29.12.2015 Views

EFEK DINANTI PAKET DIRACIK EFEK DINANTI

m-130-2015

m-130-2015

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

legislasi<br />

RUU PATEN : LINDUNGI HAK<br />

KARYA INTELEKTUAL<br />

DPR telah menetapkan bahwa RUU Paten adalah satu dari 37 RUU Prolegnas yang<br />

menjadi prioritas pembahasan di tahun 2015. Saat ini, pemerintah dalam hal ini<br />

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) telah menyusun sebuah<br />

draft RUU yang akan menjadi subyek pembahasan di DPR.<br />

Ketua Pansus RUU Paten John Kennedy Aziz<br />

menilai Undang-Undang Paten yang ada<br />

saat ini subtansinya tidak sesuai dengan<br />

perkembangan hukum masyarakat baik<br />

secara nasional dan internasional. Oleh karena itu,<br />

UU Paten No 14 tahun 2001 perlu direvisi agar inventor<br />

(seseorang yang melakukan pekerjaan untuk<br />

mengkreasikan suatu hal yang baru untuk yang<br />

pertama kalinya) dilindungi.<br />

Ketua Pansus RUU Paten John Kennedy Aziz<br />

Ia berharap RUU Paten ini bisa selesai pada April<br />

2016 mendatang. “Revisi UU Paten untuk memberi<br />

perlindungan hukum kepada masyarakat dan<br />

bisa memberi kepastian hukum kepada inventor,”<br />

ujarnya dalam diskusi Forum Legislasi di Gedung<br />

DPR, Jakarta, awal Oktober lalu.<br />

Politisi dari Partai Golkar itu mengatakan hak<br />

paten menunjukkan kemajuan peradaban suatu<br />

negara. Semakin banyak hak paten yang didaftarkan<br />

berarti negara itu kaya, karena hak paten itulah<br />

yang akan menggerakkan sektor perekonomian<br />

masyarakat, termasuk usaha kecil dan menengah<br />

(UKM).<br />

“Hak paten itu menunjukkan kemajuan peradaban<br />

suatu negara. Seperti negara-negara maju yang<br />

setiap tahunnya bisa ratusan ribu bahkan jutaan<br />

hak paten atas hasil karya teknologi yang dihasilkan,”<br />

tegasnya.<br />

Karena itu dia berharap Indonesia terus<br />

mengembangkan hak paten, mengingat sudah menjadi<br />

indikator, peringkat kemajuan suatu ne gara di<br />

dunia. Sekaligus untuk melindungi hak karya intelektual<br />

masyarakat dan mencegah<br />

masyarakat lain untuk mengambil<br />

keuntungan secara ilegal.<br />

“Jadi, DPR berkomitmen akan pentingnya<br />

hak paten ini untuk kepentingan<br />

masyarakat, bangsa, dan negara.<br />

Insya Allah sekitar April – Mei 2016<br />

akan disahkan,” ujarnya.<br />

Dia menyadari kalau kecilnya hak<br />

paten di Indonesia ini akibat kesadaran<br />

dan pemahaman masyarakat<br />

sangat rendah, pemerintah belum<br />

memberikan kemudahan untuk memperoleh<br />

hak paten, dan prosesnya bisa<br />

selama 48 bulan.<br />

“Itulah yang mendorong lemahnya<br />

pendaftaran hak paten. Selain itu tidak<br />

ada timbal-balik atau reward bagi<br />

inventor. Sementara pemegang paten<br />

sudah dibebani biaya pemeliharaan<br />

dan perlindungan,” kata John Kennedy.<br />

Menurut John dengan revisi UU Paten juga bisa<br />

memberi kemudahan bagi masyarakat dalam mengurus<br />

paten. Sebab, selama ini pengurusan paten<br />

wajib datang ke Jakarta. Itu pun memakan waktu<br />

lama hingga 48 bulan baru bisa mendapatkannya.<br />

Adanya revisi setidaknya bisa dikurangi. Plus<br />

pendaftaran paten dapat dilakukan secara online.<br />

Di tempat yang sama, Sekretaris Direktorat Jenderal<br />

Kekayaan Intelektual Kemenkumham Razilu<br />

menegaskan jika RUU Hak Paten ini bukan UU baru,<br />

karena sejak masa Belanda sudah ada (1891) di mana<br />

Indonesia harus mendaftar ke Belanda kalau mau<br />

38 EDISI 130 TH. XLV, 2015

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!