FUSE#2

FUSE is a bi-annual publication that documents the projects at Dance Nucleus . FUSE is a bi-annual publication that documents the projects at Dance Nucleus .

28.02.2020 Views

Element#2 BAHASA KOREOGRAFI Lenggang Sebagai Permulaan sebuah Penelitian dan Praktek oleh Soultari Amin Farid Saya melihat peran saya sebagai provokator penting untuk terus mengguncang kaidah-kaidah gender yang kaku yang telah menghambat pemahaman inklusif terhadap bentuk-bentuk seni yang mendukung pertunjukan dan pakaian lintas gender. Oleh karena itu dengan adanya penggabungan bahan arsip dan penyelidikan, adalah relevan bagi saya untuk terus bekerja dan mengeksplorasi batas-batas yang membatasi apresiasi kita untuk gagasan-gagasan alternatif dan cara kerja yang “berbeda”. Sumber/Referensi Hamzah, Daud. “Chara Menari Ronggeng dan Mak Inang [Ways to Dance the Ronggeng and Mak Inang]”, Penerbitan Federal, 1965. Mohd Farid, Muhd Noramin. “Serampang Dua Belas: Discourses of Identity in the Contemporary Practice of a Malay Courtship Dance in Sumatra.” Master Thesis, Roehampton University, 2016. Mohd Farid, Muhd Noramin. “Tarian Melayu: Negotiating Social Memory and Constructing a Community through the Nation-State of Singapore.” PhD Thesis, Royal Holloway, University of London, Forthcoming. Mohd Nor, Mohd Anis. “Lenggang dan liuk dalam tari pergaulan Melayu.” Tirai Panggung, vol. 1, 1993. Sunardi, Christina. “Stunning Males and Powerful Females: Gender and Tradition in East Javanese Dance.” U of Illinois P, 2015. About Soultari Amin Farid Soultari Amin Farid is a choreographer, arts educator and researcher from Singapore. He is currently based in London where he is a PhD candidate in Theatre, Drama and Dance studies at the prestigious Royal Holloway, University of London, UK. His recent choreographic credits in UK & Europe include: Bhumi (Edinburgh Fringe Festival, UK); (Mis)fits (Footprints Festival, UK); Maa, What If… : The Mother in Tagore’s Poems (Commissioned by Mora Ferenc Muzeum, Hungary) and Unity in Diversity (University of Szeged, Hungary). Some of his notable works as Artistic Director in Singapore include:Touch: Identite (Collaboration with Sonic Artist, James Lye, and Hip Hop Artist, Fasihah); Mother Earth: Diminishing (Commissioned by Temasek Arts Centre, Temasek Polytechnic); GAIA: Pudar (Supported by Malay Heritage Foundation & the Malay Heritage Centre); and Padi Kuning [Yellow Paddy] (Supported by National Arts Council Polytechnic Initiative). Amin’s academic investigations into postcolonial theory and anthropology provides the impetus for him to produce artistic works which constantly questions and challenge the normative notions of class, ethnicity, identity and gender. Amin believes that young arts practitioners must take ownership of their cultural traditions but must also become leaders in creating artistic works that are innovative and relevant to an evolving landscape. 67 68

