26.09.2015 Views

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN Halaman 0

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

jika rasanya tidak bisa memeluk anak dengan cinta (karena Anda sendiri rasanya malu<br />

dan jengkel dengan kelakuan anak), minimal Anda duduk atau berdiri berada dekat<br />

dengannya. Selama melakukan hal inipun tidak perlu sambil menasihati atau complaint<br />

(dengan berkata: "kamu kok begitu sih nak, bikin mama-papa sedih"; "kamu kan sudah<br />

besar, jangan seperti anak kecil lagi dong"), kalau ingin mengatakan sesuatu, cukup<br />

misalnya dengan mengatakan "mama/papa sayang kamu", "mama ada di sini sampai kamu<br />

selesai". Yang penting di sini adalah memastikan bahwa anak merasa aman dan tahu bahwa<br />

orangtuanya ada dan tidak menolak (abandon) dia.<br />

• Jika Anda terpaksa harus berseberangan pendapat dengan si anak saat dia mengamuk,<br />

kemukakan pendapat Anda secara tegas, tetapi lembut. Jangan membentaknya, apalagi<br />

sampai mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Atur emosi Anda, karena dia tidak sedang<br />

bermusuhan dengan Anda, dan dia bukan musuh Anda. Abaikan tangisnya dan ajaklah dia<br />

berbicara dengan lembut. Jelaskan kepadanya mengapa Anda tidak memberinya mainan<br />

yang dia ingini dengan alasan yang jujur dan tidak dibuat-buat. Jelaskan dengan sabar<br />

sampai dia mengerti maksud Anda yang sebenarnya, karena saat itu adalah konflik yang<br />

sedang dialami oleh si anak. Pastikan bahwa ia bisa mengerti maksud Anda dengan baik,<br />

karena konflik yang berakhir menggantung, akan muncul di kemudian hari dengan bentuk<br />

yang tidak pernah Anda duga sebelumnya. Sekali lagi, atur emosi Anda. Mungkin Anda malu<br />

dilihat banyak orang di supermarket. Tapi ingatlah akan perkembangan emosi anak Anda.<br />

Bisa Anda bayangkan apa yang terjadi jika Anda terbawa emosi dan rasa malu, dan Anda<br />

bersikap keras kepada anak Anda<br />

3. Ketika Tantrum Telah Berlalu<br />

Saat Tantrum anak sudah berhenti, seberapapun parahnya ledakan emosi yang telah terjadi<br />

tersebut, janganlah diikuti dengan hukuman, nasihat-nasihat, teguran, maupun sindiran. Juga<br />

jangan diberikan hadiah apapun, dan anak tetap tidak boleh mendapatkan apa yang diinginkan (jika<br />

Tantrum terjadi karena menginginkan sesuatu). Dengan tetap tidak memberikan apa yang<br />

diinginkan si anak, orangtua akan terlihat konsisten dan anak akan belajar bahwa ia tidak bisa<br />

memanipulasi orangtuanya.<br />

Berikanlah rasa cinta dan rasa aman Anda kepada anak. Ajak anak, membaca buku atau bermain<br />

sepeda bersama. Tunjukkan kepada anak, sekalipun ia telah berbuat salah, sebagai orangtua Anda<br />

tetap mengasihinya.<br />

Setelah Tantrum berakhir, orangtua perlu mengevaluasi mengapa sampai terjadi Tantrum. Apakah<br />

benar-benar anak yang berbuat salah atau orangtua yang salah merespon perbuatan/keinginan<br />

anak? Atau karena anak merasa lelah, frustrasi, lapar, atau sakit? Berpikir ulang ini perlu, agar<br />

orangtua bisa mencegah Tantrum berikutnya.<br />

Jika anak yang dianggap salah, orangtua perlu berpikir untuk mengajarkan kepada anak nilai-nilai<br />

atau cara-cara baru agar anak tidak mengulangi kesalahannya. Kalau memang ingin mengajar dan<br />

memberi nasihat, jangan dilakukan setelah Tantrum berakhir, tapi lakukanlah ketika keadaan<br />

sedang tenang dan nyaman bagi orangtua dan anak. Waktu yang tenang dan nyaman adalah ketika<br />

Tantrum belum dimulai, bahkan ketika tidak ada tanda-tanda akan terjadi Tantrum. Saat orangtua<br />

dan anak sedang gembira, tidak merasa frustrasi, lelah dan lapar merupakan saat yang ideal.<br />

Ajarlah anak Anda untuk berlatih menguasai dan mengendalikan emosinya. Anda bisa mengajaknya<br />

bermain musik, melukis, bermain bola, atau permainan lainnya. Lewat permainan-permainan<br />

tersebut, anak belajar untuk menerima kekalahan, belajar untuk tidak sombong jika menang, bersikap<br />

sportif, dan belajar bersaing secara sehat. Tapi ingat, jangan sekali-kali Anda bermain curang.<br />

Mungkin Anda pikir ini hanya sekedar permainan. Tapi anak akan berpikir dan menerapkan pada<br />

dirinya, bahwa berlaku curang itu sah-sah saja<br />

Dari uraian diatas dapat terlihat bahwa kalau orangtua memiliki anak yang "sulit" dan mudah<br />

menjadi Tantrum, tentu tidak adil jika dikatakan sepenuhnya kesalahan orangtua. Namun harus<br />

diakui bahwa orangtualah yang punya peranan untuk membimbing anak dalam mengatur emosinya<br />

dan mempermudah kehidupan anak agar Tantrum tidak terus-menerus meletup. Beberapa saran<br />

diatas mungkin dapat berguna bagi anda terutama bagi para ibu/ayah muda yang belum memiliki<br />

pengalaman mengasuh anak. Selamat membaca, semoga bermanfaat.<br />

<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 106

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!