26.09.2015 Views

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN Halaman 0

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

27. Melatih Si Kecil Berhenti Mengompol<br />

Yang jelas diperlukan usaha ekstra dan kesabaran dari orang tua.<br />

"Duh, Adek, kok, ngompol lagi, sih. Tuh, lihat kasurnya, kan, jadi basah!" Ngompol<br />

memang problema tersendiri bagi orang tua. Bukan cuma bikin kasur jadi basah dengan<br />

bau tak sedap sehingga perlu dijemur. Tapi juga membuat lelah karena harus gontaganti<br />

celana si kecil di malam hari. Jadi, wajar saja bila orang tua berharap si kecil bisa<br />

berhenti ngompol secepatnya.<br />

Yang patut disadari, ngompol untuk anak batita sebenarnya masih wajar. "Para pakar<br />

umumnya memberi toleransi mengompol hingga usia anak 4 tahun. Nah, lewat usia itu<br />

anak masih mengompol, bolehlah orang tua khawatir."<br />

MODEL TEMPAT TIDUR<br />

Mungkin menarik pula melirik faktor penyebab anak jaman sekarang lebih susah diajak<br />

kering atau berhenti ngompol ketimbang anak-anak jaman dulu. Perubahan jaman,<br />

merupakan salah satu penyebabnya. Dengan kondisi ekonomi di masa-masa<br />

ini,membuat lebih banyak wanita yang bekerja untuk menambah penghasilan keluarga.<br />

Bukannya mau mengurangi peran para bapak, lo. Namun jika mau dihitung secara<br />

statistik, mungkin akan lebih banyak jumlah ibu yang menyediakan waktu untuk<br />

mengganti popok ketimbang ayah. Nah, karena zaman sekarang para ibu juga harus<br />

bekerja, maka kelelahan seorang ibu pun bertambah. "Dibanding dulu, wanita karier<br />

sekarang pulangnya sampai larut malam. Tiba di rumah sudah sangat lelah."<br />

Akhirnya, popok sekali pakai menjadi semacam hero yang populer untuk membantu<br />

mengurangi kelelahan ibu. "Enggak salah juga pakai popok macam itu karena ibu jadi<br />

tak perlu gonta-ganti celana anak." Yang jadi masalah, popok sekali pakai ini membuat<br />

orang tua "terlena" sehingga kebablasan.Ujung-ujungnya, ya, kita jadi lupa melatih si<br />

kecil ke kamar mandi di malam hari.<br />

Padahal, kalau mau jujur, popok sekali pakai terasa risih dan tak nyaman, lo, buat anak.<br />

Bayangkan, bokong si kecil ditutupi plastik seharian. Panas sekaligus lembab, bukan?<br />

"Jadi, tak salah juga jika ada yang bilang, popok sekali pakai itu adalah perwujudan dari<br />

egoisme orang tua,".<br />

Gara-gara kelewat lelah pula, orang tua mungkin jadi tak terbangun ketika malammalam<br />

si kecil terbangun ingin BAK. Alhasil, ia pun mengompol dan menjadikannya<br />

sebagai kebiasaan.<br />

Faktor lain yang membuat si kecil susah kering, lagi-lagi berkaitan dengan kemajuan<br />

teknologi. Seperti model kasur spring bed yang besar dan berat. "Akhirnya, perlak<br />

ditaruh di atas seprei, bukan di bawah seperti jaman dulu". Nah, perlak yang terlihat itu,<br />

membuat anak tahu, di bawah tubuhnya ada pelindung."Kalau aku mau pipis, ya, pipis<br />

aja. Kan, ada perlak, jadi kasurnya enggak basah." Bisa juga mereka berpikir, perlak itu<br />

memang disediakan agar ia dapat BAK di situ. Nah, kalau ingin mengajar si kecil tak<br />

mengompol lagi, sebaiknya singkirkan perlak tersebut<br />

LIHAT POLA<br />

Selengkapnya, ada beberapa cara agar di kecil mau berhenti mengompol. Yang<br />

jelas,peran serta orang tua amat diperlukan. Salah satunya adalah kenali si kecil.<br />

"Secara umum,yang berperan besar bagi batita adalah orang tua sebab masa ini adalah<br />

masa yang bisa dimainkan. Sayangnya, jaman sekarang kebanyakan orang tua sibuk<br />

dengan urusan lain sehingga batita bisa dikatakan 60 persen tumbuh sendiri, baru<br />

sisanya ada keterlibatan orang tua."<br />

<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 59

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!