PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN Halaman 0

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0 PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 0

azkamiru.files.wordpress.com
from azkamiru.files.wordpress.com More from this publisher
26.09.2015 Views

45. Kreativitas Anak Jangan Dihalangi Orang Tua yang terlalu banyak mengatur anaknya, karena terlalu khawatir dan takut, serta terlalu membatasi kegiatan anaknya, menyebabkan kreatifitas anak tidak berkembang. Demikian dikatakan Psikolog anak, Prof. Dr. SC Utami Munandar. Peran Orang Tua yang terlalu dominan serta kurikulum sekolah yang terlalu padat, menyebabkan hilangnya waktu anak tidak dapat merenungkan kembali segala sesuatu yang dapat menunjang perwujudan bakat dan kreativitasnya. Diharapkan oleh Utami Munandar, bahwa Orang Tua dapat memberikan ruang gerak yang leluasa kepada anak Tidak terlalu mengawasi gerak-gerik, tidak terlalu menekankan kebersihan dan ketertipan secara berlebihan dan jangan terlalu menuntut kepatuhan dari anak secara mutlak. "Orang Tua janganlah menuntut anak untuk menghabiskan waktunya hanya dengan belajar, tetapi sama pula pentingnya waktu anak untuk bermain. Yang terbaik adalah bila bermain merupakan belajar dan belajar merupakan bermain. Mengembangkan bakat dan kreativitas anak dirumah tidak sulit, karena sebagian besar waktu bermain anak dihabiskan ditengah-tengah keluarga. Kita harus dapat menciptakan rumah yang mencerminkan keakraban dan kehangatan anggota keluarga. Bakat serta kreativitas anak akan dapat dikembangkan secara maksimal, bila Orang Tua atau pendidik tahu betul bahwa bakat dan kreativitas dapat dipupuk dan dikembangkan dalam lingkungan yang menunjang perwujudan pada bakat dan kreativitas, demikian Utami Munandar. PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 101

PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN BAB 4 : PROBLEMATIKA 46. Temper Tantrum Andi menangis, menjerit-jerit dan berguling-guling di lantai karena menuntut ibunya untuk membelikan mainan mobil-mobilan di sebuah hypermarket di Jakarta? Ibunya sudah berusaha membujuk Andi dan mengatakan bahwa sudah banyak mobil-mobilan di rumahnya. Namun Andi malah semakin menjadi-jadi. Ibunya menjadi serba salah, malu dan tidak berdaya menghadapi anaknya. Di satu sisi, ibunya tidak ingin membelikan mainan tersebut karena masih ada kebutuhan lain yang lebih mendesak. Namun disisi lain, kalau tidak dibelikan maka ia kuatir Andi akan menjerit-jerit semakin lama dan keras, sehingga menarik perhatian semua orang dan orang bisa saja menyangka dirinya adalah orangtua yang kejam. Ibunya menjadi bingung....., lalu akhirnya ia terpaksa membeli mainan yang diinginkan Andi. Benarkah tindakan sang Ibu? Temper Tantrum Kejadian di atas merupakan suatu kejadian yang disebut sebagai Temper Tantrums atau suatu luapan emosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol. Temper Tantrum (untuk selanjutnya disebut sebagai Tantrum) seringkali muncul pada anak usia 15 (lima belas) bulan sampai 6 (enam) tahun. Perilaku ini seringkali disertai dengan tingkah yang akan membuat Anda semakin jengkel, seperti menangis dengan keras, berguling-guling di lantai, menjerit, melempar barang, memukul-mukul, menyepak-nyepak, dan sebagainya. Bahkan pada anak yang lebih kecil, diiringi pula dengan muntah atau kencing di celana. Mengapa Temper Tantrum ini bisa terjadi ? Hal ini disebabkan karena anak belum mampu mengontrol emosinya dan mengungkapkan amarahnya secara tepat. Tentu saja hal ini akan bertambah parah jika orang tua tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada anaknya, dan tidak bisa mengendalikan emosinya karena malu, jengkel, dan sebagainya. Tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energi berlimpah. Tantrum juga lebih mudah terjadi pada anak-anak yang dianggap "sulit", dengan ciri-ciri sebagai berikut: 7. Memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar tidak teratur. 8. Sulit menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru. 9. Lambat beradaptasi terhadap perubahan. 10. Moodnya (suasana hati) lebih sering negatif. 11. Mudah terprovokasi, gampang merasa marah/kesal. 12. Sulit dialihkan perhatiannya. Tantrum termanifestasi dalam berbagai perilaku. Di bawah ini adalah beberapa contoh perilaku Tantrum, menurut tingkatan usia: 1. Di bawah usia 3 tahun: • Menangis • Menggigit • Memukul • Menendang • Menjerit • Memekik-mekik • Melengkungkan punggung • Melempar badan ke lantai • Memukul-mukulkan tangan PSIKOLOGI ANAK & PENDIDIKAN, Halaman 102

