13.04.2020 Views

TELUK BINTUNI BASELINE SURVEY REPORT - ID

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sedangkan nelayan Kampung Banjar Ausoy dan Kampung Nelayan, yang mencari ikan di sungai-sungai kawasan

cagar alam, diperbolehkan melakukan aktivitas penangkapan selama tidak menggunakan alat tangkap merusak

dan tidak memburu spesies terestrial yang dilindungi.

5.3.5 Pengguna Sumber Daya Laut

Pemanfaatan sumber daya laut di perairan Kabupaten Teluk Bintuni umumnya didominasi oleh kegiatan

perikanan oleh masyarakat pesisir kawasan Teluk Bintuni. Meskipun demikian, pemanfaatan sumber daya non

hayati (minyak dan gas) juga menjadi fokus industri yang berpotensi menyebabkan terjadinya konflik

pemanfaatan pengguna sumber daya dalam waktu yang bersamaan. Pemanfaatan sumber daya perikanan

dilakukan dalam skala kecil untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari oleh masyarakat setempat ataupun untuk

dijual kepada pembeli yang kemudian diperdagangkan kembali di Kabupaten Teluk Bintuni bahkan sampai ke

luar daerah.

Untuk memaksimalkan nilai tambah bagi nelayan setempat, udang dan kepiting sebagai komoditas utama

umumnya dijual kepada perusahan pengekspor udang yang memiliki sarana dan prasarana pengepakan dan

pengawetan udang, baik di Bintuni maupun Kota Sorong. Selain udang dan kepiting, nelayan pemancing “kakap

Cina” juga merupakan pengguna sumber daya laut di Kabupaten Teluk Bintuni. Mereka melihat potensi nilai jual

ikan kakap yang sangat tinggi. Penjualan gelembung renang ikan conggek saat ini dapat mencapai harga hingga

puluhan juta rupiah per kilogramnya. Para pemancing ikan conggek ini umumnya berasal dari Sulawesi Tenggara

dan Sulawesi Selatan yang sudah bermukim dan menetap di Kabupaten Teluk Bintuni.

Pengguna sumber daya penting lainnya adalah nelayan kepiting. Nelayan kepiting umumnya berasal dari

luar daerah Papua yang saat ini sudah menetap dan menjadi bagian dari masyarakat di Kabupaten Teluk Bintuni.

Di wilayah pesisir utara Teluk Bintuni, aktivitas penangkapan kepiting umumnya dilakukan oleh masyarakat

nelayan yang ada di Kota Bintuni, kampung nelayan (RT1, RW3), dan nelayan yang ada di wilayah Distrik

Manimeri. Di wilayah pesisir Selatan, nelayan kepiting umumnya berada di Kampung Wimro dan Kampung

Modan serta Kampung Nuse di Distrik Babo. Nelayan kepiting di Kampung Wimro juga merupakan sebagian

dari para pekerja yang sebelumnya menjadi karyawan perusahan udang Bintuni Mina Raya yang berada di

Kampung Wimro.

Perairan Teluk Bintuni didominasi oleh pengaruh ekosistem hutan bakau dengan sejumlah besar sungai

yang bermuara di teluk sehingga memiliki karakterik salinitas yang lebih rendah dari perairan umum lainnya.

Perairan ini juga pada waktu-waktu tertentu sering menjadi lokasi penangkapan ikan kembung (Rastrelliger sp.).

Ikan kemung merupakan ikan pelagis kecil yang bergerombol dalam jumlah yang besar sehingga metode

penangkapannya umumnya dilakukan dengan menggunakan jaring cincin (purse seine). Sejumlah nelayan (purse

seine) dari luar Teluk Bintuni datang melakukan penangkapan ikan kembung pada periode sekitar bulan

September hingga bulan Maret, sejalan dengan berlangsungnya musim penangkapan ikan kembung di sekitar

perairan Teluk Bintuni. Nelayan ikan kembung yang bermukim di Bintuni pada dasarnya merupakan nelayan

yang memanfaatkan telur ikan terbang di musim yang berlawanan dengan musim tangkap ikan lema. Lokasi

penangkapan telur ikan terbang dilakukan pada sekitar wilayah perairan Arafura, terutama di wilayah Kabupaten

Fakfak.

Pemanfaatan sumber daya perikanan yang sangat intensif sebelumnya berlangsung di kawasan Teluk

Bintuni dalam pemanfaatan sumber daya udang pada periode tahun 1970-an hingga sekitar tahun 2010-an.

Perusahan-perusahan perikanan dengan armada kapal trawl melakukan aktivitas penangkapan di wilayah ini

dengan mendatangkan pekerja dari luar daerah lewat program transmigrasi nelayan seperti di Kampung Wimro

dan RKI (Rumah Kayu Indonesia) Sidomakmur. Pemanfaatan udang skala industri saat ini sudah berhenti dengan

dikeluarkannya moratorium armada penangkapan trawl oleh Menteri Kelautan dan Perikanan melalui Peraturan

Menteri No. 56 Tahun 2014.

Dengan berakhirnya operasi penangkapan udang dengan kapal trawl di kawasan Teluk Bintuni,

pemanfaatan udang berskala kecil dilanjutkan oleh para pekerja di perusahan perikanan yang kehilangan

Laporan Survei Data Dasar Teluk Bintuni 2017 | 64

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!