26.09.2015 Views

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN Halaman 0

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Penyebabnya selain karena punya pengalaman traumatik, bisa jadi ia dulu kenyang<br />

ditakut-takuti bakal disuntik dan sebagainya oleh orang tuanya.<br />

* Cara mengatasinya:<br />

Anak memainkan peran sebagai dokter, sedangkan orang tua atau kakak/adik berpurapura<br />

menjadi pasiennya. Gunakan mainan berbentuk alat-alat yang biasa digunakan<br />

dokter, seperti stetoskop. Biarkan anak bereksplorasi dan berimajinasi memerankan<br />

dokter yang sedang memeriksa pasien.<br />

Secara tak langsung, anak menjadi tahu bagaimana cara dokter menghadapi pasienpasien<br />

yang takut diperiksa. Semisal dengan cara menenangkannya, "Jangan takut, ya,<br />

Bu-Pak. Saya cuma periksa sebentar aja, kok. Kalaupun harus disuntik, enggak sakit,<br />

kok. Kan, supaya lekas sembuh." Dengan berpura-pura memberikan nasihat seperti itu,<br />

bukan tidak mungkin sosok dokter justru menarik minatnya dan malah bercita-cita<br />

menjadi dokter.<br />

2. Takut pada orang yang baru dikenal<br />

Tak jarang anak-anak tampak takut pada orang yang pertama kali ditemuinya. Dia akan<br />

berusaha menjaga jarak, apalagi orang yang menghampirinya itu berwajah kurang<br />

"bersahabat". Yang juga kerap terjadi, orang tua terkesan berlebih saat menasihati<br />

anaknya untuk tidak terlalu akrab dengan orang yang tidak dikenal. "Awas, kamu jangan<br />

deket-deket sama orang yang enggak kamu kenal. Bisa-bisa kamu nanti diculik, lo!"<br />

Memang, sih, ada segi positifnya bila orang tua senantiasa wanti-wanti si kecil agar<br />

waspada terhadap orang lain atau yang baru dikenalnya. Tapi tentunya bukan dengan<br />

cara berlebihan yang menyebabkan si kecil malah selalu ketakutan pada orang lain.<br />

* Cara mengatasinya:<br />

Ajak anak bermain tamu-tamuan. Ikutkan pula teman-temannya. Posisikan dia untuk<br />

bergantian memainkan peran sebagai tamu yang berkunjung ke rumah orang lain, atau<br />

sebagai nyonya rumah yang kedatangan tamu. Bermain peran untuk mengikis rasa takut<br />

pada orang lain juga bisa dilakukan dalam berbagai situasi, seperti di toko, sekolah dan<br />

tempat keramaian lainnya.<br />

3. Takut Binatang<br />

Adalah hal yang wajar bila anak takut pada binatang yang baru pertama kali dilihatnya.<br />

Apalagi bila hewan itu kelihatannya buas dan menyeramkan. Hanya saja sungguh<br />

sayang bila orang tua tak berusaha menjelaskan dan memperkenalkan anak pada<br />

binatang-binatang yang ditemuinya tadi. Seperti mengajaknya mengelus-elus bulu<br />

kucing atau memberi makanan pada induk ayam dan anak-anaknya. Sangat tidak<br />

bijaksana pula jika orang tua malah menambah rasa takut anak pada binatang yang<br />

sebenarnya relatif tak membahayakan. "Awas, jangan dekat-dekat, nanti kamu dicakar<br />

kucing."<br />

* Cara mengatasinya:<br />

Anak bermain peran sebagai sosok pemandu/pelatih sirkus yang sehari-hari melatih<br />

binatang. Ini akan menyadarkan anak bahwa binatang pada dasarnya bisa dilatih untuk<br />

menurut dan diajak bekerja sama. Cara lain adalah dengan bermain sandiwara di<br />

panggung yang menggelar cerita tentang hewan-hewan sebagai sahabat manusia.<br />

4. Takut Hantu<br />

Banyaknya tayangan televisi yang menyajikan program acara bertajuk cerita hantu tak<br />

ayal ikut mempengaruhi kadar rasa takut anak-anak. Ironisnya, tak sedikit orang tua<br />

yang menjadikan cerita hantu ini sebagai "senjata" untuk menakuti-nakuti si kecil.<br />

Meskipun rasa takut pada hantu bisa saja terjadi akibat faktor "genetik" berupa sikap<br />

penakut dari orang tuanya.<br />

* Cara mengatasinya:<br />

Anak bermain peran sebagai hantu yang selalu membantu orang yang kesulitan seperti<br />

film/buku cerita Casper. Atau bisa juga berperan sebagai penyihir yang baik hati. Jadi,<br />

anak mempersepsikan hantu bukan sebagai sosok yang menakutkan.<br />

<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 152

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!