FUSE#2

FUSE is a bi-annual publication that documents the projects at Dance Nucleus . FUSE is a bi-annual publication that documents the projects at Dance Nucleus .

28.02.2020 Views

Element#2 BAHASA KOREOGRAFI ((PRAKTIK) SILAT DUDUK: MENELISIK (KE)MELAYU(AN) oleh Helly Minarti Soultari Amin membingkai praktiknya sebagai praktisi-peneliti dan membawa pengamatan - termasuk penubuhannya - atas ragam lenggang Melayu. Di sini, lenggang Melayu menjadi gerakan yang sarat narasi atas asal muasal, identifikasi atas lokalitas ataupun ketubuhan individual. Amin memahami lenggang sebagai sebuah bahasa yang ia kuasai dengan fasih, sebagai ekspresi berjender yang akhirnya ia coba dengan mentransfernya ke dalam tubuhnya sendiri. Yang cukup mengejutkan bagi saya adalah identifikasi lenggang Jakarta sebagai salah satu pengaruh dan bagaimana tarian Melayu dari guru-guru Jakarta - satu nama kerap muncul, yaitu Tom Ibnur - yang datang ke Singapura untuk mengajar, menjadi semacam patokan yang hegemonik. Sewaktu beberapa tahun silam Kekayaan dan ruang lingkup ragam tari Melayu di Malaysia tersingkap ketika ia berbagi salah satu tarian klasik Kesultanan Perlis, Terinai dalam sebuah workshop singkat di studio P7:1SMA (baca: Prisma) milik Norhaizad dan Hasyima. Sebuah ragam yang bisa jadi tidak menemukan konteks kultural di Singapura, dan juga Indonesia. Di dalam karya koreografiknya, Fauzi menelisik Tari Piring dari Negeri Sembilan, Malaysia, yang sesungguhnya beresonansi dengan silat Minangkabau sebagai asal. Namun, di luar teknik tari yang mengandalkan kecepatan dan virtuositas ataupun langkah-langkah silat yang menjadi dasar Tari Piring, apakah yang terus menggelitik untuk digali, terutama yang berkaitan dengan tubuh kekiniannya? https://www.amazon.com/Flow-Psychology-Experience-Perennial-Classics/dp/0061339202 Bagi Mohd Fauzi bin Aminudin, tari Melayu hanyalah salah satu dari beberapa bentuk dan genre tarian yang harus ia pelajari di ASWARA, satu-satunya pendidikan tinggi kesenian di Malaysia. Sebagai bagian dari kurikulum yang inklusif, Fauzi harus menyelam ke dalam alam tetarian Melayu, India (bharatanatyam terutama), China dan juga teknik-teknik yang tidak berakar di tradisi Asia (identifikasi India dan China di sini tentu saja mengandung problematikanya sendiri, meski di sini tidak ada ruang untuk mendiskusikannya). Proyek nasionalistis di ranah akademik seni terdengar familiar dengan pengalaman Indonesia melalui pembentukan dan penyebaran beberapa ISI (Institut Seni Indonesia) yang dibuka di beberapa kota utama; meski dalam kasus ISI, nasionalisme harus bersinggungan dengan lokalitas setempat dimana sebuah cabang ISI itu berada, dan lokasi tercermin dalam penekanan kurikulum dimana ISI tersebut berada (misalnya ISI di Denpasar, Bali, menekankan kurikulum pada tetarian asal Bali). Untuk karya koreografik berikutnya Norhaizad tertarik untuk bekerja dengan Artikel 152 tentang hak-hak minoritas di Singapura. Koreografi-pun menjadi sebuah strategi dalam mengartikulasikan elemen dan medium yang berbeda, yang seringkali keluar dari tubuh fisik, untuk membentuk tubuh lain (tubuh digital, misalnya). Ayu Permata Sari yang berasal dari Lampung namun menetap di Yogyakarta selama tujuh tahun terakhir, berkutat dengan TubuhDang TubuhDut, hasil pengamatan dan penelitiannya atas gerakan joget dangdut yang dilakukan oleh para penonton dangdut di sebuah klab dangdut lokal yang kebanyakan lelaki. Dangdut adalah musik populer khas Indonesia yang awalnya mengambil idiom musik Melayu namun pada perjalanannya juga dipengaruhi oleh irama musik lainnya - seperti langgam tabla India, nuansa musik Arabia hingga musik rock di tahun 1970an dan terakhir menjadi 'dangdut koplo' - sebuah genre dangdut hibrid terbaru. Mempresentasikan karyanya yang sangat berakar di lokalitas ke-Indonesian di Singapura membuat Ayu berkutat mencari cara untuk mengontekstualisasikannya ke dalam alam kultural yang sangat berbeda dimana idiom dangdut tidak dikenal. 19 20

Element#2 BAHASA KOREOGRAFI (PRACTICE OF) SILAT DUDUK: INVESTIGATING MALAY(NESS) oleh Helly Minarti Tubuh, tari dan diri Melayu (dan Ke-Tidak-Melayuan) diurai dan ditelisik selama empat hari, sebagai sebuah praktik silat duduk kolektif, ketika sejarah, memori, narasi dan lintasan ketubuhan saling berkelindan. Bagi saya pribadi, rangkaian seminggu Bahasa Koreografi menjadi medan pertemuan yang bukan saja inspiratif dan investigatif, tetapi juga momentum pertemuan silang yang selayaknya dirintis sejak lama. Namun, seperti juga bunyi pepatah Melayu, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. 21 22

