PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN Halaman 0
PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0 PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0
47. Anak Pemalu Ibu Heny sangat terpesona dengan Dendi, anak tetangganya yang baru berumur 3 tahun. Dendi adalah seorang anak yang penuh percaya diri, riang dan lincah, tidak pernah takut bertanya ini itu dan dengan mantap menyapa orang yang baru dikenalnya. Kondisi tersebut sangat kontras jika dibandingkan dengan Adie (3 tahun), anaknya Ibu Heny. Setiap kali bertemu orang baru Adie selalu ingin terus-menerus berada dekat orangtuanya, menyembunyikan diri di balik rok ibunya, tidak mau diajak bicara dan tidak mau melakukan kontak mata. Situasi ini sangat membingungkan ibu Heny dan tidak jarang ia menjadi malu dan sedikit "jengkel" dengan perilaku anaknya. Apakah anda mengalami hal yang sama dengan dialami oleh ibu Heny? Jika ya, apa yang sebaiknya dilakukan orangtua untuk meningkatkan rasa percaya diri pada anak sehingga sifat pemalu pada anak lambat laun menjadi hilang? Lalu apa dampaknya jika anak tidak kunjung memperoleh rasa percaya diri? Inilah yang akan coba dibahas dalam artikel ini. Artikel ini akan terbagi dalam beberapa bagian yaitu: • Apakah Pemalu itu • Dampak apakah yang akan mungkin timbul akibat sifat pemalu • Bagaimanakah sebaiknya orangtua menyikapi anak pemalu Apakah Pemalu Itu Para ahli nampaknya memiliki beberapa pandangan yang berbeda tentang perilaku pemalu (shyness). Ada ahli yang mengatakan bahwa pemalu adalah suatu sifat bawaan atau karakter yang terberi sejak lahir. Ahli lain mengatakan bahwa pemalu adalah perilaku yang merupakan hasil belajar atau respond terhadap suatu kondisi tertentu. Secara definitif, penulis menjabarkan pemalu sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang dimana orang tersebut sangat peduli dengan penilaian orang lain terhadap dirinya dan merasa cemas karena penilaian sosial tersebut, sehingga cenderung untuk menarik diri Kecenderungan menarik diri ini sudah dimulai sejak masa kanak-kanak, bahkan sejak bayi. Kita dapat melihat ada bayi-bayi yang menangis jika didekati orang atau tidak mau untuk dipegang. Sebaliknya ada juga bayi-bayi yang tidak pemalu, mereka membiarkan diri mereka berada dekat orang lain, dan tidak menolak digendong oleh orang yang tidak dikenal. Swallow (2000) seorang psikiater anak, membuat daftar hal-hal yang biasanya dilakukan/dirasakan oleh anak yang pemalu: • menghindari kontak mata; • tidak mau melakukan apa-apa; • terkadang memperlihatkan perilaku mengamuk/temper tantrums (dilakukan untuk melepaskan kecemasannya); • tidak banyak bicara, menjawab secukupnya saja seperti "ya", "tidak", "tidak tahu", "halo"; • tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan di kelas; • tidak mau meminta pertolongan atau bertanya pada orang yang tidak dikenal; • mengalami demam panggung (pipi memerah, tangan berkeringat, keringat dingin, bibir terasa kering) di saat-saat tertentu; • menggunakan alasan sakit agar tidak perlu berhubungan dengan orang lain (misalnya agat tidak perlu pergi ke sekolah); • mengalami psikosomatis; • merasa tidak ada yang menyukainya. Swallow juga menyatakan adanya beberapa situasi dimana seseorang (pemalu maupun tidak) akan mengalami rasa malu yang wajar dan lebih dapat diterima, yaitu: • bertemu dengan orang yang baru dikenal; • tampil di depan orang banyak; • situasi baru (misalnya sekolah baru, pindah rumah baru). PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 107
