FUSE#2

FUSE is a bi-annual publication that documents the projects at Dance Nucleus . FUSE is a bi-annual publication that documents the projects at Dance Nucleus .

28.02.2020 Views

Element#2 BAHASA KOREOGRAFI Lenggang Sebagai Permulaan sebuah Penelitian dan Praktek oleh Soultari Amin Farid Saya bertanya-tanya tentang diri saya yang unik dalam pementasan Lenggang terutama karena saya berpendapat bahwa sifat feminin saya memberikan akses dan kompetensi untuk melakukan variasi gender dari "Lenggang". Pada saat yang sama melalui pandangan sebagai penari dan koreografer dalam dunia seni tari Melayu Singapura, saya sangat mengetahui konvensi dan tabu tentang bagaimana Lenggang seharusnya dilakukan. Isu gender menjadi penting karena konvensi gender yang kaku dan narasi heteronormatif tentang pacaran antara remaja pria dan wanita. Saya menunjukkan beberapa contoh dari buku-buku panduan tari yang diterbitkan pada awal 60-an tentang tarian sosial Melayu dan tarian pasangan yang dikoreografikan. Di dalam buku tersebut, notasi dari ikon sepatu ballroom menunjukkan tempat di mana kaki harus bergerak tetapi tidak ada indikasi tentang bagaimana anggota tubuh bagian atas seharusnya diletakkan. Namun, deskripsi gerakan tangan dan lengan ditulis sebagai teks. Salah satu buku petunjuk berjudul “Chara Menari Ronggeng dan Mak Inang” (1965), memberikan contoh ini. Di dalam buku itu tertulis bahwa, Diharapkan bahwa Lenggang wanita dapat menunjukkan kualitas seorang perempuan Melayu yang ideal yang sopan, rapuh dan berhati-hati dari setiap gerakannya. Dia mengambil ruang yang lebih kecil sehingga gerakannya tidak boleh besar (tidak sebesar rekan prianya), dia tidak melihat langsung ke arah rekan prianya tetapi dapat memperlihatkan tatapan sesekali - sebagian besar matanya diarahkan ke bawah. Pinggul merupakan asetnya yang paling penting, dia mengendalikannya dan melakukan manuver sesuka hati - sejauh mana gerakan pinggulnya akan memberikan gambaran yang dikenakan padanya. Gerakan pinggul halus menggambarkan wanita suci, lain kata gerakan kuat yang dapat memberi kesan seorang Lenggang pria mengabil ruang yang lebih besar dengan ayunan lengan yang lebih lebar dan gerakan telapak kaki yang agresif. Dia memusatkan perhatian pada rekan wanitanya yang memberikan kesan bahwa rekan wanita tersebut adalah ‘apel dari matanya’ (wanita yang dicintainya). Gerakannya berkisar dari gerakan tajam yang ditemukan dalam Silat, seni bela diri Melayu, dan berubah menjadi cair ketika ia mengkomunikasikan kasih sayangnya kepada rekan wanitanya melalui gerakan-gerakan dekoratif yang menggambarkan mekarnya bunga. “Saat menari tolong jangan biarkan tangan menjadi kaku. Menari berarti bergerak dengan seluruh tubuh dengan anggun. Jadi ketika kita bergerak maju dengan kaki kanan, tangan kanan harus bergoyang ke belakang, seolah berjalan. Tangan kiri kemudian harus bergoyang ke depan, ketika kaki berada di depan seperti yang disebutkan. Saat bergoyang tangan, bahu harus mengikuti arah tangan yang bergoyang. Setiap kali kita mengayunkan tangan kita, pastikan tangan ditekuk sedikit. Jangan membuatnya terlalu lurus, sehingga 2 tidak terlihat kaku.” (2) Selain itu, disarankan juga bahwa, “langkah-langkah para wanita mirip dengan para pria. Satu-satunya perbedaan adalah ketika langkah awal pria berada di sebelah kanan, para wanita akan mundur ke belakang. Wanita perlu 3 melakukan tarian dengan anggun”. 2 “Waktu menari jangan-lah di-biarkan tangan kita kaku sahaja. Menari bererti bergerak dengan keadaan seluruh tuboh kita lemah-gemalai. Jadi apabila kita maju sa-langkah ka-hadapan dengan kaki kanan kita pula hendaklah di-hayunkan ka-belakang, sa-akan2 kita berjalan. Tangan kiri pula hendak-lah di-hayunkan ka-hadapan menurut langkah kaki kanan ka-hadapan tadi. Waktu menghayunkan tangan, bahu kita hendak-lah ikut ka-arah tangan yang di-hayunkan. Apabila kita menghayunkan tangan biar-lah tangan kita di-bengkokkan sadikit. Jangan terlampau lurus, supaya tidak kelihatan kaku” 3 “Gerak langkah bagi penari perempuan pun sama juga dengan gerak langkah untok lelaki. Hanya yang berlainan ia-lah apabila lelaki memajukan langkah pertama ka-hadapan dengan kaki kanan, penari perempuan mundor dengan kaki kiri sa-langkah ka-belakang. Hendak-nya penari perempuan melakukan tarian ini dengan lemah lembut”(2) 55 56

