar bodoh, sana serahkan dirimu!

Tidak, kita akan menyelamatkan apa yang masih bisa kita

selamatkan, kita akan melakukan apa yang masih bisa kita

151


www.bacaan-indo.blogspot.com

lakukan. Kalau kita harus terbakar, ayo kita bawa beberapa

orang lagi untuk dibakar bersama kita. Di sini!

Dia teringat buku-buku itu dan berputar balik. Siapa tahu.

Dia menemukan beberapa buku di tempat dia meninggalkannya,

di dekat pagar taman. Syukurlah, ada beberapa yang

tidak ditemukan Mildred. Empat buku masih tersembunyi di

tempat yang dipilihnya. Suara-suara melolong di tengah malam

dan lampu sorot berseliweran. Salamander-Salamander

lain meraung-raung, truk-truknya ada di kejauhan, dan sirene

polisi membelah kota dengan sirene mereka.

Montag mengambil keempat buku itu dan melompat, menyentak,

melompat menyusuri gang dan tiba-tiba jatuh seakan

kepalanya putus dan hanya tubuhnya yang tergeletak di

sini. Sesuatu di dalam mengguncangnya sehingga berhenti

dan membuatnya lunglai. Dia terbaring di tempatnya jatuh

dan terisak, kakinya terlipat, wajahnya dibenamkan tanpa

melihat ke tengah kerikil.

Beatty ingin mati.

Di tengah tangisannya, Montag tahu inilah kebenarannya.

Beatty ingin mati tadi. Dia berdiri saja di sana, tidak

benar-benar berusaha menyelamatkan diri, hanya berdiri,

berkelakar, memanas-manasi, pikir Montag, dan pikiran ini

cukup untuk menahan isakannya dan membiarkannya berhenti

untuk menarik napas. Betapa aneh, betapa aneh, begitu

ingin mati sehingga kau membiarkan seseorang berjalan di

sekelilingmu dengan membawa senjata, lalu bukannya tutup

mulut dan tetap hidup, kau malah terus membentaki orang

dan mengolok-olok mereka sampai mereka mengamuk, lalu...

Di kejauhan, derap kaki berlari.

Montag duduk tegak. Ayo pergi dari sini. Ayo, bangun,

berdiri, kau tidak boleh duduk saja! Tetapi dia masih mena-

152


www.bacaan-indo.blogspot.com

ngis dan itu harus diselesaikan. Tangisannya mulai reda sekarang.

Dia tidak ingin membunuh siapa-siapa tadi, termasuk

Beatty sekalipun. Dagingnya mencengkeram dan menciut seakan

dibenamkan dalam larutan asam. Dia merasa mual. Dia

melihat Beatty, obor, tidak bergerak, terkejat-kejat di rumput.

Dia menggigit buku-buku jarinya. Maafkan aku, maafkan

aku, oh Tuhan, maaf...

Dia mencoba merapikan semua fakta ini, mencoba kembali

ke pola hidup normal beberapa hari yang lalu, sebelum

saringan dan pasir, Pasta Gigi Denham, suara-suara ngengat,

kunang-kunang, alarm dan rekreasi, terlalu banyak yang terjadi

dalam beberapa hari saja, bahkan terlalu banyak untuk

seluruh hidupnya.

Kaki-kaki berlari di ujung gang.

“Berdiri!” katanya pada diri sendiri. “Sialan, berdiri!”

katanya pada kakinya, dan dia berdiri. Rasa sakit itu seperti

pasak-pasak yang ditancapkan ke tempurung lututnya, lalu

tinggal jarum jahit, lalu tinggal peniti biasa, dan setelah dia

terpincang-pincang lagi sejauh lima puluh kali loncatan kecil,

mengisi tangannya dengan serpihan kayu dari pagar papan,

rasa tertusuk-tusuk itu hanya seperti ada yang menyiramkan

air mendidih ke kakinya. Dan kakinya akhirnya menjadi

miliknya lagi. Tadi dia takut berlari akan mematahkan

pergelangan kakinya yang terasa kendur. Sekarang, sambil

menyedot seluruh malam ke dalam mulutnya yang terbuka

dan meniupkannya keluar dengan pucat, dengan segenap kehitaman

yang berat tersisa di dalam dirinya sendiri, dia pun

mulai berlari-lari kecil dengan kecepatan tetap. Dia membawa

buku-buku itu.

Dia memikirkan Faber.

Faber ada di sana tadi, dalam gumpalan tar beruap yang

153


www.bacaan-indo.blogspot.com

sekarang tidak memiliki nama maupun identitas. Dia juga

membakar Faber. Dia sekonyong-konyong amat terkejut memikirkan

ini, sehingga dia merasa seolah-olah Faber sungguh-sungguh

sudah mati, dipanggang seperti kecoak dalam

kapsul hijau kecil yang dijejalkan dan hilang di dalam saku

orang yang sudah tinggal kerangka tulang-belulang yang disambung

dengan urat-urat aspal.

Kau harus ingat, bakar mereka atau mereka akan membakarmu,

pikirnya. Pada saat ini, sesederhana itulah keadaannya.

Dia merogoh-rogoh saku, uangnya ada di sana, dan di dalam

saku yang satunya dia menemukan Seashell yang biasa,

tempat kota itu sedang mengobrol sendiri dalam pagi hitam

dan dingin.

“Pemberitahuan Polisi. Dicari: Buronan di kota. Melakukan

pembunuhan dan kejahatan terhadap negara. Nama: Guy

Montag. Pekerjaan: Petugas kebakaran. Terakhir dilihat...”

Dia berlari terus sejauh enam blok di gang itu, lalu gang

itu membuka ke sebuah jalan raya lebar dan kosong yang dibagi

menjadi sepuluh jalur. Jalan itu tampak seperti sungai tak

berperahu yang membeku dalam cahaya terang lampu-lampu

bohlam listrik putih; kau bisa tenggelam kalau mencoba menyeberanginya,

pikir Montag; terlalu lebar, terlalu terbuka.

Jalan itu seperti panggung luas tanpa pemandangan, mengundangnya

untuk berlari melintas, mudah terlihat dalam penerangan

benderang itu, mudah ditangkap, mudah ditembak.

Seashell mendengung di telinganya.

“...perhatikan kalau ada orang berlari... perhatikan kalau

ada orang berlari... perhatikan kalau ada orang yang sendirian,

berjalan kaki... perhatikan...”

Montag mundur ke dalam bayang-bayang. Tepat di de-

154


www.bacaan-indo.blogspot.com

pannya ada SPBU, dua bongkah besar salju porselen bersinar

di sana, dan dua kumbang perak masuk dan berhenti untuk

mengisi bensin. Sekarang dia harus tampil bersih dan rapi

kalau ingin berjalan, bukan berlari, berjalan tenang melintasi

bulevar luas itu. Akan lebih aman lagi kalau dia mencuci

muka dan menyisir rambut sebelum melanjutkan perjalanan

ke mana...?

Ya, pikirnya, sedang berlari ke mana aku ini?

Tidak ke mana-mana. Tidak ada tempat yang bisa ditujunya,

sebenarnya tidak ada teman yang bisa dimintai bantuan.

Kecuali Faber. Kemudian dia sadar bahwa dia memang sedang

berlari ke arah rumah Faber, secara naluriah. Tetapi Faber tak

bisa menyembunyikannya; mencoba menyembunyikannya

sama saja bunuh diri. Tetapi dia tahu bahwa dia tetap akan

menemui Faber, untuk beberapa menit saja. Di tempat Faber

dia mungkin bisa menguatkan kembali keyakinannya yang

luntur dengan cepat luntur kemampuannya untuk bertahan

hidup. Dia hanya ingin tahu bahwa ada orang seperti Faber di

dunia ini. Dia ingin melihat pria itu hidup dan tidak dibakar

seperti tubuh yang dikurung dalam tubuh lain. Dan sebagian

uangnya harus ditinggalkan dengan Faber, tentu saja, untuk

dipakainya setelah Montag melarikan diri. Mungkin dia bisa

mencapai daerah terbuka dan hidup di dekat sungai-sungai

atau di dekat jalan-jalan tol, di ladang-ladang dan bukit-bukit.

Sebuah bisikan keras yang berputar-putar membuatnya

menengadah ke langit.

Helikopter-helikopter polisi naik begitu jauh sehingga dia

merasa seakan ada yang meniup kepala abu-abu setangkai bunga

dandelion kering sampai putus. Dua lusin helikopter itu

berkelebat, melayang-layang, tidak pasti, lima kilometer dari

155


sana, seperti kupu-kupu yang kebingungan bertemu dengan

musim gugur, lalu melesat turun ke darat, satu demi satu, di

sini, di sana, dengan lembut memijati jalanan, tempat mereka

kembali menjadi kumbang, lalu memekik di sepanjang bulevar-bulevar,

atau melompat kembali ke udara dengan sama

mendadaknya, meneruskan pencarian.

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

Dan ini dia SPBU, para petugasnya sibuk melayani pelanggan.

Montag datang dari belakang dan memasuki toilet pria.

Dari tembok aluminium, dia mendengar suara radio berkata,

“Perang telah dinyatakan.” Bensin dipompa di luar. Orangorang

di dalam kumbang-kumbang berbicara dan para petugas

SPBU berbicara tentang truk-truk, bensin, utang yang belum

lunas. Montag berdiri sambil berusaha memaksa dirinya

merasa syok akibat pernyataan tenang dari radio itu, namun

tidak ada yang terjadi. Perang harus menunggu dia menemukannya

dalam arsip pribadinya, satu-dua jam dari sekarang.

Dia mencuci tangan dan wajahnya dan menghanduki diri

sampai kering, hampir tak bersuara. Dia keluar dari kamar

kecil dan menutup pintu dengan hati-hati dan berjalan memasuki

kegelapan dan akhirnya berdiri lagi di pinggiran bulevar

yang kosong.

Terhampar di sana, sebuah permainan yang harus dimenangkannya,

arena boling luas dalam pagi yang sejuk. Bulevar

itu sebersih permukaan arena, dua menit sebelum munculnya

beberapa korban tak bernama dan beberapa pembunuh

tak dikenal. Udara di atas dan di sekitar sungai beton yang

luas itu bergetar oleh kehangatan tubuh Montag seorang; luar

156


www.bacaan-indo.blogspot.com

biasa betapa suhu tubuhnya bisa menyebabkan seluruh dunia

di dekatnya bergetar. Dia sasaran bercahaya; dia tahu ini, dia

merasakan ini. Dan sekarang dia harus mulai berjalan.

Tiga blok dari sana, beberapa lampu mobil membara.

Montag menarik napas panjang. Paru-parunya seperti sapu

yang terbakar di dalam dada. Mulutnya kering-kerontang karena

berlari tadi. Kerongkongannya seperti besi berdarah dan

ada baja berkarat di telapak kakinya.

Bagaimana dengan lampu-lampu di sana itu? Begitu kau

mulai berjalan, kau harus menaksir seberapa cepat kumbangkumbang

itu bisa sampai di sana. Yah, seberapa jauh jarak ke

trotoar satunya? Tampaknya sekitar seratus meter. Mungkin

tidak sampai seratus, tetapi tetap hitung dengan angka itu

saja, hitung bahwa kalau dia berjalan sangat lambat, dengan

kecepatan santai, mungkin dia akan membutuhkan tiga puluh,

empat puluh detik untuk tiba di sana. Kumbang-kumbang

itu? Begitu mulai, mereka bisa melewati tiga blok dalam

waktu sekitar lima belas detik. Jadi, seandainya di tengahtengah

saja dia mulai berlari...?

Dia menapakkan kaki kanan ke depan, lalu kaki kiri, lalu

kaki kanan. Dia berjalan di jalan kosong itu.

Meskipun jalan itu kosong melompong, kau tidak bisa benar-benar

yakin dapat menyeberang dengan selamat, karena

sebuah mobil bisa saja tiba-tiba muncul dari tanjakan empat

blok dari sana dan melewatimu sebelum kau sempat bernapas

dua belas kali.

Dia memutuskan untuk tidak menghitung langkahnya.

Dia tidak melihat ke kiri maupun ke kanan. Cahaya lampulampu

penerang di atas begitu terang dan menelanjangi seperti

matahari tengah hari, dan sama panasnya.

Dia mendengarkan bunyi mobil menambah kecepatan dua

157


www.bacaan-indo.blogspot.com

blok dari situ, di sebelah kanannya. Lampu-lampu depannya

yang bisa digerakkan, tiba-tiba tersentak ke depan dan ke belakang,

dan hinggap pada Montag.

Jalan terus.

Montag tertegun, mencengkeram buku-bukunya, dan memaksa

diri agar tidak mematung. Secara naluriah, dia lari dengan

cepat beberapa langkah, lalu berbicara keras-keras pada

diri sendiri, kemudian melambat untuk berjalan lagi. Dia

sekarang sudah di tengah jalan, tetapi raungan dari mesinmesin

kumbang mengaing makin tinggi sewaktu mereka menambah

kecepatan.

Polisi, tentu saja. Mereka melihatku. Tetapi pelan-pelan

sekarang, pelan-pelan, diam, jangan menoleh, jangan melihat,

jangan tampak resah. Berjalan, begitu, berjalan, berjalan.

