PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN Halaman 0
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
39. Faktor-Faktor Makro yang Menyebabkan<br />
Anak Malas Belajar<br />
Bulan-bulan tertentu menjelang Ebtanas dan UMPTN, setiap tahun, adalah musimnya orangtua<br />
mengkonsultasikan anak-anaknya untuk tes bakat pada psikolog. Persoalan orangtua (belum tentu<br />
persoalan anak juga) adalah bahwa anaknya, walaupun sudah kelas 3 SMU, belum jelas mau<br />
memilih jurusan apa di perguruan tinggi. Karena takut bahwa anaknya gagal di tengah jalan, maka<br />
orangtua pun mengkonsultasikan anaknya kepada psikolog.<br />
Sementara itu, dari pengamatan di ruang praktek, di pihak anaknya sendiri kurang nampak ada<br />
urgensi pada permasalahan yang sedang dihadapinya. Rata-rata anak memang ingin lulus UMPTN di<br />
Universitas-universitas favorit (UI, ITB), tetapi tidak terbayangkan betapa ketatnya persaingan yang<br />
harus dihadapinya 1 . Kalau tidak lulus UMPTN, pilihan untuk PTS (Perguruan Tinggi Swasta) masih<br />
banyak. Kalau tidak diterima di Trisakti atau Atmajaya, masih banyak PTS yang lain. Bagi yang<br />
orangtuanya mampu, kuliah di luar negeri 2 bahkan lebih banyak lagi peluangnya.<br />
Tidak adanya perasaan urgensi (kegawatan) lebih nampak lagi pada hampir-hampir tidak adanya<br />
persiapan yang serius. Kebanyakan anak tidak mempunyai kebiasaan belajar yang teratur, tidak<br />
mempunyai catatan pelajaran yang lengkap, tidak membuat PR, sering membolos (dari sekolah<br />
maupun dari les), seringkali lebih mengharapkan bocoran soal ulangan/ujian atau menyontek untuk<br />
mendapat nilai yang bagus.<br />
Di sisi lain, cita-cita mereka (yang karena kurang baiknya hubungan anak-orangtua, sering dianggap<br />
tidak jelas) adalah sekolah bisnis (MBA). Dalam bayangan mereka, MBA berarti menjadi direktur atau<br />
manajer, kerja di kantor yang mentereng, memakai dasi atau blazer dan pergi-pulang kantor<br />
mengendarai mobil sendiri. Hampir-hampir tidak terbayangkan oleh mereka proses panjang yang<br />
harus dilakukan dari jenjang yang paling bawah untuk mencapai posisi manajer atau direktur tsb.<br />
Sikap "jalan pintas" ini bukan hanya menyebabkan motivasi belajar yang sangat kurang, melainkan<br />
juga menyebabkan timbulnya gaya hidup yang mau banyak senang, tetapi sedikit usaha, untuk masa<br />
sepanjang hidup mereka. Dengan perkataan lain, anak-anak ini selamanya akan hidup di alam mimpi<br />
yang sangat rawan frustrasi dan akibat dari frustrasi ini bisa timbul banyak masalah lain 3 .<br />
Teori Brofenbrenner<br />
Untuk memahami mengapa anak-anak bersikap jalan pintas sehingga malas belajar (banyak yang<br />
sejak SD), dan untuk membantu orangtua mencari cara pencegahan serta jalan keluarnya, saya<br />
mengajak anda sekalian untuk mengkaji sebuah teori yang dikemukakan oleh Brofenbrenner 4 .<br />
Teori Brofenbrenner yang berparadigma lingkungan (ekologi) ini menyatakan bahwa perilaku<br />
seseorang (termasuk perilaku malas belajar pada anak) tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan<br />
dampak dari interaksi orang yang bersangkutan dengan lingkungan di luarnya.<br />
Adapun lingkungan di luar diri orang (dalam makalah ini selanjutnya akan difokuskan pada anak atau<br />
siswa SD-SLTA) oleh Brofenbrenner di bagi dalam beberapa lingkaran yang berlapis-lapis (lihat<br />
diagram ** ):<br />
• Lingkaran pertama adalah yang paling dekat dengan pribadi anak, yaitu lingkaran sistem<br />
mikro yang terdiri dari keluarga, sekolah, guru, tempat penitipan anak, teman bermain,<br />
tetangga, rumah, tempat bermain dan sebagainya yang sehari-hari ditemui oleh anak.<br />
• Lingkaran kedua adalah interaksi antar faktor-faktor dalam sistem mikro (hubungan<br />
orangtua-guru, orangtua-teman, antar teman, guru-teman dsb.) yang dinamakannya<br />
sistem<br />
meso.<br />
• Di luar sistem mikro dan meso, ada lingkaran ketiga yang disebut sistem exo, yaitu<br />
lingkaran lebih luar lagi, yang tidak langsung menyentuh pribadi anak, akan tetapi masih<br />
<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 85