PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN Halaman 0
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
30. Kapan Anak Belajar Bahasa Inggris?<br />
Ada anggapan, semakin muda usia semakin mudah anak belajar bahasa daripada orang<br />
dewasa. Ada pula yang berpendapat, belajar bahasa asing sejak dini bukan jaminan.<br />
Sementara yang lain bilang, keberhasilan belajar bahasa asing sangat ditentukan oleh<br />
motif atau kebutuhan berkomunikasi dalam lingkungannya. Mana yang benar?<br />
Belakangan ini aneka kursus bahasa asing, terutama Inggris, kian semarak. Tidak hanya<br />
untuk orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Lembaga persekolahan pun tak mau<br />
ketinggalan zaman. Pengajaran bahasa Inggris yang semula hanya dikenal di tingkat<br />
SMTP, kini diberikan kepada siswa SD, bahkan murid Sekolah Taman Kanak-Kanak.<br />
Fenomena seperti itu antara lain terpacu oleh obsesi orang tua yang menghendaki<br />
anaknya cepat bisa berbahasa asing. Mereka berpandangan, semakin dini anak belajar<br />
bahasa asing, semakin mudah ia menguasai bahasa itu.<br />
Lalu, bagaimana pendapat para pakar bahasa?<br />
Masa emas belajar bahasa<br />
Beberapa pakar bahasa mendukung pandangan "semakin dini anak belajar bahasa asing,<br />
semakin mudah anak menguasai bahasa itu". Misalnya, McLaughlin dan Genesee<br />
menyatakan bahwa anak-anak lebih cepat memperoleh bahasa tanpa banyak kesukaran<br />
dibandingkan dengan orang dewasa.<br />
Demikian pula Eric H. Lennenberg, ahli neurologi, berpendapat bahwa sebelum masa<br />
pubertas, daya pikir (otak) anak lebih lentur. Makanya, ia lebih mudah belajar bahasa.<br />
Sedangkan sesudahnya akan makin berkurang dan pencapaiannya pun tidak maksimal.<br />
Dr. Bambang Kaswanti Purwo, ketua Program Studi Linguistik Terapan Bahasa Inggris,<br />
Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, dalam tulisannya Pangajaran Bahasa Inggris di<br />
SD dan SMTP, menyebut bahwa usia 6 - 12 tahun, merupakan masa emas atau paling<br />
ideal untuk belajar bahasa selain bahasa ibu (bahasa pertama). Alasannya, otak anak<br />
masih plastis dan lentur, sehingga proses penyerapan bahasa lebih mulus.<br />
Lagi pula daya penyerapan bahasa pada anak berfungsi secara otomatis. Cukup dengan<br />
pemajanan diri (self-exposure) pada bahasa tertentu, misalnya ia tinggal di suatu<br />
lingkungan yang berbahasa lain dari bahasa ibunya, dengan mudah anak akan dapat<br />
menguasai bahasa itu. Masa emas itu sudah tidak dimiliki oleh orang dewasa.<br />
Namun, bukan berarti orang dewasa tidak mampu menguasai bahasa kedua (bahasa<br />
asing). Lenneberg mengemukakan, orang dewasa dengan inteligensia rata-rata pun<br />
mampu mempelajari bahasa kedua selewat usia 20 tahun. Bahkan ada yang mampu<br />
belajar berkomunikasi bahasa asing pada usia 40 tahun.<br />
Kenyataan itu tidaklah bertentangan dengan hipotesis mengenai batasan usia untuk<br />
penguasaan bahasa karena penataan bahasa pada otak sudah terbentuk pada masa<br />
kanak-kanak. Hanya saja lewat masa pubertas terjadi "hambatan pembelajaran bahasa"<br />
(language learning blocks). "Jadi, maklum bila belajar bahasa selewat masa pubertas,<br />
justru lebih repot daripada ketika usia lima belas atau lima tahun," ujar Bambang.<br />
Pada penguasaan bahasa pertama dikenal istilah "masa kritis" (critical period). Pada<br />
penguasaan bahasa kedua (bahasa asing) terdapat istilah "masa peka" (sensitive<br />
period). Berdasarkan penelitian Patkowski, masa peka penguasaan sintaksis bahasa<br />
asing adalah masa sampai usia 15 tahun. Anak yang dihadapkan pada bahasa asing<br />
sebelum usia 15 tahun mampu menguasai sintaksis bahasa asing seperti penutur asli.<br />
Sebaliknya, pada orang dewasa hampir tak mungkin aksen bahasa asing dapat dikuasai.<br />
<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 67