Kumbang itu melaju. Kumbang itu meraung. Kumbang itu

menambah kecepatan. Kumbang itu merintih. Kumbang itu

melesat. Kumbang itu meluncur. Kumbang itu datang dalam

satu lintasan melengking yang ditembakkan dari senapan tak

terlihat. Kecepatannya mencapai 193 kilometer per jam. Kecepatannya

mencapai 209 kilometer per jam, paling sedikit.

Montag mengatupkan rahang kuat-kuat. Panas lampu-lampu

depan yang melesat itu serasa membakar pipinya, menggetarkan

kelopak matanya dan mengucurkan keringat asam dari

sekujur tubuhnya.

Dia mulai berjalan terseok-seok seperti orang tolol dan berbicara

pada diri sendiri, lalu tekadnya runtuh dan dia mulai

berlari. Dia menjulurkan kaki sejauh mungkin dan turun lalu

maju dan turun dan balik dan maju dan turun dan balik. Ya

Tuhan! Ya Tuhan! Dia menjatuhkan sebuah buku, menghentikan

langkah, nyaris berbalik, berubah pikiran, terus berlari,

menjerit dalam kehampaan yang dingin, sementara kumbang

158


www.bacaan-indo.blogspot.com

itu melesat mengejar makanannya, enam puluh meter, tiga

puluh meter dari sana, 27 meter, 24 meter, 21 meter, Montag

terengah-engah, mengayun-ayunkan tangan dengan panik,

kaki naik turun maju, naik turun maju, makin dekat, makin

dekat, menjerit, memanggil, matanya berkobar putih sekarang

sementara kepalanya terkejat-kejat berkeliling untuk

menghadapi sorot lampu menyilaukan itu, sekarang kumbang

itu ditelan sinar lampunya sendiri, sekarang kumbang

itu tak lebih dari obor yang melaju ke arahnya; hanya bunyi,

hanya terang. Sekarang—hampir menabraknya!

Dia tersandung dan jatuh.

Mati aku! Habislah semuanya.

Tetapi jatuh itu ternyata berpengaruh. Sekejap sebelum

tiba di tempatnya, kumbang liar itu mengerem dan menyingkir.

Lalu lenyap. Montag tergeletak tiarap, kepala menghadap

ke bawah. Gelak tawa sayup-sayup melayang kembali bersama

asap buangan biru dari kumbang itu.

Tangan kanannya terjulur ke depan, rata. Di ujung jari

tengahnya— dia melihatnya sekarang, sewaktu mengangkat

tangan itu—samar-samar tampak satu milimeter bekas ban

hitam di tempat ban kumbang tadi menyentuhnya sewaktu

lewat. Dia memandangi garis hitam itu dengan rasa tak percaya

sambil berdiri.

Itu tadi bukan polisi, pikirnya.

Dia memandang bulevar itu. Kosong sekarang. Satu mobil

berisi anak-anak dari segala usia, mungkin, dari usia dua belas

sampai enam belas tahun, keluar sambil bersiul-siul, berteriak,

bersorak, mereka tadi melihat seorang pria, pemandangan

yang sangat biasa, seorang pria yang berjalan-jalan, sesuatu

yang langka, dan mereka berkata, “Ayo kita tabrak dia,” tanpa

tahu dia itu si buron Mr. Montag; mereka hanya sejumlah

159


www.bacaan-indo.blogspot.com

anak yang keluar untuk menghabiskan malam sepanjang delapan

ratus atau sembilan ratus kilometer dalam beberapa jam

yang diterangi sinar bulan, wajah mereka sedingin es terkena

angin, dan pulang atau tidak pulang saat fajar menyingsing,

hidup atau tidak hidup, itulah inti petualangan mereka.

Mereka bisa saja membunuhku tadi, pikir Montag dengan

tubuh goyah, udara masih terkoyak dan bergetar di sekitarnya

dalam debu, menyentuh pipinya yang memar. Tanpa

alasan apa pun, mereka sanggup membunuhku tadi.

Dia berjalan ke arah trotoar di seberang, menyuruh setiap

kakinya maju dan terus maju. Entah bagaimana dia memungut

buku-bukunya yang tadi jatuh; dia tidak ingat membungkuk

dan menyentuh buku-buku itu. Dia terus memindahkannya

dari satu tangan ke tangan lain, seakan buku-buku itu kartukartu

poker yang tidak bisa dimengertinya.

Mungkinkah mereka yang membunuh Clarisse?

Dia berhenti dan pikirannya mengatakan ini lagi, keraskeras.

Mungkinkah mereka yang membunuh Clarisse?!

Dia ingin berlari mengejar mereka sambil berteriak-teriak.

Matanya berair.

Yang menyelamatkannya tadi adalah waktu dia jatuh

tersungkur. Pengemudi mobil itu, ketika melihat Montag jatuh,

secara naluriah mempertimbangkan kemungkinan bahwa

menggilas tubuh manusia dalam kecepatan setinggi itu

mungkin akan membuat mobil terbalik dan menghamburkan

para penumpangnya keluar. Seandainya Montag tadi tetap

menjadi sasaran yang tegak...?

Napas Montag tersentak.

Jauh di bulevar, empat blok dari situ, kumbang tadi melambat,

berputar balik dengan dua roda, dan sekarang melesat

160


kembali ke sana, miring di sisi jalan yang salah, dan menambah

kecepatan.

Tetapi Montag sudah menghilang, tersembunyi aman di

dalam kegelapan gang yang dicarinya selama perjalanan panjang

yang sudah dimulainya satu jam, atau mungkinkah satu

menit, yang lalu? Dia berdiri bergidik di tengah malam, melihat

kumbang itu lewat dan meluncur kembali ke tengah jalan,

gelak tawa berputar-putar di udara sekitarnya, lenyap.

Dari sana, sementara Montag bergerak-gerak dalam kegelapan,

dia bisa melihat helikopter jatuh, jatuh seperti butirbutir

salju pertama dalam musim dingin yang akan datang...

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

Rumah itu sunyi.

Montag menghampirinya dari belakang, merayap melewati

wangi pekat bunga dafodil dan mawar dan rumput basah

yang dilembapkan malam. Dia menyentuh pintu kawat

di belakang, mendapati pintu itu terbuka, menyelinap masuk,

bergerak melintasi beranda, mendengarkan.

Mrs. Black, apakah kau tertidur di dalam sana? pikirnya.

Ini tidak bagus, tetapi suamimu melakukannya kepada orang

lain dan tak pernah bertanya dan tak pernah berpikir dan

tak pernah cemas. Dan sekarang, karena kau istri petugas

kebakaran, maka sekarang rumahmu dan giliranmu, untuk

semua rumah yang dibakar suamimu dan orang-orang yang

disakitinya tanpa berpikir.

Rumah itu tidak menjawab.

Dia menyembunyikan buku-buku itu di dapur dan bergerak

dari rumah itu lagi ke gang, dan menoleh dan melihat

rumah itu masih gelap dan sunyi, tidur.

161


Dalam perjalanan melintasi kota, sementara helikopterhelikopter

beterbangan seperti kertas tercabik-cabik di langit,

dia menelepon, melaporkan alarm di kios telepon umum yang

sepi, di depan toko yang sudah tutup malam itu. Lalu dia berdiri

di tengah udara malam yang dingin, menunggu, dan di

kejauhan dia mendengar sirene-sirene kebakaran menyala

dan melaju, dan Salamander-Salamander datang… datang untuk

membakar rumah Mr. Black sementara dia sedang keluar

bekerja, untuk menyuruh istrinya berdiri gemetaran dalam

udara pagi sementara atap ambruk dan jatuh ke dalam api.

Tetapi sekarang, wanita itu masih tertidur.

Selamat malam, Mrs. Black, pikirnya.

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

“Faber!”

Satu ketukan lagi, sebuah bisikan, dan penantian lama.

Lalu, setelah semenit, sebuah lampu kecil berpijar di dalam

rumah Faber yang kecil. Setelah sunyi sebentar lagi, pintu belakang

dibuka.

Mereka berdiri saling pandang dalam cahaya remangremang

itu, Faber dan Montag, seakan masing-masing tidak

memercayai keberadaan yang satunya. Lalu Faber bergerak

dan mengulurkan tangan dan mencengkeram Montag dan

menyeretnya masuk dan menyuruhnya duduk dan kembali

dan berdiri di ambang pintu, mendengarkan. Sirene-sirene

meraung di kejauhan pagi itu. Dia masuk dan menutup pintu.

Montag berkata, “Aku bodoh sekali sejak awal. Aku tidak

bisa lama di sini. Aku akan pergi entah ke mana.”

“Setidaknya kau bersikap bodoh tentang hal-hal yang

162


www.bacaan-indo.blogspot.com

benar,” kata Faber. “Kusangka kau sudah mati tadi. “Kapsul

audio yang kuberikan kepadamu…“

“Terbakar.”

“Aku mendengar Kapten berbicara kepadamu dan tibatiba

semua diam. Hampir saja aku keluar untuk mencarimu.”

“Kapten sudah mati. Dia menemukan kapsul audio itu, dia

mendengar suaramu, dia berniat melacaknya. Aku membunuhnya

dengan pelontar api.”

Faber duduk dan untuk beberapa saat tidak berbicara.

“Ya Tuhan, bagaimana ini terjadi?” kata Montag. “Padahal

malam itu semua baik-baik saja, tiba-tiba aku sudah tenggelam.

Berapa kali orang bisa terbenam dan masih hidup?

Aku tidak bisa bernapas. Beatty sudah mati, dan dia pernah

menjadi temanku, dan Millie sudah pergi, kusangka dia istriku,

tapi sekarang aku tidak tahu. Dan rumahku terbakar

habis. Pekerjaanku lenyap dan aku menjadi buron, dan aku

menaruh buku di rumah seorang petugas kebakaran dalam

perjalanan ke sini. Ya Tuhan, apa saja yang telah kulakukan

seminggu ini!”

“Kau melakukan apa yang harus kaulakukan. Ini seharusnya

sudah lama terjadi.”

“Ya, aku percaya itu, kalau tidak ada apa-apa lagi yang kupercayai.

Ini sudah menunggu untuk terjadi. Aku sudah lama

bisa merasakannya, aku seperti memendam sesuatu, aku melakukan

satu hal sambil merasakan hal lain. Ya Tuhan, semua

itu ada di sana. Sungguh heran hal yang kupendam itu

tidak terlihat pada tubuhku, seperti lemak. Dan sekarang aku

di sini, mengacaukan hidupmu juga. Mereka mungkin akan

mengikutiku ke sini.”

“Untuk pertama kali setelah bertahun-tahun, aku merasa

hidup,” kata Faber. “Aku merasa sedang melakukan hal yang

163


www.bacaan-indo.blogspot.com

seharusnya sudah sejak lama kulakukan. Selama sejenak itu,

aku tidak takut. Mungkin karena akhirnya aku melakukan

hal yang benar. Mungkin karena aku telah melakukan sesuatu

yang gegabah dan tidak ingin tampak seperti pengecut

di matamu. Kurasa aku harus melakukan hal-hal yang lebih

brutal lagi, menyingkapkan kedokku agar aku tidak jatuh dalam

tugasku ini dan ketakutan lagi. Apa rencanamu?”

“Terus berlari.”

“Kau tahu perang sedang berlangsung?”

“Aku sudah dengar.”

“Astaga, lucu ya?” kata pria tua itu. “Rasanya perang itu

jauh sekali, karena kita memiliki masalah sendiri.”

“Aku belum sempat berpikir.” Montag menyodorkan seratus

dolar. “Aku ingin ini kausimpan, gunakan dengan cara

apa pun yang bisa membantumu setelah aku pergi.”

“Tapi…“

“Aku mungkin akan mati sebelum tengah hari; gunakan

ini.”

Faber mengangguk. “Sebaiknya kau menuju sungai kalau

bisa, ikuti arahnya, dan kalau kau bisa mencapai rel kereta

tua yang menuju pedesaan, ikuti rel itu. Meskipun hampir

segala sesuatu diangkut dengan transportasi udara zaman sekarang

ini, dan sebagian besar rel kereta tidak dipakai lagi,

rel-relnya masih ada, berkarat. Kudengar masih ada perkemahan-perkemahan

gelandangan di seluruh negeri, di sanasini;

perkemahan berjalan istilahnya, dan kalau kau terus

berjalan cukup jauh dan membuka mata tajam-tajam, kata

mereka banyak penyandang gelar Harvard di rel-rel di antara

tempat ini dan Los Angeles. Sebagian besar dicari dan diburu

di kota-kota. Mereka bertahan hidup, kurasa. Jumlah mereka

tidak banyak, dan kurasa pemerintah tidak menganggap

164


www.bacaan-indo.blogspot.com

mereka bahaya yang cukup besar, sehingga tidak repot-repot

berusaha melacak mereka. Kau mungkin bisa tinggal bersama

mereka untuk sementara waktu dan menghubungiku di St.

Louis. Aku akan berangkat naik bus pukul lima pagi ini, untuk

menemui tukang cetak yang sudah pensiun di sana, aku

sendiri akhirnya akan keluar dari persembunyian. Uang ini

akan digunakan untuk tujuan yang baik. Terima kasih, dan

semoga Tuhan memberkatimu. Apakah kau mau tidur dulu

sebentar.”

“Sebaiknya aku pergi.”

“Kita periksa dulu.”

