PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN Halaman 0
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
12. Anak Berbakat:<br />
Kebutuhan Atau Kebahagiaan?<br />
Syukurlah anda tertarik membaca tulisan ini. Yah, mungkin karena anda menanyakan hal yang sama,<br />
anda punya jawaban atas pertanyaan tersebut, atau anda bertanya-tanya mengapa saya<br />
mempertanyakan hal itu. Tidak masalah dengan alasan ketertarikan anda pada judul di atas, yang<br />
penting anda telah menyediakan energi untuk sama-sama membahas persoalan ini.<br />
Saya mempertanyakan hal itu karena seringkali saya mendapati para orang tua, terutama kaum ibu,<br />
begitu serius ketika terlibat pembicaraan mengenai prestasi yang dicapai anak-anak. Bahkan tidak<br />
jarang saya mendapat kesan para ibu saling berlomba memproklamirkan kehebatan anak-anak<br />
mereka.<br />
Fenomena ini sudah saya rasakan sejak lebih dari lima tahun lalu dan salah satu mata rantai dari<br />
fenomena ini adalah booming pengembangan sekolah-sekolah unggulan beberapa tahun silam.<br />
Sampai akhirnya kini muncul tren sekolah bilingual dan kurikulum ganda (nasional dan internasional,<br />
mengadopsi kurikulum dari luar negeri). Masalahnya, saya khawatir masyarakat kita jadi korban<br />
industrialisasi dunia pendidikan. Sekolah bukan lagi usaha membimbing anak menggapai ilmu<br />
pengetahuan, tapi adalah sarana menuju kemenangan. Lihat saja, sekarang hampir semua anak<br />
sekolah tidak hanya belajar di sekolah. Mereka juga ikut les privat dengan alasan membantu<br />
pemahaman tentang materi ajar di sekolah dan juga les non-akademik demi pengembangan bakat<br />
(katanya). Sampai-sampai pernah ada murid saya yang tidak punya waktu bermain karena 7 hari<br />
seminggu harus berkutat dengan sekolah, les pelajaran, les piano, les bahasa asing, juga bantu orang<br />
tuanya bekerja. Saya tidak habis pikir ada orang tua setega itu, seacuh itu. Ini penghakiman memang,<br />
tapi ini juga fakta karena si anak jelas mengeluh pada saya dan prestasi belajarnya sama sekali tidak<br />
terbantu.<br />
Dari sini saya merasa perlu bicara dengan para orang tua (dan juga guru?). Kenapa Bapak/ Ibu<br />
seringkali menilai anak-anak itu malas dan tidak punya motivasi untuk mencapai hasil terbaik?<br />
Kenapa Bapak/ Ibu selalu menyuruh anak-anak untuk belajar, bahkan ketika liburan sekolah? Saya<br />
perlu tanyakan ini karena sepengetahuan saya, tak ada orang yang tidak butuh istirahat. Seperti juga<br />
kita yang setiap hari bekerja, anak-anak juga perlu istirahat dan rekreasi. Saya juga tidak setuju bila<br />
dikatakan mereka malas karena seperti juga kita semua, hanya akan melakukan sesuatu bila kita mau<br />
dan atau merasa perlu melakukan itu.<br />
Kebutuhanlah alasan utama mengapa orang berbuat. Dengan demikian, kita tidak boleh<br />
menyimpulkan seorang anak malas sebelum kita mengetahui alasan dia menampilkan perilaku seperti<br />
itu. Contoh: soal sekolah. Memang sudah jadi rahasia umum bahwa hampir semua anak tidak suka<br />
bersekolah. Tapi hampir tidak pernah ada pembicaraan mengapa mereka jadi tidak suka sekolah,<br />
padahal hampir semua anak juga mengatakan bahwa sekolah diperlukan.<br />
Sampai di sini, kita telah masuk pada persoalan kedua. Salah satu kebutuhan vital buat kita semua:<br />
kenyamanan. Kita tidak akan dapat melakukan apapun dengan hasil memuaskan ketika kita tidak<br />
dalam kondisi nyaman, fisik dan psikis. Coba saja, bagaimana mungkin kita dapat bekerja baik ketika<br />
kita sakit. Bagaimana mungkin kita bisa bekerja dengan nikmat ketika setiap hari selalu saja dihantui<br />
kedatangan debt collector akibat kita tidak dapat melunasinya. Demikian juga anak. Tidak mungkin<br />
mereka bisa menikmati aktivitas sekolah ketika dia merasa kegiatan bersekolah tidak membuat<br />
nyaman akibat berbagai tekanan yang didapatnya. Apalagi lalu aktivitas itu menguasai kehidupannya<br />
sampai saat liburan sekolahpun mereka masih harus berurusan dengan beribu tugas yang dibebankan<br />
guru + celoteh orang tua soal belajar.<br />
<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 25