29.12.2015 Views

EFEK DINANTI PAKET DIRACIK EFEK DINANTI

m-130-2015

m-130-2015

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

laporan<br />

utama<br />

KEBIJAKAN HARUS<br />

IMPLEMENTATIF<br />

Anggota Komisi XI DPR Amir Uskara<br />

Rumitnya regulasi maupun<br />

birokrasi menjadi faktor investor<br />

enggan menanamkan modalnya<br />

di Indonesia. Persoalan waktu<br />

dan biaya terkait perizinan<br />

investasi perlu menjadi perhatian<br />

Pemerintah, sehingga pengusaha<br />

segera mendapat kepastian. Jika<br />

hal ini terus berkelanjut an, hal ini<br />

pula yang menghambat investasi<br />

di Tanah Air.<br />

Demikian diungkapkan Anggota<br />

Komisi XI DPR Amir Uskara,<br />

ketika diwawancarai oleh reporter<br />

Sofyan dan juru foto<br />

Andri dari Parlementaria, di ruang kerjanya,<br />

baru-baru ini. Ia menilai, Paket<br />

Kebijakan Ekonomi yang dikeluarkan<br />

Pemerintah harus dapat memangkas<br />

permasalahan perizinan investasi.<br />

“Memang dibutuhkan kepastian soal<br />

regulasi untuk para investor yang ingin<br />

menanamkan modalnya di Indonesia.<br />

Investor atau pengusaha kita, selama ini<br />

keluhannya terkait demgan kepastian<br />

waktu dan biaya yang tidak pernah ada<br />

angka pasti. Para investor membutuhkan<br />

kepastian,” tegas Amir.<br />

Melalui Paket Kebijakan Ekonomi Jilid<br />

I hingga Jilid VI, Pemerintah berusaha<br />

melakukan deregulasi dan debirokratisasi,<br />

agar investor tertarik menanamkan<br />

modalnya di Indonesia. Di paket Jilid II,<br />

Pemerintah menjanjikan kemudahan<br />

layanan investasi tiga jam di Kawasan<br />

Industri. Dengan mengantongi izin<br />

tersebut, investor sudah bisa langsung<br />

melakukan kegiatan investasi.<br />

Kebijakan itu pun dilanjutkan dengan<br />

Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III yang<br />

salah satunya berisi poin penyederhanaan<br />

izin pertanahan untuk kegiatan<br />

penanaman modal. Dalam paket ini,<br />

pemohon dapat mendapatkan informasi<br />

tentang ketersediaan lahan, yang dari<br />

semula tujuh hari menjadi tiga jam.<br />

“Saya melihat, apa yang dilakukan<br />

pemerintah dengan paket jilid II dan<br />

III sudah menjawab sebagian keinginan<br />

para investor yang akan masuk ke Indonesia,”<br />

apresiasi Amir.<br />

Namun, Amir tetap mengingatkan.<br />

Paket kebijakan ini harus segera ditindaklanjuti<br />

oleh Pemerintah. Pasalnya,<br />

kebijakan ini masih bersifat sentral,<br />

atau sebatas hanya di tataran pusat saja.<br />

Sementara untuk di daerah, birokrasi<br />

maupun regulasi masih seperti yang<br />

dulu-dulu.<br />

“Prinsipnya, jika bisa dipersulit, kenapa<br />

harus dipermudah. Karena mereka<br />

(daerah, RED) mau ambil untung di<br />

depan. Orang-orang birokrat biasanya<br />

seperti itu. Petugas-petugas itu arahnya<br />

bisa mendapatkan pendapatan dari perizinan<br />

dari yang mereka berikan,” analisa<br />

politikus F-PPP itu.<br />

KUR JANGAN DIPERSULIT<br />

Menyikapi perluasan Kredit Usaha<br />

Rakyat (KUR) dan penurunan bunga<br />

KUR di Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III,<br />

Amir menilai memang saat ini masih ada<br />

pembatasan pemberian KUR pada jenis<br />

usaha. Sehingga, menyulitkan masyarakat<br />

untuk mendapatkan dana segar untuk<br />

permodalan.<br />

“Masyarakat kita yang modalnya Rp<br />

25 juta ke bawah, seharusnya tidak perlu<br />

dibatasi apa jenis usahanya. Itu mematikan<br />

kreatifitas masyarakat dalam dunia<br />

usaha. Akan menjadi bagus jika Pemerintah<br />

membuka ruang untuk jenis usaha<br />

yang bisa dibiayai KUR. Dengan semakin<br />

dibuka lebar jenis usahanya, saya<br />

kira itu semakin memacu pertumbuhan<br />

ekonomi di daerah,” harap Amir.<br />

Jika KUR sudah dikucurkan, diharapkan<br />

Usaha Mikro Kecil dan Mene ngah,<br />

akan menggeliat. Sehingga pelaku<br />

UKMK akan terpacu membuat kreasi<br />

usaha baru yang dapat dibantu oleh<br />

Pemerintah. Kemudian, UMKM juga<br />

didorong untuk melakukan ekspor,<br />

dengan dibantu Lembaga Pembiayaan<br />

Ekspor Indonesia (LPEI).<br />

“Terkait dengan ekspor, kita dorong<br />

melalui LPEI. Bahkan tahun ini, LPEI<br />

juga kita berikan tambahan Penyertaan<br />

Modal Negara (PMN). Pikiran kita, LPEI<br />

bantu ekspor, bukan cuma eksportir<br />

besar, tapi juga pemula, supaya dapat<br />

menggenjot ekspor. Sehingga, ekspor<br />

kita kembali menggeliat,” imbuh Amir.<br />

Politikus asal dapil Sulawesi Selatan<br />

itu menilai, paket ini sudah cukup berpengaruh<br />

terhadap kondisi pasar, misalnya<br />

dilihat dari aspek pergerakan<br />

nilai kurs dan indeks saham. Walaupun<br />

ada pengaruh faktor global, namun tak<br />

dipungkiri itu ada pengaruh internal<br />

dari paket kebijakan itu.<br />

“Saya kira, sekarang tinggal breakdown<br />

dari masing-masing kebijakan ini.<br />

Kebijakan lain yang masih menjadi keluhan<br />

investor juga perlu kita perhatikan.<br />

Termasuk koordinasi antara pusat dengan<br />

daerah,” kata Amir, seraya mengingatkan<br />

untuk selalu membuat kebijakan<br />

yang mempermudah investasi. (SF)<br />

FOTO: ANDRI/PARLE/IW<br />

16 EDISI 130 TH. XLV, 2015

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!