Dampak Sifat Pemalu Pada dasarnya pemalu bukanlah hal yang menjadi masalah ataupun dipermasalahkan, dan sudah pasti bukan merupakan abnormalitas. Tetapi masalah justru bisa muncul akibat sifat pemalu. Peribahasa malu bertanya sesat di jalan, menggambarkan secara tepat masalah yang dapat muncul karena rasa malu yang ada dalam diri seseorang. Misalnya, ketika berada di rumah teman/tetangga, anak ingin buang air kecil tetapi malu minta ijin ke toilet, sehingga menahan keinginan buang air yang akhirnya berakibat sianak malah mengompol. Pemalu juga dapat menjadi masalah, jika sifat ini menyebabkan potensi anak menjadi terkubur dan anak tidak berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya. Misalnya anak yang punya suara bagus dan berbakat menyanyi, tapi merasa malu untuk mengasah bakatnya dengan ikut koor, les vokal dan mengikuti kejuaraan, maka suara indahnya akan tersimpan sia-sia dan tidak bertambah indah. Hal ini sangat disayangkan baik bagi anak maupun orangtuanya. Apa yang sebaiknya dilakukan orangtua? Tanpa mengabaikan pendapat bahwa pemalu merupakan bawaan/karakter terberi atau bukan, satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa lingkungan memegang peranan penting terhadap sifat pemalu ini. Anak akan semakin pemalu ataukah justru dapat mengatasi sifat pemalu ini, tergantung dari apakah lingkungannya (baca: orangtua) terus-terusan melindungi anak pemalu atau mendorongnya untuk mau menghadapi dunia luar sehingga anak menjadi lebih percaya diri. Idealnya orangtua menerima sifat pemalu anak apa adanya tanpa mempermasalahkannya. Namun di lain pihak orangtua diharapkan untuk memampukan anak dalam mengatasi rasa malu sehingga anak merasa kompeten, percaya diri, berkembang sesuai dengan potensi yang ada di dalam dirinya dan megurangi masalah yang mungkin timbul sebagai akibat sifat pemalu. Seorang anak yang pemalu, tidak terus-terusan merasa malu dalam setiap situasi hidupnya. Ada situasi-situasi tertentu yang dapat membuatnya merasa percaya diri. Biasanya situasi tersebut adalah ketika anak sedang bersama orangtua ataupun anggota keluarga yang ditemuinya setiap hari (tanpa kehadiran orang baru/asing) atau situasi yang stabil/rutin dilalui anak. Kalau orangtua dari awal sudah mengetahui anaknya pemalu dan ingin mendorongnya agar mampu mengatasi rasa malu tersebut, maka sebaiknya dari awal itulah usaha orangtua sudah dilakukan. Usaha orangtua sebaiknya merupakan usaha yang bertahap, hari demi hari sampai akhirnya bertahun-tahun kemudian menampakkan hasilnya, seperti kata pepatah sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Orangtua sebaiknya mendorong anak untuk berani keluar dan menghadapi dunia luar dengan percaya diri. Mendorong seorang anak pemalu untuk berani menghadapi dunia luar tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba (drastis). Misalnya ketika orangtua sudah mencapai titik jenuh melindungi anaknya terus-menerus dan bingung melihat anaknya sampai usia sekian tahun masih tidak mau bergaul dengan anak tetangga, lalu dengan tiba-tiba melepaskan si anak dan mengatakan "ayo dong Adie, sekarang kamu sudah besar, kamu sekarang sudah harus berani, ayo sana bermain play station ramai-ramai dengan Deni di rumahnya". Perubahan sikap orangtua yang seperti ini bisa menjadi tekanan tersendiri buat si anak, karena yang biasanya aman dalam lindungan orangtua, tiba-tiba orangtua berubah melepaskan dan "tidak mau melindungi". Mendorong anak (encourage) tidak sama dengan memaksa (push), usaha yang tiba-tiba bukanlah mendorong, tetapi memaksa. Perasaan terpaksa akan membuat keadaan bertambah buruk karena anak ditempatkan pada keadaaan yang melebihi batas toleransinya, sehingga anak bisa jadi malah semakin menarik diri. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua untuk membantu anak mengatasi rasa malu, yaitu: • Orangtua sebaiknya tidak mengolok-olok sifat pemalu anak ataupun memperbincangkan sifat pemalunya di depan anak tersebut. Contohnya dengan mengatakan "kamu sih pemalu","iya loh Bu Joko, anak saya ini pemalu sekali, sampai repot saya kadangkadang", dll. Dengan mengatakan hal-hal ini anak dapat merasa tidak diterima sebagaimana dia adanya. • Mengetahui kesukaan dan potensi anak, lalu mendorongnya untuk berani melakukan hal-hal tertentu, lewat media hobi dan potensi diri. Misalnya, anak suka main mobilmobilan, ketika berada di toko ia menginginkan mobil berwarna merah, sementara yang tersedia berwarna biru, maka anak bisa didorong untuk mengatakan kepada pelayan bahwa ia menginginkan mobil yang berwarna biru. PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 108
- Page 57 and 58: 26. Muntah Setiap Kali Makan Tak pe
- Page 59 and 60: Namun kalau gangguannya ringan saja
- Page 61 and 62: Yang pertama harus dilakukan,lihat
- Page 63 and 64: PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN BAB 3 :
- Page 65 and 66: dini sang anak belajar membangun ke
- Page 67 and 68: 29. Bagaimana Memilih Nursery Schoo
- Page 69 and 70: Lebih detail dipaparkan oleh peneli
- Page 71 and 72: 31. Kenapa Perlu Belajar Sejak Usia
- Page 73 and 74: anak yang sebenarnya sudah jenuh. K
- Page 75 and 76: 33. Perkembangan Motorik Halus Dan
- Page 77 and 78: 35. Matematika, siapa takut? Matema
- Page 79 and 80: Dari pasir sampai manik-manik Konon
- Page 81 and 82: 36. Peran Komputer Bagi Pendidikan
- Page 83 and 84: 38. Anakku Malas Belajar Pada artik
- Page 85 and 86: Membuat Suasana Belajar Lebih Menye
- Page 87 and 88: esar pengaruhnya, seperti keluarga
- Page 89 and 90: Sistem Meso dan Mikro Yang dimaksud
- Page 91 and 92: 40. Belajar Lebih Penting Daripada
- Page 93 and 94: Mendukung kreativitas permainanan a
- Page 95 and 96: 3. Bermain musik Bermain musik dapa
- Page 97 and 98: Berbagai kondisi sosial yang penuh
- Page 99 and 100: 44. Rumah Ramah Belajar Banyak oran
- Page 101 and 102: Cerdas alam/natural adalah mengajar
- Page 103 and 104: PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN BAB 4 :
- Page 105 and 106: menjadi Tantrum ketika orangtua ben
- Page 107: jika rasanya tidak bisa memeluk ana
- Page 111 and 112: 48. Labeling Bodoh sekali sih kamu,
- Page 113 and 114: 49. Problem Kelekatan Setiap mulain
- Page 115 and 116: Sering berpindah tempat/domisili Se
- Page 117 and 118: pikiran yang tenang, akan menciptak
- Page 119 and 120: anak anak mengalami keterlambatan b
- Page 121 and 122: Selama menjalin komunikasi dengan a
- Page 123 and 124: 18 Bulan - 2 Tahun Perkembangan Kem
- Page 125 and 126: 51. Mengekspresikan Marah Secara Te
- Page 127 and 128: 52. Penyiksaan dan Pengabaian Terha
- Page 129 and 130: Masalah Perilaku • Muncul perilak
- Page 131 and 132: Yang pasti, rayuan macam ini juga h
- Page 133 and 134: PDF Documents Complete Click Here &
- Page 135 and 136: 56. Balita Anda Bersedih ? Anak and
- Page 137 and 138: 57. Jika Alergi Menyerang Anak Sepe
- Page 139 and 140: 59. Aneka Penyebab Bayi Sesak Napas
- Page 141 and 142: Kelainan pembuluh darah. Ada lagi k
- Page 143 and 144: 61. Mengenal Autisme Secara garis b
- Page 145 and 146: 62. Mencegah Perilaku Buruk Anak Pe
- Page 147 and 148: kadang suara itu menyuruhnya melaku
- Page 149 and 150: 65. Gejala & Penyebab Stress Stress
- Page 151 and 152: 66. Mengatasi Migren pada Anak Migr
- Page 153 and 154: Penyebabnya selain karena punya pen
- Page 155 and 156: saudara/teman-teman seusianya. Tent
- Page 157 and 158: 68. Ih..., Kecil-Kecil "Latah" Arah
