PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN Halaman 0

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0 PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0

azkamiru.files.wordpress.com
from azkamiru.files.wordpress.com More from this publisher
26.09.2015 Views

Sejak masuk SD bahkan TK, anak sudah "dituntut" menguasai lebih dari satu bahasa; bahasa daerah dan Indonesia. Keduanya dipakai sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar-mengajar. Betapa beratnya beban mereka, bila kemudian masih ditambah lagi belajar bahasa Inggris. Empat bahasa harus mereka kuasai dalam satu periode, misalnya. Kenyataan itu bukannya menambah cepat anak menguasai bahasa asing. Di samping akan menimbulkan beban psikologis, tak tertutup kemungkinan laju perkembangan bahasa daerah dan nasional anak pun malahan terhambat, atau justru merusak sistemsistem bahasa yang terlebih dahulu dia kuasai. Hal seperti itu tidak jauh berbeda dengan anak yang sedang belajar bola tangan. Sebelum ia mahir bermain bola tangan, lalu ditimpa lagi dengan permainan bola basket dan sepak bola. Pelatih tidak perlu heran apabila kemudian si anak memasukkan bola dengan tangan ketika bertanding sepak bola, atau menyundul dan menendang bola ketika anak bermain bola basket. Jeperson jauh-jauh sebelumnya memperingatkan bahwa anak yang mempelajari dua bahasa tidak akan dapat menguasai kedua bahasa itu dengan sama baiknya. Juga tak akan sebaik mempelajari satu bahasa. Kerja otak untuk menguasai dua bahasa akan menghambat anak untuk mempelajari hal lain yang harus dia kuasai. Perkembangan bahasa anak terganggu, baik dalam penggunaan kosa kata, struktur tata bahasa, bentuk kata, dan beberapa penyimpangan bahasa lainnya. Tidak terelakkan, dalam era global penguasaan bahasa Inggris hukumnya wajib. Siapa yang ingin luas pergaulan, sukses berbisnis, maupun menguasai ilmu pengetahuan mau tidak mau harus menguasai bahasa yang satu ini. Namun, dalam penanaman kita dituntut sikap bijak dan tidak tergesa-gesa. Di samping perlu mempertimbangkan kemampuan anak, para orang tua hendaknya memperhatikan pula kepentingan anak akan penguasaan bahasa daerah dan nasional. Kedua bahasa itu tidak bisa dilepaskan begitu saja dari fungsi keseharian dan tanggung jawab sosial anak. Sebab itu, akan lebih baik bila bahasa Inggris atau bahasa asing lain diberikan setelah bahasa daerah dan bahasa nasional terkuasai secara mantap. Pengajaran bahasa asing dalam usia dini toh bukan jaminan mutlak keberhasilan berbahasa pada anak. PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 69

31. Kenapa Perlu Belajar Sejak Usia Dini ? PENDIDIKAN ANAK USIA BAWAH LIMA TAHUN PALING PENTING DAN PALING MENENTUKAN KEHIDUPAN SESEORANG Usia di bawah lima tahun (balita) adalah usia yang paling kritis atau paling menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian seseorang. Termasuk juga pengembangan intelegensi hampir seluruhnya terjadi pada usia di bawah lima tahun. Kalau seseorang sudah terlanjur menjadi pencuri atau penjahat, maka pendidikan Universitas bagi orang tersebut boleh dikatakan tidak berarti apaapa. Sebagaimana halnya sebatang pohon bambu, setelah tua susah dibengkokkan. Anak-anak pada usia di bawah lima tahun memiliki intelegensi laten (potential intelegence) yang luar biasa. Namun pada umumnya para orangtua dan guru hanya bisa mengajarkan sedikit hal pada anak-anak. Sesungguhnya anak-anak usia muda tidak complicated (ruwet) dalam belajar, tetapi orangtua atau guru yang bermasalah. Pada umumnya kita selalu menyalahkan anak-anak apabila tingkah laku mereka tidak seperti yang kita inginkan. Hal ini lebih banyak disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman kita terhadap perkembangan jiwa anak, sehingga kita sering memperlakukannya dengan tidak/kurang tepat. Anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa dan kemampuan untuk menyerap informasi sangat tinggi. Kebanyakan orang tidak mengenali dan memahami kemampuan 'magic' yang ada pada anak-anak. Mereka hanya bisa berkata, "Saya tahu anak-anak belajar lebih cepat", tetapi mereka tidak tahu seberapa cepat anak-anak bisa belajar. Karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan orang tua dan guru-guru maka potensi luar biasa yang ada pada setiap anak sebagian besar tersia-siakan. Umumnya orang siap mengorbankan waktu bertahun-tahun dan uang berjuta-juta rupiah untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi ; untuk apa ? --- untuk mendapatkan sedikit tambahan intelegensi, karena sedikitnya kemampuan sel-sel otak yang tersisa. Sebaliknya orang kurang memperhatikan pendidikan anak-anak pada usia muda. Anak-anak usia belia memiliki bermilyarmilyar sel-sel syaraf otak yang sedang ber-kembang dan memiliki kemampuan yang dahsyat.serta daya memory yang kuat. Maka pendidikan yang me-nanamkan nilai-nilai luhur kemanusiaan (pengembangan intelegensi/kecerdasan, karakter, kreativitas, moral, dan kasih sayang universal) sangatlah perlu diberikan pada anak-anak sejak usia muda. Oleh karena itu Pendidikan Pre-School dan Taman Kanak-Kanak tidak boleh dianggap sepele dan diabaikan. Bahkan pendidikan bayi sejak usia nol tahun (baru lahir) atau bahkan sejak bayi masih dalam kandungan sudah saatnya dikembangkan. Guru-guru dan fasilitas yang terbaik semestinya diprioritaskan pada lembaga pendidikan kanak-kanak. Dedikasi yang tulus dari guru-guru dan dukungan sepenuhnya dari orangtua anak akan menjamin keberhasilan pendidikan anak-anak. Kerjasama yang baik antara guru dengan orang tua anak sangat diperlukan. PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 70