Dia cepat-cepat mengajak Montag ke kamar tidur dan

menggeser sebuah bingkai lukisan, menampakkan layar televisi

sebesar kartu pos di baliknya. “Aku selalu menginginkan

sesuatu yang sangat kecil, sesuatu yang bisa kucapai dengan

berjalan, sesuatu yang bisa kututupi dengan telapak tanganku,

kalau perlu, sesuatu yang tidak bisa meneriakiku, dan tidak

besar mencolok. Jadi, ini dia.” Dia menyalakan televisi

itu.

“Montag,” kata televisi itu, yang menjadi terang. “M-O-

N-T-A-G.” Nama itu dieja sebuah suara. “Guy Montag. Masih

dalam pelarian. Helikopter-helikopter polisi sedang aktif

mencarinya. Anjing Pemburu baru telah didatangkan dari

distrik lain…“

Montag dan Faber saling pandang.

“—Anjing Pemburu tidak pernah gagal. Sejak pertama kali

digunakan untuk melacak buruan, ciptaan yang luar biasa ini

belum pernah membuat kesalahan. Malam ini, jaringan ini

boleh berbangga mendapatkan kesempatan untuk mengikuti

si Pemburu dengan helikopter kamera begitu dia mulai mengejar

target…“

165


www.bacaan-indo.blogspot.com

Faber menuangkan dua gelas wiski. “Kita akan membutuhkan

ini.”

Mereka minum.

“—hidungnya begitu sensitif sehingga Anjing Pemburu

Robot dapat mengingat dan mengenali sepuluh ribu indeks

bau dari sepuluh ribu orang tanpa harus disetel ulang!”

Faber gemetar, dan melihat ke sekeliling rumahnya, melihat

tembok-tembok, pintu, kenop pintu, dan kursi yang

sekarang diduduki Montag. Montag melihat pandangannya.

Mereka berdua cepat-cepat melihat ke seluruh rumah dan

Montag merasa lubang hidungnya melebar, dan dia tahu dia

sedang berusaha melacak dirinya sendiri, dan hidungnya

tiba-tiba cukup tajam untuk merasakan jalan yang tadi diambilnya

dalam udara kamar itu, dan keringat dari tangannya

tergantung dari kenop pintu, tak terlihat namun sama banyak

dengan permata pada lampu gantung kecil, dia ada di manamana,

di dalam dan di atas segala sesuatu, dia seperti awan

bercahaya, hantu yang membuat bernapas menjadi mustahil.

Dia melihat Faber menahan napas, mungkin karena takut

menyedot hantu itu ke dalam tubuhnya sendiri, dicemari embusan

bayangan dan bau seorang pria dalam pelarian.

“Anjing Pemburu Robot sekarang mendarat dengan helikopter

di lokasi Pembakaran!”

Dan di layar kecil itu, tampak rumah yang terbakar, dan

kerumunan orang, dan sesuatu yang ditutupi kain turun dari

langit, berkibar-kibar, muncul helikopter seperti bunga yang

cacat.

Jadi, mereka berusaha habis-habisan, pikir Montag. Sirkus

harus terus tampil, sekalipun perang akan dimulai dalam

sejam...

166


www.bacaan-indo.blogspot.com

Dia menonton adegan itu, terpesona, tak ingin bergerak.

Rasanya adegan itu begitu jauh dan bukan bagian darinya;

yang dilihatnya ini sandiwara yang terpisah dan tersendiri,

ajaib ditonton, bukan tanpa kenikmatan yang aneh. Itu semua

karena aku, pikir kalian, itu semua terjadi hanya untuk

aku, demi Tuhan.

Kalau mau, dia bisa berlama-lama di sini, dalam kenyamanan,

mengikuti seluruh perburuan ini, melalui tahapantahapannya

dengan cepat, menyusuri gang-gang, melintasi

jalan-jalan, melewati jalan-jalan kecil panjang dan sempit,

melintasi lapangan dan taman-taman bermain, sesekali

berhenti sebentar untuk iklan-iklan yang perlu, memasuki

gang-gang lainnya ke rumah Mr. dan Mrs. Black yang sedang

terbakar, dan seterusnya sampai akhirnya ke rumah,

tempat Faber dan dirinya sendiri sedang duduk dan minum

sementara si Anjing Pemburu mengendus jejak terakhir, bisu

seperti embusan maut sendiri, mengerem sampai berhenti di

depan jendela di sana itu. Lalu, kalau dia mau, Montag mungkin

akan berdiri, berjalan ke jendela, sambil tetap mengawasi

layar TV, membuka jendela, menjulurkan tubuh ke luar,

melihat ke belakang, melihat dirinya sendiri didramatisir,

digambarkan, dibumbui, berdiri di sana, diterangi di dalam

layar televisi kecil yang terang itu dari luar, sebuah drama

untuk ditonton dengan objektif, sementara dia tahu bahwa

di ruang-ruang duduk lain, sosoknya tampak besar sesuai

ukuran sesungguhnya, dengan warna lengkap, dimensinya

sempurna! Dan kalau kau memasang mata dengan cermat,

dengan segera dia bisa melihat dirinya sendiri, sekejap sebelum

semuanya gelap, ditusuk untuk kesenangan entah berapa

banyak penghuni ruang duduk sipil yang dibangunkan dari

tidur beberapa menit yang lalu oleh raungan panik sirene dari

167


www.bacaan-indo.blogspot.com

tembok-tembok ruang keluarga mereka untuk datang menonton

pertandingan akbar ini, perburuan, karnaval tunggal.

Apakah dia akan sempat berpidato? Sewaktu si Pemburu

menangkapnya, di hadapan sepuluh atau dua puluh atau

tiga puluh juta orang, tidakkah mungkin dia akan meringkas

seluruh hidupnya selama seminggu terakhir ini dalam satu

kalimat atau satu kata yang akan lama mereka kenang setelah

si Pemburu berbalik menjepitnya dengan rahang seperti

penjepit logam, dan berjalan pergi dalam kegelapan, sementara

kamera diam, memandangi makhluk itu menjauh sampai

akhirnya lenyap, penutup adegan yang dramatis! Apa yang

dapat dikatakannya dalam satu kata saja, beberapa patah kata,

yang akan menampar wajah mereka semua dan membangunkan

mereka?

“Di situ,” bisik Faber.

Dari sebuah helikopter, sesuatu meluncur keluar, bukan

mesin, bukan binatang, tidak mati, tidak hidup, kemilau dengan

cahaya hijau pucat. Makhluk itu berdiri di dekat puingpuing

rumah Montag yang mengepulkan asap, dan para petugas

mengambilkan pelontar api yang tadi dibuangnya dan

meletakkannya di bawah moncong si Pemburu. Terdengar

bunyi mendesir, “klik-klik-klik”, dengungan.

Montag menggeleng, berdiri dan menghabiskan sisa minumannya.

“Sudah waktunya. Aku minta maaf untuk ini.”

“Untuk apa? Aku? Rumahku? Semua ini sudah sepantasnya

kudapatkan. Larilah, demi Tuhan. Mungkin aku bisa

memperlambat mereka di sini…“

“Tunggu. Tidak ada gunanya kalau kau ketahuan. Setelah

aku pergi, bakar selimut yang tadi kududuki. Bakar kursi di

ruang keluarga, di mesin pembakar di tembokmu. Lap perabotan

dengan alkohol, lap kenop-kenop pintu. Bakar karpet

168


www.bacaan-indo.blogspot.com

hias di ruang duduk. Nyalakan pendingin ruangan maksimal

di semua kamar dan semprotkan obat pengusir ngengat kalau

kau punya. Lalu nyalakan penyiram tamanmu setinggi

mungkin, dan bilas trotoar-trotoar. Kalau beruntung, mungkin

kita bisa setidaknya menghapus jejak di sini.”

Faber menjabat tangannya. “Akan kutangani. Semoga

berhasil. Kalau kita berdua sama-sama sehat, minggu depan,

seminggu setelahnya, hubungi aku, Pengiriman Umum, St.

Louis. Aku menyesal tidak ada jalan agar aku bisa ikut denganmu

kali ini, melalui earphone. Memakainya tadi bagus

untuk kita berdua. Tetapi peralatanku terbatas. Kau lihat, aku

tidak pernah menyangka akan menggunakannya. Dasar kakek

tua bodoh. Tidak berpikir. Bodoh, bodoh. Jadi, aku tidak

punya peluru hijau lain, tipe yang tepat, untuk masuk ke kepalamu.

Pergilah sekarang!”

“Satu hal lagi. Cepat. Koper, ambil, isi dengan baju-bajumu

yang paling kotor, jas lusuh, makin kotor makin baik, kemeja,

beberapa sepatu kets dan kaus kaki...”

Faber pergi dan kembali lagi dalam semenit. Mereka menutup

koper kardus itu dengan lakban transparan. “Untuk

menyimpan bau tua Mr. Faber di dalam sini, tentu saja,” kata

Faber, berkeringat setelah mengerjakan itu.

Montag menyirami bagian luar koper itu dengan wiski.

“Aku tidak mau si Pemburu menemukan dua bau sekaligus.

Bolehkah kubawa wiski ini? Aku akan memerlukannya nanti.

Ya Tuhan, kuharap ini manjur!”

Mereka berjabat tangan lagi, dan sambil beranjak keluar,

menoleh ke arah TV. Si Pemburu sudah menuju ke sana, diikuti

kamera-kamera helikopter yang terbang di atas, diam,

diam, mengendus-endus angin malam yang kencang. Si Pemburu

berlari di gang pertama.

169


“Selamat tinggal!”

Dan Montag pun keluar dengan tangkas dari pintu belakang,

berlari membawa koper yang separo kosong itu. Di

belakangnya, dia mendengar sistem penyiram halaman menyala,

memenuhi udara gelap dengan hujan yang berjatuhan

lembut, kemudian menjadi hujan deras yang menerpa semuanya,

membilas trotoar-trotoar lalu surut ke dalam gang. Dia

membawa beberapa tetes air hujan ini di wajahnya. Dia merasa

mendengar pria tua itu menyerukan “selamat tinggal,”

tetapi dia tidak yakin.

Dia berlari cepat sekali menjauhi rumah itu, ke arah sungai.

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

Montag berlari.

Dia bisa merasakan si Pemburu, seperti musim dingin,

datang, dingin, kering dan cepat, seperti angin yang tidak

menggoyangkan rumput, tidak menggetarkan jendela atau

membuyarkan bayang-bayang daun di trotoar-trotoar putih

yang dilewatinya. Si Pemburu tidak menyentuh dunia ini.

Dia membawa kebisuannya, jadi kau bisa merasakan keheningan

itu meningkatkan tekanan yang makin kuat di belakangmu

di seluruh kota. Montag merasa tekanan itu menggunung,

dan berlari.

Dia berhenti untuk menarik napas, di tengah jalan ke sungai,

untuk mengintip dari jendela-jendela yang diterangi

remang-remang di rumah-rumah yang terbangun, dan melihat

siluet orang-orang di dalam menonton tembok-tembok

ruang duduk mereka, dan di tembok-tembok itu, si Pemburu,

170


www.bacaan-indo.blogspot.com

seperti gumpalan uap neon, merayap maju, di sini dan hilang,

di sini dan hilang! Sekarang, di Elm Terrace, Lincoln, Oak,

Park, dan di gang ke arah rumah Faber.

Lewati rumah itu, pikir Montag, jangan berhenti, ayo terus,

jangan membelok!

Di tembok ruang duduk, rumah Faber, dengan sistem penyiram

halaman yang berdenyut dalam udara malam.

Si Pemburu berhenti sebentar, bergetar.

Jangan! Montag memegangi langkan jendela. Ke sini! Ke

sini!

Jarum procaine itu tersentak keluar dan masuk, keluar dan

masuk. Satu butir benih obat mimpi jatuh dari jarum itu saat

menghilang ke dalam moncong si Pemburu.

Montag menahan napas, seperti tinju yang terkepal, di dalam

dadanya.

Si Anjing Pemburu berbalik dan berlari dari rumah Faber,

kembali ke gang.

Montag menyentakkan pandangan ke langit. Helikopterhelikopter

itu lebih dekat, seperti kerumunan serangga yang

membuntuti satu sumber cahaya.

Dengan susah payah Montag mengingatkan diri lagi bahwa

ini bukan episode iktif untuk ditonton dalam pelariannya

ke sungai; ini permainan caturnya sendiri, langkah demi

langkah.

Dia berteriak untuk memberi dorongan menjauh dari jendela

rumah terakhir ini, dan tontonan memikat yang sedang

berlangsung di dalam sana! Persetan! Dan dia pun berlari dan

menghilang! Gang, jalan, gang, jalan, dan bau sungai. Kaki

maju, kaki turun, kaki maju dan turun. Dua puluh juta Montag

berlari, sebentar lagi, kalau kamera-kamera itu menangkapnya.

Dua puluh juta Montag berlari, berlari seperti ilm-

171


www.bacaan-indo.blogspot.com

ilm lawak kuno yang buram tentang polisi-polisi dungu, polisi,

perampok, pengejar dan yang dikejar, pemburu dan yang

diburu, dia sudah melihatnya ribuan kali. Sekarang di belakangnya

ada dua puluh juta Anjing Pemburu yang melolong

tanpa suara, melesat melintasi ruang-ruang duduk, melesat

seperti bola biliar dari tembok kanan ke tembok tengah ke

tembok kiri, hilang, tembok kanan, tembok tengah, tembok

kiri, hilang!

