suara ataupun tertawa kala diajak bicara oleh orang tuanya. Bahkan, ketika dia sudah bisa jalan dan berlari, bila ada timbul rasa gembira, dia bisa melonjak-lonjak atau berlari-lari. Demikian pula dengan emosi takut. Biasanya bayi takut dengan kamar gelap, binatang, berada sendirian, serta orang yang asing baginya. Mungkin awalnya, kalau takut ia hanya bereaksi dengan menangis. Seolah dirinya tak berdaya dan seperti meminta tolong. Makin bertambah usia dan motoriknya pun berkembang, ia bisa bersembunyi di balik tubuh ibunya atau memeluk ibunya, menarik selimut untuk menutupi wajahnya, atau berlari menghindar dari sesuatu yang membuatnya takut. Akan halnya rasa marah, misal, di usia 6 -9 bulan, kala bayi sudah bisa melempar benda atau menghentak-hentak kakinya, ketika emosi marahnya terangsang, bisa saja reaksinya dengan melempar. Ketika reaksi tersebut dirasa menyenangkan dan dapat memuaskan emosinya, maka akan diulang kembali. "Nah, untuk mengetahui apakah si bayi memang betul-betul dalam emosi marah atau hanya ingin mencoba-coba melempar benda dalam arti dirinya sedang bereksplorasi, tentunya orang tua harus melihat, apakah memang ada kebutuhannya yang tak dipenuhi atau ada sesuatu yang membuatnya marah ataukah tidak." MASIH BISA DIUBAH Jadi, orang tua harus mengetahui dan mengenal reaksi emosi bayinya, entah yang baik maupun tidak. Jangan sampai, reaksi emosi yang jelek berlanjut sampai si bayi besar. Pasalnya, nanti anak akan belajar menggunakan reaksi ini sebagai alat untuk mencapai tujuannya. Apalagi di masa-masa emosi sulit, yaitu usia 0 hingga balita. Bukankah tak jarang kita lihat, anak kecil yang kalau marah tiduran di lantai, duduk menghentak kaki, memukul, atau melempar segala macam benda? "Sebetulnya, bila baru berusia sampai setahun, emosi bayi masih bisa berubah karena baru muncul dan baru akan berkembang,". Itulah mengapa, orang tua harus tetap waspada dengan emosi bayinya. "Jika ada reaksi emosinya yang kurang baik, paling tidak, kita bisa menekannya atau meminimalkannya." Dengan kata lain, orang tua harus melatih pengendalian diri anak sejak dini. Tapi melatihnya harus dengan konsekuen, lo. Misal, bila bayi ingin minum susu dan menangis tak sabar, maka ibu harus segera meresponnya. Kalaupun harus membuatkan dulu susu botol, maka buatlah di dekat si bayi sambil mengajaknya bicara. Misal, "Iya, sabar, ya, sayang. Ini Ibu sedang buatkan susunya. Ibu tahu, kok, kalau Adek lapar." Bila si bayi sudah bisa merangkak dan kita lihat tampaknya dia kesal karena sulit menggapai mainan yang diinginkan, maka kita bantu untuk memudahkan dengan cara mainannya didekatkan. Ketika dia sudah bisa meraihnya, kita beri pujian, "Hore! Pintar anak Mama. Capek, ya? Ayo, kita duduk dulu." Begitu juga kalau si bayi sudah mulai banyak motoriknya, seperti bisa jalan atau lari. Bila reaksi marahnya dengan cara fisik, seperti menendang, melempar, atau memukul, maka kita harus selalu memberi pengertian. "Kalau kamu marah, tidak boleh seperti itu. Nanti kaki kamu jadi sakit kalau menendang kursi itu. Kenapa kamu