PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN Halaman 0
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
51. Mengekspresikan Marah Secara Tepat Kepada Anak<br />
Marah, adalah kewajaran bagi orangtua bila sedang jengkel dan dibikin pusing oleh anak. Namun bagi<br />
anak-anak tertentu, kemarahan orangtua identik dengan pukulan fisik, kekerasan verbal ( umpatan,<br />
makian, dan cacian ), dan menimbulkan luka psikis bagi anak. Sementara bagi orangtua, anak anak<br />
tertentu yang terlalu sering menimbulkan kejengkelan, bandel, nakal dan perilaku tidak<br />
menyenangkan lainnya yang memaksa orangtua menumpahkan segala macam ekspresi kemarahan.<br />
Tidak heran, orangtua pun tidak perduli manakala cap " cerewet " menghinggapi dirinya.<br />
Tidak tepat<br />
Marah itu memang mudah. Begitu mudahnya marah, sehingga setiap orang akan mampu marah.<br />
Tetapi, marah yang tepat, pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang pas,<br />
demi tujuan yang benar, dengan cara yang baik, bukanlah sesuatu yang mudah. Demikian ungkap<br />
Aristoteles dalam tulisannya The Nichomachean Ethics dan diungkap ulang oleh Dr. Daniel Goleman,<br />
psikolog yang mendalami ilmu-ilmu perilaku dan otak. Kata-kata tersebut cukup mewakili bagaimana<br />
sebenarnya posisi kemarahan pada setiap individu.<br />
Bagi orangtua yang beraliran konservatif dalam mendidik anak, memang merasa berhak untuk selalu<br />
marah, bila merasa jengkel dan tidak menyukai perilaku anak. Hak ini didukung oleh argumen, bahwa<br />
kemarahan orangtua adalah demi kebaikan terhadap anak itu sendiri. Tujuan ini tentu saja dibenarkan,<br />
namun kadar, waktu, dan cara marah yang keliru, sering menimbulkan suasana semakin ruwet.<br />
Orangtua semakin marah, anak semakin memberontak. Orangtua mengecap anaknya sebagai anak<br />
yang bandel, nakal, suka membantah orangtua, sementara anak melakukan penyelesaian masalah<br />
dengan caranya sendiri. Misalnya dengan lari dari suasana rumah, berkeliaran di mal-mal, pulang larut<br />
malam, atau bahkan terlibat dalam obat-obatan terlarang.<br />
Untuk itu dibutuhkan tidak saja ketrampilan kognitif intelektual manakala orangtua akan<br />
menggunakan hak marahnya kepada anak, melainkan juga dituntut adanya ketrampilan emosional.<br />
Ketrampilan kognitif intelektual tampak dari tujuan marah yang ilmiah, yakni karena kamu salah<br />
maka mama dan papa berhak untuk marah. Ketrampilan emosional, tampak dari bagaimana ketepatan<br />
orangtua untuk mengekspresikan marahnya secara tepat.<br />
<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 124