Montag menghunjamkan Seashell ke telinganya:

“Polisi menyarankan agar semua penghuni daerah Elm

Terrace bertindak sebagai berikut: Setiap orang di setiap rumah

di setiap jalan harap membuka pintu depan atau pintu

belakang atau melihat dari jendela. Buronan tidak bisa lolos

jika setiap orang selama semenit berikut melihat dari rumahnya.

Siap!”

Tentu saja! Kenapa mereka tidak melakukan ini dari tadi!

Wah, selama bertahun-tahun, bukankah permainan ini sudah

dicoba! Semua berdiri, semua keluar! Dia tak mungkin

luput! Satu-satunya orang yang berlari sendirian di kota di

tengah malam, satu-satunya orang yang memakai kakinya!

“Pada hitungan kesepuluh! Satu! Dua!”

Dia merasakan kota itu bangkit.

“Tiga!”

Dia merasakan kota itu berpaling pada ribuan pintunya.

“Empat!”

Orang-orang berjalan sambil tidur di lorong-lorong rumah

mereka.

“Lima!”

Dia merasakan tangan mereka di kenop-kenop pintu!

Bau sungai sejuk dan seperti hujan padat. Kerongkongannya

seperti karat hangus dan matanya terseka kering karena

172


www.bacaan-indo.blogspot.com

berlari. Dia berteriak seakan-akan teriakan ini akan memacunya,

melontarkannya melewati seratus meter terakhir.

“Enam, tujuh, delapan!”

Kenop-kenop diputar pada lima ribu pintu.

“Sembilan!”

Dia berlari menjauh dari deretan rumah terakhir, di lereng

yang menurun ke arah suatu kehitaman padat yang bergerak.

“Sepuluh!”

Pintu-pintu dibuka.

Dia membayangkan beribu-ribu wajah melihat ke halaman,

ke gang-gang, dan ke langit, wajah-wajah yang disembunyikan

tirai, wajah-wajah yang pucat dan ketakutan melihat

malam, seperti binatang abu-abu yang mengintip dari guagua

elektrik, wajah-wajah dengan mata kelabu tak berwarna,

lidah kelabu dan pikiran-pikiran kelabu yang melongok dari

daging wajah yang mati rasa.

Tetapi dia sudah tiba di sungai.

Dia menyentuhnya, hanya untuk memastikan sungai itu

sungguh-sungguh ada. Dia melangkah masuk dan melepaskan

semua pakaiannya di tengah kegelapan itu sampai dia telanjang

bulat, membasahi tubuh, lengan, kaki dan kepalanya

dengan minuman keras; meminumnya dan menyedot sedikit

ke dalam hidungnya. Lalu dia mengenakan pakaian dan sepatu

tua Faber. Dia membuang pakaiannya sendiri ke dalam sungai

dan memandangi pakaian itu terseret arus. Lalu, sambil

membawa koper itu, dia berjalan di sungai sampai tidak bisa

lagi menginjak dasarnya dan dia diseret dalam kegelapan.

* * *

173


www.bacaan-indo.blogspot.com

Dia sudah mengikuti arus sejauh tiga ratus meter ketika si

Pemburu tiba di sungai. Di atas, helikopter-helikopter melayang

dengan baling-baling berkeletak-keletak keras. Cahaya

membanjiri sungai dan Montag menyelam di bawah penerangan

benderang itu, seolah matahari baru muncul dari balik

awan-awan. Dia merasa sungai menyeretnya makin jauh, ke

dalam kegelapan. Lalu cahaya-cahaya itu kembali ke darat,

helikopter-helikopter membelok ke atas kota lagi, seperti baru

menemukan jejak lain. Mereka pergi. Si Anjing Pemburu pergi.

Sekarang yang ada hanya sungai yang dingin dan Montag

yang mengapung dalam ketenangan mendadak, jauh dari

kota dan cahaya dan pengejaran, jauh dari segala sesuatu.

Dia merasa seperti baru meninggalkan panggung dan banyak

aktor. Dia merasa seperti baru meninggalkan pemanggilan

arwah agung dan hantu-hantu yang bergumam. Dia

sedang berpindah dari sebuah non-realita menakutkan ke dalam

realita yang terasa tidak nyata karena baru.

Tanah hitam meluncur melewatinya dan dia memasuki

daerah pedesaan di antara bukit-bukit. Untuk pertama kali

setelah dua belas tahun, bintang-bintang bermunculan di

atasnya, membentuk lingkaran api berarak-arak. Dia melihat

himpunan dahsyat bintang-bintang terbentuk di langit dan

mengancam akan berguling dan meremukkannya.

Dia mengapung telentang setelah kopernya terisi penuh

dan tenggelam; sungai itu hangat dan mengalir lamban, menjauh

dari orang-orang yang makan bayang-bayang untuk sarapan,

uap pada siang hari dan uap air untuk makan malam.

Sungai itu sungguh-sungguh nyata; memegangnya dengan

nyaman dan memberinya waktu, waktu senggang, untuk

merenungkan bulan ini, tahun ini, dan tahun-tahun seumur

174


www.bacaan-indo.blogspot.com

hidupnya. Dia mendengarkan jantungnya melambat. Pikirannya

berhenti berhamburan bersama darahnya.

Dia melihat bulan yang rendah di langit. Bulan di sana,

dan cahaya bulan disebabkan oleh apa? Oleh matahari, tentu

saja. Dan apa yang menerangi matahari? Apinya sendiri. Dan

matahari terus bersinar, hari demi hari, berkobar dan berkobar.

Matahari dan waktu. Matahari dan waktu dan berkobar.

Berkobar. Sungai itu melambung-lambungkannya dengan

lembut. Berkobar. Matahari dan setiap jam di bumi. Semua

itu menyatu dan menjadi satu hal dalam pikirannya. Setelah

terapung lama sekali di darat dan terapung sebentar di sungai,

dia tahu mengapa dia tidak boleh berkobar lagi seumur

hidupnya.

Matahari berkobar setiap hari. Membakar Waktu. Dunia

bergegas dalam lingkaran dan berputar pada sumbunya dan

waktu toh sibuk membakar tahun-tahun dan orang-orang,

tanpa bantuan apa pun darinya. Jadi, kalau dia membakar segala

sesuatu bersama para petugas kebakaran dan matahari

membakar Waktu, berarti segala sesuatu dibakar!

Salah satu dari mereka harus berhenti membakar. Matahari

sudah pasti tidak akan berhenti. Jadi, kelihatannya yang

harus berhenti adalah Montag dan orang-orang yang sampai

beberapa jam lalu masih bekerja dengannya. Di suatu tempat,

menabung dan menyisihkan harus dimulai lagi dan seseorang

harus menabung dan menyimpan, entah dengan cara apa, dalam

buku-buku, dalam arsip-arsip, dalam kepala orang-orang,

dengan cara apa saja asalkan aman, bebas dari ngengat, gegat,

karat dan jamur, dan orang-orang yang membawa korek

api. Dunia penuh dengan pembakaran dalam segala jenis dan

ukuran. Sekarang masyarakat harus segera bersatu padu melawan

pembakaran.

175


www.bacaan-indo.blogspot.com

Dia merasa tumitnya menabrak daratan, menyentuh kerikil

dan batu, menggeser pasir. Sungai telah menggerakkannya

ke arah pantai.

Dia memandang makhluk hitam besar tanpa mata atau

cahaya itu, tanpa bentuk, hanya memiliki ukuran yang membentang

sampai seribu kilometer, tanpa ingin berhenti, dengan

bukit-bukit berumput dan hutan-hutan menantinya.

Dia ragu-ragu meninggalkan aliran sungai yang menenangkan.

Dia menyangka si Pemburu akan ada di sana. Pohon-pohon

mungkin mendadak bergoyang ditiup angin kencang

helikopter-helikopter.

Tetapi hanya ada angin musim gugur yang normal jauh di

atas sana, berlalu seperti sungai. Mengapa si Pemburu tidak

berlari? Mengapa pencarian membelok ke tengah kota? Montag

mendengarkan. Tidak ada apa-apa. Tidak ada apa-apa.

Millie, pikirnya. Pedesaan yang begitu luas di sini. Dengarkanlah!

Tidak ada apa-apa dan tidak ada apa-apa. Begitu

banyak keheningan, Millie, kira-kira bagaimana reaksimu di

sini? Apakah kau akan berteriak Diam, diam! Millie, Millie.

Dan dia merasa sedih.

Millie tidak ada di sini dan si Pemburu tidak ada di sini,

tetapi bau rumput kering yang ditiup dari ladang yang jauh

membawa Montag ke daratan. Dia teringat peternakan yang

dikunjunginya waktu dia masih kecil sekali, satu dari segelintir

kesempatan di mana dia mendapati bahwa di suatu tempat

di balik ketujuh cadar non-realita, di balik tembok-tembok

ruang-ruang duduk, dan di seberang parit kaleng kota itu,

sapi-sapi mengunyah rumput dan babi-babi duduk di kolamkolam

hangat pada tengah hari dan anjing-anjing menggonggong

memanggil domba-domba putih di bukit.

Sekarang, bau rumput kering, gerakan air, membuatnya

176


www.bacaan-indo.blogspot.com

berpikir tentang tidur di jerami segar di lumbung sunyi, jauh

dari jalan-jalan tol yang berisik, di belakang rumah pertanian

yang tenang, dan di bawah kincir angin kuno yang mendesir

seperti bunyi tahun-tahun yang berlalu di atas. Dia berbaring

di loteng lumbung yang tinggi itu sepanjang malam, mendengarkan

binatang-binatang dan serangga dan pepohonan di

kejauhan, gerak-gerik dan getaran kecil.

Pada malam hari, pikirnya, di bawah loteng, dia akan

mendengar bunyi seperti kaki-kaki bergerak, mungkin. Dia

akan tegang dan duduk. Bunyi itu akan menjauh. Dia akan

berbaring dan melihat keluar dari jendela loteng, ketika malam

sangat larut, dan melihat lampu-lampu padam di rumah

peternakan itu sendiri, sampai seorang wanita amat muda

dan cantik duduk di jendela yang tidak diterangi sambil mengepang

rambutnya. Akan sulit melihatnya, tetapi wajahnya

seperti wajah gadis yang sudah lama sekali di masa lalunya,

sudah begitu lama, gadis yang tahu cuaca dan tak pernah dibakar

kunang-kunang, gadis yang tahu makna bunga dandelion

yang digosokkan ke dagumu. Lalu gadis itu akan menghilang

dari jendela yang hangat dan muncul lagi di lantai atas, di

kamarnya yang putih terkena cahaya bulan. Lalu, dia sendiri

akan berbaring di loteng lumbung, diiringi bunyi kematian,

bunyi jet-jet membelah langit menjadi dua bagian hitam di

balik cakrawala, tersembunyi dan aman, sambil memandangi

bintang-bintang baru yang aneh di pinggiran bumi itu, terbirit-birit

melarikan diri dari warna fajar yang lembut.

Paginya, dia sebetulnya tidak memerlukan tidur, sebab semua

wangi dan pemandangan hangat dari malam pedesaan

yang lengkap pasti sudah mengistirahatkan dan menidurkannya

sementara matanya terbuka lebar dan mulutnya, begitu

dia ingat untuk mengujinya, membentuk separo senyuman.

177


www.bacaan-indo.blogspot.com

Dan di bawah tangga loteng yang menunggu, di sanalah

hal yang luar biasa itu. Dia akan turun dengan hati-hati, dalam

cahaya merah muda dini hari, sadar sepenuhnya akan

dunia sehingga dia akan merasa takut, dan berdiri di atas keajaiban

kecil itu, dan akhirnya membungkuk untuk menyentuhnya.

Segelas susu segar dingin, dan beberapa apel dan pir di

kaki tangga.

Hanya ini yang diinginkannya sekarang. Suatu tanda bahwa

dunia yang luas ini akan menerimanya dan memberinya

waktu lama yang dia perlukan untuk memikirkan segala sesuatu

yang perlu dipikirkannya.

Segelas susu, sebutir apel, sebuah pir.

Dia melangkah dari sungai.

Daratan menghambur ke arahnya, seperti ombak tsunami.

Dia digempur kegelapan dan alam pedesaan dan jutaan bau

dalam angin yang membekukan tubuhnya. Dia jatuh terjengkang

di bawah lengkung kegelapan yang memecah dan bunyi

dan bau, telinganya meraung. Dia berputar cepat. Bintangbintang

terjun di atas penglihatannya seperti meteor-meteor

yang berpijar. Dia ingin terjun kembali ke dalam sungai dan

membiarkan sungai itu menimangnya dengan aman entah

ke mana. Tanah gelap yang bangkit ini seperti hari di masa

kanak-kanaknya, waktu dia berenang, lalu entah dari mana,

ombak terbesar yang bisa diingatnya menghantamnya dengan

lumpur garam dan kegelapan hijau, air membakar mulut

dan hidungnya, memelintir perutnya, menjerit-jerit! Terlalu

banyak air!

Terlalu banyak daratan.

Dari tembok hitam di hadapannya, terdengar bisikan. Sebentuk

sosok. Di dalam sosok itu, dua mata. Malam memandangnya.

Hutan melihatnya.

178


www.bacaan-indo.blogspot.com

Si Pemburu!

Setelah begitu lama berlari dan bergegas dan berkeringat

dan setengah terbenam, setelah dia sampai sejauh ini, berjuang

sekeras ini, dan menyangka dirinya sudah aman dan

mendesah lega dan naik ke daratan akhirnya, dan ternyata...

