26.09.2015 Views

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN Halaman 0

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Yang pasti, rayuan macam ini juga harus tetap diwaspadai. Soalnya, bisa saja dilakukan<br />

anak demi mencapai tujuan tertentu. "Aku mau bawa minuman Ayah, ah, biar nanti<br />

dibeliin boneka Barbie."<br />

Nah, untuk menghindari hal tersebut, mudah, kok. Yang diperlukan hanya kejelian orang<br />

tua. Misalnya, bila anak biasanya susah dimintai bantuan lalu tiba-tiba tanpa diminta<br />

menawarkan diri mengerjakan sesuatu, "Kita boleh curiga, ada apa, nih, dengan si kecil.<br />

Komunikasikan dengan anak." Misalnya, "Wah, hebat, lo, anak Papa membawakan<br />

minuman. Sekarang papa mau tanya, ada apa, sih?" Dari situ akan terlihat, apa<br />

sebetulnya maksud dan tujuan anak. Setelah itu, boleh saja kita membuat perjanjian<br />

dengan anak, "OK, Papa akan belikan boneka tapi janji, kamu harus seperti ini setiap<br />

hari. Menjadi anak baik yang selalu membantu orang tua."<br />

TAK PERLU DIUNGKIT<br />

Bisa juga hal tersebut kita jadikan sebagai aturan karena sebetulnya anak prasekolah<br />

sudah mampu melakukan hal-hal terpuji setiap harinya, hanya saja dia malas. "OK,<br />

sekarang kalau kamu bisa bangun pagi langsung beres-beres tempat tidur, sepulang<br />

sekolah langsung memasukkan pakaian ke keranjang cucian, dan membantu Mama,<br />

akan beri hadiah."<br />

Jika aturan ini berhasil, selanjutnya kita perpanjang pemberian reward. Misalnya, setelah<br />

bisa melakukan aktivitas harian selama 2 minggu dengan baik, baru kita kasih reward.<br />

Begitu seterusnya. "Lama-lama hal tersebut akan menjadi kebiasaan anak. Kita pun<br />

secara otomatis sudah bisa mencabut pemberian reward,". Memang mungkin ada saatsaat<br />

di mana anak "lupa" mengerjakan tugas rutinnya. Nah, tugas orang tua<br />

mengingatkan hal itu. Yang juga harus diingat,orang tua tak perlu mengungkit-ungkit<br />

lagi reward yang telah diterima anak. "Supaya anak mengerti, perbuatan seperti itulah<br />

yang membuat kita perhatian dan sayang padanya."<br />

Soalnya, jika kita mengungkit reward yang dia terima, "Bisa dimanfaatkan anak untuk<br />

memenuhi keinginannya. Anak tidak belajar mengolah perbuatan yang dilakukan. Yang<br />

dia pikirkan adalah tujuan akhirnya." Seharusnya, kan, anak bisa merasakan, "Ternyata<br />

aku mampu, kok, membereskan tempat tidur sendiri," misalnya, atau "Aku ternyata<br />

pintar juga menyemir sepatu Bunda dan Ayah," misalnya. Mudah, kan?<br />

<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 130

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!