Element#2 BAHASA KOREOGRAFI Lenggang Sebagai Permulaan sebuah Penelitian dan Praktek oleh Soultari Amin Farid Ethnochoreolog, Mohd Anis Mohd Nor (1993) menulis, “Dalam semua jenis tarian sosial Melayu penari laki-laki tidak diizinkan menari seperti perempuan. Keindahan tari Melayu menempatkan penari laki-laki sebagai pelindung dan pendukung penari perempuan. Meskipun tangan mereka tidak saling bersentuhan, pasangan menari memberi kesan bahwa ada pemahaman melalui eksekusi gerakan dalam tarian. Kompetensi penari laki-laki terletak pada gaya tingkah laku yang bangga dan gagah dan tidak meniru keanggunan wanita ... Langkah-langkah dan gerakan pergelangan tangan penari pria diperbesar dengan kedua tangan terbuka lebar ke sisi tubuh dan bergoyang seolah mencoba mempertahankan ruang dansanya agar tidak diterobos oleh para pesaingnya”. (33) 4 Saya menggunakan kata-kata ilmiah Mohd Nor untuk memikirkan apa artinya melakukan Lenggang secara holistik (bukan hanya konsentrasi gerakan kaki) dan pada saat yang sama mengkritisi bentuk dengan pengalaman unik saya sendiri dalam melakukan Lenggang. Saya bertanya apakah deskripsi Mohd Nor tentang kinerja gender-kaku dalam tarian sosial dan seni tari Melayu menyediakan ruang bagi seseorang yang tidak selalu setuju dengan penerapan tingkah laku gender yang kaku di tubuh. Saya mungkin setuju dengan peran gender yang kaku ketika pasangan menari bersama-sama tetapi dalam kasus seorang penari laki-laki diperbolehkan menari solo (yang sebenarnya bukan konvensi dalam tarian Melayu karena sebagian besar tarian dilakukan secara kolektif), bukan seharusnya tidak ada konsesi untuk inklusi gerakan yang dapat dianggap "perempuan" tanpa harus dianggap sebagai tabu? Selain itu, jika tindakan seperti itu dilihat sebagai pelanggaran, lalu di mana kah kita menempatkan tradisi pertunjukan yang didasarkan pada seni kinerja dan tata rias lintas gender? 4 “Dalam kesemua jenis tari pergaulan Melayu penari lelaki pula tidak dibolehkan menari seperti seorang wanita. Keanggunan tari Melayu telah meletakkan mertabat penari lelaki sabagai pelindung serta pendamping penari wanita. Walaupun masing-masing tangan tidak bersentuhan dengan bahagian tubuh penari saingan, kedua-kedua penari seolah-olah kelihatan bersefahaman dalam perlaksanaaan gerak dalam tari. Kejaguhan penari lelaki terletak kepada gaya kelakuan yang megah dan jantan dan tidak yang meniru keayuan gemulai wanita. … Langkah dan lengangan tangan penari lelaki sentiasa menguak dengan membuka lebar-lebar kedua tangan ke samping tubuh beserta hayunan seolah-olah mengepung ruang tarinya dari di cerebohi oleh lawan…” 57 58

Element#2<br />

BAHASA KOREOGRAFI<br />

Lenggang Sebagai<br />

Permulaan sebuah<br />

Penelitian dan Praktek<br />

oleh Soultari Amin Farid<br />

Saya bertanya-tanya tentang diri saya yang unik dalam pementasan Lenggang<br />

terutama karena saya berpendapat bahwa sifat feminin saya memberikan akses<br />

dan kompetensi untuk melakukan variasi gender dari "Lenggang". Pada saat yang<br />

sama melalui pandangan sebagai penari dan koreografer dalam dunia seni tari<br />

Melayu Singapura, saya sangat mengetahui konvensi dan tabu tentang bagaimana<br />

