EFEK DINANTI PAKET DIRACIK EFEK DINANTI

m-130-2015 m-130-2015

29.12.2015 Views

kunjungan kerja Tim Kunker Komisi X DPR saat meninjau destinasi wisata religi Syeikhona Kholil, Bangkalan, Madura “Sepertinya perlu digarap lebih serius, dan bagaimana mendorong supaya pintu masuk wisman tidak hanya Bali , Batam, Jakarta. Tetapi ke Jateng melalui Semarang perlu didorong menjadi salah satu pintu masuk bandara, sebab ini salah satu kendala,” ungkap politisi PDI Perjuangan di Borobudur baru-baru ini. Yang juga disesalkan, untuk mengurus perpanjangan imigrasi harus ke Wonosobo sementara banyak wisman menuju Borobudur lewat Magelang. Mengapa mengurus perpanjangan imigrasi kantornya di Wonosobo. “Kita mengusulkan ke pemerintah pusat agar perpanjangan imigrasi dipindah ke Kabupaten Magelang lebih efektif,” tegasnya. PERCANTIK BANDARA AHMAD YANI Anggota Dewan asal Dapil Yogyakarta ini menilai kesiapan Pemda cukup penting bagaimana supaya mendorong bandara Semarang sebagai pintu masuk. Kondisi bandara Ahmad Yani sudah berstatus bandara internasional, perlu dipercantik. “Ini menjadi PR pemerintah, apalagi Kemenpar sudah menjanjikan kepada Komisi X bila wilayah dirasa mendukung dalam peningkatan wisatawan, maka bisa diback up di Komisi V atau Kementerian PU untuk diperjuang­ 56 EDISI 130 TH. XLV, 2015

kan,” tegas Esti dengan menambahkan, kita bersama-sama berjuang agar Bandara Ahmad Yani bisa menjadi pintu utama masuknya wisatawan ke Jawa Tengah. Mantan artis Krisna Mukti yang kini anggota Komisi X DPR mengisahkan pengalamannya mengajak ekspatriat mengunjungi Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tangah. Belum lama ini ia mengajak rekan-rekan ekspatriat dari Eropa, China dan Korea ke Borobudur dan hanya terkesan pada candinya saja yang mengagumkan. Mereka ingin tahu sejarahnya, siapa yang membangun dan kemudian foto-foto. “Namun saat ditanya apakah akan mengunjungi Borobudur lagi, dijawab tidak. Sedangkan kalau ke Bali, bisa berkali-kali. Alasannya, Borobudur tidak ada café, dan tidak bisa kongkow-kongkow, sementara pulau dewata lengkap dengan selera wisman,” kata Krisna saat mengunjungi Borobudur bersama Tim Komisi X DPR belum lama ini. Menurut politisi PKB ini, salah satu contoh para ekspatriat itu menginginkan suasana santai di kafe, minum dan ngobrol bisa berjam-jam. Mereka menyarankan, kenapa di Borobudur tidak dibuat kafe-kafe, seperti Mac Donald yang berciri khas Borobudur atau berciri khas Magelang yang disuguhkan dengan taste internasional seperti Bali. “Di Bali juga hanya warung-warung biasa tetapi penjual dan pelayanannya ramah, mau ngobrol bisa sedikit bahasa Inggris. Penyajiannya juga dengan taste internasional. Kami juga ingin melihat keindahan sore Borobudur