PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN Halaman 0
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
• Tujuan bermain adalah permainan itu sendiri dan si pelaku mendapat kepuasan karena<br />
melakukannya (tanpa target), bukan untuk misalnya mendapatkan uang.<br />
• Dipilih secara bebas. Permainan dipilih sendiri, dilakukan atas kehendak sendiri dan tidak<br />
ada yang menyuruh ataupun memaksa.<br />
• Menyenangkan dan dinikmati.<br />
• Ada unsur kayalan dalam kegiatannya.<br />
• Dilakukan secara aktif dan sadar.<br />
Di luar pendapat Hughes, ada ahli-ahli yang mendefinisikan bermain sebagai apapun kegiatan anak<br />
yang dirasakan olehnya menyenangkan dan dinikmati (pleasurable and enjoyable). Bermain dapat<br />
menggunakan alat (mainan) ataupun tidak. Hanya sekedar berlari-lari keliling di dalam ruangan,<br />
kalau kegiatan tersebut dirasakan menyenagkan oleh anak, maka kegiatan itupun sudah dapat<br />
disebut bermain.<br />
Manfaat Bermain<br />
Membaca uraian tentang pentingnya bermain, orangtua mungkin berpikir hal-hal tersebut di atas<br />
bisa didapatkan anak dengan cara belajar (study). Malah dengan belajar anak bisa pintar, kalau<br />
main terus-terusan anak tidak bisa pintar. Pendapat ini ada benarnya juga, terutama jika<br />
kepintaran hanya berhubungan dengan kemampuan akademik seperti membaca, menulis dan<br />
berhitung. Tapi dalam kehidupan sehari-hari, kepintaran bukan hanya sekedar membaca, menulis<br />
dan berhitung, dan juga kemampuan akademis bukan satu-satunya hal yang penting dan<br />
dibutuhkan. Ada hal lain yang penting dan dibutuhkan, misalnya kemampuan berkomunikasi,<br />
memahami cara pandang orang lain dan bernegosiasi dengan orang. Hal-hal tersebut tidak bisa<br />
didapatkan hanya dengan belajar. Perasaan senang, menikmati, bebas memilih dan lepas dari<br />
segala beban karena tidak punya target, juga tidak bisa didapatkan dari kegiatan belajar.<br />
Ketika bermain, anak berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide yang tersimpan di dalam dirinya. Anak<br />
mengekspresikan pengetahuan yang dia miliki tentang dunia dan kemudian juga sekaligus bisa<br />
mendapatkan pengetahuan baru, dan semua dilakukan dengan cara yang menggembirakan hatinya.<br />
Tidak hanya pengetahuan tentang dunia yang ada dalam pikiran anak yang terekspresikan lewat<br />
bermain, tapi juga hal-hal yang ia rasakan, ketakutan-ketakutan dan kegembiraannya. Orangtua<br />
akan dapat semakin mengenal anak dengan mengamati ketika anak bermain. Bahkan lewat<br />
permainan (terutama bermain pura-pura/role-playing) orangtua juga dapat menemukan kesankesan<br />
dan harapan anak terhadap orangtuanya dan keluarganya. Bermain pura-pura<br />
menggambarkan pemahamannya tentang dunia dimana ia berada.<br />
Kreativitas anak juga semakin berkembang lewat permainan, karena ide-ide originallah yang keluar<br />
dari pikiran anak-anak, walaupun kadang-kadang terasa abstrak bagi orangtua. Mengingat bahwa<br />
tidak hanya orangtua yang mengalami stres, anak-anak juga bisa. Stres pada anak dapat disebabkan<br />
oleh beban pelajaran sekolah dan rutinitas harian yang membosankan. Bermain dapat membantu<br />
anak untuk lepas dari stres kehidupan sehari-hari.<br />
Apa yang Sebaiknya Dilakukan Orangtua ?<br />
Apakah anak perlu bermain? Tentu saja sudah jelas jawabannya bahwa anak perlu bermain.<br />
Mungkin yang dikawatirkan orangtua adalah kalau anak terlalu banyak bermain dan tidak mau<br />
belajar. Kembali kepada ilustrasi awal, yang perlu dipastikan adalah apakah anak masih punya<br />
waktu bermain, setelah kegiatan belajar yang padat. Kalau memang sebenarnya anak punya waktu<br />
bermain, lalu berlanjut terus hingga tidak mau belajar, maka masalahnya adalah bagaimana kita<br />
memotivasi anak agar mau belajar.<br />
Beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua untuk membimbing anaknya dalam bermain<br />
sehingga benar-benar berguna bagi anak tersebut, diantaranya adalah sebagai berikut:<br />
• Pastikan dalam jadwal kesibukan anak sehari-hari, masih terdapat waktu luang yang cukup<br />
untuk anak bermain.<br />
• Sesekali ikut bermain bersama anak, pahami dirinya, kegembiraan, ketakutan dan<br />
kebutuhannya. Siapa tahu setelah itu tidak lagi menjadi orangtua yang terlalu ambisius.<br />
<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 91