PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN Halaman 0
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
17. Apa benar yang bungsu lebih bodoh?<br />
Kalau urutan anak dikaitkan dengan kepintaran seseorang nampaknya hal itu hanya<br />
mitos. Bayangkan bagaimana rasanya dikatakan bodoh hanya gara-gara urutan<br />
kelahiran kita kebetulan di urutan terakhir di antara saudara-saudara kita lainnya.<br />
Ada kepercayaan yang tertanam dalam benak sebagian orang bahwa IQ anak-anak<br />
berkaitan dengan urutan kelahiran. Dengan kata lain Anda yang merasa sebagai anak<br />
bungsu wajib bersedih karena anda merupakan urutan terakhir dari kepintaran alias<br />
yang paling bodoh.<br />
Tapi nanti dulu, Anda tidak perlu duduk termenung memikirkan nasib Anda yang sial.<br />
Sebuah penelitian baru membuktikan sama sekali keliru anggapan bahwa semakin<br />
bungsu mereka (urutan kelahiran paling akhir), anak-anak akan semakin tidak cerdas.<br />
Kelihatannya, anak nomor dua tidak selalu lebih pintar daripada anak nomor tiga dan<br />
seterusnya.<br />
Kecerdasan tidak dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga atau oleh tempat anak itu<br />
dalam urutan kelahiran keluarga, sebaliknya faktor seperti warisan genetika, IQ orang<br />
tua, jumlah bacaan yang disediakan di rumah dan mutu sekolah lebih penting untuk<br />
menentukan kecerdasan anak-anak, demikian dikatakan para peneliti ini.<br />
"Sebenarnya sebuah keluarga kemungkinan akan menyebarkan sumber kecerdasan ke<br />
sebanyak apapun anak yang mereka miliki", kata seorang penulis studi tersebut Joseph<br />
Lee Rodgers, psikolog dari Universitas Oklahoma. Baik jumlah anak dalam keluarga<br />
maupun urutan kelahiran seorang anak dalam keluarga tertentu tidak dapat meramalkan<br />
nilai IQ-nya. Temuan mereka muncul dalam American Psychologist, yang diterbitkan<br />
oleh Asosiasi Piskologi AS.<br />
Rodgers dan rekan-rekannya dari universitas lain menganalisa data dari tes inteligensi<br />
yang diberikan kepada sekitar 2.500 anak, dengan usia 5 hingga 15 tahun, dari sekitar<br />
1.300 keluarga. Mereka mengumpulkan informasi tersebut dari "National Longitudinal<br />
Survey of Youth", sebuah studi yang sedang berjalan dan didanai pemerintah yang<br />
menyediakan informasi kepada peneliti tentang berbagai jenis topik keluarga.<br />
Kunci terhadap temuan mereka ialah metode yang disebut analisis "dalam-keluarga" dan<br />
membandingkan anggota-anggota keluarga satu sama lain.<br />
Kebanyakan studi lain tentang topik ini, kata Rodgers, telah menggunakan analisis<br />
"lintas-keluarga", dengan membandingkan satu anak dari satu keluarga dengan anak<br />
lain dari keluarga lainnya. Tetapi metode tersebut menghasilkan kesimpulan-kesimpulan<br />
yang keliru, kata para peneliti ini.<br />
Misalnya, katanya, anak kedua dalam satu keluarga mungkin ditemukan lebih cerdas<br />
ketimbang anak ketiga dari keluarga lainnya, dan ini telah menghasilkan kesimpulan<br />
bahwa urutan kelahiran mempengaruhi tingkat kecerdasannya.<br />
Tetapi membandingkan anak-anak dalam keluarga yang sama dapat memperjelas<br />
bahwa urutan kelahiran dan kecerdasan anak tidak mempunyai hubungan, juga<br />
besarnya keluarga tidak ada kaitannya dengan kecerdasan anak.<br />
Jordan Gragman, ketua ilmu saraf kognitif di Lembaga Nasional Penyimpangan Saraf dan<br />
Stroke, mengatakan temuan baru ini "sangat masuk akal." Setiap kali orang melaporkan<br />
temuan evolusi, kata Gragman, Anda mencari alasan biologis untuk menjelaskan hal<br />
tersebut. Tetapi, katanya, asumsi sebelumnya bahwa kecerdasan berkurang dalam diri<br />
setiap anak urutan berikut kelihatannya bertentangan dengan alasan orang mempunyai<br />
keluarga besar, yaitu untuk membantu mempertahankan kelangsungan ekonomi<br />
keluarga.<br />
<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 36