profil Sarifuddin Sudding PERJUANGAN HIDUP PEMUDA NEGERI ANGIN MAMIRI Taro Ada, Taro Gau menjadi “warisan” mendiang sang ayah yang hingga kini tetap dipegangnya, apa itu? Temukan jawabannya dalam kisah hidup Sarifuddin Sudding berikut ini. 46 EDISI 130 TH. XLV, 2015
aro ada Taro Gau merupakan peribahasa Bugis yang berarti satu kata satu perbuatan. Ya, konsistensi antara perbuatan dengan perkataan itu menjadi prinsip hidup yang diajarkan mendiang sang ayah kepada Sarifuddin dan kesepuluh saudaranya. Begitupun ketika sang ayah menerapkan sejumlah kebijakan kepada putra-putrinya. Misalnya kewajiban sang anak untuk mengaji, belajar, sekolah, membantu pekerjaan di rumah sampai memberi makan bebek-bebek. Jika salah satu putranya lalai menjalani kewajibannya, sang ayahpun tak segan-segan mencambuknya. Tidak kurang empat kali cambukkan diterima Sarif sepanjang masa kecilnya. Keras memang jika dirasakan ketika itu. Namun perlahan ia mulai mendapati manfaat dari sikap keras sang ayah selama ini. Salah satunya membentuk pribadi yang disiplin, tegas dan berani dalam kebenaran. “Seingat saya mendapatkan empat kali cambukan dari ayah saya dan hampir pingsan. Salah satunya ketika saya tidak masuk sekolah karena hujan. Biasanya saya sekolah di SDN Salutubu di Sulawesi Selatan dengan bersepeda. Tapi karena hujan saya menunggu kendaraan umum. Namun kendaraan yang saya tunggu tidak juga datang (maklum ketika itu alat transportasi umum masih minim sekali. Karena kondisi sudah terlambat, maka saya putuskan untuk tidak sekolah hari itu,” kisah Sarif begitu ia biasa disapa. Tak dinyana, sekembalinya sang ayah dari kantor dan mendapati Sarif di rumah dan tidak ke sekolah,membuat murka ayahnya. Satu per satu cambukan pun langsung “melayang” ke tubuh Sarif. Seketika itu jua, tubuhnya pun memerah, lemah bahkan nyaris pingsan. Jera? Pasti. Namun lebih dari itu, menjadi ‘cambuk’ baginya untuk mengutamakan sekolah dan tidak mudah menyerah. “Itu semua demi keberhasilan kalian di masa depan,” tegas Sarif menirukan ungkapan sang ayah ketika itu. Sang ayah pun mencoba mengasah jiwa sosial Sarif lewat realita sosial yang terjadi di sekitarnya. Ia kerap diajak sang ayah melihat penggusuran yang dialami rakyat jelata. Tak berlebihan jika kemudian peristiwa demi peristiwa itu membentuk sebuah penilaian dan harapan tersen diri bagi Sarifuddin. Nuraninya tergugah untuk ikut membela kaum papa yang kerap termarjinalkan. AKTIVIS KAMPUS Lulus dari SMAN 4 Ujung Pandang awalnya ia merasa sangsi bisa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Pasalnya, sang ayah yang hanya berstatus sebagai pegawai negeri dengan sebelas anaknya tentu sangat sulit untuk mampu membiayai Sarifuddin yang merupakan anak ke enamnya. Saat rapat Kerja Komisi III dengan Kapolri “Kalau mengharapkan biaya orangtua, darimana? Kami bukan dari keluarga kaya, hanya pensiunan PNS,” aku putra ke enam pasangan Hj. Alanan dan Alm. Sudding. Sejak awal masa perkuliahan sudah terlihat jelas kepiawaiannya dalam dunia politik dan hukum. Ia pun aktif dalam beberapa organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan. Salah satunya dalam himpunan mahasiswa Islam di Ujung Pandang. “Ya sejak awal saya