26.09.2015 Views

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN Halaman 0

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Intermezo saja, saya ingin memberi kritikan. Biasanya guru memberi tugas saat liburan dengan alasan<br />

anak tidak akan belajar jika tidak diberikan tugas. Pertanyaan saya, Bukankah liburan itu memang<br />

saatnya istirahat dari segala kepenatan aktivitas sekolah? Menjawab pertanyaan itu, ada guru yang<br />

berkata bahwa dia masih mengerjakan tugas saat liburan dan saya selalu saja mengatakan, Kalau<br />

kamu memilih jadi guru dan membawa pulang pekerjaan, bukan berarti murid-murid itu harus<br />

melakukan hal yang sama. Mereka boleh saja punya pilihan sendiri, mau istirahat, bermain atau tetap<br />

belajar saat liburan.<br />

Kita kembali pada fokus pembicaraan. Jadi, jelas kita tidak boleh memaksakan apa yang kita anggap<br />

baik kepada anak-anak. Sekalipun kita tahu si anak punya potensi yang sangat bisa dikembangkan.<br />

Jika hal itu dilakukan, saya lebih dari yakin bahwa anak tidak akan merasakan kebahagiaan akibat<br />

rasa tertekan yang dialaminya. Ujungnya, hasil optimal yang diharapkan akan semakin jauh dari<br />

jangkauan. Walau begitu, bukan berarti kita tidak perlu melakukan apapun. Ada satu hal yang justru<br />

wajib kita lakukan agar anak-anak itu dapat mencapai hasil optimal sesuai potensinya. Satu hal untuk<br />

setiap sudut pandang.<br />

Kalau anda menilai anak berbakat adalah kebutuhan, artinya anak berbakat adalah aset guna meraih<br />

kebahagiaan, satu hal itu adalah: membuat anak membutuhkan hal itu. Tidak ada orang lapar dan<br />

tidak berusaha mati-matian untuk mendapatkan makanan. Jadi agar anak mau melakukan apa yang<br />

anda inginkan, anda hanya perlu menciptakan kebutuhan itu dan dia dengan sendirinya akan berusaha<br />

mendapatkannya. Anda tidak lagi perlu memaksa/ memarahinya.<br />

Jika anda menilai anak berbakat sebagai sebuah kebahagiaan, maka satu hal yang perlu anda lakukan<br />

adalah: membimbing si anak untuk mensyukuri apa yang dimiliki dengan merawat dan<br />

mengembangkan kelebihannya itu.<br />

Sekarang kita bicara dampak yang dihasilkan tiap sudut pandang itu. Jika anda pakai sudut pandang<br />

kebutuhan, sangat mungkin anda akan memacu anak demi mencapai puncak prestasi dan mendapat<br />

kebahagiaan dengan memenangkan persaingan. Dalam hal ini, anda perlu mempersiapkan diri untuk<br />

mengatasi persoalan yang akan anda hadapi. Diantaranya, anak ternyata tidak memiliki potensi<br />

sebesar yang anda kira. Anak mogok karena kejenuhan yang dirasakan sudah mencapai puncaknya.<br />

Atau si anak meninggalkan anda, dalam arti emosional dan atau fisik.<br />

Jika berhasil menciptakan kebutuhan itu dan anak akhirnya melakukan apa yang anda inginkan,<br />

jangan kaget ketika satu saat anda merasa dia jadi kurang ajar karena merasa hebat. Artinya, jika ini<br />

yang anda rencanakan, coba pelajari dulu potensi anak sebenarnya, keinginan dan kebutuhan si anak,<br />

dan siapkan juga pendidikan moralnya agar dia benar-benar bisa menjadi seperti yang anda inginkan.<br />

Terakhir, anda tetap perlu menyadari bahwa bukan anda yang melakukan. Jadi keberhasilan<br />

sepenuhnya tergantung si anak, bukan anda yang menentukan. Siapkan juga agar anda tidak frustrasi<br />

ketika keinginan itu tidak tercapai.<br />

Sekarang dampak apa yang kira-kira terjadi jika anda mengacu pada sudut pandang kebahagiaan.<br />

Sangat mungkin anda akan memberi pilihan kepada anak dan biarkan dia membuat keputusannya<br />

sendiri. Dasarnya, jelas karena anda ingin anak menikmati keberbakatannya itu sehingga akhirnya<br />

bisa berkembang mencapai titik optimal.<br />

Resikonya, anda mungkin saja akan mendapati anak berganti-ganti aktivitas. Entah karena bosan atau<br />

merasa tidak mampu. Anda perlu mencermati hal ini karena intensitas rasa bosan dan atau kegagalan<br />

akan dapat membuat anak frustrasi. Jadi anda perlu mendampingi dengan memberi pengetahuan<br />

tentang pilihan yang ada secara komprihensif agar dia benar-benar mengerti apa yang akan dihadapi<br />

bila memilih yang ini dan apa yang terjadi jika pilih yang itu.<br />

<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 26

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!