Si Pemburu!

Montag mengeluarkan satu teriakan tersiksa terakhir, seakan-akan

ini beban yang terlalu berat untuk siapa pun.

Sosok itu melesat pergi. Mata itu menghilang. Tumpukan

daun beterbangan seperti hujan kering.

Montag sendirian di tengah belantara.

Seekor rusa. Dia mencium bau kesturi pekat seperti parfum

yang bercampur darah dan embusan napas binatang itu

yang menggumpal, bau kapulaga dan lumut dan ragweed memenuhi

malam yang luas ini, di mana-mana pohon-pohon

menyerbunya, mundur, berlari, mundur, mengikuti denyut

jantung di belakang matanya.

Pasti ada miliaran daun di daratan ini; dia berjalan mengarungi

dedaunan itu, sungai kering yang berbau seperti cengkeh

panas dan debu hangat. Dan bau-bau lainnya! Ada bau

seperti kentang potong dari semua daratan itu, mentah dan

dingin dan putih karena hampir sepanjang malam diterangi

bulan. Ada bau seperti acara dari botol dan bau seperti peterseli

di meja di rumah. Ada bau kuning samar seperti mustar

dari stoples. Ada bau seperti bunga anyelir dari halaman

sebelah. Dia meletakkan tangannya dan merasakan ilalang

bangkit seperti anak kecil mengusapnya. Jari-jarinya berbau

seperti akar manis.

Dia berdiri sambil bernapas, dan semakin menghirup daratan

itu, semakin dia diisi dengan detail-detail daratan itu.

Dia tidak kosong. Ada lebih dari cukup di sini untuk memenuhi

dirinya. Akan selalu ada lebih dari cukup.

179


Dia berjalan di tengah genangan dangkal dedaunan sambil

tersandung-sandung.

Dan di tengah-tengah dunia asing ini, ada sesuatu yang

dikenalinya.

Kakinya menabrak sesuatu yang berdentang samar.

Dia menggerakkan tangan di tanah, satu meter ke sana,

satu meter ke sini.

Rel kereta.

Rel yang keluar dari kota dan berkarat melintasi daratan,

melewati hutan yang sekarang kosong di dekat sungai.

Di sinilah jalan ke tempat entah mana yang ditujunya. Di

sinilah satu-satunya hal yang dikenalinya, jimat ajaib yang

mungkin diperlukannya untuk sementara, yang harus disentuhnya,

dirasakan di bawah kakinya, sementara dia terus

maju ke semak-semak duri dan danau penuh bau dan rasa dan

sentuhan, di antara bisikan dan embusan daun.

Dia berjalan di rel kereta itu.

Dan dia terkejut menyadari bahwa dia sekonyong-konyong

amat yakin akan satu fakta yang tak bisa dibuktikannya.

Dulu, dulu sekali, Clarisse pernah berjalan di sini, di tempat

dia sekarang berjalan.

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

Setengah jam kemudian, Montag kedinginan, dan bergerak

dengan hati-hati di rel itu, sangat peka akan seluruh tubuhnya,

wajahnya, mulutnya, matanya yang dijejali kegelapan,

telinganya dijejali bunyi, kakinya digelitik biji berduri dan

jelatang, dia melihat api di depan.

Api itu lenyap, lalu muncul lagi, seperti mata yang

180


www.bacaan-indo.blogspot.com

berkedip. Dia berhenti, takut kalau-kalau api itu padam

kena embusan napasnya. Tetapi api itu di sana dan dia

menghampirinya dengan waspada, dari jauh. Hampir lima

belas menit kemudian barulah dia berada sangat dekat dengan

api itu, kemudian dia berdiri memandanginya dari tempat

tersembunyi. Gerakan kecil itu, warna putih dan merah itu,

api yang aneh karena maknanya amat berbeda baginya.

Api ini bukan membakar, api ini menghangatkan.

Dia melihat banyak tangan terulur ke kehangatan api itu,

tangan tanpa pangkal, tersembunyi dalam kegelapan. Di atas

tangan-tangan itu, wajah-wajah diam yang hanya bergerak

dan tersentak dan berpijar bersama cahaya api. Dia tidak tahu

api bisa tampak seperti ini. Seumur hidup dia belum pernah

berpikir bahwa api bisa memberi, tidak hanya mengambil.

Bahkan baunya pun berbeda.

Dia tidak tahu berapa lama dia berdiri, tetapi ada perasaan

konyol namun nikmat karena mengenali dirinya sendiri sebagai

binatang yang datang dari hutan, tertarik oleh api itu. Dia

seperti makhluk yang terbuat dari semak dan mata cair, bulu

dan moncong dan kuku, dan makhluk dengan tanduk dan darah

yang akan berbau seperti musim gugur kalau darahnya

diperah ke tanah. Dia berdiri lama sekali, mendengarkan kemertak

hangat lidah-lidah api.

Ada keheningan yang berkumpul mengelilingi api itu, dan

keheningan itu ada di wajah orang-orang itu, dan waktu juga

ada di sana, waktu yang cukup untuk duduk di dekat rel berkarat

di bawah pohon-pohon, memandangi dunia dan menelitinya

dengan mata, seakan-akan dunia terikat ke tengah api

unggun itu, sepotong baja yang sedang dibentuk orang-orang

itu. Bukan hanya apinya yang berbeda. Keheningan itu juga.

181


www.bacaan-indo.blogspot.com

Montag bergerak ke arah keheningan istimewa yang berkaitan

dengan seluruh dunia ini.

Kemudian suara-suara itu mulai terdengar dan mereka

berbicara, dan dia tak bisa mendengar satu pun perkataan mereka,

tetapi bunyinya naik-turun pelan-pelan dan suara-suara

itu membolak-balik dunia dan mengamatinya; suara-suara itu

mengenal daratan dan pepohonan dan kota yang memasang

rel di dekat sungai. Suara-suara itu membicarakan segala sesuatu,

tidak ada yang tak bisa mereka bicarakan, dia tahu dari

irama dan gerakan dan getar terus-menerus keingintahuan

dan ketakjuban di dalamnya.

Lalu salah satu orang itu mendongak dan melihatnya,

mungkin untuk pertama kali atau untuk ketujuh kali, dan sebuah

suara berseru kepada Montag,

“Baiklah, kau boleh keluar sekarang!”

Montag mundur kembali ke tengah bayang-bayang.

“Tidak apa-apa,” kata suara itu. “Kau diterima di sini.”

Montag berjalan lambat-lambat ke arah api dan lima pria

tua yang duduk di sana berpakaian celana denim biru tua dan

jaket dan kemeja biru tua. Dia tidak tahu harus mengatakan

apa kepada mereka.

“Duduklah,” kata orang yang tampaknya pemimpin kelompok

kecil itu. “Mau kopi?”

Dia memandang campuran gelap yang mengepulkan asap

itu dituang ke cangkir kaleng yang bisa dilipat, yang langsung

disodorkan kepadanya. Dia menyeruput minuman itu dengan

hati-hati dan merasakan pria-pria itu memandangnya dengan

penasaran. Bibirnya terbakar, tetapi rasanya enak. Wajahwajah

di sekelilingnya berjenggot, tetapi jenggot mereka bersih,

rapi, dan tangan mereka bersih. Tadi mereka berdiri se-

182


www.bacaan-indo.blogspot.com

perti hendak menyambut tamu, dan sekarang mereka duduk

lagi. Montag menyeruput kopi.

“Terima kasih,” katanya. “Terima kasih banyak.”

“Sama-sama, Montag. Namaku Granger.” Dia mengulurkan

botol kecil berisi cairan tak berwarna. “Minumlah ini

juga. Ini akan mengubah indeks kimiawi keringatmu. Setengah

jam lagi, baumu akan seperti dua orang lain. Karena Si

Pemburu mengejarmu, lebih baik kauhabiskan.”

Montag meminum cairan pahit itu.

“Kau akan berbau busuk seperti bobcat, tapi tidak apa-apa,”

kata Granger.

“Kau tahu namaku,” kata Montag.

Granger mengangguk ke arah TV baterai portabel di dekat

api. “Kami menonton pengejaran tadi. Kami menduga

kau akan pergi ke selatan lewat sungai. Waktu kami dengar

kau bercebar-cebur di hutan seperti rusa mabuk, kami tidak

bersembunyi seperti biasanya. Kami menduga kau berada di

sungai waktu kamera-kamera helikopter berputar balik ke

kota. Ada yang aneh di situ. Pengejaran masih terus berlanjut.

Tapi ke arah sebaliknya.”

“Ke arah sebaliknya?”

“Ayo kita lihat.”

Granger menyalakan TV portabel itu. Gambar yang muncul

seperti mimpi buruk diciutkan, mudah dioper dari satu

tangan ke tangan lain, di hutan, warna dan gerakan berpindah-pindah

cepat dan terus mendesir. Sebuah suara berseru,

“Pengejaran berlanjut ke utara di kota! Helikopter-helikopter

polisi bertemu di Avenue 87 dan Elm Grove Park!”

Granger mengangguk. “Mereka bersandiwara. Kau berhasil

menghilangkan jejak di sungai. Mereka tidak bisa mengakui

itu. Mereka tahu mereka tidak bisa terlalu lama menahan

183


www.bacaan-indo.blogspot.com

perhatian pemirsa. Pertunjukan ini harus berakhir dengan

eisien, secepatnya! Kalau mereka mulai mencari di seluruh

sungai, bisa-bisa mereka memerlukan waktu semalaman.

Jadi, mereka mulai mencari kambing hitam untuk menciptakan

akhir yang dramatis. Perhatikan. Mereka akan menangkap

Montag lima menit lagi!”

“Tetapi bagaimana…“

“Perhatikan.”

Kamera yang melayang di tengah sebuah helikopter kini

berayun menyusuri jalan kosong:

“Kau lihat itu?” bisik Granger. “Itu kau; tepat di ujung

jalan itu korban kita. Kau lihat kameranya mendekat? Menciptakan

suasana. Ketegangan. Memperlihatkan lokasi keseluruhan.

Pada saat ini, ada orang malang yang sedang keluar

berjalan-jalan. Orang yang langka. Orang aneh. Jangan sangka

polisi tidak tahu kebiasaan orang-orang aneh semacam

itu, orang-orang yang berjalan tiap pagi hanya karena mereka

suka, atau karena mengidap insomnia. Pokoknya, polisi

sudah mengintainya berbulan-bulan, bertahun-tahun. Siapa

tahu informasi semacam itu suatu hari akan berguna. Dan

hari ini, ternyata informasi itu benar-benar sangat berguna.

Menyelamatkan muka mereka. Astaga, lihat di sana!”

Pria-pria di sekeliling api itu membungkuk ke depan.

Di layar, seorang pria membelok di jalan. Anjing Pemburu

Robot melesat maju ke arah layar, tiba-tiba saja. Lampu-lampu

helikopter menyorotkan selusin pilar terang-benderang

yang membentuk sangkar yang mengurung pria itu.

Sebuah suara berseru, “Itu Montag! Pencarian selesai!”

Pria tak bersalah itu berdiri kebingungan, sebatang rokok

menyala di tangannya. Dia memandangi si Pemburu, tidak

tahu makhluk apa itu. Dia mungkin tak pernah tahu. Dia

184


www.bacaan-indo.blogspot.com

melihat ke langit dan sirene-sirene yang meraung. Kamera

bergegas turun. Si Pemburu meloncat ke udara dengan irama

dan pemilihan waktu amat indah. Jarumnya keluar. Jarum itu

sesaat terhenti dalam pandangan mereka, seakan untuk memberi

waktu bagi sekian banyak pemirsa untuk menikmati segalanya,

kengerian di wajah korban, jalanan yang kosong, binatang

baja yang seperti peluru mendekati sasarannya.

“Montag, jangan bergerak!” kata suara dari langit.

Kamera hinggap pada korban, bersamaan dengan si Pemburu.

Kedua-duanya menangkap orang itu bersamaan. Korban

diterkam si Pemburu dan kamera dalam cengkeraman

laba-laba yang erat. Dia menjerit. Dia menjerit. Dia menjerit!

Hitam.

Hening.

Kegelapan.

Montag berteriak dalam keheningan itu dan membuang

muka.

Hening.

Kemudian, setelah selang beberapa waktu di mana orangorang

itu duduk saja mengelilingi api dengan wajah tanpa

ekspresi, seorang pembawa acara di layar yang gelap berkata,

“Pengejaran selesai, Montag sudah mati; kejahatan terhadap

masyarakat telah dibalas.”

Kegelapan.

“Sekarang kami membawa Anda sekalian ke Sky Room di

Hotel Lux untuk acara Tepat-Sebelum-Fajar selama setengah

jam, sebuah program…“

Granger mematikan TV.

“Mereka tidak memperlihatkan wajah pria itu dengan fokus

jelas. Kau lihat tadi? Sahabat-sahabat karibmu sekalipun

tak mungkin bisa membedakan itu kau atau bukan. Mereka

185


www.bacaan-indo.blogspot.com

memainkan kamera cukup lincah untuk mendorong orang

berimajinasi sendiri. Gila,” bisiknya. “Gila.”

Montag tidak mengatakan apa-apa, tetapi sekarang, sambil

mengingat-ingat kembali, dia duduk dengan mata tertuju

ke layar hitam itu, tubuhnya gemetaran.

