26.09.2015 Views

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN Halaman 0

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

70. Tak Usah Panik Mendapati Anak "Bermain Dengan<br />

Anunya"<br />

Wajar, kok, bila si kecil memainkan alat kelaminnya karena memang sedang fasenya.<br />

Tapi, tetap harus dicegah dan ditangani secara tepat.<br />

Umumnya, orang tua langsung panik kala mendapati anak prasekolahnya memegangmegang<br />

atau memain-mainkan alat kelaminnya. Hingga, dimarahilah si anak. Padahal,<br />

seperti diungkap Dra. Ratih Andjayani Ibrahim, Psi.MM, perilaku demikian wajar<br />

terjadi pada anak usia 3-6 tahun. "Anak usia ini memang suka bermain-main dengan<br />

alat genitalnya untuk mencapai kenikmatan. Sebab, pusat kenikmatan anak di usia ini<br />

berada di sekitar alat genitalnya, yang disebut fase phallic."<br />

Lebih jauh dijelaskan Ratih, fase phallic merupakan bagian dari proses perkembangan<br />

anak. Awalnya, dari usia 1-1,5 tahun, pusat kenikmatan anak berada di mulut, disebut<br />

fase oral. Itulah mengapa, di usia tersebut anak senang sekali memasukkan segala<br />

sesuatu ke mulut. Berikutnya, pada umur 1,5-3 tahun, anak berada pada fase anal; dia<br />

mulai menahan keinginan BAB-nya. Selanjutnya, anak mengalami fase phallic. "Fase ini<br />

biasanya akan berhenti sampai anak berumur 6 tahun."<br />

HARUS DICEGAH<br />

Jadi, tahapan ini merupakan fase yang normal, ya, Bu-Pak. Bukan berarti si kecil tengah<br />

melakukan masturbasi. Walau begitu, kita tak boleh membiarkan si kecil asyik<br />

memainkan alat kelaminnya. Sebab, terang Ratih, "Jika sudah menjadi kebiasaan, maka<br />

inilah yang dinamakan dengan masturbasi."<br />

Untuk itu, kita harus mencegahnya. Namun, jangan lantas kita girap-girap alias panik;<br />

berteriak-teriak atau marah, bahkan memukuli anak kala melihatnya tengah memainkan<br />

alat kelaminnya. Cukup katakan dengan tenang kepadanya, "Kak, penisnya jangan<br />

dibuat mainan, nanti lecet, lo." Atau, "Jangan sering melakukan itu, ya, Kak, supaya<br />

vaginanya enggak lecet. Kalau lecet, nanti kalau mau pipis, sakit lo." Selanjutnya,<br />

alihkan perhatian anak. Pindahkan tangannya dari aktivitasnya itu, lalu beri mainan yang<br />

menarik minatnya. Bila perlu, ajak dan temani anak bermain, hingga ia lupa dengan<br />

aktivitasnya tadi.<br />

Jika orang tua bekerja, pesan Ratih, sebaiknya pesankan kepada pengasuh agar<br />

melakukan hal yang sama. Minta si pengasuh untuk menegur dan mengingatkan anak<br />

kala kedapatan tengah melakukan aktivitas tersebut. Juga, minta dia sering mengajak<br />

anak bermain hingga anak lupa pada aktivitasnya itu.<br />

TANGANI SECARA TEPAT<br />

Yang jelas, dalam menyampaikan larangan kepada anak, jangan sampai menunjukkan<br />

rasa panik. Ingat, anak seusia itu punya rasa ingin tahu. Jika ia melihat respon dari<br />

orang tua atau lingkungannya demikian, anak akan merasa, "Ini ada apa, sih? Pasti ada<br />

yang menarik di sini." Maka dia akan terus melakukan aktivitas itu, bahkan akan jadi<br />

makin terfokus ke sana. Jadi, kebiasaan melakukan masturbasi bisa terjadi pada<br />

penanganan yang tak tepat.<br />

Apalagi, anak sebenarnya memegang-megang alat kelaminnya tanpa berpikir panjang.<br />

"Pokoknya, enak dipegang. Lalu karena respon ibunya keliru, misal, jadi marah, histeris,<br />

atau anaknya dipukuli, tanpa sadar ini justru memacu anak untuk lebih sering<br />

memainkan alat genitalnya atau semacam mendapat stimulus. Mungkin ia melakukan<br />

kebiasaan tersebut dengan cara mencuri-curi."<br />

Nah, karena merasa nikmat, anak akan melakukan itu secara terus-menerus. Bahkan<br />

bisa hingga masa pubertasnya. Pada masa pubertas, stimulasinya akan berbeda lagi.<br />

<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 162

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!