29.12.2015 Views

EFEK DINANTI PAKET DIRACIK EFEK DINANTI

m-130-2015

m-130-2015

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

perekonomian negara. Dampak<br />

mem besarnya commitment fee dan<br />

beban utang akibat selisih kurs akan<br />

berdampak kepada kemampuan fiskal<br />

untuk membiayai program/kegiatan<br />

pelayanan publik terutama untuk sektor<br />

pendidikan, kesehatan, listrik, gas, air<br />

bersih, pertahanan dan pembangunan<br />

atau pengeluaran untuk sektor-sektor<br />

strategis akan semakin kecil dan<br />

terpaksa dikurangi.<br />

Lindung nilai (hedging) yang saat<br />

ini telah dilakukan pemerintah untuk<br />

mengurangi kerugian selisih kurs,<br />

me rupakan salah satu cara untuk<br />

me ngurangi dampak kerugian di<br />

masa yang akan datang. Akan tetapi,<br />

perencanaan yang lebih matang dengan<br />

memperhatikan secara detail visibilitas<br />

proyek-proyek yang akan didanai merupakan<br />

cara yang paling ampuh untuk<br />

menghindari resiko dampak kerugian<br />

dimasa yang akan datang.<br />

HARUS JADI PERTIMBANGAN<br />

Ada berbagai permasalahan dalam<br />

pelaksanaan proyek pinjaman luar<br />

negeri yang selama ini masih sering<br />

kali terjadi. Permasalahan-permasalahan<br />

ini, dikhawatirkan akan berdampak<br />

pada keberhasilan atau kelancaran<br />

pelaksanaan proyek dan sekaligus juga<br />

menentukan tingkat penyerapan dana<br />

pinjaman luar negeri.<br />

Pertama, permasalahan pada tahap<br />

persiapan pengadaan. Permasalahan<br />

yang timbul antara lain disebabkan<br />

oleh keterlambatan dalam penyelesaian<br />

pekerjaan Detail Engineering Design<br />

(DED) atau adanya perubahan di dalam<br />

desain proyek, Project Management Unit<br />

(PMU) belum terbentuk, keterlambatan<br />

penerbitan dokumen anggaran berupa<br />

Daftar Isian Proyek (DIP), sedangkan<br />

pinjaman sudah ditandatangani dan<br />

sudah efektif sehingga pelaksanaan<br />

pengadaan menjadi tertunda yang<br />

akhirnya menyebabkan keterlambatan<br />

pelaksanaan konstruksi.<br />

Kedua, pada proses pengadaan<br />

barang dan jasa sering terjadi beberapa<br />

masalah, diantaranya keterlambatan<br />

dalam proses pelaksanaan pengadaan,<br />

kesalahan dalam proses pengadaan<br />

(misprocurement) dan kecurangan<br />

berupa kolusi (collusive), penipuan<br />

(fraudulent), dan korupsi (corruption)<br />

yang berdampak pada pengadaan yang<br />

tidak sesuai dengan standar pengguna<br />

jasa.<br />

Ketiga, permasalahan pada tahap<br />

pelaksanaan konstruksi. Permasalahan<br />

yang sering muncul adalah keterlambatan<br />

di dalam pelaksanaan proyek<br />

yang disebabkan oleh kurang matangnya<br />

perencanaan proyek, keterlambatan<br />

dalam pekerjaan fisik, lambatnya proses<br />

pembebasan lahan (antara lain karena<br />

kurangnya alokasi dana pembebasan<br />

tanah), keterlambatan di dalam proses<br />

perekrutan tenaga kerja, serta pemahaman<br />

yang kurang terhadap petunjuk<br />

pelaksanaan dan petunjuk teknis<br />

proyek.<br />

Keempat, terkait dengan pihak<br />

pemberi pinjaman luar negeri.<br />

Permasalahan yang sering muncul<br />

adalah adanya pembatalan beberapa<br />

komponen proyek, adanya keputusan<br />

penghentian proyek sementara dari<br />

pihak pemberi pinjaman, adanya keharusan<br />

melibatkan masyarakat (atau<br />

orang dalam jumlah tertentu) di dalam<br />

pelaksanaan proyek, persyaratan-persyaratan<br />

proyek lainnya yang terlalu<br />

ketat seperti harus ada dana pendamping,<br />

analisis dampak lingkungan, dan<br />

harus adanya undang-undang tertentu,<br />

pedoman pengadaan yang berbeda dari<br />

setiap donor dan lamanya persetujuan<br />

yang dikeluarkan oleh kreditor setelah<br />

semua persyaratan terpenuhi.<br />

Kelima, terkait dengan badan<br />

pelaksana proyek (Executing Agency).<br />

Permasalahan yang sering muncul<br />

adalah pembuatan petunjuk teknis dan<br />

petunjuk pelaksanaan yang kurang<br />

jelas, kesalahan dalam menafsirkan<br />

dan menerapkan pedoman terhadap<br />

pelaksanaan proyek akibat kurang<br />

memadainya pemahaman pelaksana<br />

proyek mengenai proses dan prosedur<br />

pelaksanaan proyek dan keterlambatan<br />

sosialisasi petunjuk teknis dan petunjuk<br />

pelaksanaan proyek.<br />

Terakhir, adanya konflik sosial di<br />

daerah yang menghambat pelaksanaan<br />

proyek, hal untuk proyek-proyek<br />

pinjaman luar negeri di daerah-daerah<br />

tertentu di Indonesia.<br />

Penarikan pinjaman proyek luar<br />

negeri bisa saja menjadi solusi<br />

yang ampuh mengatasi minimnya<br />

sumber pembiayaan pembangunan<br />

infrastruktur. Namun di sisi lain, pena<br />

rikan pinjaman luar negeri juga<br />

bisa menjadi potensi masalah yang<br />

menimbulkan kerugian bagi keuangan<br />

dan perekonomian negara, maka<br />

permasalahan ini terlebih dahulu harus<br />

diselesaikan pemerintah.<br />

Menyelesaikan daftar permasalahan<br />

yang selama ini terjadi, dan perencanaan<br />

pinjaman proyek yang lebih<br />

matang harus dilakukan pemerintah,<br />

agar pinjaman proyek luar negeri dapat<br />

memberikan manfaat yang optimal bagi<br />

perbaikan kualitas infrastruktur Indonesia,<br />

aksele rasi pembangunan ekonomi<br />

Indonesia dan lebih lagi memberikan<br />

manfaat bagi tingkat kesejahteraan masyarakat.<br />

DITULIS OLEH: MARTHA CAROLINA DAN ROBBY<br />

ALEXANDER SIRAIT (TIM SUB BAGIAN ANALISA<br />

BELANJA NEGARA)<br />

DISUNTING OLEH: SF (PARLEMENTARIA) FOTO:<br />

DENUS, IST/PARLE/IW<br />

EDISI 130 TH. XLV, 2015<br />

37

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!