Element# 2 BAHASA KOREOGRAFI Apa kegunaan diri saya? Apa kegunaan diri saya? Apa yang saya wakili? Apa sesungguhnya arti tradisional dan kontemporer bagi saya? oleh Norhaizad Adam Dari tahun 2004 dan permulaan saya sebagai seorang penari Melayu Singapura di Azpirasi, saya sering mengingat berlatih di sebuah studio di pusat komunitas setempat. Saya ingat mengalami dilema dengan harga diri saya. Seringkali haus untuk mencari pengakuan dari ahli-ahli tarian Melayu. Selalu aktif mendengarkan sebagian besar kekhawatiran yang bias dan menyerahkan diri pada panggilan tugas yang tidak masuk akal semua atas nama ‘keikhlasan’, yang diterjemahkan sebagai ketulusan. Setelah saya membedah karya-karya saya dan desain koreografinya, istilah 'ditengah' sering muncul sebagai motif yang berulang.Hal itu secara sengaja membentuk bagian dari praktik artistik saya. Saya menantang diri saya sendiri untuk mengatasi masalah tersebut menggunakan pandangan yang kuat dan tak berdaya. Saya mulai mempertanyakan berbagai aspek pasangan seperti tradisional - kontemporer, panggung - di tempat, pemain - penonton, salah – benar. Ketidaknyamanan kadangkala diperlukan. Jadi, saya menggunakan rasa ketidaknyamanan itu. Saya menggunakan pengalaman saya yang menyenangkan dan juga penderitaan untuk mengumpulkan kata kunci visual dalam membentuk praktik artistik saya. Saya bangga dalam mendengarkan dan mempercayai naluri saya. Saya tidak tertarik untuk memberontak, mematahkan norma-norma dan menjadi kontroversial. Saya tidak ingin karya-karya saya tampil sebagai sarana yang mementingkan diri sendiri karena saya adalah pribadi yang tertutup. Jadi, sebagai strategi yang berbeda, saya menghubungkan ide-ide saya dengan isu-isu di Singapura. Kredit foto: Bernie Ng Karena mudahnya dipengaruhi and tanpa disadari, saya sendiri telah menciptakan 'beban' sebagai seorang penari tradisional Melayu. Ini terbukti dari tanggapan-tanggapan yang berbeda terhadap karya saya: dorongan, kehati-hatian, perasaan khawatir, motivasi, dan kesalahpahaman dari perspektif murni tradisi dan budaya Melayu. 69 70

Element# 2<br />

BAHASA KOREOGRAFI<br />

Apa kegunaan<br />

diri saya?<br />

Apa kegunaan diri saya? Apa yang saya wakili?<br />

Apa sesungguhnya arti tradisional dan kontemporer bagi saya?<br />

oleh Norhaizad Adam<br />

Dari tahun 2004 dan permulaan saya sebagai seorang penari Melayu Singapura di<br />

Azpirasi, saya sering mengingat berlatih di sebuah studio di pusat komunitas<br />

setempat. Saya ingat mengalami dilema dengan harga diri saya. Seringkali haus<br />

untuk mencari pengakuan dari ahli-ahli tarian Melayu. Selalu aktif mendengarkan<br />

sebagian besar kekhawatiran yang bias dan menyerahkan diri pada panggilan<br />

tugas yang tidak masuk akal semua atas nama ‘keikhlasan’, yang diterjemahkan<br />

sebagai ketulusan.<br />

Setelah saya membedah karya-karya saya dan desain koreografinya, istilah<br />

'ditengah' sering muncul sebagai motif yang berulang.Hal itu secara sengaja<br />

membentuk bagian dari praktik artistik saya. Saya menantang diri saya sendiri<br />

untuk mengatasi masalah tersebut menggunakan pandangan yang kuat dan tak<br />

berdaya. Saya mulai mempertanyakan berbagai aspek pasangan seperti<br />

tradisional - kontemporer, panggung - di tempat, pemain - penonton, salah –<br />

benar.<br />

Ketidaknyamanan kadangkala diperlukan. Jadi, saya menggunakan rasa<br />

ketidaknyamanan itu. Saya menggunakan pengalaman saya yang menyenangkan<br />

dan juga penderitaan untuk mengumpulkan kata kunci visual dalam membentuk<br />

praktik artistik saya. Saya bangga dalam mendengarkan dan mempercayai naluri<br />

saya. Saya tidak tertarik untuk memberontak, mematahkan norma-norma dan<br />

menjadi kontroversial. Saya tidak ingin karya-karya saya tampil sebagai sarana<br />

yang mementingkan diri sendiri karena saya adalah pribadi yang tertutup. Jadi,<br />

sebagai strategi yang berbeda, saya menghubungkan ide-ide saya dengan isu-isu<br />

di Singapura.<br />

Kredit foto: Bernie Ng<br />

Karena mudahnya dipengaruhi and tanpa disadari, saya<br />

sendiri telah menciptakan 'beban' sebagai seorang penari<br />

tradisional Melayu. Ini terbukti dari tanggapan-tanggapan<br />

yang berbeda terhadap karya saya: dorongan, kehati-hatian,<br />

perasaan khawatir, motivasi, dan kesalahpahaman dari<br />

perspektif murni tradisi dan budaya Melayu.<br />

69 70

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!