Lenggang seharusnya dilakukan. Isu gender menjadi penting karena konvensi<br />

gender yang kaku dan narasi heteronormatif tentang pacaran antara remaja pria<br />

dan wanita.<br />

Saya menunjukkan beberapa contoh dari buku-buku panduan tari yang diterbitkan<br />

pada awal 60-an tentang tarian sosial Melayu dan tarian pasangan yang<br />

dikoreografikan. Di dalam buku tersebut, notasi dari ikon sepatu ballroom<br />

menunjukkan tempat di mana kaki harus bergerak tetapi tidak ada indikasi tentang<br />

bagaimana anggota tubuh bagian atas seharusnya diletakkan. Namun, deskripsi<br />

gerakan tangan dan lengan ditulis sebagai teks.<br />

Salah satu buku petunjuk berjudul “Chara Menari Ronggeng<br />

dan Mak Inang” (1965), memberikan contoh ini. Di dalam<br />

buku itu tertulis bahwa,<br />

Diharapkan bahwa Lenggang wanita dapat menunjukkan<br />

kualitas seorang perempuan Melayu yang ideal yang sopan,<br />

rapuh dan berhati-hati dari setiap gerakannya. Dia<br />

mengambil ruang yang lebih kecil sehingga gerakannya<br />

tidak boleh besar (tidak sebesar rekan prianya), dia tidak<br />

melihat langsung ke arah rekan prianya tetapi dapat<br />

memperlihatkan tatapan sesekali - sebagian besar matanya<br />

diarahkan ke bawah. Pinggul merupakan asetnya yang<br />

paling penting, dia mengendalikannya dan melakukan<br />

manuver sesuka hati - sejauh mana gerakan pinggulnya<br />

akan memberikan gambaran yang dikenakan padanya.<br />

Gerakan pinggul halus menggambarkan wanita suci, lain<br />

kata gerakan kuat yang dapat memberi kesan seorang<br />

Lenggang pria mengabil ruang yang lebih besar dengan<br />

ayunan lengan yang lebih lebar dan gerakan telapak kaki<br />

yang agresif. Dia memusatkan perhatian pada rekan<br />

wanitanya yang memberikan kesan bahwa rekan wanita<br />

tersebut adalah ‘apel dari matanya’ (wanita yang<br />

dicintainya). Gerakannya berkisar dari gerakan tajam yang<br />

ditemukan dalam Silat, seni bela diri Melayu, dan berubah<br />

menjadi cair ketika ia mengkomunikasikan kasih sayangnya<br />

kepada rekan wanitanya melalui gerakan-gerakan dekoratif<br />

yang menggambarkan mekarnya bunga.<br />

“Saat menari tolong jangan biarkan tangan menjadi kaku.<br />

Menari berarti bergerak dengan seluruh tubuh dengan<br />

anggun. Jadi ketika kita bergerak maju dengan kaki kanan,<br />

tangan kanan harus bergoyang ke belakang, seolah berjalan.<br />

Tangan kiri kemudian harus bergoyang ke depan, ketika kaki<br />

berada di depan seperti yang disebutkan. Saat bergoyang<br />

tangan, bahu harus mengikuti arah tangan yang bergoyang.<br />

Setiap kali kita mengayunkan tangan kita, pastikan tangan<br />

ditekuk sedikit. Jangan membuatnya terlalu lurus, sehingga<br />

2<br />

tidak terlihat kaku.” (2)<br />

Selain itu, disarankan juga bahwa, “langkah-langkah para<br />

wanita mirip dengan para pria. Satu-satunya perbedaan<br />

adalah ketika langkah awal pria berada di sebelah kanan,<br />

para wanita akan mundur ke belakang. Wanita perlu<br />

3<br />

melakukan tarian dengan anggun”.<br />

2<br />

“Waktu menari jangan-lah di-biarkan tangan kita kaku sahaja. Menari bererti bergerak dengan keadaan seluruh tuboh<br />

kita lemah-gemalai. Jadi apabila kita maju sa-langkah ka-hadapan dengan kaki kanan kita pula hendaklah di-hayunkan<br />

ka-belakang, sa-akan2 kita berjalan. Tangan kiri pula hendak-lah di-hayunkan ka-hadapan menurut langkah kaki<br />

kanan ka-hadapan tadi. Waktu menghayunkan tangan, bahu kita hendak-lah ikut ka-arah tangan yang di-hayunkan.<br />

Apabila kita menghayunkan tangan biar-lah tangan kita di-bengkokkan sadikit. Jangan terlampau lurus, supaya tidak<br />

kelihatan kaku”<br />

3<br />

“Gerak langkah bagi penari perempuan pun sama juga dengan gerak langkah untok lelaki. Hanya yang berlainan ia-lah<br />

apabila lelaki memajukan langkah pertama ka-hadapan dengan kaki kanan, penari perempuan mundor dengan kaki<br />

kiri sa-langkah ka-belakang. Hendak-nya penari perempuan melakukan tarian ini dengan lemah lembut”(2)<br />

55 56

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!