FUSE#2
FUSE is a bi-annual publication that documents the projects at Dance Nucleus .
FUSE is a bi-annual publication that documents the projects at Dance Nucleus .
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Element#2<br />
BAHASA KOREOGRAFI<br />
Gambaran Umum<br />
Bahasa Koreografi<br />
oleh Alfian Sa’at<br />
Sebuah kehormatan bagi saya untuk dapat<br />
menghabiskan waktu dengan empat orang penari<br />
sekaligus koreografer dan pembimbing mereka, Helly<br />
Minarti, sebagai satu bagian dari program yang disebut<br />
'Bahasa Koreografi'. Tujuan dari program ini adalah<br />
mengeksplorasi bahasa koreografi khususnya untuk<br />
tarian Melayu, dan untuk mengungkap wacana tarian<br />
dalam bahasa Melayu / Indonesia. Saya mengucapkan<br />
terima kasih kepada Daniel Kok dan Dance Nucleus<br />
atas undangan yang diberikan.<br />
Saya merupakan seseorang yang masih sangat baru<br />
dalam kesenian tari, dan saya pun memiliki bias<br />
tersendiri terhadap beberapa bentuk pertunjukan<br />
tradisional. Bias-bias ini sering berpusar pada kegiatan<br />
konsumsi, di mana kegiatan menonton sering tidak<br />
dapat dipisahkan dari tugas sosial untuk 'mendukung'<br />
apa yang telah dicap sebagai 'warisan budaya'<br />
seseorang. Tiitik awal dari sebuah budaya yang sedang<br />
dikepung (modernisasi / urbanisasi / Westernisasi dll),<br />
memiliki kecenderungan untuk tunduk pada<br />
kecemasan tentang apakah bentuk budaya tertentu<br />
dijaga agar tetap hidup. Tetapi apa yang ada pada<br />
dukungan kehidupan seringkali tidak terlalu hidup, dan<br />
untuk mendapatkan status 'setidaknya' akan mengarah<br />
pada menjamurnya klise-klise dan krisis kesalehan.<br />
Selama empat hari yang intensif, saya mendengarkan,<br />
mencatat, dan mengagumi berbagai macam diskusi yang<br />
dilakukan di studio, dan juga demonstrasi tarian yang<br />
dilakukan. Norhaizad Adam berbicara tentang Pasal 152<br />
Konstitusi Singapura, yang menjamin hak-hak minoritas dan<br />
'posisi khusus orang Melayu' (bagi Anda yang masih<br />
menggunakan frasa 'hak mayoritas' harap bangunkan persepsi<br />
Anda segera) . Sebagai seseorang yang terlatih dalam bidang<br />
tarian tradisional Melayu, dia bertanya-tanya tentang ruang bagi<br />
'kaum minoritas' seperti dia yang ingin menantang ortodoksi.<br />
Jika dia mendekati para guru tari dan gatekeeper untuk<br />
merumuskan suatu analogi ke Pasal 152, apa bentuknya?<br />
"Posisi khusus" apa yang akan diberikan kepada pelanggar<br />
aturan, dan apakah daftar pengecualian dan pengecualian akan<br />
lebih panjang dari artikel itu sendiri?<br />
Mohd Fauzi Bin Amirudin memperlihatkan kami beberapa<br />
bentuk tarian dimana dia dilatih, termasuk tarian piring, sebuah<br />
tarian Minang di mana penari menyeimbangkan piring di tangan<br />
mereka, dan di mana pemindahan berat badan sangat penting<br />
bagi eksekusi (berat piring diasimilasikan sebagai titik berat<br />
pada tubuh itu sendiri; piring menjadi perpanjangan dari tubuh).<br />
Tetapi mungkin yang paling berkesan bagi saya adalah<br />
demonstrasi Fauzi akan terinai, sebuah tarian yang bermula di<br />
istana Perlis, yang memiliki berbagai gerakan dan fase dengan<br />
nama-nama yang paling indah, seperti 'timang burung'<br />
(menimbang burung di telapak tangan), 'ketam bawa anak<br />
'(kepiting membawa anaknya) dan' layang mas '(layang-layang<br />
emas). Tarian tersebut ditampilkan sambil duduk dimana tarian<br />
itu cukup menghipnotis saat ditonton, kebanggaan para pemain<br />
larut ke dalam serangkaian cairnya gerakan-gerakan.<br />
7 8