Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Ton
3,500.00
3,000.00
2,500.00
2,000.00
1,500.00
1,000.00
500.00
0.00
2728.6
2869
2145.3
2,021.10
2261
2160.6 2160.6 2200
2217.1
2183.3
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Gambar 3-10 Produksi Perikanan Tangkap Kabupaten Teluk Bintuni Tahun 2007-2016 (Sumber: Statistik Perikanan
Provinsi Papua Barat Tahun 2011-2017)
Grafik diatas memperlihatkan terjadinya peningkatan produksi perikanan tiap tahunnya mulai dari
tahun 2007 sampai 2016. Adanya kebijakan moratorium penggunaan alat tangkap trawl di tahun 2013
ternyata tidak mempengaruhi penurunan produksi perikanan. Diketahui bahwa produksi tangkapan
terbesar di Kabupaten Teluk Bintuni setiap tahun adalah komoditas udang. Setelah pelarangan trawl, nelayan
menggunakan alat tangkap trammel net dengan bantuan armada ukuran <10 GT untuk menangkap udang.
3.3.13 Sejarah Komunitas
Kabupaten Teluk Bintuni secara umum termasuk dalam wilayah adat III Bomberai mencakup 7 suku
besar yakni suku Moskona, Sough, Kuri, Wamesa, Irarutu, Sebyar dan Sumuri. Suku yang masuk ke dalam
wilayah kajian pada survei ini adalah wilayah suku yang berada di wilayah pesisir yakni Suku Sebyar, Kuri,
Sumuri dan Irarutu.
Tabel 3-5 Sejarah Komunitas yang Menetap di Kabupaten Teluk Bintuni
Suku Kuri
Orang Kuri merupakan salah satu rumpun besar yang mendiami pesisir pantai
Teluk Bintuni sampai pegunungan sebelah barat Kabupaten Teluk Wondama dan
Kabupaten Kaimana. Suku Kuri dikenal dengan karakter yang keras dan suka
berperang. Suku ini memiliki wilayah yang luas karena suka mengembara. Rumpun
masyarakat Kuri memiliki kebiasaan menanam sagu yang dijadikan sebagai penanda
wilayah adat Suku Kuri. Keuletan dan kecerdasan dari nenek moyang orang Kuri,
menjadikan generasi suku Kuri sekarang mempunyai wilayah (tanah/Kakopa) yang
sangat luas dan di dalamnya terdapat banyak sekali kekayaan yang bisa digunakan
untuk kelangsungan hidup. Saat ini orang kuri tersebar di Naikere, Undurara,
Yahore, Wombu, Sararti, Nanimori, Dusner dan Simei. “Kakopa” merupakan
ungkapan orang Kuri dalam hubungannya dengan ‘tanah’ yang dimaknai sebagai
“ibu kandung” karena dari “kakopa” itulah mereka dapat hidup.
Perubahan peradaban suku terjadi ketika Injil mulai diperkenalkan kepada orangorang
Kuri. Mereka mulai diajak untuk berpindah tempat dari gunung ke pinggiran
sungai dan pesisir pantai dengan alasan mereka harus dikumpulkan dan menetap
di suatu tempat sehingga Injil (kabar baik) yang merupakan sesuatu yang baru bagi
rumpun Kuri ini mudah disampaikan. Perubahan dimulai sejak 1920-1921 dimana
Laporan Survei Data Dasar Teluk Bintuni 2017 | 30