sambil ngopi, ngobrol melihat pemandangan sekitar. Atau malam-malam bisa ngobrol sampai larut malam sambil melihat keindahan candi, namun disini nggak ada,” tutur Krisna. Selain itu, sambung dia, Borobudur kurang terasa tradisi Jawanya seperti Yogya atau ketika turis tiba di Bali. Ketika masuk bandaranya, suasana Bali saja sudah terasa. “Di Borobudur, suasananya tanggung, desa tidak, kota juga tidak. Mereka ke sini mau lihat keotentikan, keaslian home stay tapi kecewa rumah-rumah yang didatangi rumah biasa, tembok suasana Jawa khas jaman dulu tidak ada,” keluhnya. Karena itu dia berharap Pemkab Magelang bisa lebih kreatif, inovatif mempunyai terobosan baru supaya orang mau datang lagi ke Borobudur tidak cuma sekali untuk seumur hidup. Selain itu perlu dibuat film promosi yang mudah di akses ke seluruh dunia sehingga bisa menggelitik turis mancanegara mengunjungi Borobudur dan destinasi wisata di Jateng lainnya. WISATA RELIGI JATIM Komisi X DPR mengapresiasi potensi wisata religi yang ada di Provinsi Jawa Timur. Hal itu dikatakan Wakil Ketua Komisi X DPR, sekaligus Ketua Tim Kunjungan Spesifik, Nuroji, usai meninjau beberapa situs destinasi religi di Provinsi Jawa Timur, pertengahan Oktober lalu. “Wisata religi ini sangat luar biasa jumlah peziarah yang datang setiap harinya. Bahkan pada hari Sabtu dan Minggu bisa mencapai 8.000 orang. Tentu ini merupakan potensi yang luar biasa,” apresiasi Nuroji. Namun, lanjut politikus F-Gerindra itu, pihaknya masih menemukan bebera pa kendala dalam pengelolaan wisata religi ini. Yakni, masih dikelolanya destinasi religi itu oleh pihak keluarga. “Kedepannya, harus ada kontribusi wisata religi terhadap pendapatan daerah, serta keterlibatan pemerintah daerah dan masyarakat,” saran politikus asal dapil Jawa Barat ini. Sebelum meninjau destinasi religi Tim Kunker Spesifik diterima Wakil Gubernur Provinsi Jawa Timur Syaefullah Yusuf, Bupati Bangkalan, Pimpinan dan Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, Pimpinan dan Anggota DPRD Bangkalan, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Pengurus Asita, BPPI serta tokoh agama/tokoh masyarakat dan pegiat pariwisata Provinsi Jawa Timur. Wakil Gubernur Jawa Timur mengatakan, Provinsi Jawa Timur memiliki kekayaan luar biasa dalam hal destinasi wisata religi, antara lain Makam Sunan Ampel di Surabaya, Makam Sunan Giri dan Maulana Malik Ibrahim di Gresik, Makam Sunan Drajat dan Makam Sendang Duwur di Lamongan. “Kemudian, ada Makam Bung Karno di Blitar, Gereja Puh Sarang di Kediri, Pura Mandagiri di Lumajang, Makam Sunan Bonang di Tuban dan Makam Waliyullah Syaichona Cholil di Bangkalan,” papar Wagub. (MP,HR) FOTO: MASTUR PRANTONO, EKA HINDRA/PARLE/IW EDISI 130 TH. XLV, 2015 57