<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong><br />

BAB 4 : PROBLEMATIKA<br />

46. Temper Tantrum<br />

Andi menangis, menjerit-jerit dan berguling-guling di lantai karena menuntut ibunya untuk<br />

membelikan mainan mobil-mobilan di sebuah hypermarket di Jakarta? Ibunya sudah<br />

berusaha membujuk Andi dan mengatakan bahwa sudah banyak mobil-mobilan di<br />

rumahnya. Namun Andi malah semakin menjadi-jadi. Ibunya menjadi serba salah, malu dan<br />

tidak berdaya menghadapi anaknya. Di satu sisi, ibunya tidak ingin membelikan mainan<br />

tersebut karena masih ada kebutuhan lain yang lebih mendesak. Namun disisi lain, kalau<br />

tidak dibelikan maka ia kuatir Andi akan menjerit-jerit semakin lama dan keras, sehingga<br />

menarik perhatian semua orang dan orang bisa saja menyangka dirinya adalah orangtua<br />

yang kejam. Ibunya menjadi bingung....., lalu akhirnya ia terpaksa membeli mainan yang<br />

diinginkan Andi. Benarkah tindakan sang Ibu?<br />

Temper Tantrum<br />

Kejadian di atas merupakan suatu kejadian yang disebut sebagai Temper Tantrums atau suatu luapan<br />

emosi yang meledak-ledak dan tidak terkontrol. Temper Tantrum (untuk selanjutnya disebut sebagai<br />

Tantrum) seringkali muncul pada anak usia 15 (lima belas) bulan sampai 6 (enam) tahun.<br />

Perilaku ini seringkali disertai dengan tingkah yang akan membuat Anda semakin jengkel, seperti<br />

menangis dengan keras, berguling-guling di lantai, menjerit, melempar barang, memukul-mukul,<br />

menyepak-nyepak, dan sebagainya. Bahkan pada anak yang lebih kecil, diiringi pula dengan muntah<br />

atau kencing di celana.<br />

Mengapa Temper Tantrum ini bisa terjadi ? Hal ini disebabkan karena anak belum mampu<br />

mengontrol emosinya dan mengungkapkan amarahnya secara tepat. Tentu saja hal ini akan bertambah<br />

parah jika orang tua tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada anaknya, dan tidak bisa<br />

mengendalikan emosinya karena malu, jengkel, dan sebagainya.<br />

Tantrum biasanya terjadi pada anak yang aktif dengan energi berlimpah. Tantrum juga lebih mudah<br />

terjadi pada anak-anak yang dianggap "sulit", dengan ciri-ciri sebagai berikut:<br />

7. Memiliki kebiasaan tidur, makan dan buang air besar tidak teratur.<br />

8. Sulit menyukai situasi, makanan dan orang-orang baru.<br />

9. Lambat beradaptasi terhadap perubahan.<br />

10. Moodnya (suasana hati) lebih sering negatif.<br />

11. Mudah terprovokasi, gampang merasa marah/kesal.<br />

12. Sulit dialihkan perhatiannya.<br />

Tantrum termanifestasi dalam berbagai perilaku. Di bawah ini adalah beberapa contoh perilaku<br />

Tantrum, menurut tingkatan usia:<br />

1. Di bawah usia 3 tahun:<br />

• Menangis<br />

• Menggigit<br />

• Memukul<br />

• Menendang<br />

• Menjerit<br />

• Memekik-mekik<br />

• Melengkungkan punggung<br />

• Melempar badan ke lantai<br />

• Memukul-mukulkan tangan<br />

<strong>PSIKOLOGI</strong> <strong>ANAK</strong> & <strong>PENDIDIKAN</strong>, <strong>Halaman</strong> 102

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!