26.09.2015 Views

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN Halaman 0

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

sangat baik, pemberian kudapan maupun susu diantara jam makan masih diperbolehkan, tetapi<br />

harus dilakukan dengan jadwal tetap dan dosistepat sehingga tidak terjadi obesitas.<br />

• Menghidangkan menu yang bervariasi. Sama seperti orang dewasa, jika hampir setiap hari<br />

diberikan menu yang sama, maka anak akan bosan (meskipun menu yang diberikan merupakan<br />

menu favorit anak tersebut). Oleh karena itu, orangtua harus jeli dan pintar untuk memberikan<br />

menu yang bervariasi kepada anak. Misalnya: jika anak sudah sering diberi ikan cobalah<br />

mengganti ikan dengan ayam atau daging atau dapat pula diganti cara memasaknya.<br />

• Mempercantik tampilan makanan. Contohnya, dalam sebuah iklan di TV, ada orangtua yang<br />

menghidangkan nasi goreng dengan diberi gambar wajah, mata yang terbuat dari tomat, bibir<br />

dari sosis, dan hidung dari ketimun. Penampilan nasi goreng yang seperti ini akan lebih menarik<br />

perhatian bagi anak daripada nasi goreng yang terhidang begitu saja di piring tanpa hiasan.<br />

• Saat anak sedang merasa sedih, cobalah untuk terlebih dahulu membuat perasaan anak<br />

lebih baik dengan menunjukkan kasih sayang dan mencoba mengerti penyebab mengapa<br />

anak merasa sedih. Contoh: anak sedih karena kematian anjing yang disayanginya, maka bisa<br />

dihibur dengan mengatakan bahwa "anjingnya sekarang sudah sembuh, tidak akan pernah sakit<br />

lagi di tempat yang baru".<br />

• Biarkan anak makan sendiri. Jangan takut dengan kekotoran yang disebabkan anak makan<br />

sendiri, karena yang penting di sini adalah anak merasa mampu, dipercaya oleh orangtua,<br />

semakin mandiri dan kemampuan motoriknya juga akan terlatih dan berkembang baik.<br />

• Jangan memburu-buru anak agar makan dengan cepat. Anak yang makannya berlama-lama,<br />

tidak perlu diburu-buru. Jika semua sudah selesai makan, meja sudah dibersihkan dan anak<br />

masih bermain dengan makanannya, maka sebaiknya makanannya disingkirkan. Anak mungkin<br />

akan merasa marah, jika hal ini terjadi orangtua tidak perlu berdebat ataupun memarahi anak,<br />

berikan perpanjangan waktu yang cukup, jika perpanjangan waktu sudah selesai maka makanan<br />

benar-benar ditarik dan tidak diberikan perpanjangan waktu lagi. Dengan demikian anak akan<br />

mengerti ada waktu untuk makan.<br />

• Tidak perlu setiap kali mengikuti keinginan anak dengan mengganti menu sesuai<br />

keinginanya, karena mungkin saja ketidaksukaannya disebabkan keinginan menentang<br />

dominasi orangtua. Sebaiknya tanamkan kesadaran pada anak bahwa makan adalah tugasnya,<br />

dengan tidak memuji jika makanan dihabiskan, dan juga tidak memarahi, mengancam,<br />

membujuk, menghukum, atau memberi label anak sebagai anak nakal jika makanannya tidak<br />

dihabiskan/tidak mau makan.<br />

• Jika anak tidak mau makan dan si anak berada dalam keadaan sehat, tidak apa-apa,<br />

singkirkan saja makanan dari meja makan, dan anak tidak perlu diberikan kudapan apapun<br />

di antara waktu makan utamanya. Dengan demikian, ketika tiba waktu makan selanjutnya<br />

anak akan merasa lapar (bukan kelaparan) dan ia pasti akan makan apapun yang dihidangkan.<br />

• Tidak perlu memberikan porsi yang banyak kepada anak, sehingga sulit dihabiskan. Lebih<br />

baik memberikan porsi yang sedang, jika anak merasa kurang, ia boleh minta tambah.<br />

• Berikan makanan secara bertahap sesuai jenis dan kandungan gizi satu persatu, mulai dari<br />

yang mengandung banyak zat besi dan protein (misalnya daging), sampai terakhir jenis yang<br />

kurang penting (misalnya puding sebagai penutup mulut). Jika anak merasa sudah kenyang<br />

sebelum sampai pada makanan tahap berikutnya, orangtua tidak perlu lagi memaksa anak untuk<br />

makan<br />

Reaksi orangtua akan menentukan arah dan proses pembelajaran anak terhadap berbagai hal<br />

sampai mereka menemukan kesadaran dan tanggungjawab secara internal. Jika reaksi orangtua<br />

menguatkan perilaku sulit makan, maka yang terjadi kemudian adalah anak menjadi sulit makan.<br />

sebaliknya jika reaksi orangtua menguatkan perilaku mudah makan, maka anak mudah makan. Satu<br />

hal yang sebaiknya diingat orangtua adalah tidak mudah untuk selalu merespon perilaku anak<br />

secara tepat. Tulisan ini mungkin dapat menjadi suatu informasi yang berguna bagi anda para<br />

orangtua yang peduli terhadap kesejahteraan anaknya. Selamat mencoba.<br />

<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 49

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!