Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
wilayah ini. Suku Sumuri berasal dari Gunung Nabi di wilayah Kuri, Kaimana, dan
Fak-fak yang datang ke wilayah ini dalam kelompok-kelompok kecil. Kelompokkelompok
kecil ini selanjutnya membentuk sebuah konfederasi dan menamakan
diri sebagai Suku Sumuri.
Beberapa kelompok kecil ini selanjutnya menjadi marga-marga yang menempati
atau menguasai wilayah teritorial tertentu. Terdapat sekitar dua puluh marga Suku
Sumuri yang dapat dikelompokan ke dalam marga besar dan marga kecil. Margamarga
besar orang Sumuri adalah Fosa, Sodefa, Dorisara, Inanosa, Siwana, Ateta,
Agofa, Simuna, Wayuri, dan Masifa. Marga-marga kecil adalah Muerena, Bayuni,
Wamay, Werifa, Dokasi, Sabandafa, Kamisofa, Mayera, Soway, dan Armui. Ketika
pemerintah Belanda masuk ke Papua, perang suku masih berlangsung, namun
sudah mulai berkurang. Pemerintah Belanda kemudian mulai mempersiapkan
pendirian kampung dengan mengajak leluhur Sumuri pada zaman dulu untuk
tinggal di suatu tempat. Saat berakhirnya pemerintahan Belanda dan berlanjut
pemerintahan Indonesia di tahun 1960-an, orang Sumuri mulai untuk menetap
menjadi satu kampung. Terbentuknya pemerintahan di wilayah Bintuni bermula
dari Kokonao, kemudian ke Babo dan Bintuni sendiri (Steankool).
Dalam sejarah pemerintahan Belanda hingga Indonesia, terdapat empat kepala
pemerintahan setingkat camat atau bestuur pada masa Belanda. Pada masa itu,
Sumuri menjadi kampung yang masuk dalam wilayah Ditsrik Babo yang merupakan
perkembangan dari Distrik di Bintuni dan Kokonao. Keempat kepala
pemerintahan di Sumuri itu di antaranya adalah:
1) Bestuur Malu yang berasal dari Biak
2) Bestuur Ohetimur yang berasal dari Ambon
3) Bestuur Wayeni dari Biak
4) Bestuur Putirau dari Ambon.
Bestuur Putirau-lah yang berjasa memindahkan para leluhur orang Sumuri yang
masih tinggal di dekat sungai dan dusun-dusun sagu. Salah satu sungai yang menjadi
sumber dari penghidupan orang Sumuri adalah Sungai Sirito. Bestuur Putirau mulai
menjadi camat pada masa awal pemerintahan Indonesia di Papua, yaitu tahun 1973.
Perpindahan para leluhur orang Sumuri dari tempat asal mereka di hutan dan
pedalaman dimulai pada awal tahun 1960-an, yang sering disebut dengan
perpindahan besar pertama ke wilayah Tanah Merah yang sekarang menjadi lokasi
BP Tangguh. Perpindahan besar pertama ini berlangsung secara adat dan
melibatkan marga-marga Masifa, Fossa, Sodefa, Dokasi, Sanggra, Kamisofa, dan
Simuna.
Perpindahan berikutnya terjadi pada tahun 1970an di mana Lukas Siwana, salah
seorang putra asli Sumuri, memegang peranan penting dalam hal ini. Lukas Siwana
adalah seorang opus, yaitu pesuruh dari Bestuur Putirau. Setelah Bestuur Putirau
meninggalkan jabatannya, Lukas Siwana kemudian mengambil inisiatif untuk
mengajak lagi para leluhur orang Sumuri untuk turun ke lokasi-lokasi kampung
dekat dengan wilayah teluk. Tepatnya pada tahun 1974, Lukas Siwana kemudian
melanjutkan pemindahan kampung-kampung yang berada di sekitar wilayah
Laporan Survei Data Dasar Teluk Bintuni 2017 | 33