Grange menyentuh lengan Montag. “Selamat datang

kembali dari kematian.” Montag mengangguk. Granger melanjutkan.

“Sekalian saja kau berkenalan dengan kami semua,

sekarang. Ini Fred Clement, mantan kepala Fakultas Thomas

Hardy di Cambridge selama beberapa tahun sebelum fakultas

itu menjadi Sekolah Teknik Atom. Yang ini Dr. Simmons

dari U.C.L.A., spesialis Ortega y Gasset; Profesor West ini

dulunya pakar etika—yang sekarang dianggap topik purba—

untuk Universitas Columbia, bertahun-tahun lalu. Ini Pendeta

Padover, dia sering berceramah tiga puluh tahun lalu

dan kehilangan jemaatnya dalam waktu seminggu karena

pandangan-pandangannya. Sudah beberapa lama dia berkelana

dengan kami. Aku sendiri: Aku menulis buku berjudul:

Jari-Jari di Dalam Sarung Tangan: Hubungan yang Pantas Antara

Individu dengan Masyarakat, dan sekarang aku di sini! Selamat

datang, Montag!”

“Aku tidak cocok berada bersama kalian,” kata Montag

akhirnya, lambat-lambat. “Aku selama ini tolol sekali.”

“Kami sudah terbiasa dengan itu. Kita semua membuat

kesalahan-kesalahan yang benar, kalau tidak, tidak mungkin

kita di sini. Waktu kami semua masih individu yang terpisah-pisah,

satu-satunya yang kami miliki adalah amarah.

Aku memukul seorang petugas kebakaran waktu dia datang

untuk membakar perpustakaanku bertahun-tahun lalu. Sejak

itu aku terus berlari. Kau ingin bergabung dengan kami,

Montag?”

186


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Ya.”

“Apa yang bisa kautawarkan pada kami?”

“Tidak ada. Kusangka aku sudah menyimpan sebagian Kitab

Pengkhotbah dan mungkin sedikit Wahyu, tapi itu pun

sudah tidak ada sekarang.”

“Kitab Pengkhotbah lumayan. Di mana tadinya?”

“Di sini.” Montag menyentuh kepalanya.

“Ah.” Granger tersenyum dan mengangguk.

“Kenapa? Bukankah itu tidak apa-apa?” tanya Montag.

“Lebih bagus malah: sempurna!” Granger berpaling kepada

Pendeta. “Apakah kita punya Kitab Pengkhotbah?”

“Satu. Seseorang bernama Harris di Youngstown.”

“Montag.” Granger memegang pundak Montag erat-erat.

“Berjalanlah dengan hati-hati. Jaga kesehatanmu. Kalau terjadi

apa-apa kepada Harris, kaulah Kitab Pengkhotbah. Lihat,

dalam semenit terakhir saja kau sudah begitu penting!”

“Tapi aku sudah lupa!”

“Tidak, tidak ada yang benar-benar hilang. Kami punya

cara-cara untuk membersihkan otakmu.”

“Tapi aku sudah berusaha mengingat!”

“Jangan berusaha. Ingatanmu akan kembali nanti, pada

waktu kita membutuhkannya. Kita semua punya ingatan

fotograis, seumur hidup kita belajar menutupi hal-hal yang

sebenarnya ada di dalam sana. Simmons ini sudah dua puluh

tahun mempelajari hal tersebut, dan sekarang kami sudah

menguasai metodenya sehingga bisa mengingat apa saja setelah

membacanya satu kali. Suatu hari, Montag, inginkah kau

membaca Republik karya Plato?”

“Tentu saja!”

“Aku ini Republik karya Plato. Ingin membaca Marcus Aurelius?

Mr. Simmons adalah Marcus.”

187


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Apa kabar?” ujar Mr. Simmons.

“Halo,” sahut Montag.

“Kuperkenalkan kau kepada Jonathan Swift, penulis buku

politik jahat itu, Perjalanan Gulliver! Dan orang ini adalah

Charles Darwin, dan yang ini Schopenhauer, dan yang ini

Einstein, dan yang di dekatku ini Mr. Albert Schweitzer, ilsuf

yang sangat baik hati. Itulah kami, Montag. Aristophanes

dan Mahatma Gandhi dan Buddha Gautama dan Confucius

dan Thomas Love Peacock dan Thomas Jefferson dan Mr.

Lincoln. Kami juga Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes.”

Semua tertawa pelan.

“Tidak mungkin,” kata Montag.

“Sungguh,” sahut Granger sambil tersenyum. “Kami juga

pembakar buku. Kami membaca buku-buku, lalu membakarnya

karena takut buku-buku itu ditemukan. Menggunakan

mikroilm terlalu merepotkan; kami selalu mengembara,

kami tidak ingin harus mengubur ilm lalu kembali lagi untuk

mengambilnya. Selalu ada kemungkinan akan ketahuan.

Lebih baik buku-buku itu disimpan di dalam kepala kami, di

sana tak ada yang bisa melihat atau mencurigainya. Kami semua

ini penggalan-penggalan sejarah dan kesusastraan dan

hukum internasional, Byron, Tom Paine, Machiavelli atau

Kristus, semua ada di dalam sini. Dan sekarang hari sudah

larut. Dan perang sudah dimulai. Dan kami berada di luar

sini, dan kota ada di sana, dibungkus dalam mantel seribu

warnanya sendiri. Bagaimana menurutmu, Montag?”

“Kurasa aku buta mencoba melakukan caraku sendiri, menaruh

buku-buku di rumah petugas-petugas kebakaran, lalu

melaporkan mereka.”

“Kau melakukan apa yang harus kaulakukan. Bila dilancarkan

dalam skala nasional, siasat itu mungkin bisa sangat

188


www.bacaan-indo.blogspot.com

berhasil. Tetapi cara kami lebih sederhana, dan menurut

kami, lebih baik. Satu-satunya yang ingin kami lakukan adalah

menjaga agar pengetahuan, yang menurutku akan kami

perlukan itu, tetap utuh dan aman. Kami belum berniat memprovokasi

atau membuat marah siapa-siapa. Sebab kalau kami

dihancurkan, pengetahuan itu pun mati, mungkin untuk selamanya.

Kami ini warga teladan, dengan cara kami sendiri

yang khusus; kami menyusuri rel-rel tua, kami tidur di bukit-bukit

pada malam hari, dan orang-orang kota membiarkan

kami. Sesekali kami pernah dicegat dan digeledah, tetapi

kami tidak membawa apa-apa yang melanggar hukum. Organisasi

kami leksibel, sangat longgar, dan terpecah-pecah. Beberapa

dari kami sudah menjalani operasi plastik pada wajah

dan sidik jari. Pada saat ini kami mempunyai pekerjaan yang

mengerikan: kami menunggu perang dimulai dan berakhir,

sama cepatnya. Pekerjaan ini tidak menyenangkan, tetapi

kami tidak punya kuasa dalam hal ini, kami hanya minoritas

kecil yang berteriak-teriak di padang belantara. Setelah

perang usai, mungkin kami bisa agak berguna di dunia ini.”

“Apakah kau benar-benar berpendapat mereka akan mendengarkan

setelahnya?”

“Kalau tidak, kita hanya perlu menunggu. Kita akan menurunkan

buku-buku itu kepada anak-anak kita, dari mulut

ke mulut, dan membiarkan anak-anak kita menunggu penerus

selanjutnya. Tentu saja selama masa penantian itu akan

banyak yang hilang. Tetapi kau tidak bisa memaksa orang

mendengarkan. Mereka harus berubah pikiran dengan sendirinya

bila sudah tiba waktunya, bertanya-tanya apa yang

terjadi dan mengapa dunia meledak di bawah mereka. Tidak

mungkin abadi.”

“Berapa banyak jumlah kalian?”

189


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Ribuan di jalan-jalan, rel-rel yang tidak dipakai lagi, malam

ini, penampilan seperti gelandangan, otak seperti perpustakaan.

Mula-mula ini tidak direncanakan. Setiap orang punya

buku yang ingin diingatnya, yang lalu diingatnya. Lalu,

selama kurang-lebih dua puluh tahun, kami saling bertemu,

mengembara, dan membangun jaringan longgar ini dan menyusun

rencana. Satu hal terpenting yang harus kami tanamkan

kuat-kuat dalam diri kami adalah kami ini tidak penting,

kami tidak boleh sok pintar; kami tidak boleh merasa lebih

tinggi daripada siapa pun di dunia ini. Kami tidak lebih dari

sampul untuk buku, dan di luar itu kami tidak istimewa. Beberapa

di antara kami tinggal di kota-kota kecil. Bab Satu dari

Walden karya Thoreau ada di Green River, Bab Dua ada di

Willow Farm, Maine. Malahan ada satu kota di Maryland,

penghuninya hanya 27 orang, tidak akan pernah ada bom menyentuh

kota itu, dan merekalah semua esai lengkap karya

seseorang bernama Bertrand Russell. Pungut saja kota itu,

kurang-lebih, dan bolak-balik halamannya, sekian halaman

per orang. Dan setelah perang selesai, suatu hari, entah tahun

berapa, buku-buku itu bisa ditulis lagi, orang-orang akan dipanggil,

satu demi satu, untuk mengatakan apa yang mereka

ketahui dan kita akan mencetak semuanya sampai datang lagi

Zaman Kegelapan baru, di mana kita mungkin harus mengulangi

lagi semua ini. Tetapi itulah hebatnya manusia; dia tidak

pernah begitu kecewa atau begitu muak sehingga dia berhenti

mengulangi semuanya lagi, karena dia tahu betul bahwa

itu penting dan layak dilakukan.”

“Apa yang kita lakukan malam ini?” tanya Montag.

“Menunggu,” jawab Granger. “Dan pindah sedikit mengikuti

arah sungai, untuk berjaga-jaga saja.”

Dia mulai melemparkan debu dan tanah ke dalam api.

190


Orang-orang yang lain membantu, dan Montag membantu,

dan di sana, di tengah hutan, mereka semua menggerakkan

tangan, memadamkan api bersama-sama.

* * *

Mereka berdiri di dekat sungai, diterangi cahaya bintang.

Montag melihat jarum jam tangan kedap airnya yang bercahaya.

Lima. Pukul lima pagi. Satu tahun lagi berlalu dalam

satu jam, dan fajar menanti di seberang sungai.

“Mengapa kalian memercayaiku?” tanya Montag.

Seorang pria bergerak di tengah kegelapan.

“Tampangmu sudah cukup. Kau sudah beberapa lama

tidak bercermin. Lebih dari itu, kota ini tak pernah terlalu

memedulikan kami, sehingga tidak mungkin repot-repot melancarkan

pengejaran seperti itu untuk menemukan kami.

Beberapa orang nyentrik dengan puisi-puisi di dalam kepala

mereka tidak bisa mengganggu, dan mereka tahu itu dan

kami tahu itu; semua orang tahu itu. Selama mayoritas populasi

tidak berkeliaran membacakan Magna Carta dan Undang-Undang

Dasar, tidak apa-apa. Para petugas kebakaran

sudah cukup untuk memeriksa itu sekali-sekali. Tidak, kotakota

tidak mengganggu kami. Dan kau tampak tak keruan.”

Mereka berjalan di sepanjang tepi sungai, ke arah selatan.

Montag mencoba melihat wajah orang-orang itu, wajah-wajah

tua yang diingatnya dari cahaya api tadi, berkerut-kerut dan

lelah. Dia mencari terang, tekad, kemenangan atas hari esok

yang tampaknya nyaris tidak ada. Mungkin dia mengharapkan

wajah mereka berkobar dan berkilauan memancarkan pengetahuan

yang mereka bawa, bersinar seperti lentera-lentewww.bacaan-indo.blogspot.com

191


ra, penuh cahaya yang berada di dalam diri mereka. Tetapi semua

cahaya itu asalnya dari api perkemahan tadi, dan orangorang

ini tampaknya tidak berbeda dari orang lain mana pun

yang telah berlari dalam adu lari yang panjang, menjalani

pencarian lama, melihat hal-hal baik dihancurkan, dan sekarang,

di penghujung hari, berkumpul untuk menunggu akhir

pesta dan dipadamkannya lampu-lampu. Mereka sama sekali

tidak yakin bahwa hal-hal yang mereka bawa di dalam kepala

mereka mungkin akan membuat setiap fajar di masa depan

menyinarkan cahaya yang lebih murni, mereka tidak yakin

akan apa pun selain bahwa buku-buku disimpan di balik mata

mereka yang tenang, buku-buku itu menunggu, dengan halaman-halaman

lengkap, untuk para pelanggan yang mungkin

baru akan datang bertahun-tahun lagi, sebagian dengan jarijari

bersih, sebagian lagi dengan jari-jari kotor.

Montag menyipitkan mata ke wajah-wajah mereka sementara

mereka berjalan.

“Jangan menilai buku dari sampulnya,” kata seseorang.

Dan mereka semua tertawa pelan sambil melangkah

mengikuti arah arus sungai.

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

Terdengar pekikan dan jet-jet dari kota sudah menghilang di

atas, jauh sebelum mereka mendongak. Montag melihat ke

arah kota, di ujung sungai sana, tinggal kemilau samar sekarang.

“Istriku ada di sana.”

“Aku turut menyesal mendengarnya. Kota-kota pasti akan

kesulitan selama beberapa hari ini,” kata Granger.