memang ingin masuk jurusan hukum dengan harapan kelak akan menekuni bidang hukum untuk mampu mengambil peran yang lebih besar dalam masyarakat, misalnya lewat pemberian bantuan hukum kepada masyarakat yang mengalami penggusuran atau berbagai kasus hukum lainnya,” jelasnya. Usai menyandang gelar sarjana hukum, sekitar tahun 1989, Sarif pun bergabung dalam Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar sebagai pembela umum. Disana Sarif bersama rekan-rekannya memberikan bantuan-bantuan hukum bagi masyarakat kecil dan lemah yang mengalami ketidak adilan. Disini eksistensi Sarifuddin terlihat sangat menonjol. Tidak puas hanya menyandang sarjana hukum untuk membela kaum papa, Sarif memutuskan memperdalam ilmu hukumnya di pasca sarjana, Magister Hukum Tata Negara di kampus yang sama. Seiring dengan itu, karirnya pun meningkat, ia lolos menjadi pengacara, sekaligus menduduki jabatan sebagai Ketua Bidang Operasional Yayasan LBH Makassar. Di tahun 1997 ia didaulat menjadi Direktur Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM (Hak Asasi Manusia) di Su EDISI 130 TH. XLV, 2015 47
- Page 1 and 2: EDISI 130 130 TH. TH. XLV, XLV, 201
- Page 3 and 4: PROLOG Paket Diracik Efek Dinanti 6
- Page 5 and 6: REVISI UNDANG- UNDANG NO.6 TAHUN 20
- Page 7 and 8: ILUSTRASI: JONK PAKET DEREGULASI DI
- Page 9 and 10: PAKET KEBIJAKAN EKONOMI JILID V, DI
- Page 11 and 12: uh, kredit usaha rakyat (KUR) hingg
- Page 13 and 14: pertahankan usahanya. Selain itu, m
- Page 15 and 16: JANGAN TAMBAH PAKET KEBIJAKAN EKONO
- Page 17 and 18: PEMERINTAH PERLU KELUARKAN KEBIJAKA
- Page 19 and 20: lama. Dan satu lagi, banyak peratur
- Page 21 and 22: BUNGA KUR BISA SEMBILAN PERSEN Peng
- Page 23 and 24: KENAIKAN UPAH BURUH SANGAT REALISTI
- Page 25 and 26: APA YANG DISAMPAIKAN PEMERINTAH LEW
- Page 27 and 28: Oleh: Reni Suwarso, Ph.D, Direktur
- Page 29 and 30: us malu-malu menyampaikan kalau ini
- Page 31 and 32: FOTO: http://tataruangpertanahan.co
- Page 33 and 34: nan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
- Page 35 and 36: kan untuk pembangunan rusun dan pen
- Page 37 and 38: perekonomian negara. Dampak mem bes
- Page 39 and 40: memiliki hak paten. Kemudian UU itu
- Page 41 and 42: EDISI 130 TH. XLV, 2015 41
- Page 43 and 44: TINJAU TOL Tim Komisi V DPR dipimpi
- Page 45: memiliki kesempatan yang lebih baik
- Page 49 and 50: terlebih lagi ketika ia memenangi k
- Page 51 and 52: tanah adalah 0,6 artinya melampaui
- Page 53 and 54: UKM dan desentralisasi jadi usulan
- Page 55 and 56: Kunker Spesifik Komisi X DPR yang d
- Page 57 and 58: kan,” tegas Esti dengan menambahk
- Page 59 and 60: “Sebenarnya semua itu tidak akan
- Page 61 and 62: hatan seksual pada anak. Sebagai la
- Page 63 and 64: dilakukan oleh anggota parlemen dal
- Page 65 and 66: untuk memperbaiki keadaan. Sebagai
- Page 67 and 68: garda terdepan dalam situasi kemanu
- Page 69 and 70: Konferensi Pers telah usai, sang su
- Page 71 and 72: tidak pernah surut,” kata Sekjen
- Page 73 and 74: karena menurut kepercayaan orang tu
- Page 75 and 76: penduduknya berbicara dengan bahasa
- Page 77 and 78: Meksiko tentang lingkungan hidup da
- Page 79: karena ada di wilayahnya Jati Agung