marah? Bilang, dong, sama Ibu." Jadi, anak dilatih untuk dapat mengendalikan fisiknya. Hingga nantinya kalaupun dia marah, mungkin tak sampai bereaksi berbahaya dengan fisiknya. Mungkin hanya mimik mukanya saja yang tampak memerah. Biasanya seiring usia bertambah, reaksi emosi dengan menggunakan gerak fisik/otot makin berkurang. Apalagi ketika anak sudah bisa bicara, maka reaksi emosinya akan diwujudkan dengan reaksi bahasa yang meningkat. <strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 39
JANGAN BANYAK LARANG Namun, dalam melatih atau mendidik emosi anak, disarankan tak banyak larangan karena akan menimbulkan rasa takut pada anak. Misal, "Adek, jangan main ke situ, ada kecoa, lo. Nanti digigit!" Sebetulnya, usia bayi belum menyadari ada tidaknya bahaya bagi dirinya, tapi karena mimik muka ibunya dan nada suaranya menakutkan, maka mengkondisikan si bayi akan rasa takut. "Larangan boleh saja kalau memang ada yang membahayakan. Kalau tidak, sebaiknya dihindari." Namun, dalam memberitahukannya harus dengan bahasa dan mimik muka yang baik. Yang jelas, bila sejak bayi dilatih pengendalian emosi dengan baik, maka reaksi emosinya bisa ditanganinya dengan baik pula. Meski mungkin sifat jeleknya tetap ada, tapi tak terlalu menonjol. "Jadi, ini merupakan tindak pencegahan pula dari reaksi emosi negatif yang tak diinginkan." Ingat, lo, bila tak sejak dini kita melatihnya, maka akan sulit mengubahnya ketika anak bertambah usianya. Bahkan mungkin saja reaksi emosi tersebut akan menetap sampai si anak dewasa. Tentunya kita tak menginginkannya demikian, kan, Bu-Pak? <strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 40
- Page 1 and 2: PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halama
- Page 3 and 4: DAFTAR ISI Halaman 32 Pendidikan ne
- Page 5 and 6: Anak Perempuan • Ketika seorang a
- Page 7 and 8: support dari orang tua dan keluarga
- Page 9 and 10: 3. Kebutuhan Gizi Pengaruhi Kecerda
- Page 11 and 12: 5. Hak-hak Anak Saat ini baik di In
- Page 13 and 14: 7. Mencari Pola Asuh Anak Yang Tepa
- Page 15 and 16: 8. Peran Orangtua Dalam Perkembanga
- Page 17 and 18: anaknya. Untuk mengatasi ini, Orang
- Page 19 and 20: Beberapa faktor mempengaruhi orangt
- Page 21 and 22: untuk membawa anak mengenal kekuata
- Page 23 and 24: kotor? Pasti kamu berkelaihi lagi d
- Page 25 and 26: Hal lain yang membuat anak tidak be
- Page 27 and 28: Intermezo saja, saya ingin memberi
- Page 29 and 30: 13. Sikap Ayah Pengaruhi Perkembang
- Page 31 and 32: 14. Peran Ibu Bagi Kesehatan Jantun
- Page 33 and 34: 15. Tahapan Bermain Bagi Anak-anak
- Page 35 and 36: 16. Selektif Pada Produk Mainan : S
- Page 37 and 38: 17. Apa benar yang bungsu lebih bod
- Page 39: 18. Seperti Apa Sih, Reaksi Emosi P
- Page 43 and 44: • Obat anti gatal. Seringkali bay
- Page 45 and 46: Pikiran Orangtua: PSIKOLOGI ANAK &
- Page 47 and 48: sudah relaks dengan menonton televi
- Page 49 and 50: Illingworth (1991), seorang ahli ke
- Page 51 and 52: 23. Dipaksa Makan, Anak Bisa Trauma
- Page 53 and 54: Makanan tersebut dapat menurunkan r