192


www.bacaan-indo.blogspot.com

“Aneh, aku tidak merindukannya, aneh aku tidak terlalu

merasa apa-apa,” kata Montag. “Sekalipun dia mati, aku baru

sadar tadi, kurasa aku tidak akan sedih. Ini tidak benar. Pasti

ada yang tidak beres denganku.”

“Dengarkan,” kata Granger sambil meraih tangannya,

dan berjalan bersamanya, menyingkirkan semak-semak agar

dia bisa lewat. “Waktu aku masih kecil, kakekku meninggal,

dan dia seorang pematung. Dia juga sangat baik hati, memiliki

banyak kasih yang ingin diberikannya kepada dunia, dan

dia membantu membersihkan wilayah kumuh di kota kami;

dia membuatkan mainan-mainan untuk kami dan dia berbuat

banyak sekali semasa hidupnya; dia selalu sibuk dengan

tangannya. Dan ketika dia meninggal, aku tiba-tiba sadar

bahwa aku bukan menangisi dirinya sama sekali, melainkan

hal-hal yang pernah dilakukannya. Aku menangis karena dia

takkan pernah lagi melakukan hal-hal itu, dia takkan pernah

memahat sepotong kayu lagi atau membantu kami memelihara

burung dara dan burung merpati di halaman belakang

atau bermain biola dengan gaya khasnya, atau bercanda dengan

kami dengan gaya khasnya. Dia bagian dari kami dan

ketika dia meninggal, semua perbuatan itu berhenti begitu

saja dan tidak ada yang bisa melakukannya dengan cara persis

seperti caranya. Dia seorang individu. Dia orang penting.

Aku tak pernah pulih dari kematiannya. Aku sering berpikir,

betapa banyak pahatan indah yang tak pernah lahir karena

dia meninggal. Betapa banyak lelucon yang tidak pernah didengar

dunia ini, dan betapa banyak merpati pos yang tidak

pernah disentuh tangannya. Dia membentuk dunia ini. Dia

melakukan hal-hal kepada dunia. Sepuluh juta perbuatan baik

terenggut dari dunia ini pada malam dia meninggal.”

193


www.bacaan-indo.blogspot.com

Montag berjalan sambil membisu. “Millie, Millie,” bisiknya.

“Millie.”

“Apa?”

“Istriku, istriku. Millie yang malang, Millie yang malang.

Aku tidak bisa mengingat apa-apa. Aku memikirkan tangannya,

tapi aku tidak melihat tangannya melakukan apa-apa.

Hanya tergantung saja di sisi tubuhnya, atau di pangkuannya,

atau memegang rokok, itu saja.”

Montag menoleh dan melihat ke belakang.

Apa yang kauberikan kepada kota itu, Montag?

Abu.

Apa yang diberikan yang lain kepada satu sama lain?

Kehampaan.

Granger berdiri sambil melihat ke belakang bersama Montag.

“Semua orang harus meninggalkan sesuatu setelah dia

mati, kata kakekku. Seorang anak, atau buku, atau lukisan,

atau rumah, atau tembok yang dibangun atau sepasang sepatu

yang dibuatnya. Atau kebun yang ditanamnya. Sesuatu yang

kausentuh dengan caramu agar jiwamu punya tujuan ketika

kau berpulang, dan agar ketika orang-orang melihat pohon

atau bunga yang kautanam itu, kau ada di sana. Tidak masalah

apa yang kaulakukan, katanya, asalkan kau mengubah sesuatu

dari sebelum kau menyentuhnya, menjadi sesuatu yang

seperti dirimu setelah kau melepaskan tanganmu. Perbedaan

antara orang yang hanya memotong rumput dan tukang kebun

sejati terletak dalam sentuhan mereka, katanya. Si pemotong

rumput bisa dianggap tak pernah ada di sana; si tukang

kebun akan ada di sana selamanya.”

Granger menggerakkan tangannya. “Kakekku pernah

memperlihatkan beberapa ilm tentang roket V-2, lima puluh

tahun lalu. Pernahkah kau melihat awan berbentuk jamur

194


www.bacaan-indo.blogspot.com

yang terbentuk dari bom atom, dari jarak 320 kilometer di atas

tanah? Seperti jarum saja, kecil sekali. Dikelilingi belantara.

“Kakekku memainkan ilm roket V-2 itu selusin kali,

lalu berharap suatu hari kota-kota kita akan lebih terbuka

dan membiarkan alam hijau dan tanah dan belantara makin

masuk, untuk mengingatkan orang bahwa kita diberi sedikit

ruang di bumi ini dan bahwa kita bertahan hidup di padang

belantara ini, yang bisa mengambil kembali apa yang telah diberikannya,

semudah meniupkan napasnya atas kita atau mengirimkan

lautan untuk memberitahu kita bahwa kita tidaklah

begitu besar. Ketika kita lupa betapa dekat belantara itu

pada malam hari, kata kakekku, suatu hari belantara itu akan

masuk dan mengambil kita, karena pada waktu itu kita sudah

lupa betapa mengerikan dan betapa nyata alam itu sesungguhnya.

Kau mengerti?” Granger berpaling kepada Montag.

“Kakekku sudah bertahun-tahun meninggal, tetapi kalau kau

membuka tempurung kepalaku, demi Tuhan, di dalam keruwetan

otakku kau akan menemukan benjolan-benjolan besar

bekas cap jempolnya. Dia menyentuhku. Seperti kukatakan

tadi, dia pematung. ‘Aku membenci seorang Romawi bernama

Status Quo!’ katanya. ‘Jejali matamu dengan keajaiban,’

katanya, ‘hiduplah seolah kau akan mati sepuluh detik lagi.

Lihatlah dunia. Dunia ini lebih fantastis daripada mimpi

mana pun yang dibuat atau dibayarkan oleh pabrik-pabrik.

Jangan meminta jaminan apa-apa, jangan meminta keamanan,

tidak pernah ada binatang seperti itu. Dan kalaupun ada,

binatang itu pasti berkerabat dengan kukang besar yang bergelantungan

terbalik di pohon sepanjang hari setiap hari,

menghabiskan hidupnya dengan tidur. Persetan itu,’ katanya,

‘guncangkan pohon itu, biar kukang itu jatuh terjengkang.”

“Lihat!” seru Montag.

195


www.bacaan-indo.blogspot.com

Dan perang dimulai dan berakhir dalam detik itu.

Setelahnya, orang-orang di sekeliling Montag tak bisa mengatakan

dengan pasti, apakah sebenarnya mereka melihat

sesuatu. Mungkin hanya sekelumit cahaya dan gerakan di langit.

Mungkin bom-bom ada di sana, dan jet-jet, enam belas

kilometer, delapan kilometer, satu kilometer di atas, hanya

sepersekian detik, seperti benih ditaburkan ke langit oleh tangan

besar yang menyemai, dan bom-bom melayang dengan

kecepatan mengerikan, namun juga kelambanan mendadak,

ke atas kota pagi hari yang baru mereka tinggalkan. Bombardir

itu tampaknya sudah selesai, begitu jet-jet melihat sasaran

mereka, dan memberitahu kru pengebom pada kecepatan delapan

ribu kilometer per jam; secepat bisikan sabit, perang itu

selesai sudah. Begitu peluncur bom disentakkan, selesailah

sudah. Sekarang, tiga detik penuh, seluruh waktu yang ada

dalam sejarah, sebelum bom jatuh, kapal-kapal musuh sudah

berada jauh di penghujung dunia yang tampak oleh mata, seperti

peluru-peluru yang mungkin tidak dipercayai keberadaannya

oleh penghuni suatu pulau primitif, karena tak terlihat;

tetapi hati tiba-tiba hancur, tubuh jatuh dalam gerakan-gerakan

terpisah dan darah terkejut karena mendadak terbebas di

udara; otak menghamburkan beberapa ingatannya yang berharga,

dan mati, dengan keheranan.

Ini tidak boleh dipercaya. Ini hanya aksi. Montag melihat

tinju logam raksasa berkelebat di atas kota yang jauh itu, dan

dia tahu ini akan disusul jeritan jet-jet, yang setelahnya akan

mengatakan, porak-porandalah, jangan biarkan masih ada batu

yang bertumpuk, hancurlah. Matilah.

Sekejap, Montag menahan bom-bom itu di langit, sementara

pikiran dan tangannya terulur tak berdaya ke arah mereka.

“Lari!” teriaknya kepada Faber. Kepada Clarisse, “Lari!”

196


www.bacaan-indo.blogspot.com

Kepada Mildred, “Pergilah, pergilah dari situ!” Tetapi dia

teringat bahwa Clarisse sudah mati. Dan Faber memang sudah

keluar; di suatu tempat di lembah-lembah yang dalam di

pedesaan, bus pukul lima pagi sedang dalam perjalanan dari

satu kesengsaraan ke kesengsaraan lainnya. Meskipun belum

tiba, masih mengambang di udara, kesengsaraan itu sudah

pasti, sepasti yang bisa dibuat manusia. Sebelum bus itu menempuh

lima puluh meter lagi di jalan tol, tujuannya sudah

menjadi tak bermakna, dan titik keberangkatannya berubah

dari kota metropolitan menjadi tempat pembuangan sampah.

Dan Mildred...

Pergi dari sana, lari!

Montag melihat Mildred di dalam kamar hotelnya di suatu

tempat sekarang, dalam waktu setengah detik yang tersisa

sementara bom-bom berada satu meter, tiga puluh sentimeter,

dua setengah sentimeter dari bangunannya. Dia melihat Mildred

mencondongkan tubuh ke arah tembok-tembok besar

yang berkilauan penuh warna dan gerakan, di mana keluarganya

berbicara dan berbicara dan berbicara kepadanya, di mana

keluarganya berceloteh dan mengobrol dan mengucapkan namanya

dan tersenyum kepadanya dan tidak menyinggungnyinggung

bom yang sekarang berada dua sentimeter, lalu

satu sentimeter, lalu setengah sentimeter dari puncak hotel.

Mencondongkan tubuh ke tembok seakan-akan segenap kelaparan

dari pencarian itu akan menemukan rahasia keresahan

yang membuatnya tak bisa tidur di sana. Mildred menjulurkan

tubuh dengan resah dengan gugup, seakan hendak terjun,

jatuh, tercebur ke dalam gerombolan warna-warna pekat untuk

tenggelam dalam kebahagiaannya yang terang.

Bom pertama jatuh.

“Mildred!”

197


www.bacaan-indo.blogspot.com

Mungkin, siapa yang akan tahu? Mungkin stasiun-stasiun

siaran besar dengan sorotan warna dan cahaya dan percakapan

dan obrolan mereka yang paling dulu lenyap.

Montag, jatuh terjengkang, ambruk, melihat atau merasakan,

atau menyangka dia melihat atau merasakan temboktembok

menjadi gelap dalam wajah Millie, mendengar Millie

menjerit, karena dalam waktu sepersekian detik yang tersisa,

Millie melihat wajahnya sendiri terpantul di sana, dalam cermin

dan bukan dalam bola kristal, dan wajahnya begitu liar

dan hampa, sendirian di dalam ruangan itu, tidak menyentuh

apa-apa, kelaparan dan memakan dirinya sendiri, sehingga

dia akhirnya mengenali wajah itu sebagai wajahnya sendiri

dan cepat-cepat menengadah melihat langit-langit sementara

langit-langit itu dan seluruh struktur hotel runtuh menimpanya,

menyeretnya beserta satu juta kilogram batu bata, logam,

gips dan kayu, untuk bertemu dengan orang-orang lain di dalam

sarang-sarang di bawah, semuanya turun dengan cepat

ke gudang bawah tanah di mana ledakan itu menyingkirkan

mereka dengan caranya sendiri yang tak masuk akal.

Aku ingat. Montag memegangi tanah. Aku ingat. Chicago.

Chicago, dulu sekali. Millie dan aku. Di situlah kami berkenalan!

Aku ingat sekarang. Chicago. Dulu sekali.

Hantaman itu mengguncang udara di atas dan di sepanjang

sungai, menjungkalkan orang-orang seperti barisan kartu domino,

menyemprotkan air dalam semburan-semburan yang

mengangkat, dan meniup debu dan membuat pohon-pohon

di atas mereka berkabung dengan angin kencang yang berembus

ke selatan. Montag menekankan tubuhnya ke bawah,

meringkuk seperti bola, matanya tertutup rapat. Dia berkedip

satu kali. Dan dalam sekejap itu melihat kota, bukan bom, di

udara. Kota dan bom itu telah bertukar tempat. Dalam satu

198


detik lagi yang terasa mustahil, kota berdiri, dibangun kembali

dan tak dapat dikenali, lebih tinggi dari yang pernah diharapkan

atau diperjuangkannya, lebih tinggi dari manusia

membangunnya, didirikan akhirnya dalam tetes-tetes beton

yang hancur dan percik-percik logam yang tercabik menjadi

mural yang tergantung seperti longsor terbalik, sejuta warna,

sejuta keanehan, sebuah pintu di mana seharusnya ada jendela,

atas menggantikan bawah, sisi menggantikan belakang,

kemudian kota itu jungkir balik dan jatuh mati.

Bunyi kematiannya baru terdengar setelah itu.

