26.09.2015 Views

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN Halaman 0

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

kotor? Pasti kamu berkelaihi lagi di sekolah!" dan seterusnya. Sebaliknya, anak<br />

akan senang dan merasa diterima apabila disambut dengan kalimat pendek :<br />

"Halo anak ibu sudah pulang sekolah!" Sehingga kalaupun ada hal-hal yang ingin<br />

ia ceritakan, dengan sendirinya anak akan menceritakan pada orang tua, tanpa<br />

harus di dorong-dorong.<br />

4. Jangan langsung menjawab pertanyaan<br />

Meskipun salah tugas orang tua adalah memberi informasi serta pengetahuan<br />

yang benar kepada anak, namun sebaiknya orang tua tidak langsung menjawab<br />

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sebaliknya, berikan kesempatan padanya<br />

untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dan tugas Andalah untuk mengkoreksinya<br />

apabila salah menjawab atau memberi penghargaan kalau ia benar. Kesempatan<br />

ini akan melatihnya untuk mencari alternatif-alternatif dari suatu pemecahan<br />

masalah. Misalnya, "Bu, kenapa sih, kita harus mandi dua kali sehari? " Biarkan<br />

anak memberi beberapa jawaban sesuai dengan apa yang ia ketahui. Dengan<br />

demikian pun anak terlatih untuk tidak begitu saja menerima jawaban orang tua,<br />

yang akan diterima mereka sebagai satu jawaban yang baku.<br />

5. Dorong untuk melihat alternatif<br />

Sebaiknya anak pun tahu bahwa untuk nmengatasi suatu masalah , orang tua<br />

bukanlah satu-satunya tempat untuk bertanya. Masih banyak sumber-sumber<br />

lain di luar rumah yang dapat membantu untuk mengatasi masalah yang<br />

dihadapi. Untuk itu, cara yang dapat dilakukan orang tua adalah dengan<br />

memberitahu sumber lain yang tepat untuk dimintakan tolong, untuk mengatasi<br />

suatu masalah tertentu. Dengan demikian anak tidak akan hanya tergantung<br />

pada orang tua, yang bukan tidak mungkin kelak justru akan menyulitkan dirinya<br />

sendiri . Misalnya, ketika si anak datang pada orang tua dan mengeluh bahwa<br />

sepedanya mengeluarkan bunyi bila dikendarai. Anda dapat memberi jawaban :<br />

"Coba,ya, nanti kita periksa ke bengkel sepeda."<br />

6. Jangan patahkan semangatnya<br />

Tak jarang orang tua ingin menghindarkan anak dari rasa kecewa dengan<br />

mengatakan "mustahil" terhadap apa yang sedang diupayakan anak. Sebenarnya<br />

apabila anak sudah mau memperlihatkan keinginan untuk mandiri, dorong ia<br />

untuk terus melakukanya. Jangan sekali-kali anda membuatnya kehilangan<br />

motivasi atau harapannya mengenai sesuatu yang ingin dicapainya. Jika anak<br />

minta ijin Anda, "Bu, Andi mau pulang sekolah ikut mobil antar jemput,<br />

bolehkan? " Tindakan untuk menjawab : "Wah, kalau Andi mau naik mobil antar<br />

jemput, kan Andi harus bangun pagi dan sampai di rumah lebih siang. Lebih baik<br />

tidak usah deh, ya" seperti itu tentunya akan membuat anak kehilangan motivasi<br />

untuk mandiri. Sebaliknya ibu berkata "Andi mau naik mobil antar jemput? Wah,<br />

kedengarannya menyenangkan, ya. Coba Andi ceritakan pada ibu kenapa andi<br />

mau naik mobil antar jemput." Dengan cara ini, paling tidak anak mengetahui<br />

bahwa orang tua sebenarnya mendukung untuk bersikap mandiri. Meskipun<br />

akhirnya, dengan alasan-alasan yang Anda ajukan, keinginannya tersebut belum<br />

dapat di penuhi.<br />

<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 22

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!