EFEK DINANTI PAKET DIRACIK EFEK DINANTI
m-130-2015
m-130-2015
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
angsaan menurutnya lebih efektif kalau<br />
diperkenalkan sejak dini di bangku<br />
sekolah. Baginya tidak mungkin hal ini<br />
ditanamkan dalam pelatihan yang berlangsung<br />
satu bulan. Menhan menurutnya<br />
perlu bicara dengan kementerian<br />
terkait seperti Kemendikbud, Kemenag<br />
serta Lemhannas untuk merancang<br />
kurikulum yang diperlukan. Akan tetapi<br />
dalam kesempatan yang berbeda ia juga<br />
mendengar penjelasan pemerintah melalui<br />
media, program bela negara yang<br />
dicanangkan selama satu bulan juga<br />
akan memberikan bekal tentang latihan<br />
baris berbaris dan pengenalan senjata.<br />
“Nah kalau begitu sudah seperti wajib<br />
militer. Kalau memang programnya sudah<br />
seperti wajib militer kenapa kita hapengawasan<br />
BELA NEGARA,<br />
PAYUNG HUKUMNYA<br />
MANA?<br />
Antusias. Itu respon publik ketika<br />
diajak bicara tentang program<br />
bela negara yang dicanangkan<br />
pemerintah. Respon yang sama<br />
juga disampaikan sebagian besar anggota<br />
dewan termasuk anggota Komisi I<br />
DPR RI Marinus Gea saat bicara dengan<br />
Parle beberapa waktu lalu di Jakarta. Sebenarnya<br />
agenda seperti ini sudah lama<br />
dinanti banyak pihak. Dahulu dalam<br />
bentuk yang serupa tapi tak sama, pernah<br />
terlaksana terutama sebagai syarat<br />
kelulusan bagi calon Pegawai Negeri<br />
Sipil. Tapi kemudian pelan-pelan meredup,<br />
katanya terkendala dana. Ketika<br />
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu<br />
menyuarakannya kembali, keriuhan<br />
terjadi.<br />
Anggota Komisi I DPR RI Marinus Gea<br />
Calon PNS mengikuti diklat bela negara<br />
“Iya wacana bela negara ini membuat<br />
gaduh juga, ada suara pro dan kontra.<br />
Bagi DPR masalah ini sebaiknya diatur<br />
dalam payung hukum aturan perundang-undangan<br />
itu artinya harus dibicarakan<br />
dengan wakil rakyat di Senayan.<br />
Pemerintah dalam hal ini Menhan belum<br />
menyampaikannya kepada Komisi I,” ujar<br />
politisi FDIP ini. Baginya persoalan bela<br />
negara ini sebenarnya harus menjadi<br />
prioritas karena sejak awal konstitusi<br />
sudah memberi amanat seperti tertuang<br />
dalam pasal 27 ayat 3 yang berbunyi;<br />
Setiap warga negara berhak dan<br />
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan<br />
negara. Pengaturan lebih detil soal ini<br />
tentu perlu dipertegas dalam UU. Sejauh<br />
ini lanjut dia sudah ada UU no.3/2002<br />
tentang Pertahanan Negara yang merupakan<br />
revisi dari UU no.20/1982 tentang<br />
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan<br />
Negara. Namun payung hukum ini<br />
belum cukup untuk jadi landasan. Inilah<br />
pekerjaan rumah Menteri Pertahanan<br />
yang sudah ditunggu DPR.<br />
Wakil rakyat dari daerah pemilihan<br />
Banten ini menggarisbawahi ada<br />
yang perlu dipertegas ketika Menteri<br />
Pertahanan dalam sejumlah kesempatan<br />
mengemukakan keprihatinan pada<br />
kondisi anak bangsa saat ini yang mulai<br />
melupakan nilai-nilai wawasan kebangsaan.<br />
Ini terlihat pada gejala maraknya<br />
tawuran antar kelompok masyarakat<br />
di perkampungan, siswa sekolah bahkan<br />
tukang ojek pangkalan dengan<br />
para sopir Gojek. Sehingga diperlukan<br />
penanaman nilai-nilai patriotisme, cinta<br />
bangsa untuk memupuk rasa bangga<br />
dan cinta terhadap bangsa dan negara.<br />
Itu menurutnya perlu dilakukan melalui<br />
pelatihan tentang hukum, pendidikan<br />
kewarganegaraan dan Pancasila, sejarah<br />
perjuangan bangsa, serta penanganan<br />
bencana.<br />
Ini yang kemudian dikritisi oleh anggota<br />
dewan termasuk Marianus Gea.<br />
Kalau menyoal nilai-nilai wawasan ke<br />
28 EDISI 130 TH. XLV, 2015