47. Anak Pemalu<br />
Ibu Heny sangat terpesona dengan Dendi, anak tetangganya yang baru berumur 3 tahun.<br />
Dendi adalah seorang anak yang penuh percaya diri, riang dan lincah, tidak pernah takut<br />
bertanya ini itu dan dengan mantap menyapa orang yang baru dikenalnya. Kondisi tersebut<br />
sangat kontras jika dibandingkan dengan Adie (3 tahun), anaknya Ibu Heny. Setiap kali<br />
bertemu orang baru Adie selalu ingin terus-menerus berada dekat orangtuanya,<br />
menyembunyikan diri di balik rok ibunya, tidak mau diajak bicara dan tidak mau<br />
melakukan kontak mata. Situasi ini sangat membingungkan ibu Heny dan tidak jarang ia<br />
menjadi malu dan sedikit "jengkel" dengan perilaku anaknya.<br />
Apakah anda mengalami hal yang sama dengan dialami oleh ibu Heny? Jika ya, apa yang sebaiknya<br />
dilakukan orangtua untuk meningkatkan rasa percaya diri pada anak sehingga sifat pemalu pada<br />
anak lambat laun menjadi hilang? Lalu apa dampaknya jika anak tidak kunjung memperoleh rasa<br />
percaya diri? Inilah yang akan coba dibahas dalam artikel ini. Artikel ini akan terbagi dalam<br />
beberapa bagian yaitu:<br />
• Apakah Pemalu itu<br />
• Dampak apakah yang akan mungkin timbul akibat sifat pemalu<br />
• Bagaimanakah sebaiknya orangtua menyikapi anak pemalu<br />
Apakah Pemalu Itu<br />
Para ahli nampaknya memiliki beberapa pandangan yang berbeda tentang perilaku pemalu<br />
(shyness). Ada ahli yang mengatakan bahwa pemalu adalah suatu sifat bawaan atau karakter yang<br />
terberi sejak lahir. Ahli lain mengatakan bahwa pemalu adalah perilaku yang merupakan hasil<br />
belajar atau respond terhadap suatu kondisi tertentu. Secara definitif, penulis menjabarkan pemalu<br />
sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang dimana orang tersebut sangat peduli dengan penilaian<br />
orang lain terhadap dirinya dan merasa cemas karena penilaian sosial tersebut, sehingga cenderung<br />
untuk menarik diri<br />
Kecenderungan menarik diri ini sudah dimulai sejak masa kanak-kanak, bahkan sejak bayi. Kita<br />
dapat melihat ada bayi-bayi yang menangis jika didekati orang atau tidak mau untuk dipegang.<br />
Sebaliknya ada juga bayi-bayi yang tidak pemalu, mereka membiarkan diri mereka berada dekat<br />
orang lain, dan tidak menolak digendong oleh orang yang tidak dikenal.<br />
Swallow (2000) seorang psikiater anak, membuat daftar hal-hal yang biasanya dilakukan/dirasakan<br />
oleh anak yang pemalu:<br />
• menghindari kontak mata;<br />
• tidak mau melakukan apa-apa;<br />
• terkadang memperlihatkan perilaku mengamuk/temper tantrums (dilakukan untuk<br />
melepaskan kecemasannya);<br />
• tidak banyak bicara, menjawab secukupnya saja seperti "ya", "tidak", "tidak tahu", "halo";<br />
• tidak mau mengikuti kegiatan-kegiatan di kelas;<br />
• tidak mau meminta pertolongan atau bertanya pada orang yang tidak dikenal;<br />
• mengalami demam panggung (pipi memerah, tangan berkeringat, keringat dingin, bibir<br />
terasa kering) di saat-saat tertentu;<br />
• menggunakan alasan sakit agar tidak perlu berhubungan dengan orang lain (misalnya agat<br />
tidak perlu pergi ke sekolah);<br />
• mengalami psikosomatis;<br />
• merasa tidak ada yang menyukainya.<br />
Swallow juga menyatakan adanya beberapa situasi dimana seseorang (pemalu maupun tidak) akan<br />
mengalami rasa malu yang wajar dan lebih dapat diterima, yaitu:<br />
• bertemu dengan orang yang baru dikenal;<br />
• tampil di depan orang banyak;<br />
• situasi baru (misalnya sekolah baru, pindah rumah baru).<br />
<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 107