You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
4.3.13 Rantai Pemasaran
Rantai pemasaran di Kabupaten Teluk Bintuni dikelompokkan menjadi 3 komoditas yakni
komoditas udang, kepiting dan ikan demersal (ikan conggek). Sistem rantai pemasaran udang (Gambar 4-
8) diawali dari nelayan tangkap udang yang menjual udang ke penampung tingkat kampung yang memiliki
mini coldstorage dan kapal penampung yang parkir di area dermaga. Udang dengan kualitas tidak bagus
atau memiliki ukuran kecil hanya sebagian yang dibeli. Udang yang dibeli oleh penampung di tingkat
kampung akan dibawa ke ibukota Kabupaten Teluk Bintuni yakni Teminabuan dengan menggunakan kapal
menuju Kota Sorong. Udang yang dibawa ke Sorong akan dimasukkan ke perusahaan untuk dikemas dan
dikirim dengan menggunakan transportasi kapal laut ke Surabaya. Di Surabaya ada perusahaan Indokom
Grup yang masih satu grup dengan perusahaan di Sorong. Dari perusahaan ini udang akan diekspor ke Asia
dan Eropa.
Sementara itu, rantai pemasaran kepiting (Gambar 4-9) diawali oleh nelayan yang berada di
Manimeri yang menjual kepiting di pengepul yang berada di Manimeri. Kepiting dengan kualitas kurang
bagus dan kepiting betina dijual lokal. Sedangkan kepiting dengan kualitas bagus dan jantan ukuran 5 up dan
3 up akan dijual ke luar kota Sorong dengan menggunakan transportasi darat menuju Manokwari.
Selanjutnya dari Manokwari akan dikirimkan menggunakan pesawat ke pengepul yang berada di Jakarta dan
Surabaya. Lalu dari Surabaya dan Jakarta akan diekspor ke pasar Malaysia, Singapura, Taiwan dan Cina.
Sedangkan untuk nelayan yang berada di Distrik Aroba dan Babo akan menjual kepiting ke pengepul
yang berada di Distrik Babo. Kepiting dengan kualitas kurang bagus dan kepiting betina dijual lokal.
Sedangkan kepiting dengan kualitas bagus dan jantan ukuran 5 up dan 3 up akan dijual ke luar kota Sorong
dengan menggunakan transportasi kapal laut menuju Sorong. Selanjutnya dari Sorong kepiting akan
dikirimkan menggunakan pesawat ke pengepul yang berada di Jakarta dan Surabaya. Lalu dari Surabaya dan
Jakarta akan diekspor ke pasar Malaysia, Singapura, Taiwan dan Cina. Untuk rantai pemasaran komoditas
kepiting dapat dilihat pada Gambar 4-9 di bawah.
Rantai pemasaran untuk komoditas kepiting di Distrik Babo dan Aroba berawal dari nelayan
tangkap yang menjual hasil tangkapan ke pengepul yang tersedia di kampung-kampung. Para pengepul
berada di Kampung Wimbro Distrik Aroba, Kampung Nuse dan Kampung Modan Distrik Babo. Setelah
disortir berdasarkan ukuran dagang, selanjutnya masing-masing pengepul mendistribusikan kepiting
tersebut ke Kota Sorong melalui jalur laut dengan lama perjalanan sekitar 16 jam. Setelah sampai di Kota
Sorong, kepiting akan disortir kembali dan dikemas untuk disuplai ke Jakarta dan Surabaya melalui jalur
udara. Suplai ke Jakarta dan Surabaya berdasarkan kesepakatan individu yang melakukan transaksi jual beli
komoditas kepiting tersebut. Selain disuplai ke pasar lokal dan sejumlah restoran di Jakarta dan Surabaya,
kepiting juga akan diekspor ke Malaysia, Singapura, Taiwan dan Cina.
Lain halnya dengan rantai pemasaran ikan demersal khususnya ikan conggek (Gambar 4-10). Ikan
conggek atau kakap cina sebenarnya nama umum dari 2 spesies ikan berbeda yakni Lates calcarifer dan
Protonibea diacanthus. Nelayan kampung Taroi, Sidomakmur dan Bintuni Timur hanya menangkap dan
menjual ikan conggek untuk dijual di pasar lokal saja. Namun untuk gelembung renang ikan conggek dijual
ke pengepul di tingkat kampung atau langsung dikirimkan ke pengepul tetap yang berada di ibukota
kabupaten Teluk Bintuni yang biasa dikenal dengan Ongko Boy dan Ongko Makassar. Kedua pengepul
tersebut akan menjual gelembung renang ikan conggek melalui Sorong dan akan di ekspor ke luar negeri.
Gelembung renang ikan conggek ini umumnya diekspor ke pasar Cina dan Hong Kong. Orang-orang Cina
mengonsumsi gelembung renang sebagai sup untuk kesehatan. Selain itu, mereka juga memanfaatkannya
untuk kepentingan industri sebagai isinglass, lem, campuran tinta, hingga benang jahit operasi (Tuuli, 2010).
Oleh karena itu, gelembung renang ikan conggek laku diekspor dan bernilai tinggi.
Laporan Survei Data Dasar Teluk Bintuni 2017 | 49