* * *

www.bacaan-indo.blogspot.com

Montag, tergeletak, mata terpejam direkatkan debu, semen

debu tipis yang basah sekarang di dalam mulutnya yang tertutup,

napasnya tersengal-sengal dan dia menangis, sambil

berpikir lagi sekarang, aku ingat, aku ingat, aku ingat satu

hal lagi. Apa? Ya, ya, bagian dari Pengkhotbah. Bagian dari

Pengkhotbah dan Wahyu. Bagian dari kitab itu, bagian darinya,

cepat sekarang, cepat sebelum hilang, sebelum guncangan

ini luntur, sebelum angin reda. Kitab Pengkhotbah. Ini.

Dia mengatakannya kepada diri sendiri dalam hati, berbaring

menempel ke bumi yang gemetar, dia mengucapkan kata-kata

itu berulang kali dan kata-kata itu terucap sempurna tanpa

dia harus bersusah-payah dan tidak ada Pasta Gigi Denham

di mana pun, hanya sang Pengkhotbah sendirian, berdiri di

dalam pikirannya, memandangnya...

“Sudah,” sebuah suara berkata.

Pria-pria itu tergeletak dengan napas terengah-engah seperti

ikan diletakkan di rumput. Mereka berpegangan pada

199


www.bacaan-indo.blogspot.com

tanah seperti anak-anak berpegangan pada benda-benda yang

akrab dengan mereka, tak peduli seberapa dingin atau mati,

tak peduli apa yang telah terjadi atau akan terjadi, jari-jari

mereka mencakar tanah, dan mereka semua berteriak-teriak

agar gendang telinga mereka tidak pecah, untuk menjaga agar

kewarasan mereka tidak meledak, mulut-mulut mereka terbuka,

Montag berteriak kepada mereka, memprotes angin yang

mencabik wajah mereka dan mengoyak bibir mereka, membuat

hidung mereka berdarah.

Montag memandangi pusaran debu turun dan keheningan

total hinggap di dunia mereka. Dan sambil berbaring di sana,

dia merasa seperti melihat setiap butir debu dan setiap helai

rumput, dan merasa mendengar setiap tangisan dan teriakan

dan bisikan yang bangkit di dunia sekarang. Keheningan menyelimuti

dalam debu yang bergeser, dan segenap waktu yang

mereka butuhkan untuk melihat-lihat di sekeliling mereka,

untuk mengumpulkan realita hari ini ke dalam pancaindra

mereka.

Montag memandang sungai. Kita akan mengarungi sungai.

Dia memandang rel-rel kereta api tua. Atau kita akan

ke sana. Atau kita akan berjalan di jalan tol sekarang, dan kita

akan punya waktu untuk menyerap berbagai hal ke dalam diri

kita. Dan suatu hari, setelah hal-hal itu lama mengendap di

dalam kita, mereka akan keluar dari tangan dan mulut kita.

Dan akan banyak yang salah dari apa yang kita ingat itu, tetapi

masih cukup banyak yang benar. Pokoknya kita akan mulai

berjalan hari ini dan melihat dunia dan cara dunia berjalanjalan

dan berbicara, rupa dunia yang sesungguhnya. Dan aku

ingin melihat segalanya sekarang. Dan meski tak ada satu

pun bagian dari dunia itu yang merupakan diriku saat masuk

ke dalamnya, setelah beberapa lama semuanya akan menyatu

200


www.bacaan-indo.blogspot.com

di dalam dan akan menjadi aku. Lihatlah dunia di luar sana,

ya Tuhan, ya Tuhan, lihatlah dunia di luar sana, di luar diriku,

jauh di luar wajahku dan satu-satunya jalan untuk menyentuhnya

adalah dengan meletakkannya di mana dunia itu

akhirnya menjadi aku, di mana dunia itu ada dalam darah, di

mana dunia itu memompa sekitar seribu kali sepuluh ribu sehari.

Aku akan memegangnya agar dunia itu tak pernah lari.

Aku akan memegang dunia erat-erat suatu hari. Sekarang

satu jariku sudah memegangnya; aku akan mulai dari sini.

Angin reda.

Pria-pria yang lain berbaring sebentar, di perbatasan antara

tidur dan bangun, belum siap bangkit dan memulai tugastugas

hari itu, api dan makanannya, ribuan detailnya, yaitu

menaruh kaki di depan kaki dan tangan di depan tangan.

Mereka berbaring sambil mengedip-ngedipkan kelopak mata

mereka yang berdebu. Kau bisa mendengar mereka bernapas

cepat, lalu lebih lambat, lalu lambat...

Montag duduk tegak.

Tetapi dia tidak bergerak lebih jauh. Orang-orang yang

lain berbuat sama. Matahari sedang menyentuh cakrawala

hitam dengan ujung merah samar. Udara dingin dan memancarkan

bau hujan yang mendekat.

Tanpa bersuara, Granger bangkit, meraba lengan dan kakinya,

mengumpat, mengumpat tanpa henti dengan suara lirih,

air mata menetes-netes dari wajahnya. Dia terseok-seok

ke sungai untuk melihat ke arah hulu.

“Datar,” katanya, lama setelahnya. “Kota tampak seperti

setumpuk bubuk pengembang kue. Kota itu sudah lenyap.”

Dan lama setelahnya. “Kira-kira berapa banyak yang tahu itu

tadi akan terjadi? Kira-kira berapa banyak yang terkejut?”

Dan di seluruh dunia, pikir Montag, berapa banyak lagi

201


www.bacaan-indo.blogspot.com

kota yang mati? Dan di negara kita ini, berapa banyak? Seratus,

seribu?

Seseorang menggesek korek api dan menyentuhkannya

ke secarik kertas kering yang diambil dari saku mereka, dan

menjejalkan ini ke bawah sedikit rumput dan daun, dan setelah

beberapa saat, menambahkan ranting-ranting mungil

yang basah dan meletup-letup tetapi akhirnya mengobarkan

api, dan api itu membesar pada dini hari itu, sementara matahari

muncul dan orang-orang itu perlahan-lahan berbalik

dari melihat ke hulu sungai dan bergerak ke arah api, dengan

kikuk, tanpa mengatakan apa-apa, dan matahari mewarnai

tengkuk leher mereka sewaktu mereka membungkuk.

Granger membuka bungkusan kain minyak yang berisi

daging asap. “Kita makan sedikit. Lalu kita berputar balik

dan berjalan ke arah hulu sungai. Mereka pasti membutuhkan

kita di sana.”

Seseorang mengeluarkan penggorengan kecil dan daging

asap ditaruh di situ dan penggorengan itu diletakkan di atas

api. Tak lama kemudian, daging asap itu mulai menggelepar

dan menari-nari di penggorengan dan letupannya memenuhi

udara pagi dengan aromanya. Orang-orang memandang ritual

ini sambil membisu.

Granger memandangi api. “Burung Api.”

“Apa?”

“Dulu, sebelum masa Kristus, ada burung sialan bodoh

yang disebut Burung Api, setiap beberapa ratus tahun dia

membangun api unggun dan membakar dirinya sendiri. Dia

pasti bersepupu dengan Manusia. Tetapi tiap kali membakar

diri, dia muncul lagi dari abu, dia terlahir kembali. Dan tampaknya

kita sedang melakukan hal yang sama, berkali-kali,

tetapi kita memiliki satu hal yang tidak pernah dimiliki si

202


www.bacaan-indo.blogspot.com

Burung Api. Kita tahu hal konyol yang baru kita lakukan.

Kita tahu semua hal konyol yang sudah kita lakukan selama

seribu tahun dan selama kita tahu itu dan selalu membawanya

di mana kita bisa melihatnya, suatu hari kita akan berhenti

membangun api unggun pemakaman itu dan meloncat

ke tengah-tengahnya. Kita mengambil beberapa orang lagi

yang ingat, di setiap generasi.”

Dia menarik penggorengan dari api, membiarkan daging

agak dingin, lalu mereka memakannya, pelan-pelan, sambil

merenung.

“Sekarang, ayo kita ke hulu,” kata Granger. “Dan berpeganglah

pada satu pikiran: Kalian tidak penting. Kalian bukan

apa-apa. Suatu hari, beban yang kita bawa ini mungkin

akan membantu seseorang. Tetapi dulu sekali, pada waktu

kita memiliki buku-buku itu pun, kita tidak memanfaatkan

apa yang kita peroleh darinya. Kita terus saja menghina

orang mati. Kita terus meludahi kuburan semua orang miskin

yang mati mendahului kita. Kita akan bertemu dengan

banyak orang yang kesepian seminggu, sebulan, dan setahun

ke depan ini. Dan kalau mereka menanyai kita apa yang kita

lakukan, kalian boleh berkata, Kami sedang mengingat. Di

situlah kita akan menang dalam jangka panjangnya. Dan

suatu hari kita akan ingat begitu banyak sehingga kita akan

membangun sekop uap terbesar dalam sejarah dan menggali

kuburan terbesar sepanjang masa dan membuang perang ke

dalam kuburan itu dan menutupnya. Ayo sekarang, kita akan

mendirikan pabrik cermin dulu dan tidak memproduksi apaapa

lagi selain cermin selama setahun berikut ini, dan memandangnya

baik-baik.”

Mereka selesai makan dan memadamkan api. Hari makin

terang di sekeliling mereka, seakan ada lampu merah muda

203


www.bacaan-indo.blogspot.com

yang ditambahi sumbunya. Di pohon-pohon, burung-burung

yang tadi cepat-cepat terbang pergi sekarang kembali dan bertengger

di dahan-dahan.

Montag mulai berjalan dan tak lama kemudian mendapati

yang lain sudah menyusul di belakangnya, menuju utara. Dia

terkejut, dan bergerak ke pinggir agar Granger bisa lewat,

tetapi Granger memandangnya dan mengangguk, menyuruhnya

maju terus. Montag terus berjalan. Dia memandang

sungai dan langit dan rel yang mulai berkarat yang mengarah

ke tempat pertanian-pertanian berada, di sana ada lumbunglumbung

yang penuh dengan rumput kering, di sana banyak

orang semalam berjalan lewat dalam perjalanan dari kota. Di

kemudian hari, satu atau enam bulan lagi, sudah pasti tidak

lebih dari setahun setelahnya, dia akan berjalan lagi di sini,

sendirian, dan terus berjalan sampai dia menyusul orangorang

itu.

Tetapi sekarang mereka harus berjalan sepanjang pagi

sampai tengah hari, dan kalau mereka membisu, itu karena

mereka harus memikirkan segala-galanya, dan banyak yang

harus mereka ingat. Mungkin pagi nanti, kalau matahari

sudah naik dan menghangatkan mereka, mereka akan mulai

berbicara, atau sekadar mengatakan hal-hal yang mereka

ingat, supaya yakin mereka ada di sana, agar benar-benar yakin

bahwa hal-hal itu aman di dalam diri mereka. Montag

merasakan gejolak lamban kata-kata, yang mendidih perlahan-lahan.

Dan waktu tiba gilirannya, apa yang bisa dikatakannya,

apa yang bisa ditawarkannya pada hari seperti ini,

untuk membuat perjalanan mereka sedikit lebih mudah? Untuk

segala sesuatu ada waktunya. Ya. Ada waktu untuk merombak,

dan ada waktu untuk membangun. Ya. Ada waktu

204


untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara. Ya, semua

itu. Tetapi apa lagi. Apa lagi? Sesuatu, sesuatu...

Dan di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan

yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun

pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa.

Ya, pikir Montag, itulah yang akan kusimpan untuk tengah

hari. Untuk tengah hari...

Waktu kami tiba di kota.

www.bacaan-indo.blogspot.com

205


Catatan

tentang Penulis

www.bacaan-indo.blogspot.com

Ray Bradbury adalah

penulis lebih dari tiga

lusin buku, termasuk The

Martian Chronicles, The Illustrated

Man, Dandelion Wine,

dan Something Wicked This

Way Comes, juga ratusan cerita

pendek. Dia pernah menulis

untuk teater, bioskop,

dan TV, termasuk skenario

untuk ilm Moby Dick karya

John Huston dan naskah

ilm televisi The Halloween Tree yang memenangkan Emmy

Award, dan mengadaptasi 65 cerita karyanya untuk The Ray

Bradbury Theater di televisi. Dia adalah penerima National

Book Foundation’s Medal for Distinguished Contribution to

American Letters tahun 2000, Pulitzer Prize Special Citation

tahun 2007, dan banyak penghargaan lainnya. Ray Bradbury

wafat pada tanggal 5 Juni 2012 di Los Angeles.

https://bit.ly/2LpOt8W


www.bacaan-indo.blogspot.com


“Bakar sampai menjadi abu, lalu bakar abunya.

Itu slogan resmi kami.”

Guy Montag adalah petugas kebakaran. Pekerjaannya:

membakar buku, semua buku, sebab buku adalah sumber

segala kekacauan dan ketidakbahagiaan, sehingga harus

dimusnahkan. Si Anjing Pemburu yang bekerja di

Departemen Kebakaran dan dilengkapi jarum suntik

mematikan, dan dikawal helikopter, siap melacak para

pembangkang yang menantang aturan, orang-orang yang

nekat menyimpan dan membaca buku, di tengah

masyarakat yang telah dibius dan diperbudak media,

obat-obatan, dan konformitas.

Tetapi Montag tidak bahagia, dan perkawinannya

tidak harmonis. Apakah ada buku-buku yang

disembunyikan di rumahnya?

www.bacaan-indo.blogspot.com

NOVEL

Harga P. Jawa Rp 58.000

15+

9 786020 617985

978-602-06-1799-2 DIGITAL

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!