Sejak masuk SD bahkan TK, anak sudah "dituntut" menguasai lebih dari satu bahasa;<br />

bahasa daerah dan Indonesia. Keduanya dipakai sebagai bahasa pengantar dalam<br />

proses belajar-mengajar.<br />

Betapa beratnya beban mereka, bila kemudian masih ditambah lagi belajar bahasa<br />

Inggris. Empat bahasa harus mereka kuasai dalam satu periode, misalnya.<br />

Kenyataan itu bukannya menambah cepat anak menguasai bahasa asing. Di samping<br />

akan menimbulkan beban psikologis, tak tertutup kemungkinan laju perkembangan<br />

bahasa daerah dan nasional anak pun malahan terhambat, atau justru merusak sistemsistem<br />

bahasa yang terlebih dahulu dia kuasai.<br />

Hal seperti itu tidak jauh berbeda dengan anak yang sedang belajar bola tangan.<br />

Sebelum ia mahir bermain bola tangan, lalu ditimpa lagi dengan permainan bola basket<br />

dan sepak bola. Pelatih tidak perlu heran apabila kemudian si anak memasukkan bola<br />

dengan tangan ketika bertanding sepak bola, atau menyundul dan menendang bola<br />

ketika anak bermain bola basket.<br />

Jeperson jauh-jauh sebelumnya memperingatkan bahwa anak yang mempelajari dua<br />

bahasa tidak akan dapat menguasai kedua bahasa itu dengan sama baiknya. Juga tak<br />

akan sebaik mempelajari satu bahasa. Kerja otak untuk menguasai dua bahasa akan<br />

menghambat anak untuk mempelajari hal lain yang harus dia kuasai. Perkembangan<br />

bahasa anak terganggu, baik dalam penggunaan kosa kata, struktur tata bahasa, bentuk<br />

kata, dan beberapa penyimpangan bahasa lainnya.<br />

Tidak terelakkan, dalam era global penguasaan bahasa Inggris hukumnya wajib. Siapa<br />

yang ingin luas pergaulan, sukses berbisnis, maupun menguasai ilmu pengetahuan mau<br />

tidak mau harus menguasai bahasa yang satu ini. Namun, dalam penanaman kita<br />

dituntut sikap bijak dan tidak tergesa-gesa.<br />

Di samping perlu mempertimbangkan kemampuan anak, para orang tua hendaknya<br />

memperhatikan pula kepentingan anak akan penguasaan bahasa daerah dan nasional.<br />

Kedua bahasa itu tidak bisa dilepaskan begitu saja dari fungsi keseharian dan tanggung<br />

jawab sosial anak. Sebab itu, akan lebih baik bila bahasa Inggris atau bahasa asing lain<br />

diberikan setelah bahasa daerah dan bahasa nasional terkuasai secara mantap.<br />

Pengajaran bahasa asing dalam usia dini toh bukan jaminan mutlak keberhasilan<br />

berbahasa pada anak.<br />

<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 69

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!