13.04.2020 Views

TELUK BINTUNI BASELINE SURVEY REPORT - ID

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

IV.

AKTIVITAS PERIKANAN

Pendahuluan

Perairan Kabupaten Teluk Bintuni memiliki luas area sekitar 5.077,41 km 2 yang dikelilingi 12 distrik

pesisir (British Petroleum Indonesia, 2014). Kawasan pesisir Teluk Bintuni memiliki kekayaan sumber daya

alam yang melimpah terutama hutan mangrove, sumber daya perikanan dan sumber daya gas alam (Bawole,

et al., 2008). Ruitenbeek (1994) menyatakan bahwa nilai manfaat komunitas mangrove Teluk Bintuni untuk

perikanan sebesar 3,5 miliar dolar AS per tahun. Berbagai macam biota perairan banyak ditemukan di

perairan Teluk Bintuni. Terdapat 46 famili ikan (Simanjuntak et al., 2011), 15 famili krustasea (Iskandar,

2010), dan 53 famili Moluska (Petocz, 1983). Mata pencaharian masyarakat pesisir sebagian besar sebagai

nelayan yang memanfaatkan sumber daya laut (Yulianto, 2008). Masyarakat menggunakan berbagai jenis

alat tangkap untuk memanfaatkan sumber daya laut yaitu jaring insang (gillnet dan trammel net), perangkap,

pancing, dan jaring pasang surut. Sektor perikanan tangkap di Teluk Bintuni sudah mengikuti perkembangan

teknologi, namun kondisi masyarakat secara ekonomi masih serba kekurangan.

Padatnya hutan mangrove di sepanjang pesisir membuat Kabupaten Teluk Bintuni terkenal sebagai

penghasil udang, kepiting, dan berbagai jenis ikan seperti kakap conggek, kembung, serta ikan dasar

(Bawole, et al., 2008). Produksi perikanan tangkap pada tahun 2016 mencapai 2.764 ton, dengan produksi

udang sangat dominan. Produksi udang mencapai 1.271,4 ton (46%), kepiting 497,52 ton (18%), dan kakap

putih 414,6 ton (15%). Produksi perikanan tangkap di wilayah pesisir Teluk Bintuni diperkirakan akan terus

meningkat seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk dan permintaan pasar akan udang, kepiting,

dan ikan. Peningkatan produksi ini diharapkan dapat selaras dengan prinsip-prinsip keberlanjutan sehingga

sektor perikanan dapat terus memberikan kontribusi terhadap perekonomian dan kesejahteraan

masyarakat. Pengumpulan data ilmiah menjadi penting, khususnya bagi wilayah yang masih minim informasi

terkait dengan pemanfaatan sumber daya perikanan. Data dan informasi ini nantinya akan berguna bagi

pemangku kepentingan dalam menyusun upaya pengelolaan perikanan di Kabupaten Teluk Bintuni.

Metodologi

Survei data dasar perikanan di Kabupaten Teluk Bintuni dilaksanakan pada tanggal 22 – 29

September 2017. Lokasi pengambilan data di lima kampung terpilih (Gambar 4-1). Pemilihan kampung

berdasarkan hasil kajian survei pendahuluan yang dilakukan oleh team WWF-Indonesia pada bulan Juli

2017. Lokasi yang dilakukan survei adalah Kampung Banjar Ausoy, Kampung Bintuni Timur RT 1 RW 2,

Kampung Taroi, Kampung Sidomakmur dan Kampung Modan. Jumlah sampel data sebesar 76 nelayan,

dimana setiap lokasi mewakili 5-10% jumlah nelayan.

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan

melakukan wawancara langsung dengan nelayan. Penentuan responden menggunakan metode simple

random sampling. Jenis data primer adalah informasi terkait sumber daya perikanan mengacu yang pada

protokol Data dasar Survei Perikanan Tangkap dan Budidaya--disusun oleh tim Penelitian dan

Pengembangan Perikanan WWF-Indonesia, yakni:

a. Wawancara Informan Kunci/Key Informant Interview (KII)

Melibatkan sekitar 5 sampai 10% dari jumlah Rumah Tangga perikanan (RTP). Peserta yang

diwawancarai adalah informan kunci disetiap kampung seperti nelayan, pengepul, kepala kampung dan

beberapa tokoh lainnya yang dapat memberikan informasi terkait perikanan dikampung tersebut.

b. Survei di lokasi pendaratan Ikan (Fish Landing)

Laporan Survei Data Dasar Teluk Bintuni 2017 | 36

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!