PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN Halaman 0
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
37. Alternatif Hukuman Anak Di Sekolah<br />
Alhamdulillah di sekolahan keponakan-keponakan saya ini tidak dikenal<br />
sanksi-sanksi yang diutarakan oleh Ukhti Ratna Ahmad. Yang ada ialah<br />
menghafalkan ayat Al Qur'an, hadist, atau doa-doa (panjang pendeknya<br />
ditentukan menurut usia); membaca Al Qur'an dengan jumlah baris atau ayat<br />
tertentu;<br />
Kedengarannya jadi ironik.<br />
Hukuman itu selalu berasosiasi dgn sesuatu yang buruk, sesuatu yang<br />
sebaiknya jangan sampai diulangi lagi. Kalau mebaca Al Quran dibuat sebagai<br />
hukuman, lambat laun akan tertanam dalam alam bawah sadar (subconcious<br />
mind) anak tsb bahwa membaca al Quran adalah sesuatu yang tidak baik,<br />
sesuatu yang harus dihindari.<br />
Mungkin yang punya lata belakang psikologi pendidikan bisa menjelaskannya<br />
secara lebih baik.<br />
Sebelum membaca tanggapan akhi Bogie saya tidak memperhatikan hal ini. Saya<br />
setuju dengan akhi Bogie, bahwa masalah hukuman dan ganjaran (punishment<br />
and reward) harus dikaitkan dengan tujuan mengapa hukuman hendak<br />
diterapkan.<br />
Susahnya dalam waktu sekejap kita harus memilih perbuatan atau tindakan<br />
hukuman yang hendak dijatuhkan. Yang teringat adalah perbuatan yang hendak<br />
kita tanamkan yang lain, misalnya membaca Al-Qur'an. Jadi perbuatan baik<br />
lainnya dijadikan hukuman atau menurut saya "beban" tambahan karena lalai<br />
melakukan perbuatan tertentu yang sedang dikembangkan dalam proses<br />
pendidikan, misalnya bisa membaca dan menulis al Qur'an.<br />
Aneka macam bentuk hukuman yang pernah saya alami atau saksikan ketika saya<br />
masih SD, saya ingat anak yang kena hukuman supaya nulis halus (huruf abjad<br />
dengan aturan tertentu sehingga mudah dibaca), membawa potongan sapu lidi<br />
untuk alat bantu menghitung, sampai menimba air untuk menyiram tanaman.<br />
Anak kena hukuman karena tidak mengerjakan PR, berbicara dengan teman<br />
ketika guru sedang menerangkan di depan kelas, dipukul telapak tangan<br />
dengan kayu penggaris. Kadang-2 menjatuhkan hukuman bukan dalam konteks<br />
pendidikan tetapi tempat menumpahkan kekesalan atau sekedar iseng-2 & puas<br />
melihat anak didik jumpalitan dan tunduk-takut menghadap guru yang<br />
menghukum.<br />
Wah ini menarik untuk dikaji, maaf saya tidak siap menanggapi secara utuh.<br />
Mungkin sejumlah pertanyaan ini bisa memperluas kajian ini:<br />
(1) apakah konsep hukuman setiap guru terhadap suatu masalah sama?<br />
(2) bagaimana guru penerapkan hukuman pada anak didik? Apakah diabaikan<br />
(3) apakah hukuman efektif untuk setiap perbuatan?<br />
(4) bagaimana kalau diabaikan saja (ignored) perbuatan itu akan hilang?<br />
(5) bagaimana kalau perhatian pada perbuatan yang kita inginkan saja yang<br />
diperhatikan, misalnya anak kecil bisa bilang "Terima kasih" diberi pujian<br />
tetapi kalau tidak mengucapkannya akan dibiarkan tidak mendapat apa-apa,<br />
juga tidak dihukum.<br />
(6) Apakah hukuman itu harus berupa hukuman fisik? Anak saya kalau berbuat<br />
tidak sesuai dengan yang kami harapan, ibunya langsung menyruh dia<br />
berhenti main untuk selanjutnya masuk kamar untuk berfikir.<br />
<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 81