PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN Halaman 0
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Pikiran Orangtua:<br />
<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong><br />
BAB 2 : RUTIN<br />
21. Ketika Anak Menonton Televisi<br />
Malu, mau marah dan jantung rasanya mau copot ketika tiba-tiba mendengar Edu berteriak<br />
"bajingan kau!!!". Entah belajar darimana, tapi rasanya kok sebagai orangtua tidak pernah<br />
mengatakan hal-hal kasar seperti itu, pembantu di rumah juga tidak ada yang bicara<br />
seperti itu, Wah jangan-jangan dari anak tetangga sebelah rumah. Aaaaaah ternyata Edu<br />
mendengarnya di televisi. Di televisi? Bukankah program tayangan Teletubbies kesayangan<br />
Edu tidak ada bahasa kasar seperti itu? Ooooooh ternyata Edu juga suka menonton<br />
telenovela bersama nenek. Aduh.... kan tidak mungkin melarang nenek menonton<br />
telenovela, jadi yang perlu dipikirkan sekarang adalah bagaimana caranya supaya Edu tidak<br />
ikutan menonton telenovela bersama nenek dan hanya menonton acara anak-anak saja.<br />
Pikiran Anak:<br />
Aduh, Mama/Papa marah nih, gara-gara Edu tadi bilang "bajingan kau!!!". Padahal kan Edu<br />
lihat ada om jagoan ganteng di televisi bilang begitu, Edu cuman meniru saja kok.<br />
Memangnya "bajingan kau" itu apa sih? Kata mama, itu kata-kata kasar, memangnya katakata<br />
kasar itu apa sih? Edu kan ingin seperti om jagoan ganteng di televisi itu, banyak yang<br />
suka, banyak yang sayang, nenek dan mbak saja tiap hari harus lihat om itu, mama juga<br />
kalau di rumah lihat om itu. Tapi, Edu jadi bingung sama Mama dan Papa, kalau Edu hafal<br />
cerita-cerita film yang ada di televisi, Mama dan Papa bangga. Mama dan Papa sering<br />
bilang sama om dan tante Edu: "wah Edu pintar loh, dia bisa hafal semua cerita-cerita film<br />
televisi". Kalau Edu hafal iklan-iklan di televisi Mama dan Papa juga bangga, katanya Edu<br />
pintar, terus kalau Edu lagi menirukan iklan televisi katanya Edu lucu dan menggemaskan.<br />
Tapi kalau Edu nonton televisi terus-terusan, Mama dan Papa marah, katanya Edu malas.<br />
Padahal kalau nggak nonton kan nggak bisa hafal film dan iklan yang di televisi.<br />
Aduuuuuuh Edu jadi bingung.<br />
Sebagai orangtua, pernahkah anda mengalami situasi seperti di atas? Kadang-kadang marah karena<br />
anak menirukan adegan di televisi, tetapi seringkali juga memuji dan bangga kalau anak hafal<br />
dengan cerita-cerita atau iklan-iklan yang ada di televisi. Kalau dilihat sepintas sepertinya ada<br />
standard ganda di sini, walaupun sebenarnya tidak. Sebagai orangtua kita sudah tahu dengan pasti<br />
mana yang pantas dan mana yang tidak, mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga kita bisa<br />
menetapkan mana program yang boleh ditonton dan ditiru dan mana yang tidak. Orangtua juga<br />
tahu kapan menonton televisi, kapan waktu belajar. Tetapi apakah anak sudah tahu dengan pasti<br />
mengenai hal baik dan buruk tersebut, apakah anak sudah mengetahui program televisi mana saja<br />
yang diperbolehkan untuk ditonton dan apakah anak sudah menyadari benar-benar mengenai<br />
pembagian waktu? Anak mungkin bingung dan tidak mengerti, ditambah lagi kalau standard yang<br />
ditetapkan oleh orangtua berbeda dengan yang ditetapkan oleh pengasuh (termasuk dalam<br />
pengasuh adalah suster, kakek-nenek dan om-tante yang ikut serta dalam pengasuhan sehari-hari).<br />
Nah, pertanyaan kita kemudian adalah bagaimana orangtua menyikapi anak dalam menonton<br />
televisi?<br />
Darimana Anak Meniru Adegan Kekerasan ?<br />
Televisi, si kotak ajaib yang keberadaanya sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari,<br />
seringkali menimbulkan kecemasan bagi orangtua yang anaknya masih kecil. Cemas kalau anak jadi<br />
malas belajar karena kebanyakan nonton televisi, cemas kalau anak meniru kata-kata dan adeganadegan<br />
tertentu, cemas mata anak jadi rusak (minus), dan cemas anak menjadi lebih agresif karena<br />
terpengaruh banyaknya adegan kekerasan di televisi. Namun demikian harus diakui bahwa<br />
kebutuhan untuk mendapatkan hiburan, pengetahuan dan informasi secara mudah melalui televisi<br />
juga tidak dapat dihindarkan. Televisi, selain selalu tersedia dan amat mudah diakses, juga<br />
<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 44