PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN Halaman 0
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
13. Sikap Ayah Pengaruhi Perkembangan EQ Bayi<br />
Sikap ayah dari hari ke hari dan dari bulan ke bulan ternyata bisa mempengaruhi EQ<br />
bayi. Jika si Ayah suka nempilkan wajal sebal, si bayi konon mengamati dan ikut-ikutan<br />
menampilkan wajah sebal juga. Jika si Ayah suka cemburu, eh si bayi juga konon begitu<br />
juga.<br />
Usia 0 - 3 Bulan<br />
Hubungan emosional bayi dengan ibunya sudah ada sejak dalam kandungan, demikian<br />
kata sebagian pakar. Bayi bisa tahu bila ibunya dalam keadaan stres atau tenang. Jika<br />
ibu stres, biasanya bayi ikut rewel, cengeng, dsb.). Jika ibunya tenang, bayi pun tenang.<br />
Jika saat ini ibu stres akibat kecemburuan ayah terhadap bayi (yang ditunjukkan lewat<br />
perbuatan atau kata-kata yang negatif), otomatis, bayi pun bisa merasakannya dan ikutikutan<br />
stres.<br />
Sebagian pakar lain mengatakan bahwa hubungan bayi dengan orangtuanya mulai<br />
terjalin saat ayah ibunya memberinya minum, menggendong, mendekap, dan<br />
menenteramkannya. Kualitas hubungan bayi dengan ayah ibunya di masa ini akan<br />
mempengaruhi proses perkembangan keterampilan sosialnya nanti. Jika kecemburuan<br />
ayah sampai memperburuk kualitas hubungannya dengan bayi, dikhawatirkan buruk<br />
pula proses perkembangan keterampilan sosial si kecil nantinya.<br />
Saat berusia 3 bulan, bayi mulai berminat berinteraksi sosial lewat tatap muka, terutama<br />
wajah kedua orangtuanya. Ia akan belajar banyak hal lewat pengamatan dan peniruan<br />
bagaimana 'membaca' dan mengungkap emosi. Inilah tahap untuk secara aktif mulai<br />
melatih emosi bayi. Apa jadinya bila ayah sering menampilkan wajah sebal atau malah<br />
membuang muka setiap kali bayi menatapnya? Maka bayi akan mengamatinya,<br />
membacanya, dan ikut-ikutan sering menampilkan wajah sebal.<br />
Usia 6 - 8 Bulan<br />
Di usia ini bayi mulai menemukan cara baru untuk mengungkapkan perasaan hatinya,<br />
semisal sedih, gembira, takut, marah, dsb. kepada sekelilingnya. Jika sebelumnya ia<br />
hanya mampu memikirkan benda atau manusia yang ditatapnya saat itu, sekarang ia<br />
sudah bisa memindahkan perhatiannya sambil tetap mengingat objek/manusia tanpa<br />
harus menatapnya lagi. Kalau ia senang dengan bola merahnya, ia akan memandang<br />
orang tuanya atau orang lain sambil menyampaikan rasa senangnya (lewat senyum,<br />
ocehan, atau gelak tawa). Inilah dasar kemampuan untuk bermain dan berinteraksi<br />
secara emosional nantinya. Jika bayi lebih banyak merasa sedih/takut pada ayahnya<br />
yang galak atau ketus dibakar cemburu, ia akan selalu menatap sekelilingnya dengan<br />
ekspresi begitu pula. Mengenaskan, ya!<br />
Usia 9 - 12 Bulan<br />
Di rentang usia ini, bayi mulai memahami bahwa manusia dapat membagi gagasan dan<br />
emosi mereka satu sama lain. Bila ayah atau ibu bertanya kepada bayi, "Dedek lagi<br />
kesal, ya?", bayi dapat memahami bahwa orangtuanya ternyata bisa membaca atau<br />
mengetahui suasana hatinya. Dengan kata lain bayi mulai memahami bahwa dengan<br />
menunjukkan ekspresi tertentu, ia atau orang lain dapat berbagi emosi.<br />
Jika ayah yang cemburu keapda bayi selalu menunjukkan ekspresi negatif (acuh tak<br />
acuh, sebal, kesal, dsb.), bayi pun mengetahui suasana hati ayahnya sedang tak<br />
<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 28