Element#2<br />

BAHASA KOREOGRAFI<br />

((PRAKTIK) SILAT DUDUK:<br />

MENELISIK (KE)MELAYU(AN)<br />

oleh Helly Minarti<br />

Soultari Amin membingkai praktiknya sebagai praktisi-peneliti dan<br />

membawa pengamatan - termasuk penubuhannya - atas ragam<br />

lenggang Melayu. Di sini, lenggang Melayu menjadi gerakan yang<br />

sarat narasi atas asal muasal, identifikasi atas lokalitas ataupun<br />

ketubuhan individual. Amin memahami lenggang sebagai sebuah<br />

bahasa yang ia kuasai dengan fasih, sebagai ekspresi berjender<br />

yang akhirnya ia coba dengan mentransfernya ke dalam tubuhnya<br />

sendiri. Yang cukup mengejutkan bagi saya adalah identifikasi<br />

lenggang Jakarta sebagai salah satu pengaruh dan bagaimana<br />

tarian Melayu dari guru-guru Jakarta - satu nama kerap muncul,<br />

yaitu Tom Ibnur - yang datang ke Singapura untuk mengajar, menjadi<br />

semacam patokan yang hegemonik. Sewaktu beberapa tahun silam<br />

Kekayaan dan ruang lingkup ragam tari Melayu di Malaysia tersingkap ketika ia<br />

berbagi salah satu tarian klasik Kesultanan Perlis, Terinai dalam sebuah workshop<br />

singkat di studio P7:1SMA (baca: Prisma) milik Norhaizad dan Hasyima. Sebuah<br />

ragam yang bisa jadi tidak menemukan konteks kultural di Singapura, dan juga<br />

Indonesia. Di dalam karya koreografiknya, Fauzi menelisik Tari Piring dari Negeri<br />

Sembilan, Malaysia, yang sesungguhnya beresonansi dengan silat Minangkabau<br />

sebagai asal. Namun, di luar teknik tari yang mengandalkan kecepatan dan<br />

virtuositas ataupun langkah-langkah silat yang menjadi dasar Tari Piring, apakah<br />

yang terus menggelitik untuk digali, terutama yang berkaitan dengan tubuh<br />

kekiniannya?<br />

https://www.amazon.com/Flow-Psychology-Experience-Perennial-Classics/dp/0061339202<br />

Bagi Mohd Fauzi bin Aminudin, tari Melayu hanyalah salah satu dari<br />

beberapa bentuk dan genre tarian yang harus ia pelajari di ASWARA,<br />

satu-satunya pendidikan tinggi kesenian di Malaysia. Sebagai bagian<br />

dari kurikulum yang inklusif, Fauzi harus menyelam ke dalam alam<br />

tetarian Melayu, India (bharatanatyam terutama), China dan juga<br />

teknik-teknik yang tidak berakar di tradisi Asia (identifikasi India dan<br />

China di sini tentu saja mengandung problematikanya sendiri, meski<br />

di sini tidak ada ruang untuk mendiskusikannya). Proyek nasionalistis<br />

di ranah akademik seni terdengar familiar dengan pengalaman<br />

Indonesia melalui pembentukan dan penyebaran beberapa ISI<br />

(Institut Seni Indonesia) yang dibuka di beberapa kota utama; meski<br />

dalam kasus ISI, nasionalisme harus bersinggungan dengan lokalitas<br />

setempat dimana sebuah cabang ISI itu berada, dan lokasi tercermin<br />

dalam penekanan kurikulum dimana ISI tersebut berada (misalnya ISI<br />

di Denpasar, Bali, menekankan kurikulum pada tetarian asal Bali).<br />

Untuk karya koreografik berikutnya Norhaizad tertarik untuk bekerja dengan Artikel<br />

152 tentang hak-hak minoritas di Singapura. Koreografi-pun menjadi sebuah<br />

strategi dalam mengartikulasikan elemen dan medium yang berbeda, yang<br />

seringkali keluar dari tubuh fisik, untuk membentuk tubuh lain (tubuh digital,<br />

misalnya).<br />

Ayu Permata Sari yang berasal dari Lampung namun menetap<br />

di Yogyakarta selama tujuh tahun terakhir, berkutat dengan<br />

TubuhDang TubuhDut, hasil pengamatan dan penelitiannya atas<br />

gerakan joget dangdut yang dilakukan oleh para penonton<br />

dangdut di sebuah klab dangdut lokal yang kebanyakan lelaki.<br />

Dangdut adalah musik populer khas Indonesia yang awalnya<br />

mengambil idiom musik Melayu namun pada perjalanannya juga<br />

dipengaruhi oleh irama musik lainnya - seperti langgam tabla<br />

India, nuansa musik Arabia hingga musik rock di tahun 1970an<br />

dan terakhir menjadi 'dangdut koplo' - sebuah genre dangdut<br />

hibrid terbaru. Mempresentasikan karyanya yang sangat<br />

berakar di lokalitas ke-Indonesian di Singapura membuat Ayu<br />

berkutat mencari cara untuk mengontekstualisasikannya ke<br />

dalam alam kultural yang sangat berbeda dimana idiom dangdut<br />

tidak dikenal.<br />

19 20

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!