- Page 55 and 56: * 100 gr wortel parut * 100 gr keju
- Page 57 and 58: 26. Muntah Setiap Kali Makan Tak pe
- Page 59 and 60: Namun kalau gangguannya ringan saja
- Page 61 and 62: Yang pertama harus dilakukan,lihat
- Page 63 and 64: PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN BAB 3 :
- Page 65 and 66: dini sang anak belajar membangun ke
- Page 67 and 68: 29. Bagaimana Memilih Nursery Schoo
- Page 69 and 70: Lebih detail dipaparkan oleh peneli
- Page 71 and 72: 31. Kenapa Perlu Belajar Sejak Usia
- Page 73 and 74: anak yang sebenarnya sudah jenuh. K
- Page 75 and 76: 33. Perkembangan Motorik Halus Dan
- Page 77 and 78: 35. Matematika, siapa takut? Matema
- Page 79 and 80: Dari pasir sampai manik-manik Konon
- Page 81 and 82: 36. Peran Komputer Bagi Pendidikan
- Page 83 and 84: 38. Anakku Malas Belajar Pada artik
- Page 85 and 86: Membuat Suasana Belajar Lebih Menye
- Page 87 and 88: esar pengaruhnya, seperti keluarga
- Page 89 and 90: Sistem Meso dan Mikro Yang dimaksud
- Page 91 and 92:
40. Belajar Lebih Penting Daripada
- Page 93 and 94:
Mendukung kreativitas permainanan a
- Page 95 and 96:
3. Bermain musik Bermain musik dapa
- Page 97 and 98:
Berbagai kondisi sosial yang penuh
- Page 99 and 100:
44. Rumah Ramah Belajar Banyak oran
- Page 101 and 102:
Cerdas alam/natural adalah mengajar
- Page 103 and 104:
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN BAB 4 :
- Page 105 and 106:
menjadi Tantrum ketika orangtua ben
- Page 107 and 108:
jika rasanya tidak bisa memeluk ana
- Page 109 and 110:
Dampak Sifat Pemalu Pada dasarnya p
- Page 111 and 112:
48. Labeling Bodoh sekali sih kamu,
- Page 113 and 114:
49. Problem Kelekatan Setiap mulain
- Page 115 and 116:
Sering berpindah tempat/domisili Se
- Page 117 and 118:
pikiran yang tenang, akan menciptak
- Page 119 and 120:
anak anak mengalami keterlambatan b
- Page 121 and 122:
Selama menjalin komunikasi dengan a
- Page 123 and 124:
18 Bulan - 2 Tahun Perkembangan Kem
- Page 125 and 126:
51. Mengekspresikan Marah Secara Te
- Page 127 and 128:
52. Penyiksaan dan Pengabaian Terha
- Page 129 and 130:
Masalah Perilaku • Muncul perilak
- Page 131 and 132:
Yang pasti, rayuan macam ini juga h
- Page 133 and 134:
PDF Documents Complete Click Here &
- Page 135 and 136:
56. Balita Anda Bersedih ? Anak and
- Page 137 and 138:
57. Jika Alergi Menyerang Anak Sepe
- Page 139 and 140:
59. Aneka Penyebab Bayi Sesak Napas
- Page 141 and 142:
Kelainan pembuluh darah. Ada lagi k
- Page 143 and 144:
61. Mengenal Autisme Secara garis b
- Page 145 and 146:
62. Mencegah Perilaku Buruk Anak Pe
- Page 147 and 148:
kadang suara itu menyuruhnya melaku
- Page 149 and 150:
65. Gejala & Penyebab Stress Stress
- Page 151 and 152:
66. Mengatasi Migren pada Anak Migr
- Page 153 and 154:
Penyebabnya selain karena punya pen
- Page 155 and 156:
saudara/teman-teman seusianya. Tent
- Page 157 and 158:
68. Ih..., Kecil-Kecil "Latah" Arah
- Page 159 and 160:
Bahkan karakteristik, kepercayaan/k
- Page 161 and 162:
Memang, kadang ada anak yang menger
- Page 163 and 164:
70. Tak Usah Panik Mendapati Anak "