26.09.2015 Views

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN Halaman 0

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

melakukan kegiatan berpikir seperti klasifikasi. Tata cara hidup di masyarakat seperti disiplin dan<br />

aturan-aturan sudah mulai dikenal.<br />

Tahap ketiga, anak yang berusia antara 7 tahun sampai 11 tahun atau 12 tahun. Pada tahap ini<br />

kemampuan anak berpikir, mengingat dan berkomunikasi akan semakin baik karena anak telah<br />

berpikir lebih logis. Kegiatan bermain anak-anak pada tahap ini ditandai dengan social play. Anak<br />

mulai menaruh minat untuk bermain dengan teman-temannya dan tertarik pada mainan yang<br />

menggunakan aturan-aturan tertentu.<br />

Tahap keempat, anak yang berusia 12 tahun ke atas. Pada tahap ini anak-anak sudah dapat berpikir<br />

abstrak, membuat hipotesa atau dugaan-dugaan secara lebih baik, tidak terlalu terikat pada hal-hal<br />

yang konkret. Pada usia 15 tahun, remaja mulai menaruh perhatian pada literatur, dunia kerja dan<br />

mencari pemecahan persoalan-persoalan. Kegiatan bermain umumnya sama dengan tahap ketiga.<br />

Manfaat dan Kendala<br />

Banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan bermain, sehingga anak-anak dapat mengembangkan<br />

berbagai aspek yang diperlukan untuk persiapan masa depan. Bermain antara lain membantu<br />

perkembangan tubuh, perkembangan emosional, perkembangan sosial, perkembangan kognitif dan<br />

moral serta kepribadian maupun bahasa. Bermain juga bisa dijadikan media untuk membina hubungan<br />

yang dekat antar anak, atau anak dengan orang tua/guru/orang dewasa lainnya sehingga tercipta<br />

komunikasi yang efektif.<br />

Bermain bagi anak memang telah dipraktikkan dan diterapkan di kalangan pendidik, dengan hasil<br />

cukup memuaskan. Namun ada beberapa kendala dalam pelaksanaan cara belajar sambil bermain ini,<br />

antara lain tekanan orang tua yang beranggapan bahwa yang terpenting di Taman Kanak-kanak adalah<br />

membaca, berhitung dan menulis, sedangkan bermain tidak ada gunanya.<br />

Juga ada pendidik yang ragu-ragu melaksanakan bermain untuk belajar di dalam kelas, karena<br />

khawatir anak-anak menjadi tidak terkendali dan kelas menjadi kacau. Memang ada pendidik yang<br />

kurang atau tidak memahami tingkat atau masa perkembangan anak, sehingga tidak tahu batas mana<br />

yang dapat diterima dan dicerna anak.<br />

Di daerah pedesaan maupun perkotaan banyak sekali anak-anak yang miskin gagasan. Mereka ini<br />

kebanyakan anak yang tidak lepas dari gendongan orang tua/pembantu sehingga naluri anak untuk<br />

bereksplorasi atau menjajaki sekitarnya menjadi lambat atau tidak berkembang.<br />

Berlimpahnya mainan bagi anakpun berbahaya, karena menimbulkan kebosanan. Gagasannya tidak<br />

tergugah atau tergelitik. Disarankan agar sebaiknya mainan dikeluarkan sedikit demi sedikit, dan<br />

anak-anak diberi dorongan untuk mengembangkan permainan yang dimilikinya.<br />

Jangan Dipaksa<br />

Jangan batasi keinginan anak untuk bermain, hanya karena jenis kelaminnya berbeda. Jangan risau<br />

pada seorang anak putra bermain boneka, bukankah kelak anak tersebut akan menjadi ayah? Juga<br />

bukankah anak-anak harus dipersiapkan untuk membuat pilihan-pilihan kelak?<br />

Dalam bermain pada anak-anak hal yang paling mendasar harus dilakukan orang tua/pendidik adalah<br />

berbicara, mendorong, menunjukkan dan mencari variasi. Thema utama dalam bermain anak adalah<br />

sosial, emosional, kognitif dan motorik. Agar lewat kegiatan bermain ini, anak-anak mendapatkan 5 A<br />

yaitu, affection (rasa dicintai), acceptance (rasa diterima) dan attention (perhatian dan perawatan)<br />

serta approval (kesempatan melakukan hal-hal yang disenangi) maupun appreciation (penghargaan<br />

yang tepat atas hasil kerja dan minat si anak).<br />

Kegiatan bermain merupakan hal yang menyenangkan dan sekaligus merangsang pertumbuhan<br />

seluruh aspek perkembangan bayi dan anak. Bahwa sewajarnya kegiatan bermain tidak hanya dilihat<br />

sebagai suatu kekhasan dunia anak-anak, melainkan juga sebagai hak anak. Jangan merampas hak<br />

anak itu dan menjejalinya dengan ilmu pengetahuan demi ambisi orang tua.<br />

<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 33

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!