PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN Halaman 0
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
53. Kalau Si Kecil Mulai Pandai Merayu<br />
Kecil-kecil sudah pandai merayu jika ingin sesuatu? Hati-hati jangan sampai kebablasan<br />
karena dampaknya tak baik bagi masa depan anak.<br />
Anak pandai bicara? Pasti menyenangkan sekaligus membanggakan. Kadang malah<br />
membuat kita tertawa karena dia sudah mulai berkata-kata sambil diselipi rayuan!<br />
Misalnya dengan cara memuji-muji kita lebih dulu tapi sebetulnya ada maunya. "Wow,<br />
kuenya kayaknya enak, deh. Bunda memang jago masak. Boleh, enggak, aku ngicipin?<br />
Dikit....aja."<br />
Selain tertawa, reaksi lain yang bisa muncul adalah pertanyaan, darimana dia belajar<br />
merayu? Bahaya atau tidak perilakunya itu? Yang jelas, anak bisa berbuat seperti itu<br />
semata karena meniru lingkungan. Entah melihat contoh dari orang tuanya, teman,<br />
tetangga, lihat di teve, dan lainnya. "Bisa juga karena kita yang mengkondisikan anak,".<br />
Ia lalu memberi contoh bagaimana anak "disuruh" orang tua untuk bermani-manis<br />
sebelum minta sesuatu. "Kalau mau kue enak, nanti di rumah Tante kamu bilang, 'Tante<br />
cantik, deh.' Nah, pasti kamu dikasih kue." Jadi, "Enggak perlu bingung dan bertanyatanya<br />
darimana anak belajar memuji atau merayu sebelum menyampaikan<br />
keinginannnya. Jelas-jelas, orang tua sendiri yang mengajarkan." Belum lagi kalau si<br />
anak pandai berakting atau menggunakan bahasa tubuhnya. Nah, makin hebat saja<br />
rayuannya.<br />
MEMUJI DENGAN PAMRIH<br />
Meski perilaku tersebut wajar, sebetulnya gaya merayu seperti itu kurang baik bagi<br />
anak. Selain tak bermanfaat, anak akan terbiasa mengeluarkan jurus rayuan gombal.<br />
"Padahal, di masa emas ini, anak harus selalu mendapat hal-hal yang positif dan<br />
bermanfaat bagi pertumbuhan serta perkembangannya. Itu penting bagi masa depan si<br />
anak sendiri"<br />
Dampak buruk lainnya, anak seperti diajarkan untuk tidak berusaha jika ingin<br />
memperoleh sesuatu. "Maksudnya, dia jadi tak berusaha keras." Anak akan berpikir,<br />
"Ah, gampang, rayu aja nanti juga diberi."<br />
Memang, memuji pada dasarnya tindakan terpuji. Tapi kalau dilakukan tidak tulus<br />
karena ada embel-embel di belakangnya, jadi tak baik. "Harusnya, pujian yang kita<br />
berikan pada seseorang dilandasi ketulusan hati, tanpa mengharap pamrih."<br />
Dengan kata lain, kalau memang mau mengajar anak memuji, ajari ia memuji dengan<br />
tulus. "Asal kita menanamkannya dengan jelas, sederhana, dan konkret, anak akan<br />
mengerti, kok." Apalagi jika contoh yang kita berikan sudah menjadi gaya hidup kita,<br />
"Pasti akan lebih mengena dan akan ditiru anak. Apa pun juga, kita adalah tokoh sentral<br />
anak."<br />
Akan lebih baik lagi jika kita mengajarkannya untuk langsung ke tujuan jika<br />
menghendaki sesuatu, tanpa harus disertai rayuan atau pujian kosong. "Dengan begitu,<br />
kita sekaligus mendidik anak berkomunikasi dengan efektif."<br />
Caranya? Tak lain dengan memberi contoh yang baik, mengingatkan anak, menjelaskan<br />
padanya bagaimana cara berkomunikasi yang efektif. Jika ia ingin sesuatu, ajarkan ia<br />
berkata, "Bunda aku mau mainan ini. Boleh, tidak?'"<br />
ANTARA REWARD DAN JADI ALAT<br />
Lain halnya jika cara merayunya dalam bentuk perbuatan nyata. Semisal membantu<br />
membereskan tempat tidur, membawa baju kotor ke keranjang cucian, membantu<br />
menata meja makan, dan sebagainya. "Nah, rayuan seperti ini adalah rayuan yang<br />
bagus sekali." Sebab, selain berguna bagi dirinya, juga baik untuk lingkungan. "Yang<br />
seperti ini harus diberi reward. "<br />
<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 129