kan,” tegas Esti dengan menambahkan,<br />

kita bersama-sama berjuang agar Bandara<br />

Ahmad Yani bisa menjadi pintu<br />

utama masuknya wisatawan ke Jawa<br />

Tengah.<br />

Mantan artis Krisna Mukti yang<br />

kini anggota Komisi X DPR mengisahkan<br />

pengalamannya mengajak ekspatriat<br />

mengunjungi Candi Borobudur di<br />

Magelang, Jawa Tangah. Belum lama ini<br />

ia mengajak rekan-rekan ekspatriat dari<br />

Eropa, China dan Korea ke Borobudur<br />

dan hanya terkesan pada candinya saja<br />

yang mengagumkan. Mereka ingin tahu<br />

sejarahnya, siapa yang membangun dan<br />

kemudian foto-foto.<br />

“Namun saat ditanya apakah akan<br />

mengunjungi Borobudur lagi, dijawab<br />

tidak. Sedangkan kalau ke Bali, bisa<br />

berkali-kali. Alasannya, Borobudur tidak<br />

ada café, dan tidak bisa kongkow-kongkow,<br />

sementara pulau dewata lengkap<br />

dengan selera wisman,” kata Krisna saat<br />

mengunjungi Borobudur bersama Tim<br />

Komisi X DPR belum lama ini.<br />

Menurut politisi PKB ini, salah satu<br />

contoh para ekspatriat itu menginginkan<br />

suasana santai di kafe, minum dan<br />

ngobrol bisa berjam-jam. Mereka menyarankan,<br />

kenapa di Borobudur tidak<br />

dibuat kafe-kafe, seperti Mac Donald<br />

yang berciri khas Borobudur atau berciri<br />

khas Magelang yang disuguhkan dengan<br />

taste internasional seperti Bali.<br />

“Di Bali juga hanya warung-warung<br />

biasa tetapi penjual dan pelayanannya<br />

ramah, mau ngobrol bisa sedikit bahasa<br />

Inggris. Penyajiannya juga dengan taste<br />

internasional. Kami juga ingin melihat<br />

keindahan sore Borobudur sambil ngopi,<br />

ngobrol melihat pemandangan sekitar.<br />

Atau malam-malam bisa ngobrol sampai<br />

larut malam sambil melihat keindahan<br />

candi, namun disini nggak ada,” tutur<br />

Krisna.<br />

Selain itu, sambung dia, Borobudur<br />

kurang terasa tradisi Jawanya seperti<br />

Yogya atau ketika turis tiba di Bali. Ketika<br />

masuk bandaranya, suasana Bali<br />

saja sudah terasa. “Di Borobudur, suasananya<br />

tanggung, desa tidak, kota juga<br />

tidak. Mereka ke sini mau lihat keotentikan,<br />

keaslian home stay tapi kecewa<br />

rumah-rumah yang didatangi rumah<br />

biasa, tembok suasana Jawa khas jaman<br />

dulu tidak ada,” keluhnya.<br />

Karena itu dia berharap Pemkab<br />

Magelang bisa lebih kreatif, inovatif<br />

mempunyai terobosan baru supaya<br />

orang mau datang lagi ke Borobudur<br />

tidak cuma sekali untuk seumur hidup.<br />

Selain itu perlu dibuat film promosi<br />

yang mudah di akses ke seluruh<br />

dunia sehingga bisa menggelitik turis<br />

mancanegara mengunjungi Borobudur<br />

dan destinasi wisata di Jateng lainnya.<br />

WISATA RELIGI JATIM<br />

Komisi X DPR mengapresiasi potensi<br />

wisata religi yang ada di Provinsi Jawa<br />

Timur. Hal itu dikatakan Wakil Ketua<br />

Komisi X DPR, sekaligus Ketua Tim<br />

Kunjungan Spesifik, Nuroji, usai meninjau<br />

beberapa situs destinasi religi di<br />

Provinsi Jawa Timur, pertengahan Oktober<br />

lalu.<br />

“Wisata religi ini sangat luar biasa<br />

jumlah peziarah yang datang setiap<br />

harinya. Bahkan pada hari Sabtu dan<br />

Minggu bisa mencapai 8.000 orang.<br />

Tentu ini merupakan potensi yang luar<br />

biasa,” apresiasi Nuroji.<br />

Namun, lanjut politikus F-Gerindra<br />

itu, pihaknya masih menemukan<br />

bebera pa kendala dalam pengelolaan<br />

wisata religi ini. Yakni, masih dikelolanya<br />

destinasi religi itu oleh pihak keluarga.<br />

“Kedepannya, harus ada kontribusi<br />

wisata religi terhadap pendapatan daerah,<br />

serta keterlibatan pemerintah daerah<br />

dan masyarakat,” saran politikus asal<br />

dapil Jawa Barat ini.<br />

Sebelum meninjau destinasi religi<br />

Tim Kunker Spesifik diterima Wakil Gubernur<br />

Provinsi Jawa Timur Syaefullah<br />

Yusuf, Bupati Bangkalan, Pimpinan dan<br />

Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur,<br />

Pimpinan dan Anggota DPRD Bangkalan,<br />

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Jawa<br />

Timur, Pengurus Asita, BPPI serta tokoh<br />

agama/tokoh masyarakat dan pegiat<br />

pariwisata Provinsi Jawa Timur.<br />

Wakil Gubernur Jawa Timur mengatakan,<br />

Provinsi Jawa Timur memiliki<br />

kekayaan luar biasa dalam hal destinasi<br />

wisata religi, antara lain Makam Sunan<br />

Ampel di Surabaya, Makam Sunan Giri<br />

dan Maulana Malik Ibrahim di Gresik,<br />

Makam Sunan Drajat dan Makam Sendang<br />

Duwur di Lamongan.<br />

“Kemudian, ada Makam Bung Karno<br />

di Blitar, Gereja Puh Sarang di Kediri,<br />

Pura Mandagiri di Lumajang, Makam<br />

Sunan Bonang di Tuban dan Makam<br />

Waliyullah Syaichona Cholil di Bangkalan,”<br />

papar Wagub. (MP,HR) FOTO: MASTUR<br />

PRANTONO, EKA HINDRA/PARLE/IW<br />

EDISI 130 TH. XLV, 2015<br />

57

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!